Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107541 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melky Suryawijaya
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur beton massa pada kedalaman 4 meter. Pengaruh temperatur yang diamati adalah temperatur puncak, perbedaan temperatur, dan tegangan. Pada umumnya, syarat batas temperatur puncak adalah 70 oC dan perbedaan temperatur ≥ 20 oC. Kondisi tersebut diterapkan untuk kondisi kelembapan dan temperatur di Eropa. Perbedaan temperatur yang terjadi tergantung dari pengendalian temperatur yang dilakukan. Temperatur puncak yang terjadi ± 77.75 oC. Temperatur puncak yang terjadi tergantung dari initial temperature dan mix design. Tegangan yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan temperatur pada nodal. Perubahan temperatur yang ekstrim dapat menimbulkan teganan tarik yang melebihi kuat tarik raft foundation. Oleh karena itu diperlukan pengendalian temperatur permukan dan bagian yang terkena udara. Pengendalian dapat dilakukan dengan lapisan insulasi.

Abstract
This final report aims to investigate the effect of 4 meter thickness mass concrete temperature. The observed temperature influence is peak temperature, temperature difference, and stress. In general, the peak temperature boundary condition is 70 oC and temperature difference is higher than 20 oC. These situations apply to the conditions of humidity and temperature in Europe. Temperature difference that occurs depends on the temperature control that is done. Peak temperature occurs in average 77.75 oC. Peak temperature depends on the initial temperature and mix design of concrete. Stress that occurs is influenced by the changes in the nodal temperatures. Extreme temperature changes can cause maximum tension that exceeds the tensile strength of the raft foundation. Therefore, there is the need to control the surface temperature and the air exposed side. Temperature control can be done with a layer of insulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43584
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Adinda Sesar
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perubahan temperatur yang terjadi pada beton massa dengan ketebalan 3 meter pada raft fondation Rasuna Tower. Parameter yang ditinjau dalam makalah ini adalah initial temperature, temperatur maksimal, perbedaan temperatur dan tegangan yang terjadi pada beton massa dengan ketebalan 3 meter. Batasan temperatur maksimum dan perbedaan temperatur yang diizinkan dengan mengacu pada kondisi ikim di Eropa berturutturut sebesar 70 °C dan 20 °C. Permasalahan yang harus dijawab dalam penulisan ini adalah apakah batasan nilai tersebut dapat diterapkan pada kondisi iklim di Indonesia. Analisa dilakukan dengan perbandingan pembacaan temperatur lapangan dengan metode PCA dan program MIDAS Gen 2011.
Penelitian ini memberikan hasil temperatur maksimum yang terjadi sebesar 90 °C dan perbedaan temperatur maksimum yang terjadi sebesar 40 °C antara lapisan permukaan dengan ambient.

This thesis aims to analyze the temperature change of a 3 meter thick massconcrete on Rasuna Tower?s raft fondation. The observed aspects are the initial and peak temperature, the temperature difference and the stress °Ccurs on the 3 meter thick mass-concrete. Referring to Europe climate, the allowable peak temperature and temperature difference are 70°C and 20°C respectively. The problem is whether this condition is suitable to be applied in Indonesia?s climate. The analysis carried out by comparing temperature readings on field by PCA method and MIDAS Gen 2011 software.
This study produced a value of 90°C as the peak temperature and 40°C for the maximum difference temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43909
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Krisman
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui persebaran temperatur pada beton massa yang ditinjau secara horizontal pada raft foundation Rasuna Tower. Parameter yang ditinjau dalam makalah ini adalah initial temperatur, temperatur maksimum, perbedaan temperatur dan tegangan yang terjadi pada beton massa secara horizontal. Batasan temperatur maksimum dan perbedaan temperatur yang diizinkan pada umumnya adalah 70°C dan perbedaan temperatur ≥ 20 °C. perbedaan temperatur yang terjadi tergantung dari pengendalian temperatur yang dilakukan. Temperatur puncak yang terjadi ± 80 °C. Temperatur puncak yang terjadi tergantung dari initial temperature dan mix design. Tegangan yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan temperatur pada nodal. Semakin jauh jaraknya dari tepi maka semakin tinggi temperatur yang terjadi karena pelepasan panas yang semakin lama. Namun pada penyebaran tegangan, nilainya tidak dipengaruhi oleh jarak ke tepi beton. Tapi sangat dipengaruhi oleh lapisan insulasi dan terdekat dengan titik yang ditinjau.

