Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162698 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iin Indartati
"Telah dilakukan penelitian uji biodistribusi dan dosis internal berbagai organ pada pemeriksaan renografi yang bertujuan untuk mengetahui alir 99Tcm DTPA dalam metabolisme dan prediksi dosis internal dan eksternal yang diterima pasien renografi. Penelitian dilakukan dengan melakukan pemindaian berulang dengan pencitraan planar AP dan PA pada lapangan toraks abdomen, cranial dan pelvis dalam suatu interval waktu hingga 120 menit setelah penyuntikan terhadap pasien laki-laki sehat. Biodistribusi 99TcmDTPA menunjukkan persentase yang tinggi pada jantung, liver, paru?paru dan ginjal pada rentang 0-10 menit, sedangkan pada rentang waktu 40-50 menit, 80-90 menit dan 120-130 menit persentase tertinggi terjadi pada kandung kemih. Penghitungan dosis internal terhadap 13 orang pasien normal (tanpa indikasi sakit ginjal) dan 17 orang sakit ginjal, diperoleh bahwa pada pasien normal berada pada rentang 0,09-0,17 rad/mCi lebih rendah dibandingkan pasien sakit ginjal berada pada rentang 0,20-0,60 rad/mCi, sebaliknya terjadi pada dosis internal pasien normal 0,03-0,15 rad/mCi lebih tinggi dibandingkan dosis internal kandung kemih pasien sakit ginjal (0,01-0,08 rad/mCi). Untuk pengukuran dosis eksternal dengan menggunakan TLD pada 1 jam dan 2 jam setelah proses pemeriksaan renografi diperoleh dosis permukaan yang tinggi pada 1 jam setelah pemeriksaan dan menurun sebanyak 50 % pada dosis permukaan setelah 2 jam proses pemeriksaan renografi.

The study of biodistribution and dosimetry testing for Tc-99m DTPA has been done to asses its flow in metabolism and predict internal and external patients dose. Renography patients scanned with AP and PA plannar imaging on thorax abdomen, cranial and pelvic field for several interval times up to 120 minutes after Tc-99m DTPA injected. Biodistribution shows the highest activity percentage in the heart, liver, lung and kidney at period 0 ? 10 minutes, whereas in bladder at period 40-50 minutes, 80-90 minutes and 120-130 minutes. Calculation of internal dose of 13 normal patients (with no indication of kidney disease) and 17 kidney disease, found that in normal patients are in the range 0.09 to 0.17 rad / mCi lower than kidney disease patients are in the range 0.20 -0.60 rad / mCi, the opposite occurs in normal patients internal dose from 0.03 to 0.15 rad / mCi dose is higher than the internal dose in bladder at kidney disease patients (0.01 to 0.08 rad / mCi). For external dose measurements using TLD at 1 hours and 2 hours after renography examination obtained high surface dose at 1 hour after the examination and decreased by 50% in the surface dose after 2 hours of the renography examination."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31250
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Teknik Renografi menggunakan Alat Renograf adalah salah satu modalitas pemeriksaan fungsi ginjal selain dengan pemeriksaan laboratorium dan teknik Sinar-X. Renograf IR-03 untuk pemeriksaan fungsi ginjal hasil rancangbangun BATAN telah dikonstruksi dan menjalani uji laboratorium di PRPN-BATAN Serpong dan uji klinis di RSUP DR.Sardjito Jogyakarta. Biaya yang berkaitan dengan pemakaian klinik Alat Renograf di rumahsakit telah dianalisis yang terdiri dari komponen nilai radiofarmaka dan nilai investasi alat Renograf. Perhitungan biaya radiofarmaka hippuran 131Iodine per tahun dengan estimasi jumlah pasien 2000 orang sebesar Rp. 30 juta, Total Direct Cost adalah Rp. 212,5 juta dan biaya modal satu Alat Renograf sebesar Rp. 250 juta. Nilai Titik Impas (Break Event Point) Investasi satu Alat Renograf adalah 1194 (0,597%) atau setara Rp. 209,475 juta, dengan biaya per prosedur adalah Rp. 85.000,-. Harga ini tergantung pada beberapa variable terutama volume (kapasitas pelayanan pasien).
