Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Efrita Mahrami
"ABSTRAK
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
disertai dengan perubahan dari berbagai aspek, baik aspek fisik, psikis, maupun
psikososial. Perubahan dalam perkembangan remaja secara tidak langsung akan
menjadi stresor pada remaja sehingga remaja memerlukan koping untuk
mengatasinya, salah satunya adalah keberadaan sahabat di sekeliling remaja.
Penelitian ini membahas mengenai persepsi yang dimiliki siswa remaja di bimbingan
belajar BTA 45 Tebet Jakarta terkait keberadaan sahabat sebagai koping. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa remaja terkait keberadaan sahabat
sebagai koping. Metode yang dipakai merupakan metode deskriptif dengan kriteria
responden siswa remaja dengan rentang usia 14-18 tahun. Pengambilan sampel
digunakan dengan simple random sampling dengan 209 responden. Penelitian ini
memberikan gambaran kepada pihak yang terkait dengan perkembangan remaja agar
selalu melibatkan sahabat dalam setiap perkembangan di usia remaja.

ABSTRACT
Adolescent is transition from childhood to adulthood that is accompanied by changes
of the various aspects, both the physical, psychological, or psychosocial. Changes in
adolescent's development will indirectly become stressors so that teens need to
address coping, one of which is the presence of companions around best friend. This
study discusses the adolescent students' perceptions studying BTA 45 Tebet related to
the presence of best friend. This study aims to determine adolescent students'
perceptions related to the presence of best friends as coping. The method used is
descriptive with criteria: teenage student respondents around 14-18 years. The study
used simple random sampling technique with 209 respondents. This study provides an
overview to every side related to adolescent development in order to always involve
best friends for every development in adolescence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43708
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edwan NS
"Latar Belakang : Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung )yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Lahir dari 90% kasus TB Paru ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia penyakit TB Paru masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Di Kecamatan Tebet jumlah penderita TB Paru pada tahun 2006 adalah 262 kasus meningkat menjadi 284 kasus pada tahun 2007. Peranan fuktor llnglamgan fisik dalam rumah menentukan penyebaran penyakit TB Paru, sehingga dalam penanggulangan TB Pary yang komprehensif harus memperhatikan fuktor lingkungan fisik dalam rumah. Pada tahun 2007, cakupan rumah sehat di Kecamatan Tebet hanya 40-50o/o, hal ini diduga memperbesar timbulnya penularan TB Paru.
Tujuan : Penelitian ini untuk. melihat hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kecamatan Tebet Kota Administrasi Jakarta Selatan tahwt 2008.
Metode : Desain studi kasus control dengan 50 kasus )'!lng diambil deri peoderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas Kecamatan Tebet dan 50 kontrol yang diambil dari penderita TB Paru BTA (-).
Hasil : Analisis multivariate lingkungan fisik dalam rumah )'!lng berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah : kelembaban dalam rumah <40% atau >70% (OR :3,25 95% Cl 1,29-8,21). Dari faktor resiko kebiasaan perilaku penghuni didalam rumah hanya lama merokok > I 0 tahun yang bermakna (OR:4,09 95% CI 1,24-13,51).
Kesimpulan: faktor lingkungan fisik rumah yang paling dominan terbadap kejadian TB Paru BTA (+) di Kecamatan Tebet Kota Adrninistrnsi Jakarta Selatan tabun 2008 adalah lama merokok > I 0 tahun setelah dikontrol dengan kelembahan dalam rumah.
Saran : Kerjasama lintas sektoral dalam penataan desain dan konstruksi rumah sehat bila ada penataan ulang perumahan serta melakukan penyuluhan menganai rumah sehat.

Background : Pulmonary Tb, is an infective-contagious disease caused by Mycobacterium tubercoulosis. More than 90% of global pulmonary TB cases occw: in the developing countries.TB remains an important public health problem in Indonesia. The occurrence of pulmonary TB in Municipality of South Jakarta in the year of 2006 are 262 cases and increase to 284 cases in 2007. Physical Environment condition of the house i:s one factor that playing important role in Pulmonary TB spreading, especially the coverage of healthy housing in City of South Jakarta only 40-50".4 in 2007.