This final report aims to determine the temperature distribution in mass concrete terms horizontally on a raft foundation Rasuna Tower. The parameters of interest in this paper is the initial temperature, maximum temperature, temperature difference and stress happened on mass concrete horizontally. The maximum temperature and the temperature difference that allowed in general is 70°C and not exceed 20°C. Temperature difference that occur depends on the temperature control is performed. Peak temperature occurred ± 80°C. Peak temperature is dependent on the initial temperature and mix design. Stress that occurs is influenced by changes in the nodal temperature. Increasing distance from the edge makes higher temperatures due to the longer heat release. The deployment stress is not influenced by the distance to the edge of the concrete but is strongly influenced by the insulation layer and the closest to the point of being reviewed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Elvan Nawawi
"Indonesia, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar, memiliki potensi di sektor maritim. Pemerintah RI menempatkan industri perkapalan sebagai salah satu sektor industri prioritas untuk dikembangkan. Industri galangan kapal merupakan industri yang dapat menghasilkan produk seperti kapal dan bangunan lepas pantai. Salah satu produk dari industri galangan kapal adalah kapal ikan. Kapal ikan merupakan kapal yang berfungsi untuk menangkap dan membawa ikan hasil tangkapan. Sebagian besar kapal ikan tradisional terbuat dari kayu yang memerlukan perawatan tinggi dan biaya besar. Modernisasi kapal ikan dengan penggunaan material seperti baja, alumunium 5083, dan HDPE penting untuk meningkatkan daya saing nelayan. Penelitian ini mengoptimalkan bagian superstruktur dan hatch cover kapal ikan 5 GT dengan metode Finite Element Method (FEM) dan persamaan bending stress untuk mengurangi massa kapal. Hasil dari optimasi ini menunjukkan bahwa tegangan yang terjadi pada struktur tetap memenuhi standar dari badan klasifikasi. Optimasi menunjukkan penurunan berat: untuk material mild steel, penurunan berat superstruktur sebesar 45%, dan hatch cover sebesar 46%. Untuk aluminium 5083, penurunan berat superstruktur sebesar 17,34% dan hatch cover sebesar 18,95%. Sebaliknya, pada material HDPE terjadi peningkatan berat struktur sebesar 78.08 kg, atau sekitar 161.857 % dari berat desain. Hasil ini menunjukkan pentingnya pemilihan material dan ketebalan pelat yang tepat untuk mencapai efisiensi optimal dalam konstruksi kapal.

Indonesia, as one of the largest archipelagic countries, has significant potential in the maritime sector. The Indonesian government prioritizes the shipbuilding industry as one of the key sectors for development. The shipyard industry is capable of producing products such as ships and offshore structures. One of the products of the shipyard industry is fishing boats. Fishing boats are vessels used for catching and transporting fish. Most traditional fishing vessel are made of wood, which requires high maintenance and significant costs. Modernizing fishing vessel with materials such as steel, aluminum 5083, and HDPE is crucial to enhancing the competitiveness of fishermen. This study optimizes the superstructure and hatch cover of a 5 GT fishing vessel using the Finite Element Method (FEM) and bending stress equations to reduce the vessel's mass. The results of this optimization show that the stress occurring in the structure still meets the standards of the classification society. The optimization shows a weight reduction: for mild steel material, the superstructure weight is reduced by 45%, and the hatch cover by 46%. For aluminum 5083, the superstructure weight is reduced by 17.34% and the hatch cover by 18.95%. Conversely, with HDPE material, there is an increase in structural weight of 78.08 kg, or approximately 161.857% of the design weight. These results demonstrate the importance of selecting the appropriate material and plate thickness to achieve optimal efficiency in ship construction. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
"ABSTRAK
Pesatnya pembangunan gedung -gedung tinggi dengan menggunakan material beton sebagai bahan utama di dalam suatu kegiatan konstruksi struktur, terutama pada pekerjaan lantai basement yang mana dalam hal ini volume baton yang dicor relalif sangat besar dengan pemakaian beton dalam jumlah yang besar pengecoran dilakukan secara terus-menerus atau (kontinue), misalnya untuk pekerjaan pondasi pelat basement yang tebalnya mencapai 2 sampai 3 meter.