Perhitungan analisis Cash-Flow untuk melihat seberapa jauh investasi tersebut menarik dan memberi prospek ke masa depan menunjukkan nilai Rate of Return yang diperoleh yaitu ROR ( i*) adalah 22,6%, jauh diatas suku bunga simpanan Bank saat ini yaitu <10%. Perhitungan analisa Payback Period menunjukkan nilai 1,818 tahun, sangat prospektif secara ekonomi. "
610 JKY 20:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Trifena Kristiani
"Brakiterapi merupakan salah satu pengobatan efektif untuk kanker serviks karena memungkinkan memberikan dosis tinggi pada tumor tetapi memiliki resiko untuk organ radiosensitive di sekitarnya seperti buli dan rektum. Perencanaan pengobatan yang tepat dapat meminimalkan dosis buli dan rektum yang diterima. Untuk mengetahui keakurasian dosis buli dan rektum hasil perhitungan Treatment Planning System (TPS) dengan dosis sebenarnya diperlukan pengukuran langsung.
Penelitian ini menggunakan fantom khusus yang terbuat dari bahan akrilik sebanyak 12 lembar balok akrilik membentuk kubus berukuran 20 x 20 x 12 cm3 yang didalamnya terdapat beberapa hole yang digunakan untuk meletakkan aplikator yang digunakan sebagai tempat sumber iridium-192 dihubungkan dengan pesawat brakiterapi HDR Microselectron V2 dan detektor ionisasi PTW Farmer TM 30013 serta electrometer Unidos.
Dua metode pengukuran yang digunakan yaitu penggunaan aplikator tabung intrauterine dan sepasang ovoid serta penggunaan sepasang ovoid tanpa tabung intrauterine dengan pemberian dosis titik A atau titik referensi sebesar 700, 850 dan 1000 cGy. Dari penelitian ini didapatkan dosis fantom yang terukur mendekati dosis hasil perhitungan TPS.

Brachytherapy is one effective treatment for cervical cancer because it allows to give high doses to the tumor but has a risk to radiosensitive organs in the vicinity such as bladder and rectum. Planning appropriate treatment can minimize the dose received bladder and rectum. To determine the accuracy of dose calculation results of bladder and rectum Treatment Planning System (TPS) with direct measurement of the dose is actually necessary.
This study uses a special phantom made of acrylic material as much as 12 sheets of acrylic blocks to form a cube measuring 20 x 20 x 12 cm 3 in which there are several holes that are used to put the applicator that is used as a source of iridium-192 HDR brachytherapy is connected by Microselectron V2 unit and PTW Farmer ionization detector and electrometer Unidos TM 30 013.
Two methods of measurement used is the use of intrauterine applicator tube and a pair of ovoid and the use of a pair of ovoid without intrauterine tube with a dose of point A or point of reference by 700, 850 and 1000 cGy. From this study obtained a measured dose phantom approaching TPS dose calculation results.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmanto
"Telah dilakukan penelitian untuk memperoleh distribusi dosis sumber brakiterapi Ir-192 HDR (High Dose Rate) Mikroselektron Klasik dalam medium air dengan Monte Carlo EGSnrc. Parameter dosis dikalkulasi sesuai dengan rekomendasi AAPM TG 43 seperti: kekuatan kerma udara, konstanta laju dosis, fungsi dosis radial, dan fungsi anisotropi. Hasil kalkulasi diperoleh nilai kekuatan kerma udara (Sk/A) sebesar 9,65 x 10-8 U.Bq-1 dengan nilai konstanta laju dosis (Λ) sebesar 1,121 cGy h-1 U-1. Dalam klinis, brakiterapi umumnya menggunakan distribusi dosis dari multi sumber. Distribusi dosis tersebut sangat ditentukan oleh interval antar sumber. Dengan mengambil referensi dosis di titik sumbu utama pada jarak 1,0 cm dari sumber maka distribusi dosis mulai tidak homogen bila interval antar sumber ≥ 1,5 cm terutama untuk r ≤ 1,0 cm.