Objectives : to investigate the relation between physical environment of the house with occurrence of pulmonary TB in municipality of South Jakarta.
Methods ; this case-control study design used 50 cases aed 50 controls. Those respondents had been taken from Public Health CentO£ ofTebet Subdistrict.
Results : Based on multivariate analysis housing conditions that influenced the risk of pulmonary TB are: the level of humidity of the house less than 40% or more than 70% (OR; 3,25 95%CI 1,29·8,21). In addition, of daily habit factors only 1ength consumption of smoke more than 10 years is significant associated (OR ; 4,09 95%Cll,24-13,51).
Suggestion : TB control progrmn in Tebet Subdistrict should coordinates with other department to improve housing design and give health promotion activities about healthy house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20970
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afni Anisah
"Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu wujud dari pembangunan berkelanjutan suatu kota dalam memperbaiki kualitas ekosistem lingkungan perkotaan serta pemenuhan ruang sosial bagi masyarakat kota. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengupayakan revitalisasi berbagai RTH taman kota salah satunya taman kota Tebet Eco Park. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas RTH taman kota Tebet Eco Park di Kota Jakarta Selatan berdasarkan persepsi pengguna. Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitas ruang terbuka hijau oleh Project for Public Space (2022) yang terdiri atas empat dimensi yakni Access & Linkages, Comfort & Image, Used & Activities, dan Sociability. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data mixed method dengan survei kuesioner berhasil menjaring 138 orang responden, wawancara mendalam pada 9 orang narasumber, studi kepustakaan, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kualitas RTH Taman kota Tebet Eco Park berdasarkan persepsi pengguna telah tinggi. Hal ini dibuktikan dengan persentasenya yakni 87,7% atau 121 orang responden merasa bahwa tingkat kualitas taman kota Tebet Eco Park sudah tinggi. Dimensi Comfort & Image (kenyamanan & Citra) memiliki penilaian tertinggi (94,2%). Kemudian dari 21 indikator kualitas yang digunakan hanya 1 yang memiliki nilai rendah yakni pada ketersediaan lahan parkir kendaraan pribadi (42.8% atau 59 orang). Kendati demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih perlu meningkatkan kualitas taman dalam beberapa hal yakni ketersediaan lahan parkir kendaraan pribadi, wadah bagi UMKM dan kebutuhan makan minum pengguna, keterhubungan dengan transportasi publik, serta kondisi kebersihan/kealamian sungai. Adapun rekomendasi utama yang peneliti berikan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai aktor kunci adalah mengoptimalkan peran Dinas Perhubungan untuk meningkatkan integrasi moda transportasi publik menuju taman serta melakukan kolaborasi dengan stakeholder/warga sekitar dalam menyediakan lahan parkir yang lebih memadai.

Green Open Space (GOS) is a manifestation of the sustainable development of a city in improving the quality of urban environmental ecosystems and fulfilling social space for urban communities. The Provincial Government of DKI Jakarta has made efforts to revitalize various GOS city parks, one of which is the Tebet Eco Park city park. This study aims to analyze the quality of green open space in the Tebet Eco Park city park in South Jakarta City based on user perceptions. The concept used in this study is the quality of green open space by the Project for Public Space (2022) which consists of four dimensions namely Access & Linkages, Comfort & Image, Used & Activities, and Sociability. This study used a mixed method data collection technique with a questionnaire survey that managed to capture 138 respondents, in-depth interviews with 9 informants, literature study, and observation. The results of this study indicate that the quality level of the Tebet Eco Park urban green space based on user perceptions is high. This is evidenced by the proportion, namely 87.7% or 121 respondents felt that the quality level of the Tebet Eco Park city park was already high. The Comfort & Image dimension has the highest rating (94.2%). Then of the 21 quality indicators used, only 1 had a low score, namely the availability of private vehicle parking (42.8% or 59 people). Nevertheless, the Provincial Government of DKI Jakarta still needs to improve the quality of the park in a number of ways, namely the availability of parking lots for private vehicles, containers for MSMEs and users' food and drink needs, connectivity with public transportation, and the condition of cleanliness/naturalness of the river. The main recommendation that the researchers gave to the Provincial Government of DKI Jakarta as a key actor is optimizing the role of the Department of Transportation to improve the integration of modes of transportation to public parks and to collaborate with stakeholders/local residents in providing more adequate parking space."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiati Sekaringsih
"Di tingkat internasional masalah kesehatan reproduksi menjadi isu penting yang dibahas dalam Konferensi Internasional Kependudukan di Kairo (1994) dan Konferensi tentang Perempuan di Beijing (1995) karena kesehatan reproduksi sangat besar pengaruhnya terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Sebagai tindak lanjut konferensi tersebut, pada tahun 1998 Departemen Kesehatan telah membentuk Komisi Kesehatan Reproduksi Nasional, yang di dalamnya terdapat Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja. Kelompok kerja itu terdiri atas beberapa program dan sektor terkait serta organisasi profesi. Tujuan Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja adalah untuk mengantisipasi masalah kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia. Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan mengembangkan materi inti KRR, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan KIE-KRR. Materi inti itu telah diuji coba di tiga Puskesmas, di antaranya di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan.
