Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Saputri
"Latar Belakang : Resesi gingiva penyebab dentin hipersensitif (DH). Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus pada plak menghasilkan asam. Produk asam menyebabkan demineralisasi akar gigi.
Tujuan: Menganalisis jumlah serta distribusi S. mutans dan S. sobrinus dari plak dan saliva penderita resesi gingiva dengan DH dan non sensitif.
Metode: Dari sampel saliva dan plak subjek DH dan non sensitif diperiksa jumlah S. mutans dan S. sobrinus menggunakan real-time PCR dengan SYBR Green.
Hasil: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak DH daripada non sensitif, S. sobrinus lebih banyak pada saliva non sensitif.
Kesimpulan: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak penderita DH.

Background : Gingival recession cause of dentine hypersensitivity (DH). Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus in dental plaque will produce of acid. Acid can cause demineralization that involved in hypersensitivity.
Objectives : To analyze the amount and distribution of S. mutans and S. sobrinus from plaque and saliva in patients with DH and non sensitive.
Methods :, S. mutans and S. sobrinus from saliva and plaque samples was quantify by real-time PCR using SYBR Green.
Results : The number of S. mutans is higher in plaque of DH and S. sobrinus is higher in saliva of non sensitive.
Conclusion : Patients with DH had higher level of S. mutans in plaque.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amrita Widyagarini
"ABSTRAK
Streptococcus mutans (S. mutans) diketahui merupakan bakteri patogen utama
dalam proses karies. Koloni S. mutans pada anak dapat terbentuk melalui
transmisi S. mutans yang terutama bersumber dari ibu. S. mutans serotipe c, e, dan
f diklasifikasikan berdasarkan pada komposisi kimia polisakarida spesifik serotipe
dan sering ditemukan pada sampel plak. Sampel plak didapatkan dari 66 pasang
anak usia 3-5 tahun dan ibunya. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang
dipakai dengan menggunakan primer gtfB dalam penelitian ini telah
mengkonfirmasi keberadaan S. mutans pada 46 sampel plak pasang anak dan
ibunya. Terdapat hubungan yang bermakna antara karies anak dan karies ibunya
(p<0,05). Skor karies anak akan meningkat seiring dengan peningkatan skor
karies ibu. Distribusi S. mutans serotipe c ditemukan dalam proporsi yang banyak,
sedangkan S. mutans serotipe e ditemukan paling sedikit pada sampel plak anak
usia 3 – 5 tahun dan ibunya.Terdapat hubungan tidak bermakna antara S. mutans
serotipe c dan e dengan status karies anak dan ibunya (p>0,05). Terdapat
hubungan sangat lemah, tidak bermakna antara S. mutans serotipe c dan e anak
dengan ibunya (0,000 < r < 0,199; p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus mutans (S. mutans) are considered to be an important bacterial
pathogen of dental caries. The major reservoir from which children acquire these
organisms is their mothers. S. mutans is classified into three serotypes, c, e and f,
based on the chemical composition of its cell surface serotype-specific
polysacharide. S. mutans serotypes c,e and f were reported to be frequently
isolated from human dental plaque. Plaque samples were collected from 66 3- to
5-years-old and mothers with caries. Polymerase chain reaction (PCR) method
using gtfB primer in this research has confirmed S. mutans from 46 dental plaque
samples child-mother pairs. There is significant relationship between children
caries score and mother caries score (p<0.05). Child caries score increases as
mother caries score rise. Distribution of serotype c S. mutans has more prevalent
detected than serotype e S. mutans. There is no significant relationship (p>0.05)
between serotype c/e S. mutans and child-mother caries score. There is also no
significant relationship (0,000 < r < 0,199 ;p>0,05) between serotype c/e S.
mutans in children and their mothers."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasti Raissa
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang terbanyak di Indonesia dan dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan mulut salah satunya menyikat gigi yang dapat menurunkan bakteri Streptococcus mutan. Bakteri ini akan membentuk plak dan menghasilkan asam yang dapat menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan terhadap subjek yang berumur 19-22 tahun.
Metode: Desain pada penelitian ini dengan menggunakan metode crossover. Pengambilan data dilakukan terhadap 20 orang subjek, yang mana dibagi secara random alokasi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan dilakukan perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan dengan waktu washout selama seminggu.
Hasil: Analisis statistik mengunakan metode uji mann-whitney diperoleh p-value 0,598 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan. Akan tetapi kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi sebelum makan yaitu 193.333 CFU/ml lebih besar di bandingkan bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi setelah makan sebanyak 180.000 CFU/ml.
Kesimpulan: Kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan perlakuan menyikat gigi setelah makan lebih sedikit dibandingkan dengan menyikat gigi sebelum makan. Akan tetapi dari analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan.