Masalah beton yang paling utama dalam pengecoran beton massa (Mass Concrete) adalah pemakaian volume belon dalam jumlah yang sangat besar dan masif, maka temperatur yang terjadi pada waklu pengecoran dan pengerasan baton akan sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui tingginya temperatur ini terjadi akibat dari panas hidrasi semen dalam volume besar dan tertahannya kehilangan temperatur (Temperature Loss). Temperatur yang tinggi dalam beton massa ini akan menimbulkan perubahan volume pada beton massa dan akibat dari
pcrubahan volume ini akan menimbulkan tegangan tarik dalam beton. Apabila tegangan tarik tersebut melebihi tegangan tarik yang diijinkan, maka akan terjadi retak pada beton. Selain itu cuaca yang panaspun turut mendukung meningkatnya suhu beton sebelum berlahan-lahan turun, dimana suhu beton yang tinggi pada
awal umur beton ini dapat mempengaruhi kwalitas dari beton yang telah dicor.
Dalam karya tulis ini, penulis bermaksud akan melakukan penelitian dari data-data dilapangan mengenai pengaruh perubahan temperatur terhadap pengecoran mass concrete rail foundation dengan cara evaluasi, monitoring dan
analisa perubahan temperatur
Daiam hal ini penulis juga dapat menentukan tebal leyer (lapisan) dan interval waktu pengecoran mass concrete raft foudation serta suhu yang disyaratkan oleh ACl-Code sehingga pengontrolan terjadinya retak-retak pada
beron dapat dihindari, Selain itu perawatan diatas permukaan beton setelah selesai pengecoran harus direncanakan karena beton langsung menerima cahaya matahari, sehingga pada saat memonitoring suhu yang tcrjadi dalam beton dapat diatasi dengan cara pemakaian thermocouple dan suhu beron dapa! diiihat dan
berangsur-angsur turun dalam periode waktu yang lama.
Usaha yang biasa dilakukan dalam mengurangi naiknya temperature beton selama curing dengan mengunakan air dingin atau memasang pipa pendingin didalam pelat beron. Cara lain adalah mengunakan insulator untuk mengurangi beda temperature didalam beron. Temperature yang terjadi di dalam beton juga dimonitor dengan memasang thermocouple di lokasi-lokasi yang diperlukan.
Akan tetapi, usaha diatas belum cukup untuk memastikan apakah terjadinya retak di dalam beton atau tidak. Kondisi beton biasanya di perkirakan dari hubungan-hubungan empiris antara beda temperature dengan terjadinya retak.
Cara pengujian temperature dan regangan (strain) pada kondisi didalam massa beton yang besar secara terpadu di ukur langsung dan dimonitor selama waktu di perlukan dengan menggunakan Thermistor dan Vibrating Wire Strain
Gage (VW Strain Gage) yang dipasang pada lokasi-iokasi krisis sebeium pelat dicor.
Sehubungan dengan pengecoran mass concrete Raft Foundation dalam hai ini memiliki ketebalan yang bervariasi yaitu 1.5 m - 1.8 rn dan 2.0 m - 2.5 m dengan volume beton kurang lebih 3621 m3.
Apabila semuanya ini dapai dilaksanakan dengan perencanaan yang teliti dan akurat, maka pekerjaan struktur bawah ini dapat dipertanggungjawabkan dan pekerjaan struktur atas bisa dilaksanakan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Suprayogi
"Proses pengecoran piston di P.T. Japan Motor selama ini dilakukan dengan menggunakan metode Gravity Die Casting (GDC). Untuk menentukan kualitas piston hasil produksi, diperlukan peranan coating sebagai pengatur kecepatan pendinginan selama proses pembekuan. Hal ini menjadi penting mengingat piston harus diproduksi dengan tingkat presisi yang tinggi. Selain itu, coating mampu menentukan tingkat kehalusan permukaan dari setiap piston yang dicetak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai karakteristik coating DH-1 yang diaplikasikan pada temperatur operasi 240°C pada berbagai ketebalan yang akan dilakukan dengan metode cold spraying. Disamping itu akan ditambah coating LNO pada bagian tepi benda uji dengan menggunakan kuas guna mengetahui karakteristik coating tersebut pada bagian sudut cetakan. Pada penelitian ini digunakan variabel ketebalan coating DH-1 sebesar 120 _m, 140 _m dan 160 _m pada suhu operasi 240°. Selain itu, pada sisi benda uji ditambahkan coating LNO. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kekuatan lekat coating, pengujian kekasaran permukaan, pengamatan struktur mikro daerah antarmuka substrat-lapisan, pengujian komposisi kimia lapisan (SEM dan EDX), pengujian kekerasan mikro sistem coating dan pengujian kekerasan makro piston hasil trial dan produksi standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penambahan ketebalan coating adalah: (i) meningkatkan persentase kegagalan adhesi dan menurunkan persentase kegagalan kohesi; (ii) meningkatkan nilai kekasaran permukaan coating baik pada benda uji standar maupun pada benda uji yang dilakukan pengujian kekuatan lekat coating; (iii) meningkatkan nilai kekerasan mikro pada daerah antarmuka coating substrat secara signifikan.

