Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dzatul Lu`lu
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas dua aspek pragmatik, yaitu deiksis dan tindak tutur, yang
terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-?Ȃlam karya Abu Al-Qȃsim Al-?ȃbȋ, seorang
penyair Tunisia, pada konteks revolusi Mesir 25 Januari 2011. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis dan tindak tutur yang
terdapat di dalam puisi Ila Ṭuḡȃti Al-?Ȃlam. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan desain deskriptif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
maka ditemukan bentuk-bentuk deiksis, yaitu deiksis persoan, deiksis ruang,
deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial; dan tindak tutur, yaitu lokusi,
ilokusi, perlokusi, asertif, direktif, komisif, dan ekspresif yang terdapat di dalam
puisi tersebut.

Abstract
This undergraduate thesis discusses two aspects of pragmatics, namely deixis and
speech acts, contained in the poem Ila Ṭuḡȃti Al-'Ȃlam by Abu Al-Qȃsim Al-?ȃbȋ,
a Tunisia poetry, in the context of the Egyptian revolution at January 25th, 2011.
This study aims to describe the forms of deixis and speech acts contained in Ila
Ṭuḡȃti Al-'Ȃlam. This study is a descriptive qualitative research method. Based on
the research that has been done, the writer finds all forms of deixis, such as person
deixis, place deixis, time deixis, discourse deixis, and social deixis; and speech
acts, such as locutionary act, illocutionary act, perlocutionary act, assertive,
directive, commissive, and expressive contained in the poem."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43143
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Afionita
"Objektifikasi perempuan dalam berbagai media massa masih menjadi topik yang menarik hingga saat ini, misalnya representasi gender dalam film. Pada tahun 2022, Netflix merilis serial berjudul Die Kaiserin yang mengangkat isu serupa. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini dianalisis bagaimana dialog-dialog tokoh yang menjadi korpus dalam serial ini data dapat merepresentasikan praktik objektifikasi perempuan melalui analisis pemaknaan dialog secara semantik maupun pragmatik berdasarkan teori Blanke (1973) dan Cruse (2013). Secara semantik, analisis dilakukan dengan pemaknaan referensial yang didukung dengan pemaknaan situasi ujarannya dalam menemukan tindakan objektifikasi dalam dialog tersebut. Sementara itu, dari hasil analisis pragmatik, ditemukan penggunaan deiksis persona, waktu, dan wacana yang disertai tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi dalam merujuk tindakan objektifikasi pada tokoh utama Elizabeth. Dari hasil analisis pemaknaan dialog tersebut ditemukan lima bentuk representasi yang mengandung ciri tindakan objektifikasi berdasarkan teori Nussbaum (1995), yaitu penyangkalan subjektivitas perempuan, perempuan dipandang sebagai objek kecantikan, perempuan sebagai objek seksualitas, perempuan sebagai alat untuk melanjutkan keturunan, dan perempuan dipandang sebagai properti yang dapat dimiliki laki-laki.