Background: Dental caries is the most dental and oral disease in Indonesia and can be prevented by maintaining oral hygiene, one way is by toothbrushing which can reduce the bacteria Streptococcus mutan. These bacteria will become dental plaque and produce acid which can causes demineralization of hard tissue.
Objective: To determine the different in the numbers of bacteria Streptococcus mutan in dental plaques between toothbrushing before and after eating in 19-22 years.
Method: The design of this study using the crossover. Data retrieval was carried out on 20 subjects, which were randomized allocation in two groups with washout time for a week.
Results: Analysis statistic using the mann-whitney test obtained p-value 0.598 that there was no significant difference between brushing teeth before and after eating. However, the number of bacteria Streptococcus mutan on dental by toothbushing before eating is 193,333 CFU/ml bigger than the number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbushing after eating is 180,000 CFU/ml.
Conclusion: The number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbrushing after eating was less than the group brushing before eating. However, the results from analysis statistic showed that there is no statistically significant difference between the numbers of bacteria Streptococcus mutan brushing teeth before and after eating.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Nur Husniah
"Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang berkoloni pada permukaan gigi dan membentuk plak penyebab utama terjadinya karies. Salah satu bentuk upaya pencegahan karies yaitu dengan cara menggosok gigi secara teratur menggunakan pasta gigi yang mengandung lilin propolis. Lilin propolis merupakan residu dari proses pean propolis lebah madu yang memiliki kandungan antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan pembentukan plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: Sebanyak 24 subjek karies yang diinstruksikan menyikat gigi 2 kali sehari dan tidak melakukan prosedur kebersihan mulut lainnya. Plak gigi diukur menggunakan indeks plak Sillness-Loe dan sampel plak diambil dari permukaan bukal gigi insisif atas subjek karies sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi selama 7 hari, selanjutnya dibiakan pada media agar TYS20B selama 2x24 jam, kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni S.mutans yang dihitung dalam CFU/ml.
Hasil: Pasta gigi lilin propolis dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans dan indeks plak gigi. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans dan indeks plak sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi yang mengandung lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi lilin propolis berpotensi sebagai alternatif pencegahan karies gigi.

Streptococcus mutans is a microorganism that colonizes on the tooth surface and forms plaque which is the main cause of caries. One form of prevention of caries is by tooth brushing regularly with toothpaste containing propolis wax. Propolis wax is a residue from the purification process of pure honey bee propolis which has antibacterial contents.
Purpose: To analyze the effectiveness of toothpaste containing propolis wax on growth of Streptococcus mutans and dental plaque formation and compare it with toothpaste containing propolis in caries patient.
Methods: 24 caries subjects were instructed to brush their teeth twice daily refrain from any other oral hygiene procedures. The plaque was measured using the Sillness Loe plaque index and plaque samples were collected from subjects buccal surface upper incisors before and after using toothpaste for 7 days, subsequently cultured on TYS20B agar medium for 2x24 hours then counting the number of colonies of S.mutans in CFU ml.
Results: In this study toothpaste containing propolis wax can decrease the number of Streptococcus mutans colonies and dental plaque index. There is a significant difference between the amount of S.mutans colony and plaque index before and after using toothpaste.
Conclusion: The use of toothpaste containing propolis wax has the potential as an alternative to prevention of dental caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanli Aldilavita
"ABSTRAK
Patogenesis ECC dipengaruhi oleh salah satu faktor virulensi Streptococcus mutans yang berasal dari protein S.mutans. Tujuan : Menganalisis perbedaan profil protein S.mutans diisolasi dari permukaan lidah pasien ECC dan bebas karies. Metode : Profil protein S.mutans diisolasi dari permukaan lidah diperoleh melalui metode SDS PAGE dan dibaca melalui pita protein yang terlihat pada gel poliakrilamida. Hasil : Pita protein terlihat pada gel poliakrilamida. Terlihat perbedaan frekuensi ekspresi protein S.mutans pada 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa dan 94,5 kDa pasien ECC dan bebas karies. Kesimpulan : Terdapat perbedaan profil protein S.mutans yang diisolasi dari permukaan lidah pasien ECC dan bebas karies.