Production of piston in P.T. Japan Motor uses Gravity Die Casting method. The quality of piston is highly dependent on the die coating, since it is a cooling controller in solidification process. This is more important given the fact that piston must have high precision. Beside that, coating may determine the smoothness of piston surface. Therefore, this research was conducted to analyze the characteristic of DH-1 coating at 240°C operation temperature with various thickness with the cold spraying method. In addition, this research also studied the characteristic of LNO coating which was applied on corner sections using brush method. Thickness of coating was varied 120 _m, 140 _m and 160 _m at operation temperature 240°C. An additive LNO coating was applied in corner section by disregarding its thickness. Adhesive-cohesive strength test, surface roughness test, microanalysis using SEM and EDX, micro hardness test and brinnel hardness test were conducted. The research results showed that the increase in coating thickness will: (i) increase the percentage of adhesive failure while decrease the percentage of cohesive failure, (ii) increase the surface roughness of both standard and posttensile test specimens, and (iii) increase the microhardness of the substratecoating interface."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pesatnya pembangunan gedung--gedung tinggi dengan menggunakan material beton sebagai bahan utama di dalam suatu kegiatan konstruksi struktur, terutama pada pekerjaan lantai basement yang mana dalam hal ini volume beton yang dicor relatif sangat besar dengan pemakaian beton dalarn jumlah yang besar pengecoran dilakukan secara terus-menerus (kontinue), misalnya untuk pekerjaan pondasi pelat basement yang tebalnya mencapai 2,0 meter sampai 3,0 meter. Masalah beton yang paling utama dalam pengecoran beton massa (Mass Concrete) adalah pemakaian volume beton dalam jumlah yang sangat besar dan masif, maka temperatur yang tedadi pada waktu pengecoran dan pengerasan beton akan sangat tinggi. Seperti yang kits ketahul tingginya temperatur ini tedadi akibat dari panas hidrasi semen dalam volume besar dan tertahannya kehilangan temperatur (Temperature Loss). Temperatur yang tinggi dalam beton massa ini akan menimbulkan perubahan volume pada beton massa dan akibat dari perubahan volume ini akan menimbulkan tegangan tank dalam beton. Apabila tegangan tarik tersebut melebihi tegangan tarik yang diijinkan, maka akan tedadi retak pada beton. 5elain itu cuaca yang panaspun turut mendukung meningkatnya suhu beton sebelum berlahan-lahan turun, dimana suhu beton yang tinggi pada awal umur beton ini dapat mempengaruhi kwalitas dari beton yang telah dicor. Dalam karya tulis ini, penults berrnaksud akan melakukan penelitian dart data-data dilapangan mengenai pengaruh perubahan temperatur terhadap pengecoran mass concrete raft foundation dengan cara analisa perubahan temperatur, evatuasi basil perhitungan dan pengukuran, studi kasus pemakaian beton massa. Dalam hat ini konstruksi beton massa memiliki ketebalan lapisan yaitu 1,50 meter sampai 2,50 meter dengan volume beton _ 3661 m3. Dalam hat ini penulis jugs dapat menentukan tebal ketebalan lapisan dan interval waktu pengecoran mass concrete raft foundation serta suhu yang disyaratkan oleh ACI-Code sehingga pengontrolan terjadinya retak-retak pada beton dapat dihindari, Selain itu perawatan diatas pemmukaan beton setelah selesai pengecoran harus direncanakan karena beton langsung menerima ca.haya matahari, sehingga pads saat memonitoring suhu yang terjadi dalam beton dapat diatasi dengan cara pemakaian thermocouple dan suhu beton dapat dilihat dan berangsur-angsur turun dalam periode waktu yang lama. Usaha yang biasa dilakukan dalam mengurangi naiknya temperature beton selama curing dengan mengunakan air dingin atau memasang pipa pendingin di dalam pelat beton. Cara lain adalah mengunakan insulator untuk mengurangi beda temperature didalam beton. Temperature yang terjadi di dalam beton juga dimonitor dengan memasang thermocouple di lokasi-lokasi yang diperlukan. Akan tetapi, usaha diatas belum cukup untuk memastikan apakah terjadinya retak di dalam beton atau tidak. Kondisi beton biasanya di perkirakan dari hubungan-hubungan empiric antara beda temperature dengan terjadinya retak. Cara Pengujian temperature dan regangan (strain) pads kondisi didalam beton massa yang besar secara terpadu di ukur langsung dan dimonitor selama waktu di perlukan dengan menggunakan Thermistor dan Vibrating Wire Strain Gage (VW Strain Gage) yang dipasang pads lokasi-tokasi krisis sebelum pelat dicor. Apabila semuanya ini dapat dilaksanakan dengan perencanaan yang teliti dan akurat, maka pekerjaan struktur bawah ini dapat dipertanggung jawabkan dan pekerjaan struktur atas bisa dilaksanakan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Wahyu Anindityo