Perinasia merupakan salah satu organisasi yang berminat di bidang kesehatan reproduksi. Organisasi itu bekerja sama dengan WHO melakukan studi pengembangan pelayanan KRR di Puskesmas beserta rujukannya dan menetapkan Puskesmas Pasar Minggu sebagai wilayah uji coba. Dalam serangkaian kegiatannya, pada bulan Juni 1999, Perinasia melakukan pelatihan KIE dan konseling tentang KRR bagi Petugas Puskesmas Pasar Minggu dan Puskesmas Tebet. Setelah itu, dari bulan Agustus 1999 sampai Desember 1999, petugas Puskesmas terlatih diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman lapangan dengan jalan melakukan pembimbingan KRR pada siswa SMU Santo Fransiskus (SF) Asisi di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Tujuan memberikan pembimbingan KRR kepada siswa sekolah tersebut adalah meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif serta kemampuan siswa dalam memelihara kesehatan reproduksinya.
Metode yang digunakan oleh petugas Puskesmas pada saat melakukan pembimbingan tersebut adalah diskusi kelompok, kelompok siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan menggunakan media lembar balik, serta menggunakan materi inti KRR dari Departemen Kesehatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembimbingan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap tentang KRR pada siswa SMU SF Asisi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan intervensi pembimbingan KRR. Siswa SMU SF Asisi menjadi kelompok intervensi dan siswa SMU 17 Agustus sebagai kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi pembimbingan KRR. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah swasta yang berada di wilayah Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perubahan pengetahuan KRR pada siswa SMU SF Asisi lebih tinggi dibanding siswa SMU 17 Agustus dengan perbedaan yang bermakna secara statistik. Melalui analisis Anova MCA diketahui bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan KRR pada siswa ialah sumber informasi KRR yang berasal dari dokter, penyuluh kesehatan, dan buku.
Pembimbingan KRR tidak mempengaruhi perubahan sikap tentang KRR pada siswa SMU SF Asisi. Perubahan sikap pada siswa SMU SF Asisi tidak berbeda secara bermakna dibandingkan dengan sikap siswa SMU 17 Agustus. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan kemampuan KIE-KRR petugas Puskesmas sebagai pembimbing. Perubahan sikap tentang KRR pada siswa di kedua sekolah tersebut dipengaruhi pula oleh faktor lain, yaitu karakteristik pribadi siswa dan sosial ekonomi. Interaksi siswa dengan sumber informasi KRR tidak mempengaruhi peningkatan sikap siswa tentang KRR.
