Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Refni Dumesty
"ABSTRAK
Komparasi Implementasi Kebijakan Pengendalian Kanker Serviks Pada Program
Skrining Rutin Dan Pilot Project Bulan Cegah Kanker Serviks Di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2011- 2012
Latar Belakang : jumlah cakupan skrining kanker serviks merupakan indikator
terhadap keberhasilan program skrining kanker serviks di Puskesmas sebagai
bentuk dari implementasi kebijakan pengendalian kanker serviks. Peningkatan
jumlah cakupan yang cukup tinggi pada program skrining Pilot Project Bulan
Cegah Kanker Serviks dan penurunan jumlah cakupan skrining pasca Pilot
Project menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan
cakupan tersebut.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pelaksanaan program
rutin skrining kanker serviks dengan program skrining Pilot Project Bucekas yang
diidentifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu
Kondisi Lingkungan, Hubungan Antar Organisasi, Sumber Daya Organisasi, dan
Karakteristik Kapabilitas Instansi serta upaya terhadap program keberlangsungan
(sustainability).
Metode : penelitian kualitatif dengan disain retrospektif kebijakan terhadap 6
informan kunci.
Hasil : terdapat perbedaan di dalam implementasi kebijakan program skrining
rutin kanker serviks dengan program Pilot Project Bucekas dilihat dari keempat
faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengendalian kanker serviks
di Sudinkes Jaksel.
Kesimpulan : penguatan terhadap komitmen birokrasi, peran stakeholder,
kerjasama lintas program dan sektoral, fungsi manajemen, promosi kesehatan,
jejaring dan ketersediaan dana menjadikan Pilot Project Bucekas lebih berhasil
dibandingkan dengan program skrining rutin dalam meningkatkan cakupan
skrining kanker serviks dan belum adanya program sustainability yang matang
terhadap program skrining rutin kanker serviks. Pembelajaran dari program Pilot
Project Bucekas dapat menjadi landasan kebijakan yang akan diambil oleh policy
maker di Sudinkes Jakarta Selatan dan Dinkes Propinsi DKI Jakarta

ABSTRACT
Comparison of Cervical Cancer Control Policy Implementation in Routine
Screening Program and ?Pilot Project Prevent Cervical Cancer Month? in South
Jakarta Health Office of Year 2011 - 2012
Background : The number of cervical cancer screening coverage is an indicator
of the success of cervical cancer screening program in the Community Health
Center as a form of cervical cancer control policy implementation. Increasing the
amount of coverage is high enough in screening programs ?Pilot Project Prevent
Cervical Cancer Month? ( Bucekas) and decrease the amount of coverage after
the Pilot Project showed that factors influencing the decline in coverage.
Purpose : this study aimed to compare the implementation of routine cervical
cancer screening program with a screening program identified Bucekas Pilot
Project of the factors that influence the implementation of the policy are
environment conditions, the Inter-Organization Relationship, Organizational
Resources and Capabilities Agency Characteristics and efforts toward program
sustainability.
Methods : qualitative research design with retrospective policy to 6 key
informants.
Results: there are differences in policy implementation routine cervical cancer
screening program with Pilot Project Bucekas program views of the four factors
that influence the implementation of cervical cancer control policy at South
Jakarta Health Office.
Conclusions : The strengthening of the commitment of the bureaucracy, the role
of stakeholders, cooperation and cross-sectoral program, the function of
management, health promotion, networking and the availability of funds makes
the Pilot Project Bucekas more successful than the routine screening program in
improving the coverage of cervical cancer screening and the absence of a mature
sustainability programs against routine screening program for cervical cancer.
Learning from the Pilot Project Bucekas program can be the base policy to be
taken by policy makers in South Jakarta Sudinkes and health office of DKI
Jakarta"
2012
T31272
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Liona Agusdin
"Kanker serviks merupakan salah satu kanker tersering yang dialami, wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 440.000 kasus baru setiap tahunnya dan sekitar 80% terjadi di negara berkembang. Negara - negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika, dan Amerika Latin, tercatat sebagai negara dengan prevalensi kanker serviks yang tinggi. Contohnya di India, kasus baru kanker serviks setiap tahunnya adalah 90.000, sementara di Zimbabwe antara tahun 1990-1992 insiders kanker serviks mencapai 47.6 per 100.000. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan 39,5% penderita kanker adalah kanker serviks. Di negara industri maju kanker serviks relatif lebih jarang, dibandingkan dengan kejadian kanker -payudara, paru-paru, kolon, rektum, dan prostat.