This study presents the results of EGSnrc Monte Carlo calculations of the dose distribution of Ir-192 brachytherapy HDR (High-Dose Rate) Microselectron Classic sources in water medium. Parameters of dose were calculated according to AAPM TG 43 recommendations such as air kerma strength, dose rate constant, radial dose function and anisotropy function. The results of calculations obtained air kerma strength (Sk/A) of 9.65 x 10-8 U.Bq-1 with dose rate constant (Λ) of 1.121 cGy.h-1.U-1. In clinical, brachytherapy generally used dose distribution from multi-sources. The dose distribution is mostly determined by the interval between sources. By taking reference dose at the point of the main axis at a distance of 1.0 cm from the source dose distribution started not homogeneous when the interval between sources ≥ 1.5 cm especially for r ≤ 1.0 cm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T30017
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa P. Surbakti
"Latar belakang dan tujuan : Dispepsia merupakan keluhan yang diperkirakan
mencapai lebih dari sepertiga penderita yang berobat ke dokter umum dan lebih
dari setengah penderita yang datang ke klinik gastroenterologi. Penyebab
terjadinya keluhan pada dispepsia non ulkus khususnya sampai sekarang belum
jelas, tapi dikatakan 30 - 80% diantaranya ditemukan perlambatan waktu
pengosongan lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya gangguan motilitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga
pengobatan yang diberikan dapat lebih tepat. Bahan dan Cara : Dilakukan
pemeriksaan waktu pengosongan lambung dengan makanan padat pada 21 orang
penderita dispepsia dengan menggunakan skintigrafi dan ditentukan derajat
dispepsia pada kelompok ini dengan menggunakan skor Talley. Pemeriksaan
kelompok kontrol dilakukan pada 10 ~rang normal yang sudah dilakukan peneliti
sebelumnya dengan cara yang sarna. Hasil : Waktu pengosongan lambung pada
kelompok kontrol adalah 75,34 K 25,87 sedang pada kelompok dispepsia 77,80 K
39,42 waktu pengosongan lambung pad a laki-Iaki adalah 69,29 K 21,88 dan
perempuan 86,38 K 45,78. Waktu pengosongan lambung pada dispepsia derajat
ringan 67,44 K 29,85 dan pada derajat sedang 84,18 K 44,21. Usia rata-rata adalah
37,03 K 7,08 tahun, berat badan rata-rata 56,90 K 8,48 kg. Secara statistik tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok dispepsia dan kontrol (p >
0,05) dan tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara waktu pengosongan
lambung dengan usia, jenis kelamin, berat badan, dan derajat dispepsia (p > 0,05).
Kesimpulan : Tidak ditemukan perlambatan waktu pengosongan lambung pada kelompok dispepsia dibanding kontrol. Tidak terdapat korelasi antara waktu pengosongan lambung dengan usia, jenis kelamin, berat badan, dan derajat dispepsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T58997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Ramadhan
"ABSTRACT
Korban kanker dan tumor akut semakin bertambah tiap tahunnya dan menjadi salah satu penyebab kematian manusia terbanyak di dunia. Kanker dan tumor merupakan sel jaringan tubuh yang tumbuh secara abnormal dan merusak jaringan disekitarnya. Pada awalnya kanker dan tumor tidak memiliki gejala yang pasti pada stadium awal, dan bahkan dapat menyerang jaringan tubuh bagian dalam yang menyebabkan tidak bisa dilihat dengan mata manusia. Penyebab umum dari penderita kanker dan tumor akut adalah telatnya pendeteksian dini. Pendeteksian dini yang murah, proses yang cepat, sistem yang sederhana, dan alat yang portable menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengantisipasi perkembangan kanker ataupun tumor yang lebih jauh. Dari semua metode yang memiliki sistem perangkat keras yang murah, sederhana, dan portable yaitu metode microwave imaging. Algoritma yang paling sederhana dalam microwave imaging adalah Filtered Back Projection (FBP) dan Algebraic Reconstruction Technique (ART). Kedua metode tersebut akan dibandingkan dengan cara merekonstruksi citra phantom fisik buatan yang memiliki dua karakteristik dielektrik yang berbeda. Metode perbandingan kinerja yang dipakai terbagi menjadi dua, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis perbandingan secara kualitatif meliputi kasar atau halusnya citra dan keberhasilan membedakan dielektrik secara kasat mata. Sedangkan metode kuantitatif meliputi metode Histogram, Structural Similarity, Mean Squared Error, dan Peak Signal-to-Noise Ratio. Setelah dibandingkan keduanya berhasil membedakan kedua dielektrik tetapi FBP memiliki nilai parameter analisis kuantitatif yang lebih baik dibandingkan ART. Di sisi lain ART menghasilkan citra yang lebih kontras dengan persebaran grayscale level yang lebih lebar dibandingkan FBP dan memperjelas citra yang dihasilkan.