"Aspal beton merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan lentur, perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat bergradasi menerus maupun senjang dengan aspal (bitumen) sebagai bahan pengikat. Dalam pelaksanaannya, aspal beton ini dibuat dalam keadaan panas (hotmix), baik pada tahap pencampuran, penghamparan maupun pada tahap pemadatannya dilaksanakan pada temperatur tertentu. Aspal termasuk bahan yang thermoplastik dimana konsistensinya akan berubah apabila temperatur berubah, sehingga sifat aspal akan berpengaruh terhadap nilai Marshall campuran.
Maka dari itu maksud penelitian ini adalah untuk mengatahui sampai sejauh mana pengaruh variasi temperatur pemadatan yaitu : 90° C, 100° C, 110° C, dan 120°C pada proses pemadatan dengan variasi jumlah tumbukan yaitu : 2x75 dan 2x90 tumbukan, serta variasi gradasi agregat dengan bahan ikat Aspal Shell Penetrasi 60/70.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai VMA maupun VIM cenderung menurun seiring bertambahnya temperatur pemadatan, sedangkan nilai stabilitas, flow, dan Marshall Quotient meningkat seiring bertambahnya temperatur pemadatan. Untuk nilai deformasi, campuran dengan gradasi menerus cenderung tinggi pada temperatur antara 1100C dan 1200C, sedangkan pada campuran dengan gradasi senjang, nilai deformasi tertinggi diperoleh pada temperatur 90°C.

Asphalt concrete is one type of flexible pavement layers, this type of pavement layer is a mixture evenly between continuous and gap graded aggregate with asphalt (bitumen) as the binder. Practically, asphalt concrete is made in a hot state (hotmix), in which at the stage of mixing, laying and compacting are held at a certain temperature. Asphalt is a thermoplastic material and its consistency will change when temperature changes, so that properties of bitumen will affect the value of the Marshall mix.
Thus, the purpose of this research is to know the extent of the effect of compaction temperature variations, which are: 90°C, 100°C, 110°C, and 120°C by varying the number of collisions, which are: 2x75 and 2x90 collision, and the variation of aggregate gradation with a binder in the form of Shell Asphalt Penetration 60/70.
Based on the results obtained, the value of VMA and VIM tend to decrease with the increasing of compaction temperature, while the value of stability, flow, and Marshall Quotient increase with the increasing of compaction temperature. For the value of deformation, the mixtures with continuous gradation tend to be high at a temperature between 1100C and 1200C, while in mixtures with gap gradation, the highest deformation values obtained at a temperature of 90°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S50677
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Ilmiati
"ABSTRAK
Lignin adalah salah satu biopolimer terbanyak didunia. Lignin memiliki sisi polar dan nonpolar akibat struktur yang bercabang. Namun, berdasarkan penelitian sebelumnya, tendensi kepolaran lignin lebih besar dibandingkan kenonpolarannya. Lignin berpontensi sebagai kompatibiliser yang baik apabila kenonpolarannya dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis hibrida poliuretan berbasis lignin HPL untuk meningkatkan kenonpolaran lignin. HPL dihasilkan dari reaksi 4,4 39;- Methylenebis Cyclohexyl Isocyanate HMDI dengan variasi komposisi , PEG 6000 dan lignin. Variasi suhu ketika reaski dengan lignin juga dilakukan dengan variasi 80 hingga 100 C. Struktur HPL dikomfirmasi menggunakan nuclear magnetic resonance spectroscopy NMR dan fourier transform infrared spectroscopy FTIR . Berdasarkan NMR dan FTIR, HPL berhasil dihasilkan. NMR juga digunakan untuk menghitung rasio kepolaran HPL. Berdasarkan NMR, rasio kepolaran HPL menurun dari 0,069 ke 0,041 seiring meningkatnya komposisi HMDI. Peningkatan kenonpolaran juga dikonfimasi dengan tegangan permukaan hasil pengujian sessile drop. Tegangan permukaan HPL menurun seiiring dengan meningkatnya komposisi HMDI dengan nilai tegangan permukaan terkecil adalah 46,4 nM/m. Sifat termal HPL juga diuiji menggunakan STA. Berdasarkan STA, Td semakin meningkat seiring dengan meningkatnya komposisi dari HMDI dan suhu yang disebabkan oleh terbentuknya crosslinking. Nilai Td terbaik dimiliki oleh HPLE dengan nilai 417,6 C.