Dengan demikian saran yang diajukan adalah peningkatan kemampuan KIE-KRR petugas pembimbing, antara lain melalui pelatihan yang disertai praktik lapangan. Media KIE yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembimbingan agar lebih besar ukurannya dan lebih menarik, materi KRR yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

The Impact of Reproductive Health (RH) Guidance Towards the Knowledge and Attitude of Adolescents Reproductive Health among the St. Fransiskus Asisi Senior High School Students in Tebet Subdistrict, South Jakarta, 1999At the international level, the RH problem had become an important issue during two conferences i.e. The International Conference on Population in Cairo (1994) and the Conference on Women in Beijing (1995). This was because the RH problem had a great impact towards the high Maternal Mortality Rate (MMR) in several countries, including Indonesia. As a follow up of the results of those two Conferences, in 1998 the Ministry of Health established a National Commission on reproductive Health, of which the Adolescent RH Working Group was one of its Working Groups. The members of this Working Group came from the concerned inter-programmed and inter-sectors representatives. The aim of establishment of this Working Group was to respond and anticipate the reproductive health problems in Indonesia. In 1999, the MOH had developed Core Material on Adolescent RH which could be used as a reference in conducting the Information, Education and Communication Adolescent Reproductive Health (IEC-ARH) activities. The Core Material was already field tested in three Puskesmas (Public Health Centers) including in Tebet HC, South Jakarta.
One of the IEC-ARH activities conducted by the HC personnel was providing guidance on reproductive health to the teenagers aiming to improve their knowledge, positive attitude and ability in order to prevent early and unwanted pregnancies leading to the reduction of MMR in Indonesia which was yet remaining as the highest among the other Asian countries. To improve the ability of IEC-ARH among the HC personnel, PERINASIA in collaboration with Pasar Minggu HC and Tebet HC conducted training of EEC and counseling on ARH to the health provider and paramedics in the two HCs in June 1999. After following the training and counseling, the trained HC providers and paramedics were given an opportunity to put their skills into practice by providing guidance on RH to the students of St. Fransiskus Asisi Senior High School from August to December 1999.
The method used by the HC providers during the provision of guidance to the High School students was group discussions using the Core Material on ARH released by the MOH. The research was undertaken to know the impact of the provided guidance on RH toward the knowledge and attitude of the High School students. The design used during the research was an experimental quasi with intervention (guidance on RH) to the students of St Fransiskus Asisi Senior High School as the intervention group and students from other school (17 Agustus Senior High School) as the controlling group i.e. a group which was not given intervention. The two schools were located in Tebet Sub district, South Jakarta.
The results of the research showed that the knowledge on RH among the students of school who received intervention (St Fransiskus Asisi) had meaningfully improved statistically compared to the students of the other school (17 Agustus) who did not receive intervention.
Through the Anova MCA analysis, it was understood that the improved knowledge on RH among the students was influenced by several types of sources of information from the doctor, health counselor and books. The guidance on RH did not influence the change of attitude of the students about the RH. This was due to the limitedness of ability on IEC-ARH of the HC provider.
The results of the research also mentioned about the change of attitude and knowledge on RH among students in those two schools which was influenced by the personal character, social-economic factor and communication behavior of the students towards the source of information.
One of the recommendations to be proposed is to conduct training on IEC-ARH to the HC provider which is more focused on the field practice. The IEC materials used should be bigger in size, and if possible, the electronic media should be used. The ARH material conveyed should be adjusted to the student's needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aulianisa
"Jaminan keamanan merupakan salah satu permasalahan yang masuk kedalam urgensi untuk ditangani pemerintah Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2017, dari segi jumlah kejahatan untuk level provinsi/polda, selama tahun 2016 Polda Metro Jaya mencatat jumlah kejahatan terbanyak dengan 43.842 kasus. Di antara beberapa kotamadya di Jakarta, Kota Jakarta Selatan memiliki tingkat kriminalitas khususnya kriminalitas jalanan tertinggi dengan 1.815 kasus. Memberikan jaminan keamanan merupakan salah satu tugas pokok pemerintah melalui kepolisian yang berdasarkan pada UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kota Jakarta Selatan memiliki Program Tim Khusus Eagle One untuk menjalankan tugas pokok tersebut, khususnya untuk tindak kriminal jalanan. Peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi Program Tim Khusus Eagle One dalam Penanganan Tindak Kriminal Jalanan di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data kualitatif yakni wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Program Tim Khusus Eagle One dalam Penanganan Tindak Kriminal Jalanan di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan variabel dari Konsep Implementasi Program Charles O. Jones. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Program Tim Khusus Eagle One dalam Penanganan Tindak Kriminal di Jakarta Selatan sudah cukup baik dikarenakan personil tim dapat memaksimalkan penggunaan kemampuan individu dan hasil pelatihan khususyang telah diberikan, namun masih ada beberapa prosedur terkait yang perlu diluruskan agar dapat menyelaraskan tujuan pembentukan Tim Khusus Eagle One dengan prosedur dalam menjalankan tugas.