ABSTRACT
Victims of acute cancer and tumor are growing each year and just become one of the causes of human deaths in the world. Cancer and the tumor tissue cells are actually normal cells that grew abnormally and turn to take over and damage the surrounding tissue. At the beginning, cancer and tumors do not have definite symptoms in its early stages, and can even attack the tissues inside of the body that can not be seen with the human eye. Early detection system which is cheap, quick, simple, and portable is appropriate to anticipate the further development of cancer or tumor. Among all the methods that have a cheap, simple, and portable hardware system is microwave imaging methods. The two simplest algorithm in the microwave imaging are Filtered Back Projection (FBP) and Algebraic Reconstruction Technique (ART). Both of these methods will be compared by reconstructing the image of an artificial physical phantom that has two different dielectric value. Performance comparison method that has been used is divided into two method, namely qualitative and quantitative method. Qualitative comparative analysis covers the smoothness of an image and also the success in distinguishing dielectric value differences by looking the image with normal human eye. While quantitative method includes Histogram, Structural Similarity Index (SSIM), Mean Squared Error (MSE), and Peak Signal-to-Noise Ratio (PSNR). Having compared, their image results managed to distinguish the two dielectric, but in quantitative method FBP results are better than ART. On the qualitative method, ART produces more contrast image with wider distribution grayscale level than FBP, which is make the ART result image more distinguishable for each dielectric value."
2016
S63227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Hidayati
"Penelitian ini menggunakan fantom abdomen in house dengan tujuan mengukur dosis di berbagai daerah organ yaitu hepar, ginjal, reproduksi dan bladder. Pengukuran dosis pada daerah organ dilakukandengan menggunakan dosimeter gafchromic dan TLD. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dosis sepanjang sumbu-z dan image quality dengan variasi pitch factor. Faktor eksposi yang digunakan disesuaikan dengan aplikasi klinis abdomen yaitu 130 kV, 80 mAs, rotation 1.5 s dan delay 3 s. Pemilihan parameter pitch factor pada pemeriksaan CT abdomen akan mempengaruhi nilai dosis dan image quality. Variasi Pitch factor yang digunakan 0,8; 1 dan 1.5. Secara umum pengukuran dosis dengan gafchromic dan TLD di berbagai daerah organ memperlihatkan bahwa semakin besar penggunaan pitch factor maka dosis yang didapatkan semakin kecil. Profil dosis sepanjang sumbu-z berbentuk parabola yang simetris dengan dosis maksimum di sekitar 3.45 mGy dan dosis minimum pada awal dan akhir scanning sekitar 3.286 mGy. Hubungan nilai SNR dan slice untuk ketiga nilai pitch 0.8, 1 dan 1.5 pada umumnya sinusoidal dan untuk obyek di daerah kanan dan kiri menunjukkan kurva yang berbeda fase. Demikian juga antara dua titik atas dan bawah. Pengukuran kesesuaian antara citra obyek dengan ukuran obyek sebenarnya dari 512 data diperoleh hasil pada pitch factor 0.8 deviasi diameter 0 ndash; 5 sekitar 50.5 dan selebihnya 49.5 deviasinya diatas 5 . Pada pitch factor 1 deviasi 0 ndash; 5 sekitar 53.5 dan deviasi lebih dari 5 sekitar 46.7 , sedangkan untuk pitch factor 1.5 deviasi 0 ndash; 5 sekitar 68 dan deviasi lebih dari 5 sekitar 32.