Perbedaan yang sangat jelas antara negara berkembang dengan negara maju ini adalah karena adanya skrining kanker serviks yang telah dilaksanakan secara luas di negara maju tersebut. Sekitar 50% wanita di negara maju telah menjalani tes pap paling sedikit 1 kali dalam periode 5 tahun, namun di negara berkembang hanya 5% wanita. Di beberapa negara seperti Amerika, Kanada, dan hampir seluruh negara di Eropa, 85% wanitanya telah menjalani Tes pap paling sedikit satu kali. Shining kanker serviks telah menurunkan insidens kanker serviks yang invasif. Penurunan insidens ini sangat berkaitan dengan jumlah populasi yang menjalani skrining dan jangka waktu antara dua skrining (skrining interval). Pada populasi dengan cakupan skrining yang luas, insidens kanker serviks turutl sampai 70-90%, sementara pada populasi yang tidak menjalani skrining, insidens kanker serviks terus berada pada kondisi awal seperti saat skrining belum diberlakukan di negara maju. Indonesia yang merupakan negara berkembang, telah diterapkan tes pap sebagai shining kanker serviks namun seperti yang juga dialami oleh negara berkembang lainnya penerapan tes pap sebagai skrining kanker serviks masih mendapat berbagai kendala, antara lain luasnya wilayah, dan juga masih kurangnya tenaga ahli sitologi.
Alternatif yang lebih sederhana serta mampu laksana dengan cakupan yang luas sehingga diharapkan temuan Iasi prakanker serviks lebih banyak adalah dengan tes IVA (WA). Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sensitif, namun spesifisitasnya rendah. Spesifisitas yang rendah berarti bahwa positif palsu tes WA masih tinggi. Sebuah penelitian mendapati bahwa 40% pasien yang dirujuk untuk kolposkopi karena hasil WA positif, temyata hasil kolposkopinya normal. Ini berarti masih banyak pasien dengan hasil WA positif yang kemudian harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut dimana sebenarnya pasien tersebut tidak perlu menjalani pemeriksaan tersebut atau tidak perlu mengeluarkan biaya lebih apabila spesifisitas tes WA ditingkatkan. Upaya untuk meningkatkan spesifisitas WA dalam skrining Iasi prakanker adalah dengan melakukan penapisan dua tahap. Penapisan tahap kedua setelah didapatkan hasil WA yang positif, dapat menggunakan berbagai Cara, seperti dengan tes pap, dengan Servikografi, maupun dengan tes DNA HPV Dengan penapisan dua tahap ini, diharapkan spesifisitas WA dapat lebih baik.
Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa Tes pap dapat dijadikan pemeriksaan tahap kedua dalam upaya meningkatkan-spesifisitas tes WA dalam skrining Iasi prakanker serviks. Saat ini telah dikembangkan metode tes pap yang baru yang dikenal dengan Thin prep pap test. Latar belakang dikembangkannya metode ini adalah karena tes pap konvensional memiliki negatif palsu berkisar antara 6-55% dan meningkat jika pembuatan slide atau sediaan tidak baik. Dengan menggunakan Thin Prep kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk jika dibandingkan dengan preparat tes pap konvensional. Prep meningkatkan kualitas spesimen dengan cam mengurangi darah, mukus, inflamasi, dan artifak lainnya yang dapat menggangu pembacaan sediaan. Karena kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk, maka Thin Prep lebih efektf juga dalam mendeteksi lesi intraepitelial skuamosa derajat rendah dan juga lesi-lesi yang lebih beat pada berbagai populasi pasien dibandingkan dengan Tes pap konvensional. Thin prep pap test meningkatkan deteksi Iasi prakanker 65% pada populasi skrining dan 6% pada populasi risiko tinggi jika dibandingkan dengan Tes pap konvensional.
Tes WA dengan kelebihannya yang mudah untuk dilakukan , murah, dan mempunyai sensitivitas yang tinggi, namun memiliki positif palsu yang tinggi, apabila dikombinasikan dengan tes pap dimana sensitivitas dan spesifisitasnya cukup baik maka diharapkan sistem skrining dua tahap ini dapat diberlakukan sebagai sistem skrining kanker serviks di Indonesia.