Security guarantee has been an urgent problem the Indonesian government still faces. The rise of crime in Indonesia is shown by Central Agency on Statistics 2017 report, in terms of the number of crimes at the provincial/regional police level in 2016, the Metro Jaya Regional Police recorded 43,842 cases. Compared to other municipalities in Jakarta, South Jakarta has the highest street crime rate of 1,815 cases. Providing security guarantees is one of the main tasks of the government through the police based on Law Number 2 of 2002 concerning Indonesian National Police. The purpose of this study is to find out how the implementation of the Eagle One Special Team Program will eradicate street crimes in South Jakarta. This study uses a qualitative approach with in-depth interviews and literature study as data collection methods. The results of this study show that the implementation of the Eagle One Special Team Program in Eradicating Crime in South Jakarta has been done well because team personnel can maximize the use of individual abilities and the results of special training that has been given, but there are still a number of related procedures that need to be improved for them to be compatible with the objectives of the Eagle One Special Team."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi
"Dari berbagai sumber diketahui bahwa akses pada pelayanan dan derajat kesehatan berhubungan erat dengan status sosial ekonomi keluarga. Susenas 2003 menunjukkan bahwa rasio angka kematian bayi (AKB) per 1.000 kelahiran pada kelompok masyarakat pengeluaran terendah (Q1) dan tertinggi (Q5) meningkat, yakni 1,8 pada tahun 1998 dan 2,2 pada tahun 2003. Data Susenas 2004 menunjukkan bahwa pemanfaatan tenaga kesehatan oleh kelompok terkaya jauh Iebih tinggi (82%) daripada kelompok miskin (40%), dan bahkan kesenjangan/ketimpangan cenderung meningkat dengan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM pada tahun 2005.
Salah satu bentuk perwujudan tanggung jawab sosial pemerintah terhadap masyarakat miskin (maskin) adalah pemberian perlindungan sosial (social protectbn) terhadap maskin dari kesulitan akses pelayanan kesehatan akibat krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM dengan suatu kompensasi bersyarat (conditional, berupa Program Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Bagi Masyarakat Miskin (Program PKDP Bagi Maskin).
Penelitian tesis dengan topik "Evaluasi Program Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Bagi Masyarakat Miskin: Studi Kasus Puskesmas Di Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan", merupakan upaya untuk melihat Iebih jauh bagaimana program tersebut memenuhi ukuran-ukuran/indikator kinerja, pemahaman, relevansi, efisiensi, efektivitas, dan efek program terhadap maskin.
Desain evaluasi program yang dirasakan tepat untuk diterapkan dalam telaah/kajian penelitian di lapangan berorientasi pada penjajakan kepustakaan terhadap berbagai konseptualisasi tenting model-model evaluasi program, yang akhirnya dipilih konsep evaluasi yang dikembangkan oleh ELWa (Education and Learning Wales), dengan indikator yang dikembangkan sendiri oleh peneliti.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Manggarai (PK-Manggarai) dan Puskesmas Menteng Dalam II (PK-Menteng Dalam II), Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan, dengan menggunakan metode dan teknik pendekatan kualitatif evaluatif, koleksi data memanfaatkan teknik-teknik interview/wawancara mendalam sesuai kesediaan/kelayakan sumber data, studi dokumen, pengamatan, serta kuesioner. Penelitian ini berangkat dari pertanyaan umum "Bagaimana Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Bagi Masyarakat Miskin Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan?" Selanjutkan diturunkan kedalam sub-sub pertanyaan yaitu bagaimana pemahaman program,bagaimana relevansi program, bagaimana efisiensi program, bagaimana efektivitas program, dan bagaimana efek program terhadap maskin?