ABSTRACT
Lignin is one of the most abundant biopolymer on earth. It has polarity and non polarity side due to its hyperbranched structure, but the polarity of lignin has a higher tendency than non polarity. Lignin has potential to be compatibilizing agent if the portion of non polarity can be increased. This research is focused on investigation of synthesize lignin based polyurethane to enhance the portion of non polarity in lignin. Lignin based polyurethane was prepared by reacting 4,4 39 Methylenebis Cyclohexyl Isocyanate HMDI with variation compositions and polyethylene glycol PEG Mw 6000, then lignin was added to the reaction. The temperature of reaction for lignin also variated between 80 to 100 C. In this study, the structure of lignin based polyurethane was confirmed by nuclear magnetic resonance spectroscopy NMR and fourier transform infrared spectroscopy FTIR . NMR and FTIR showed that lignin successfully grafted. NMR, also used to investigated the effects of variation composition of diisocyanate contents to polarity of lignin based polyurethane. Based on NMR the ration p np decrease from 0.069 to 0,041 with the increasing of composition HMDI. The enhance of nonpolarity HPL also confirm by the value of surface tension from sessile drop. it show that the surface tension of HPL decline as the increasing of the composiiton of HMDI. The best serface tension was from HPLE with 46.4 nM m. Thermal properties of lignin based polyurethane also investigate using STA. The result was the increasing of thermal degradation of lignin based polyurethane as well as the increasing of composition HMDI and temperature condition, cause of the crosslingking in lignin. Td largest value is 417,6 C from HPLE"
2017
T47836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aly Abdussalam
"Harga material yang meningkat menyebabkan biaya manufaktur dari sebuah bangunan kapal baru juga meningkat. Ini menyebabkan berkurangnya keuntungan yang didapatkan oleh ship owner maupun galangan. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengurangi massa dari kapal sehingga biaya yang dibutuhkan untuk manufaktur kapal berkurang. Penelitian ini memberi suatu solusi dengan mengoptimalkan struktur pada kapal dengan beberapa jenis material baru dengan tujuan untuk mengurangi massa dari kapal itu sendiri. Optimasi struktur yang akan dilakukan adalah Size Optimization di mana optimasi dilakukan dengan mengubah ketebalan pelat dari suatu struktur yang ada dikapal. Selain itu optimasi ini memberikan solusi untuk mengurangi biaya dari manufaktur suatu kapal. Optimasi ini akan menggunakan Finite Element Method untuk memvalidasi hasil akhir yang didapatkan. Penggantian material merupakan variabel utama dari penelitian ini, di mana Mild Steel, High Tensile Steel AH 32, High Tensile Steel AH 36, dan Aluminium 6061 merupakan material yang akan digunakan. Hasil dari penelitian ini akan menunjukkan perbandingan massa dan biaya. Pada hasil optmasi menggunakan material yang digunakan, pengurangan massa dan biaya berhasil didapatkan.

The raise of material prices clearly increases the cost of the production of new ships, and accordingly might reduce the profits of the ship or shipyard owners. Reducing of ship weight can be one of the solutions to this problem. This study proposes a solution to reduce the ship weight by using structure optimization and changing the material with the new one, or in this case size optimization. Size Optimization is executed by optimizing the thickness of the structure of the ship.  On the other hand, through size optimization, this study also proposes cost reduction within the manufacture cost of the ship. Finite Element Method is used for validating the results of the optimization.  The material that this study utilizes is Mild steel, High Tensile Steel AH 32, High Tensile Steel AH 36, and Aluminium 6061. The result of this study shows the comparison of weight and cost, that the effect of thickness and material change by the optimization methods.  The result shows that in the optimization using all the material succeed in reducing the weight and cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>