The objectification of women in various mass media is still an interesting topic today, for example, gender representation in films. In 2022, Netflix released a series entitled Die Kaiserin which raised a similar issue. Using qualitative descriptive methods, this research analyzes how the dialogues of the characters in this series which form the data corpus can represent the practice of objectifying women by analyzing the meaning of dialogue semantically and pragmatically based on the theories of Blanke (1973) and Cruse (2013). Semantically, the analysis is carried out with referential meaning which is supported by the meaning of the situation in finding acts of objectification in the dialogue. Meanwhile, from the results of the pragmatic analysis, it was found that the use of persona, time, and discourse deixis was accompanied by locutionary, illocutionary and perlocutionary speech acts in referring to the act of objectification of the main character Elizabeth. From the results of the analysis of the meaning of the dialogue, five forms of representation were found that contain the characteristics of objectification based on Nussbaum's theory (1995), namely the denial of women's subjectivity, women are seen as objects of beauty, women are seen as objects of sexuality, women are a tool to continue their offspring, and women are seen as property that men can have"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Birner, Betty J.
Chichester: Wiley-Blackweell, 2013
401.45 BIR i (1);401.45 BIR i (2);401.45 BIR i (2);401.45 BIR i (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Anggraeni
"Penolakan merupakan sebuah respon atau reaksi negatif yang diberikan untuk menjawab sebuah permintaan, ajakan, maupun tawaran. Dalam melakukan sebuah tuturan penolakan, penutur biasanya menggunakan strategi tertentu untuk menyampaikan maksud penolakan kepada mitra bicara daripada hanya sekedar mengatakan kata "Tidak". Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga hubungan baik dengan mitra bicara. Strategi penolakan dapat direalisasikan secara berbeda pada bahasa dan budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut misalnya pada urutan penggunaan strategi penolakan di dalam sebuah tuturan penolakan yang pada budaya tertentu dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan mitra bicara.
Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis bagaimanakah urutan strategi yang dipakai oleh penutur asli bahasa Indonesia, penutur asli bahasa Jepang, dan pemelajar bahasa Jepang pada penolakan terhadap situasi ajakan yang dibedakan atas status usia dan keakraban dengan mitra bicara. Apakah urutan strategi yang dipakai pemelajar bahasa Jepang telah serupa dengan penutur asli bahasa tersebut. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui apakah terdapat transfer pragmatik pada tuturan penolakan pemelajar bahasa Jepang akibat pengaruh dari pemakaian strategi yang berlaku pada bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pemelajar.
Hasil yang didapatkan adalah penutur asli bahasa Indonesia dan penutur asli bahasa Jepang pada penelitian ini mempunyai urutan strategi yang serupa dalam melakukan penolakan hampir di semua situasi yang disajikan. Urutan strategi yang dipakai oleh pemelajar bahasa Jepang ternyata saling menyerupai antara penutur asli bahasa Jepang dan penutur asli bahasa Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa terdapat transfer pragmatik posistif karena terdapatnya kesamaan urutan strategi tersebut.

Refusal is a negative reaction or response given to answer a request, invitation, or an offer. In making a refusal, the speaker usually use a certain strategy to his/her hearer than saying "No" directly. This is usually done to keep a good relationship between the speaker and the hearer. Refusal strategy could be accomplished differently in various language and culture such as the order of the refusal strategy. This is influenced by certain factors in relation with the hearer.
Therefore, this study analyze how the order of refusal strategy used by Indonesian native speaker, Japanese native speaker, and Japanese language students in making a refusal based on the situation of invitation categorized by age and familiarity with the hearer. This study learns whether the Japanese language students used the order of refusal strategy similar with Japanese native speaker. From this comparison, it could be discerned if there are any pragmatic transfer in the refusal by the Japanese language students because of the influence from Indonesian language as the native language of the students.
It can be concluded from this study that the Indonesian native speaker and Japanese native speaker used similar order of refusal strategy in almost all of the situation presented. The refusal strategy used by Japanese language students are also similar with Indonesian and Japanese native speaker. Therefore, the pragmatic transfer is positive because of the similarity of refusal strategies. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13508
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anistya Dewi Pratiwi
"ABSTRACT
Skripsi ini menganalisis teks Kidung Pangadhuh, Gempure lan Sepine Yerusalem dengan menggunakan analisis semantik-pragmatik. Alkitab merupakan kumpulan kitab-kitab yang menggunakan bahasa sebagai perantara Firman Allah, nasihat dan nubuat. Hal tersebut dinyatakan dalam pernyataan-pernyataan. Dalam Alkitab terdapat satu kitab yang menyatakan tentang ratapan dan penyesalan, yaitu Kidung Pangadhuh. Hasil dari penelitian ini adalah mendapatkan objek yang menjadi ratapan dan penyesalan serta pesan yang terkandung dalam Kidung Pangadhuh.