Rumusan Masalah: Apakah tes pap digabungkan dengan tes WA positif dapat meningkatkan spesifisitas dan menurunkan positif palsu tes WA ?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Jusnita
"Kepatuhan terhadap kemoterapi adalah ketaatan individu atau klien dalam mengikuti rangkaian pengobatan kemoterapi yang bertujuan untuk mengahambat pertumbuhan sal kanker dan membunuh sel kanker supaya tidak berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan menjalani kemoterapi pada klien kanker serviks terhadap nilai kualitas hidup. Desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, menggunakan kuesioner, dianalisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square, tempat peneliti. di RS Kanker Dharmais, total 20 responden. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara score nilai kualitas hidup responden terhadap frekuensi menialani kemoterapi sebanyak empat kali, lima kali dan Iebih dari enam kali.
Kata kunci : Kepatuhan, kemoterapi, klien kanker serviks, nilai kualitas hidup"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5836
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Maryati
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Fahrudin
"Latar Belakang: Kanker serviks menduduki peringkat ke tiga di seluruh dunia sebagaipenyebab kematian perempuan dan merupakan penyebab kematian utama perempuan dinegara berkembang. Diperlukan evaluasi kesintasan berkala yang secara tidak langsungmenjadi cermin tatalaksana.
Tujuan: Mengetahui kesintasan pasien kanker serviks di RSCM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap data rekammedis pasien kanker serviks pada tahun 2012-2014 dengan metode total populationsampling. Analisis data dilakukan menggunakan kurva Kaplan Meier, uji Log Rank dan Regresi Cox untuk mencari kemaknaan hubungan antarvariabel.
Hasil: Terdapat 1.303 subjek penelitian dengan angka kesintasan kanker serviks hingga tahun ke-5 sebesar 76%, 66%, 60%, 43% dan 36% dengan median kesintasan sebesar 1355 hari secara keseluruhan. Terdapat perbedaan hazard bermakna pada variabel stadium kanker (p<0,001). Analisis regresi cox menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kesintasan adalah stadium kanker.
Kesimpulan: Kesintasan 5 tahun kanker serviks di RSCM tahun 2012-2014 sebesar 36%.

Background: Cervical cancer is ranked third as female cause of death worldwide and isthe leading cause of death of women in developing countries. A periodic survivalevaluation is required that implies the treatment implicitly.
Objective: To know the survival rate of cervical cancer patients at CiptoMangunkusumo Hospital.
Methods: This retrospective cohort study used medical records data of cervical cancerpatients in 2012- 2014 using total population sampling method. Data analysis was doneusing Kaplan Meier curve, Rank Log test and Cox Regression to find the associationbetween variables.
Results: There were 1.303 subjects with overall kesintasan rates of cervical cancer up tothe fifth year of 76, 66, 60, 43 dan 36 with a median survival 1355 days. There were significant hazard differences in cancer stage variables (p <0.001). Cox regression analysis showed that factors affecting survival were cancer stage.
Conclusion: The 5-year kesintasan rate of cervical cancer at Cipto Mangunkusumo hospital in 2012-2014 is 36%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endy Muhardin Moegni
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0184
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Anggia Julianti
"Latar Belakang: Kanker serviks masih menjadi kanker tersering kedua di Indonesia dengan insiden 2638 kasus pada tahun 2008. Sejak tahun 1999, National Cancer Institute merekomendasikan penatalaksanaan kanker serviks dengan menggunakan kemoradiasi. Namun selama ini tatalaksana kanker serviks lebih banyak mengacu untuk klasifikasi histopatologi karsinoma sel skuamosa, sementara angka kanker serviks dengan tipe sel adenokarsinoma meningkat dan menurut beberapa penelitian memiliki prognosis yang lebih buruk.
Tujuan: Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui perbandingan keberhasilan terapi dengan kemoradiasi dibandingkan dengan radiasi saja serta untuk mengetahui adanya perbedaan respon terapi pada kanker serviks dengan klasifikasi histopatologi karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.
Metode: yang digunakan adalah secara cross sectional dimana sampel diambil dari pasien kanker serviks IIB ndash; IIIB pada tahun 2011 ndash; 2013 di RSCM yang menjalani terapi radiasi atau kemoradiasi.
Hasil: Dari 163 sampel yang dipelajari, sebanyak 107 pasien adalah pasien dengan karsinoma sel skuamosa dan 56 pasien dengan adenokarsinoma. Menurut klasifikasi histopatologi, karsinoma sel skuamosa didapatkan memiliki angka respon lengkap yang tidak berbeda secara signifikan, yaitu 82,2 dibandingkan dengan adenokarsinoma 78,6 p = 0,721 Sebanyak 67,5 pasien mendapatkan terapi radiasi dan 32,5 mendapatkan terapi kemoradiasi dengan agen kemoterapi berbasis platinum, terapi dengan kemoradiasi didapatkan memiliki respon terapi yang lebih baik yaitu dengan angka respon lengkap sebanyak 98,1 dibandingkan dengan radiasi 72,7 p = 0,001 . Pada kelompok pasien yang dilakukan radiasi, pasien dengan karsinoma sel skuamosa tidak memiliki respon yang berbeda dengan kemoradiasi, yaitu respon komplit 76,9 dibandingkan dengan 62,5 p= 0,191 . Begitu juga dengan kelompok kemoradiasi, tidak ada perbedaan respon terapi antara pasien karsinoma sel skuamosa 96,6 dengan adenokarsinoma 100.