This study uses in house phantom abdomen with the aim of measuring doses in different regions of the organ namely liver, kidney, reproduction and bladder. Measurement of dose in the organ region is done by using gafchromic and TLD dosimeter. In addition, this study aims to determine the profil dose along the z axis and image quality with variation of pitch factor. The exposure factors were adjusted for the clinical application of abdomen 130 kV, 80 mAs, rotation 1.5 and delay 3 s. Selection of pitch factor parameters on abdominal CT examination will affect the dose value and image quality. Variation of pitch factor used 0.8 1 and 1.5. In general, Measurements dose with gafchromic and TLD in different organ regions showed that the greater the use pitch factor the smaller the dose. Profil doses along the z axis are parabolic shapes symmetrical with maximum doses about 3.450 mGy and minimum doses at the start and end of scanning around 3.286 mGy. The relation of SNR and slice values to the three pitch values 0.8 1 and 1.5 is generally sinusoidal and for the object in the right and left regions show different curves of phase. Likewise between the two points above and below. Measurement of conformity between object image and actual object size from 512 data obtained result on pitch 0.8 deviation of 0 ndash 5 diameter around 50.5 and 49.5 deviation over 5 . In pitch factor 1 deviation 0 ndash 5 about 53.5 and deviation more than 5 about 46.7 , while for pitch factor 1.5 deviations 0 ndash 5 about 68 and deviation more than 5 about 32 ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T49770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Supriatna
"Batan berhasil membuat Iodium-125 sejak tahun 2009 untuk brakhiterapi. Oleh karena itu perlu diketahui spektrum yang dihasilkan oleh I-125. Penentuan spektrum I-125 yang dilakukan menggunakan metode simulasi monte carlo dan eksperimen. Simulasi dilakukan dengan menggunakan EGS-nrc sedangkan untuk ekperimen menggunakan detektor AMPTEK CdTe. Hasil eksperimen menghasilkan 6 puncak spektrum yaitu pada energi 4 KeV, 22Kev, 25Kev, 27KeV, 31KeV dan 35KeV. Energi 4KeV dan 22KeV adalah energi x-ray bremsstrahlung dari elektron I-125. Hasil simulasi memperlihatkan bentuk spektrum yang identik dengan eksperimen, hanya intensitas pada energi 4KeV sangat kecil. Terdapat pula energi dari detektor AMPTEK CdTe, untuk Cd pada energi 22KeV dan 23KeV dan Te pada energi 31KeV.