ABSTRACT
Pathogenesis of ECC is influenced by one of virulence factors from protein S.mutans. Objective To analyze the difference of S.mutans protein profiling which is isolated from tongue surface in ECC dan free caries subjects. Method Protein Profiling of S.mutans isolated from tongue surface was obtained from SDS PAGE method. It was read by protein band which expressed on polyacrylamide gel. Result Protein band was present on polyacrylamide gel. This study found the different frequencies in protein expression of S.mutans 13 kDa, 29 kDa, 39 kDa, 41,3 kDa, 74 kDa dan 94,5 kDa in ECC and free caries subjects. Conclusion There is difference of S.mutans protein profiling isolated from tongue surface in ECC and free caries subjects."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Linggriani
"Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang sering terjadi. Prevalensi karies pada anak di berbagai negara masih tinggi. Cara mencegah karies dapat dilakukan dengan pemberian agen antibakteri, dimana penggunaan antibakteri alami semakin diminati. Flavonoid yang berasal dari bahan alam dapat menghambat glukosiltransferase GTF . GTF memfasilitasi pembentukan plak/ biofilm. Dari penelitian terdahulu, flavonoid propolis diketahui memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans namun belum ada penelitian yang menggunakan strain S.mutans klinis. S.mutans diisolasi dari plak gigi anak, kemudian dilakukan uji biofilm dengan crystal violet pada 96-microwell plate. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh flavonoid propolis konsentrasi 0,05 dan 0,1 terhadap pembentukan biofilm S.mutans p>0,01 . Hal ini berarti flavonoid propolis 0,05 memiliki efek antibakteri yang sama dengan flavonoid propolis 0,1 dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans.

Objective This study was conducted to analyze the effects obtained with different concentrations 0.5 and 0.1 of propolis flavonoids on in vitro biofilm formation by clinical Streptococcus mutans S. mutans strains isolated from children rsquo s dental plaque. Methods S. mutans isolated from children 39 s dental plaque was assayed for biofilm formation in 96 microwell plates using crystal violet. Results The effects on S. mutans biofilm formation were the same for propolis flavonoids administered at concentrations of 0.05 and 0.1 p 0.01 . Conclusion A 0.05 propolis flavonoids concentration was deemed as effective as a 0.1 concentration at inhibiting S.mutans biofilm formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Setijono
"Latar Belakang : Penggunaan CPP-ACP secara kombinasi bersamaan dengan agen antibakterial propolis masih belum banyak diteliti dan dikembangkan.
Tujuan : Membandingkan efikasi penggunaan CPP-ACP yang mengandung propolis dan tanpa propolis terhadap jumlah Streptococcus mutans pada anak usia 7-9 tahun.
Metode : Subjek penelitian adalah 32 anak yang dibagi menjadi dua kelompok. Kedua kelompok melakukan pengambilan data awal (baseline) pada variabel jumlah S. mutans dan indeks plak, kemudian dilakukan pengolesan pasta tiap hari selama 4 minggu, dan dilakukan pengambilan data akhir setelahnya.
Hasil : Terdapat penurunan bermakna pada jumlah S. mutans dan indeks plak dari masing-masing kelompok perlakuan (p<0.05). Namun tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara penurunan jumlah Streptococcus mutans dan indeks plak dari kedua kelompok yang dibandingkan.
Kesimpulan : CPP-ACP yang mengandung propolis tidak terbukti lebih baik dari CPP-ACP tanpa propolis dalam penurunan jumlah Streptococcus mutans, namun berpotensi untuk dijadikan alternatif sebagai agen remineralisasi gigi.