Kesimpulan: Dari penelitian ini didapatkan tidak ada perbedaan respon terapi pada tipe sel karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Pada masing-masing kelompok radiasi dan kemoradiasi, karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma tidak terdapat perbedaan. Pasien yang diterapi dengan kemoradiasi memiliki respon terapi yang lebih baik dibandingkan radiasi saja.

Background: Cervical cancer is the second most frequent cancer in Indonesia with incident of 2638 cases in 2008. Since 1999, National Cancer Institute in the United States recommend to give concurrent chemoradiation for advanced stage cervical cancer. Until now the therapy recommention mostly addressed for squamous cell carcinoma, meanwhile the incidence of adenocarcinoma arise with also worse prognosis.
Objective: To know the correlation between histopathological type squamous cell carcinoma and adenocarcinoma with the teurapeutic response and to compare the response of treatment using radiation only and chemoradiation.
Method: This study was using cross sectional method, sampel was taken by secondary data using medical report of patient with cervical cancer staged IIB IIIB year 2011 ndash 2013 at RSCM who underwent radiation and chemoradiation.
Result: From 163 subjects, 107 was patient with squamous cell carcinoma and 56 patients with adenocarcinoma. According to histopathological type, squamous cell carcinoma and adenocarcinoma had insignificant difference in theurapetical response, which is 82,2, compared to 78,6 p 0,721. There were 67,5 patients got radiation only and 32,5 got concurrent chemoradiation therapy using platinum based agent. Among patient who were treated with chemoradiation, 98,1 patients achieved complete respons and for patient with radiation only 72,7 achieved complete respons 72,7 p 0,001. Patients who were treated with radiation only, when compared to its pathological type, the complete respons were not different 76,9 in squamous cell carcinoma, compared to 62,5 in adenocarcinoma p 0,191. And so as patient with chemoradiation, there were no difference in theurapetical respons in squamous cell carcinoma 96,6 compared with 100 in adenocarcinoma.
Conclusion: There was no difference in theurapetical respons in patient with squamous cell carcinoma compared to adenocarcinoma. Chemoradiation appeared to have better theurapetic respon compared to radiation only therapy. In each theurapetic modality group the respon therapy for squamous cell carcinoma and adenocarcinoma had no difference in theurapetical response.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puja Agung Antonius
"Latar Belakang: Kanker serviks adalah keganasan ginekologi terbanyak kedua pada perempuan di seluruh dunia dengan angka kematian yang tinggi. Stadium IIIB kanker serviks didefinisikan sebagai perluasan tumor yang mengenai dinding panggul atau adanya hidronefrosis. Jika disertai dengan gangguan ginjal, angka morbiditas dan mortalitas pasien akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan data patologi, respon terapi, masa rawat, dan angka kesintasan satu tahun pada pasien kanker serviks stadium IIIB dengan dan tanpa gangguan ginjal.
Metode: Dengan menggunakan metode potong lintang dilakukan pengambilan data 941 sampel pasien kanker serviks stadium IIIB di RSCM Jakarta antara bulan Juli 2010 - Juli 2015.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan jumlah pasien ditinjau dari keterlibatan dinding panggul, keterlibatan KGB, derajat dan simetrisitas hidronefrosis, rerata kadar ureum, kreatinin, dan kalium serum pada pasien kanker serviks dengan dan tanpa gangguan ginjal (p<0.001). Juga ditemukan perbedaan bermakna jumlah pasien yang menjalani terapi diversi urin , dialisis, dan kemoterapi. Untuk analisis kesintasan, didapatkan hazard ratio 0.307 (IK95% 0,160-0,589).