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Perlarna, bentuk pelaksanaan Program PKDP Bagi Maskin di PK-Manggarai dan di PK-Menteng Dalam II, Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan diwujudkan dalam bentuk Keglatan pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Persalinan, Operasional dan Manajemen Posyandu, Revitalisasi dan Perbaikan Gizi. Kedua, pelaksanaan Program PKDP Bagi Maskin sebagian besar sudah berjalan sesuai dengan harapan, sehingga memberikan efek/manfaat kepada maskin dalam hal pelayanan kesehatan gratis dan peningkatkan akses pelayanan kesehatan. Namun, ada beberapa kegiatan yang belum terwujud sesuai dengan harapan. Dad lima betas indikator evaluasi yang digunakan lima di antaranya menunjukkan nilai kurang dan/atau tidak sesuai harapan, yakni keterlibatan stakeholders dalam penyusunan rencana kegiatan pelaksanaan program pada aspek relevansi program masih kurang balk; jumlah biaya kebutuhan dan biaya yang dikeluarkan pada kegiatan Revitalisasi Posyandu dan Perbaikan Gizi di PK- Manggarai masih kurang efisien; pemanfaatan kegiatan dan permasalahan yang telah tertangani pada kegiatan Revitalisasi Posyandu dan Perbaikan Gizi di PK- Manggarai masih kurang efektif dan di PK-Menteng Dalam II tidak efektif. Kelrga, intensitas pelayanan kesehatan maskin masih lebih banyak dilaksanakan di dalam gedung daripada pelayanan kesehatan di War gedung.
Untuk meningkatkan keberhasilan Program PKDP Bagi Maskin selanjutnya, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal. Pertama, Puskesmas perlu menyusun rencana pelaksanaan program (RKP Program) yang lebih komprehensif, dengan melibatkan maskin di wilayah agar kebutuhan rid maskin terhadap pelayanan kesehatan dapat dimuat dalam RKP Program. Kedua, Puskesmas perlu segera meningkatkan efektivitas kegiatan revitalisasi Posyandu dan perbailcan gizi, meialui pelatihan kader Posyandu binaan yang ada agar kader Posyandu memilki peningkatan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada Balita maskin maupun dalam memberikan upaya kesehatan lainnya di wilayah kerja Puskesmas. Ketrga, Puskesmas perlu meningkatan intensitas pelayanan Kesehatan di luar gedung sebagai upaya kesehatan preventif terhadap ancaman penyakit massal (public health) yang dihadapi maskin, melalui kegiatan Puskesmas keliling, kunjungan ke rumah maskin, penyuluhan kesehatan maskin, pelacakan gizi buruk, dan fogging massal. Keempat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu memikirkan kebijakan mengenai penyediakan sarana mobil ambulance pada setiap Puskesmas Kelurahan yang mengelola Rumah Bersalin agar layanan Persalinan dan tindakan penyelamatan Bulin, Bumil, Bufas ketika ada kejadian darurat dapat dilakukan sejak dini (early safety). Kelirna, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu memikirkan kebijakan mengenai penataan lokasi Puskesmas yang Iebih strategis untuk dijangkau oleh seluruh maskin agar maskin mendapat segala kemudahan, baik akses fisik dan akses sosial (get-at-able). Keenam, Departemen Kesehatan RI perlu segera menerbitkan kartu jaminan pemeliharaan kesehatan permanen bagi maskin dan mendistribusikannya dengan tepat agar maskin dapat menggunakan kartu jaminan tersebut setiap saat ketika mereka sakit. Ketujuh, realisasi dana program PKDP Bagi Maskin yang bersumber dari DIPA Depkes RI harus dilaksanakan pada tahun anggaran berjalan agar Puskesmas lebih slap dalam menyusun RKP Program yang lebih komprehensif, terpadu, dan berbasis wilayah. Kedelapan, Depkes RI dengan pihak terkait perlu membentuk kelompok pendamping bagi maskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit agar maskin dapat menikmati jaminan pemeliharaan kesehatan dari pemerintah dengan sepenuhnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyana
"PPMK merupakan suatu program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, dengan masyarakat yang berada di tingkat paling bawah, yaitu masyarakat kelurahan sebagai sasarannya. Salah satu kelurahan yang menjadi pelaksana PPMK adalah Kelurahan Bukit Duri. Program PPMK di Kelurahan Bukit Duri telah berjalan sejak tahun 2003. Namun, meski pelaksanaan PPMK di Kelurahan Bukit Duri sudah mendapatkan predikat sangat baik, tingkat kemiskinan di daerah tersebut masih cukup tinggi. Oleh karenanya, skripsi ini akan membahas mengenai bagaimanakah dampak PPMK di Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dalam pengumpulan data dan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis data. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan pemikiran dari Leo Agustino mengenai 4 dimensi dari dampak, yaitu pengaruh suatu program terhadap kelompok sasaran, pengaruh suatu program terhadap kelompok nonsasaran, keadaan program di masa kini, serta pengaruh tidak langsung suatu program terhadap kelompok sasaran. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, mayoritas responden memberikan tanggapan positif terhadap masing-masing dimensi tersebut.