Background : The use of CPP-ACP in combination with antibacterial agent propolis still hasnt been researched and developed much yet.
Objective : To know the difference in Streptococcus mutans count on subjects teeth, before and after applied with CPP-ACP with and without propolis.
Methods : The subject of the experiment are 32 grade school children aged 7-9 which divided into 2 groups, would have their baseline data taken on Streptococcus mutans count and plaque index, have their teeth applied with both CPP-ACP paste, with and without propolis for 4 weeks, then would have their data taken again.
Results : After 4 weeks, there is a significant decrease in Streptococcus mutans count and plaque index for both groups (p<0.05). However, there is no significant difference in the decrease between the two groups.
Conclusion : CPP-ACP with propolis is not proven to be better than CPP-ACP alone in terms of reducing Streptococcus mutans count on children aged 7-9 years old, but it could be used as an alternative remineralizing agent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya
"Latar Belakang: Karies merupakan penyakit kronis infeksius yang telah tersebar luas secara global. Streptococcus mutans dianggap sebagai patogen utama yang bertanggung jawab atas perkembangannya. Karena itu, bakteri Streptococcus mutans umumnya menjadi target utama dalam pencegahan karies. Reduksi jumlah S. mutans dengan berbagai tindakan pencegahan seperti kemoprofilaksis dapat menyebabkan penurunan signifikan dari terjadinya karies gigi. Obat kumur merupakan salah satu kemoprofilaksis dengan sarana penghantaran antibakteri yang aman dan efektif. Chlorhexidine telah terbukti menjadi agen kemoprofilaktik yang efektif terhadap S. mutans. Namun, chlorhexidine juga telah dilaporkan menunjukkan banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penggunaannya sehingga diperlukan antibakteri alternatif yang lebih aman dan efektif, salah satunya berupa obat kumur herbal. Penggunaan antibakteri berbahan alami mungkin juga dapat membantu mengontrol spesies yang resisten terhadap antibakteri sintetik. Tujuan: Systematic review ini bertujuan untuk mengevaluasi literatur ilmiah yang relevan untuk menganalisis perbandingan efek antibakteri obat kumur herbal dan chlorhexidine terhadap Streptococcus mutans. Metode: Penelusuran literatur dilakukan secara online hingga bulan Desember 2020 melalui tiga electronic database, yaitu PubMed, ScienceDirect, dan Scopus menggunakan pedoman PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) sebagai panduan penulisan. Hasil: Penelusuran literatur mengidentifikasi sebanyak tiga studi yang diterbitkan pada tahun 2013-2017. Dari ketiganya, dua studi menunjukkan obat kumur herbal memberikan efek antibakteri yang serupa dengan chlorhexidine, dan satu studi menunjukkan obat kumur herbal memberikan efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang lebih efektif daripada chlorhexidine. Kesimpulan: Obat kumur herbal dapat menunjukkan efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang serupa atau lebih unggul dibandingkan dengan chlorhexidine.

Background: Dental caries is a chronic infectious disease that still remains a major oral health problem worldwide. Streptococcus mutans is considered to be a major causative agent of dental caries. Thus, prevention of dental caries generally targets Streptococcus mutans. Reduction of Streptococcus mutans by various preventive measures such as chemoprophylaxis have shown a significant reduction in dental caries. Among the various antibacterial delivery systems, mouthwashes are one of the safest and effective vehicles. Chlorhexidine mouthwash has been shown to be an effective chemoprophylactic agent against Streptococcus mutans. However, it has also been reported to possess certain drawbacks and limitations in its use. This indicates a safer and more effective alternative antibacterial agent is needed, one of which is herbal mouthwash. The use of natural antibacterials may also help control species that are resistant to synthetic antibacterials. Objective: This systematic review mainly aimed to evaluate relevant scientific literature in the interest of analyzing the antibacterial effect of herbal mouthwash against Streptococcus mutans compared to chlorhexidine mouthwash. Methods: Online literature searching was carried out until December 2020 through three electronic databases, namely PubMed, ScienceDirect, and Scopus using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyzes) guidelines as a guide. Results: Three eligible studies published in 2013-2017 were identified. Among the three studies, two showed that herbal mouthwash provides an antibacterial effect against Streptococcus mutans similar to chlorhexidine while the other one showed herbal mouthwash provides a more effective antibacterial effect against Streptococcus mutans in comparison to chlorhexidine. Conclusion: Herbal mouthwash may exhibit similar or superior antibacterial effects against Streptococcus mutans compared to chlorhexidine"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
"Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis

Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asty Samiaty Setiawan
"Early Childhood Caries merupakan penyakit kronis dan penyakit multifaktorial yang terjadi pada anak-anak dimana dampaknya terhadap individu dan masyarakat cukup besar.  Faktor risiko biologis dan perilaku telah menjadi fokus utama untuk mengeksplorasi penyebab terjadinya karies gigi. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi untuk menentukan prediktor ECC berdasarkan dento-sosio determinan dengan pendekatan biomolekuler, sehingga faktor biologis yang lebih akurat dapat diketahui terhadap kejadian ECC pada anak usia 2-3 tahun.  Desain penelitian ini adalah cross sectional.  Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 2-3 tahun dan ibunya sebanyak 444 sampel. Penelitian tahap pertama  dilakukan untuk medapatkan prediktor ECC dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, formulir pemeriksaan sesuai dengan WHO dan pengambilan plak untuk menghitung jumlah Streptococcus mutans (CFU/ml) pada media selektif agar TYS20B.  Penelitian tahap kedua dilakukan terhadap sub sampel sebanyak 58 sampel saliva untuk mendapatkan proporsi Streptococcus mutans dan Veillonella spp. dari total bakteri 16S rDNA dengan menggunakan Real Time PCR.  Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ECC sebesar 66.9% dengan indeks def-s anak usia 2-3 tahun adalah 6.2. Model akhir analisis regresi logistik dengan variabel dependen ECC diperoleh variabel independen yang menjadi prediktor ECC terdiri dari usia dan kebersihan mulut (OHI-S) dengan nilai signifikansi 0.000 (p< 0.050).  Hasil uji regresi logostik menunjukkan nilai OR pada variabel usia sebesar 2.389 (CI95% 1.472-3.878) dan nilai OR pada variabel kebersihan mulut dalam kategori buruk sebesar 17.288 (CI95% 7.345-40.692).  Hasil analisis RT-PCR menunjukkan proporsi Streptococcus mutans pada anak dengan kebersihan mulut kategori baik 69.4±182.1, kategori sedang 27.0±69.3 dan kategori buruk 18.9±37.3, sedangkan proporsi Veillonella spp. pada anak dengan kebersihan mulut kategori baik 2.5±3.6, kategori sedang 4.6±4.9 dan kategori buruk 5.8±14.1. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan  model prediktor ECC anak usia 2-3 tahun berdasarkan dento sosio determinan terdiri dari usia dan kebersihan mulut, dimana anak usia 2-3 tahun yang mempunyai kebersihan mulut dengan kategori buruk mempunyai proporsi Veillonella spp. yang tinggi dan mempunyai risiko 17.3 kali terjadi ECC dibandingkan anak dalam kondisi kebersihan mulut dengan kategori baik, sehingga proporsi Veillonella spp. dapat dijadikan sebagai predikor kejadian ECC.

Early Childhood Caries is a chronic and a multifactorial disease that affects children, where the impact of it toward individuals and the communities is relatively large. Biological and behavioural risk factors has been the main focus for researchers to explore the causes of caries. This research is an epidemiology study to determine the predictors of ECC based on the existing dento-social determinants using a biomolecular approach by discovering biological factors more accurate to describe the occurrences of ECC in children ranging from 2-3 years old. The design of this research is cross sectional. Samples used in this research are 2-3 years old children and the parents, as many as 444 samples. The first stage of the study was done to obtain the predictors of ECC by using questionnaires as the measuring tool, examination forms based off of WHO and collecting dental plaque from the samples to count the amount of Streptococcus mutans (CFU/ml) by undergoing bacterial culture on the selective media chosen: TYS20B agar. The second stage of the study was conducted on 58 saliva samples as the sub samples to obtain the proportion of Streptoccus mutans and Veillonella spp. from a total bacteria of 16S rDNA using a Real Time PCR. The result shows that ECC has a prevalence of 66.9% with def-s index of 2-3 years old children to be 6.2. Through the final model of the logistic regression analysis with ECC as the dependent variable, it was obtained that the independent variables working as ECC predictors were age and oral hygiene (OHI-S) with a significance score of 0.000 (p<0.050). The result of the logistic regression test shows that the OR number on the age variable scored 2.389 (CI95% 1.472-3.878) and the OR number on the poor oral hygiene variable scored 17.288 (CI95% 7.345-40.692). The result of the RT-PCR analysis presents Streptococcus mutans present in children with good oral hygiene has a proportion of 69.4±182.1, those with moderate oral hygiene has a proportion of 27.0±69.3 and those with poor oral hygiene has a proportion of 18.9±37.3. Meanwhile, the proportion of Veillonella spp. present in children with good oral hygiene reach 2.5±3.6, those with moderate oral hygiene reach 4.6±4.9 and those in the poor oral hygiene category reach 5.8±14.1. The conclusion of this research shows that the ECC predictor model in 2-3 years old children was obtained with age and oral hygiene, where in 2-3 years old children who have oral hygiene with a poor category have a proportion of Veillonella spp. high and 17.3 times ECC risk compared to children in oral hygiene conditions with a good category, so the proportion of Veillonella spp. can be used as a predictor of ECC occurrences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>