Kesimpulan: Dengan gambaran data tersebut, perlu diusulkan suatu entitas klasifikasi baru untuk kanker serviks stadium IIIB dengan gangguan ginjal (IIIB plus), mengingat kasus ini membutuhkan penanganan yang lebih kompleks dan holistik dengan melibatkan banyak keahlian (penyakit dalam, urologi, ginjal hipertensi, gizi klinik dan paliatif) serta prognosis yang berbeda bermakna secara statistik

Background: Cervical cancer is the second most common gynecological cancer in women globally. Stage IIIB cervical cancer is defined as a local extension of tumor that affects the pelvic wall or hydronephrosis or kidney disease. If accompanied by kidney disease, the complication will increase thereby increasing patient's morbidity and mortality. The aim of this study is to know whether there are differences in the clinical data, therapy, duration of hospital, and one-year survival rate in cervical cancer patient with and without kidney disease.
Methods: This research uses cross-sectional method with samples of stage IIIB cervical cancer patients in Cipto Mangunkusumo between July 2010 and July 2015.
Results: The results showed significant difference in the number of patients with pelvic wall involvement, lymph node involvement, degree and symmetry of hydronephrosis, the serum urea, creatinine, and potassium level between cervical cancer patients with and without kidney disease (p <0.001). There are also significant differences in the number of patients undergoing urinary diversion therapy, dialysis and chemotherapy. For survival analysis, the hazard ratio obtained is 0.307 (IK95% 0.160 - 0.589).
Conclusion: With the results obtained, we suggest new entitiy for cervical cancer stage IIIB with kidney disease ( IIIB plus), according to there is an obligation of more complex involvement of specialist (internist, urologist, renal hypertension expert, clinical nutrition and palliative expert) and statistically the prognosis is different
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Arif Pratama
"Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah penyakit kanker yang sering menyerang perempuan di dunia. Salah satu faktor pencetus penyakit kanker ini adalah perilaku merokok. Presentase perilaku merokok pada perempuan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh perilaku merokok terhadap kejadian kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel penelitian ini adalah wanita berusia lebih dari 20 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kanker serviks adalah 0,12(0,09-0,14) dan terdapat pengaruh antara perilaku merokok dengan kejadian kanker serviks di Indonesia tahun 2013 setelah dilakukan pengontrolan terhadap variabel konfounding. Faktor yang menjadi konfounding adalah umur, usia pertama kali berhubungan seksual, menggunakan pil KB, dan sosial ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi berupa Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang bahaya merokok dan penyakit kanker serta diperlukan kebijakan yang kuat untuk regulasi terkait tembakau.

Cervical cancer is often attacks women in the world. One of the creators cancer this is smoking behavior. The percentage of smoking behavior in women increased every year. The study is done to identify the effects of smoking behavior against cervical cancer. This research uses design cross sectional study and the data riskesdas 2013. The sample it is a woman age of more than 20 years meet the criteria inclusion and exclusion.
The result showed that prevalence of cervical cancer is 0,12 ( 0,09-0,14 ) and there is influencebeteen smoking behavior with the incidence cervical cancer in indonesia 2013 after variables confounding were controlled. Confounding variables are age, the first have sex, using pills, and socioeconomic. Hence, required intervention of communication, information, and education ( kie ) about the dangers of smoke and cancer policy and require strong related regulations tobacco.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Murwaningsih
"Salah satu dampak dari tindakan sinar dalam atau brakiterapi pada pengobatan kanker serviks adalah adanya disfungsi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran indeks fungsi seksual pada klien kanker serviks. Desain penelitian menggunakan desain bersifat deskritif korelasi dengan menghubungkan masing-masing karakteristiknya. Dengan besar n = 50, menggunakan kuesioner indeks fungsi seksual yang terdiri dari 19 item pertanyaan dengan 6 domain di dalamnya. Analisis data dengan univariat dan bivariat dengan Uji T independen dan uji ANOVA.
Hasil penelitian diperoleh gambaran indeks fungsi seksual yang rendah dan hubungan yang bermakna antara hubungan seksual setelah brakiterapi dan frekuensi dalam melakukan hubungan dengan indeks fungsi seksual total. Disarankan perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang seksualitas dengan benar agar klien memperoleh informasi secara maksimal.

One of impacts in internal radiotherapy or brachytherapy for cervical cancer treatment that has dysfunction of sexual. This study aims to Description of index sexual function for client‟s that has cervical cancer. Method of research that use of descriptively method which correlate in each of characteristic. the number of samples are 50 (n = 50), use of questionnaire about sexual function index that consisting of the 19 item of question by six domains. Analyzing of data by univariat and bivariat with independent test of "T" and test of ANOVA.
Determining of result is description of sexual function index in low and has good correlation between sexual intercourse after brachytherapy treatment and frequency of intercourse with sexual function index totally. Hopefully, the nurses can provide healthy education about sexuality correctly so that the clients can determine the information maximally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>