Batan managed to make Iodine-125 since 2009 for brakhiterapy. Therefore to know the spectrum produced by I-125. Determination of the spectrum of I-125 was performed using the method of monte carlo simulation and experiment. Simulations performed using EGSnrc while for experimental use AMPTEK CdTe detector. The experimental shows 6 spectral peaks are at 4 KeV, 22 KeV, 25 Kev, 27 KeV, 31 KeV and 35 KeV. Where 4 KeV and 22 KeV is x-ray electron bremsstrahlung energy from I-125. The simulation results show that the spectrum shape identical to the experiment, only the intensity of the energy 4 KeV very small. There are energy of AMPTEK CdTe detector, for Cd in 22KeV and 23KeV and Te on 31KeV. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S794
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
URANIA 17 (1-3) 2011 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Suryantini
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian penentuan dosis internal berbagai organ pada pemeriksaan bone scan dengan radiofarmaka 99Tcm-MDP yang bertujuan untuk menentukan dosis internal yang diterima oleh permukaan tulang rangka, sumsum tulang, dinding jantung, ginjal, dinding kandung kemih dan total tubuh, dan untuk mengetahui waktu tinggal (residence time) 99Tcm di dalam organ. Penelitian
dilakukan terhadap 20 pasien dengan usia 20-70 tahun dengan melakukanm beberapa sesi pengambilan data melalui scanning planar AP dan PA pada organ yang menjadi objek dalam penelitian ini. Selanjutnya dari setiap citra planar scanning organ dibuat region of interest (ROI) untuk menentukan aktivitas 99Tcm yang terendap dalam organ sehingga dapat dibuat sebuah kurva aktivitas kumulatif pada setiap organ, kemudian diolah dengan program Maple untuk mendapatkan suatu nilai aktivitas kumulatif yang digunakan dalam penentuan dosis internal sesuai dengan metode MIRD. Berdasarkan data pengamatan selama 3 - 4 jam setelah penyuntikan diperoleh dosis serap paling tinggi terjadi pada dinding kandung kemih 5,8 ± 1,6 μGy/MBq, yang diikuti berturut-turut pada ginjal 4,7 ± 1,0 μGy/MBq, pada dinding jantung 4,0 ± 0,8 μGy/MBq, pada permukaan tulang 2,1 ± 0,2 μGy/MBq, pada sumsum tulang 1,7 ± 0,2 μGy/MBq, dan pada total tubuh 0,8 ± 0,1 μGy/MBq. Khusus untuk sumsum tulang, nilai
masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai batas dosis yang direkomendasikan oleh ICRP dalam publikasi ICRP nomor 103. Sedangkan waktu tinggal 99Tcm dalam permukaan tulang mendekati sama dengan pada total tubuh sekitar 1,9 jam, kemudian diikuti kandung kemih sekitar 1,4 jam, dan dalam jantung dan ginjal masing-masing sekitar 0,2 jam. Disamping perhitungan dosis internal juga
diakukan pengukuran dosis permukaan pada tiga titik pengukuran yang beradam pada daerah sternum (a), daerah ginjal kanan (b) dan kandung kemih (c). Pengukuran dilakukan sampai dengan dua jam setelah penyuntikan, diperoleh hasil sekitar 4,3 μGy/jam per 1 MBq pada titik pengukuran a, dan sekitar 3,9 μGy/jam per 1 MBq masing-masing pada titik pengukuran b dan c.

Abstract
The Study of estimation of the internal dose for various organs in bone
scan using 99Tcm-MDP have been conducted, the aim of this study are to determine the internal dose for bone surfaces, bone marrow, heart wall, kidneys, bladder wall and total body, and to found the residence time of 99Tcm in the organ. The study conducted on 20 patients with age 20-70 years by doing several session of data collection through scanned AP and PA planar the organ which is the object in this study. The Region of Interest (ROI) from the planar images of the organ were made to determine the activity of 99Tcm deposited in the organ than
can be made a cumulated activity curve for each organ. Then the data were processed with the Maple Program to obtain cumulated activity values that are used in estimation of the internal dose according to the MIRD method. With observational data for 3 - 4 hours obtained the highest internal dose in the bladder wall is 5.8 ± 1.6 μGy/MBq and then followed the kidney is 4.7 ± 1.0 μGy/MBq, the heart wall is 4.0 ± 0.8 μGy/MBq, the bone surfaces is 2.1 ± 0.2 μGy/MBq, bone marrow is 1.7 ± 0.2 μGy/MBq, and the total body is 0.8 ± 0.6 μGy/MBq. Special to the bone marrow, the value is still lower than the value of the threshold in the ICRP publication number 103. The residence time 99Tcm in the
bone surfaces equal to the total body about 1.9 hours, followed the bladder about 1.4 hours, and the heart and the kidney each about 0.2 hours. In this study also measured the surface dose at three points in the region on the sternum (a), on the right kidney (b) and on the bladder (c). Measurements were made up to two hours after injection, the result obtained about 4.3 μGy/h per 1 MBq at the point a and
about 3.9 μGy/h per 1 MBq each at the point b and c."
2011
T29894
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>