PPMK is a program that held by Jakarta Provincial Government which aims to improve the well-being, with people who are at the lowest level, masyarakat kelurahan, as a target. One of the region that implement PPMK is Bukit Duri. PPMK in Bukit Duri has been running since 2003. However, despite the fact that the implementation of Bukit Duri's PPMK got a very good title, the poverty rate in the area is still quite high. Therefore, this paper will discuss how are the impact PPMK in Bukit Duri, Tebet, South Jakarta. This study uses a quantitative methods in collecting data and a quantitative approach to analyze the data. In the analysis, researchers used the ideas of Leo Agustino about 4 dimensions of impact, which are the impact of a program to target groups, the effect of a program to an nontarget group, in the present state of the program, as well as the indirect effect of a program to target groups. In the end, most of respondents gave positive responses to each dimensions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Surya
"Kehadiran Sustainable Development Goals (SDGs) ke-11 tentang Kota dan Permukiman yang berkelanjutan secara langsung mengharuskan suatu wilayah melakukan pelayanan publik salah satunya fasilitas umum. Tidak terkecuali Kecamatan Tebet yang berada di Provinsi DKI Jakarta sebagai wilayah yang padat dan ramai. Keberadaan fasilitas umum yang berkualitas seperti trotoar menjadi penting untuk menunjang mobilitas masyarakat. Namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai kualitas trotoar di Kecamatan Tebet sehingga perlu adanya pembahasan mengenai hal tersebut ditinjau dari perspektif masyarakat sebagai pengguna. Tujuan penelitian ini dibuat untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kualitas trotoar untuk pejalan kaki di Kecamatan Tebet. Penelitian dilakukan menggunakan konsep Pedestrian Level of Service (PLOS) yang dikemukakan oleh Sahani & Bhuyan (2020). Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mix method melalui kuesioner, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap kualitas trotoar untuk pejalan kaki di Kecamatan Tebet Buruk. Saran yang diberikan kepada Pemprov DKI Jakarta adalah untuk meningkatkan kualitas trotoar untuk pejalan kaki di Kecamatan Tebet dengan mengedepankan aspek traffic, safety, comfort, maintenance, dan aesthetics dari PLOS.

The presence of the 11th Sustainable Development Goals (SDGs) concerning sustainable Cities and Settlements directly involves a region performing public services, one of which is public facilities. The Tebet sub-district, which is in DKI Jakarta Province, is no exception, which is a dense and bustling area. The existence of quality public facilities such as sidewalks is important to support community mobility. However, there has been no further research on the quality of the sidewalks in Tebet District, so it is necessary to discuss this matter from the perspective of the community as users. The purpose of this study was made to determine the public's perception of the quality of the pedestrian walkways in Tebet District. The research was conducted using the Pedestrian Level of Service (PLOS) concept put forward by Sahani & Bhuyan (2020). This research approach is quantitative with mixed data collection techniques through questionnaires, in-depth interviews, and literature studies. The results of the study show that the public's perception of the quality of the sidewalks for pedestrians in Tebet Bad District. The advice given to DKI Jakarta Provincial Government is to improve the quality of the sidewalks for pedestrians in Tebet District with aspects of traffic control, security, comfort, maintenance, and aesthetics from PLOS."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine
"Remaja dalam menyongsong masa depannya. memeriukan pendampingan dari orang-orang yang iebih tua dan berpengalaman. Pendampingan diperlukan remaja untuk mengarahkan keinginan dan cita-cita mereka secara optimal. Program bantuan seperti itu, telah diberikan di Sekoiah Menengah Umum, yang dikenal dengan program Bimbingan dan Konseling. Namun. dan penelitian terdahulu dan hasil wawancara singkat pada beberapa siswa SMU, dirasakan keberadaan program yang penting ini, tidak begitu mendapatkan perhatian siswa. Oleh karena itu, peneliti hendak mengetahui bagaimana siswa mempersepsikan program BK sesungguhnya. Dalam peneletian ini juga akan dilihat perbedaan yang muncul antar kelompok jurusan program studi IPA dan IPS serta antar kelompok konsep diri tinggi dan rendah pada aspek kemampuan fisik. aspek daya tarik penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan dalam mata pelajaran sekoiah. Penelitian dilakukan pada 80 siswa/i SMU, yang duduk di kelas 111 dan sudah mendapalkan program BK selama dua tahun. Pengambrlan data dilakukan dengan penyebaran kuesloner. bertipe skala Liked.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMU mempersepsikan program BK panting dan bermanfaat, namun dalam pelaksanaannya program ini masih kurang diberikan eecara menarik, sehingga adakalanya menyebabkan srsvra metasa bosan dan mengantuk. Berdasarkan jurosan program studi, ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK dan pelaksanaan BK di sekolah. Namun, dalam persepsi tentang peranan BK di bidang bimbingan ptibadi-sosial, bimbingan belajar dan bimbingan kanr, tidak ditemukan adanya perbedaan yang slgnifikan.
Berdasarkan konsep dm, ditemukan tidak adanya pedtedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap program BK antar kelompok konsep din tinggi dan rendah dalam aspek kemampuan fisik. Dalam ketlga aspek konsep din lainnya, yaHu aspek daya tank penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan daiam mata pelajaian sekolah, tidak ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap guru pembimbing BK, dan peranan BK dalam kehidupan siswa d, bidang bimbingan pnbadi-sosial dan bidang bimbingan beiajar. Walaupun daiam ketiga aspek tersebut, ditemukan juga ada perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK, metode pelaksanaan BK dan peranan BK di bidang bimbingan karir."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Penny Handayani
"Abstrak
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 dan 4 adalah Unit Pelayanan Teknik Dinas
Sosial Provinsi DKI Jakarta yang memberikan pelayanan pengasuhan alternatif bagi remaja.
Sebagai pengganti orangtua, PSAA bertanggung jawab atas pemenuhan hak anak-anak yang
ditampungnya. Namun pada kenyataannya, layanan yang diberikan cenderung kurang memadai,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas pengasuh, sehingga walaupun kebutuhan fisik anak
asuh terpenuhi, kebutuhan psikologis mereka cenderung terabaikan. Akibatnya, sejumlah
masalah muncul, seperti kekhawatiran akan masa depan selepas dari panti, yang diperberat oleh
kendala kemampuan sosial dan akademis. Permasalahan ini berkaitan erat dengan rendahnya
self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mengatur dan
melaksanakan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil tertentu, yang dalam kasus ini
berkaitan dengan kemampuan menjalani hidup di luar panti. Sebagai bentuk intervensi, disusun
program pengabdian kepada masyarakat berbentuk pendampingan psikologis. Agar program
tepat sasaran, analisis kebutuhan dilakukan terlebih dahulu. Hasilnya menunjukkan bahwa keterampilan yang dibutuhkan oleh remaja panti meliputi mengenal diri, sikap positif, mengenal
gaya belajar, manajemen waktu, disiplin diri, komunikasi, kerja sama, dan menetapkan tujuan.
Sebagaimana remaja pada umumnya, hubungan dengan orang-orang terdekat memiliki
pengaruh penting terhadap kondisi emosi dan motivasi remaja panti. Selain itu, diketahui pula
bahwa mereka belum memiliki gambaran masa depan yang konkret dan fokus. Oleh sebab itu,
diperlukan pendekatan dan media pembelajaran yang interaktif dan efektif untuk menarik
perhatian mereka. Agar intervensi bersifat menyeluruh, pendampingan juga diberikan bagi
pengasuh sebagai mitra keberlangsungan program."
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2018
300 JPM 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>