ABSTRACT
Bachelor thesis analyzes a book on the Bible which declares about lamentation and remorse by using semantic and pragmatic analysis. Bible is a collection of books which uses language as mediator of God, advices, and prophecies. The book is entitled Kidung Pangadhuh, Sepine lan Gempure Yerusalem. Those all are declared into propositions. Those propositions will be analyzed by using semiotic triangle of Odgen and Richards, The results of this study are finding the object of lamentation and remorse, also the messages of Kidung Pangadhuh."
2014
S66240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Kana
"ABSTRAK
Dalam skripsi ini dibahas mengenai interjeksi bahasa Jerman yang mengandungunsur kata Gott dalam novel ldquo;Herr der Diebe ldquo; beserta padanannya dalam bahasaIndonesia dalam novel ldquo;Pangeran Pencuri rdquo;. Fokus penelitian ini terletak padapembahasan makna serta fungsi interjeksi terkait konteks cerita dan pergeseranunit yang terjadi pada saat proses penerjemahan. Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode kualitatif, yakni menganalisis dengan kajian pustaka.Hasil penelitian menyatakan bahwa konteks cerita sangat mempengaruhi maknaserta fungsi interjeksi sehingga padanan interjeksi-interjeksi ini dalam bahasaIndonesia muncul dalam berbagai bentuk.

ABSTRACT
This research explains about german interjections with the word Gott in germanchildren novel ldquo Herr der Diebe rdquo by Cornelia Funke and its equivalent translationin indonesian in the novel ldquo Pangeran Pencuri rdquo . The focus of this research is theexplanation of the meanings and functions of the interjections based on thecontext of the story and also the unit shifts that happens due to translation process.The method that is used in this research is qualitative method in which theanalysis is done by doing library search. The result of this research shows that thecontext of the story determines the various meanings and functions of theinterjections thus its equivalent translations in indonesian are also variative."
2017
S70070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristan Jachremi Caesarius
"Pencapaian dari kemajuan dan pertumbuhan pesat di bidang ekonomi negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tidak akan terlepas dari Reformasi Keterbukaan dicanangkan oleh Deng Xiaoping pada akhir tahun 1978. Reformasi Keterbukaan telah membuka keran penanaman modal pasar dari dalam negeri serta asing, yang mana sebelumnya negara ini menjalankan sistem perekonomian yang tertutup. Ide reformasi ini melahirkan sosialisme berkarakteristik Tiongkok, yang mana pemerintahan sosialisme mampu menjalankan ekonomi pasar. Almanak Selected Works of Deng Xiaoping Vol. 2 (1983) telah merangkum semua berbagai hal persiapan untuk pelaksanaan Reformasi Keterbukaan. Salah satu artikel dalam almanak ini yang berjudul We Can Develop a Market Economy Under Socialism akan menjadi bahan diskusi yang menarik, khususnya jurnalis Barat bertanya-tanya terkait konsep sosialisme yang modern ini. Deng Xiaoping mampu meyakinkan gagasan orisinalnya kepada Barat melalui berbagai jawaban yang luar biasa. Ciri khas sosialisme Tiongkok dibentuk melalui pengalaman-pengalaman Deng berpolitik dan mempersiapkan Reformasi Keterbukaan. Penelitian ini menggunakan sumber bacaan primer berbahasa Tiongkok dan terjemahannya dalam bahasa Inggris untuk memahami dari sisi orang dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisme Tiongkok memiliki ciri khusus yang tidak dapat ditemukan dalam sosialisme sebelumnya, bersifat pragmatis dan berpegang terhadap prinsip teguh tertentu.
The achievement of progress and rapid growth in the economic sector of the People's Republic of China (PRC) cannot be separated from the Reform and Openning-up launched by Deng at the end of 1978. This reform has opened the tap for investment from domestic and foreign countries which previously It operates a closed economic system. This idea gave birth to socialism with Chinese characteristics, where the socialist government was able to run a market economy. Selected Works of Deng Xiaoping Vol. 2 (1983) has summarized all the various preparations for the implementation of Reform and Openning-up. One of its articles entitled We Can Develop a Market Economy Under Socialism is interesting discussion material, especially for Western journalists wondering about this modern concept of socialism. Deng was able to convince the West of his original ideas through extraordinary answers. The characteristics of Chinese socialism were formed through Deng's experiences in politics and preparing the reformation. This research uses primary reading sources in Chinese and their translations in English to understand from an insider's perspective. The research results show that Chinese socialism has special characteristics that cannot be found in previous socialism, it is pragmatic and adheres to certain firm principles."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ferliansyah Zais
"Hubungan kerjasama bilateral antara pemerintah Indonesia-Mesir telah terjalin cukup lama, bahkan Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia, sekaligus memperjuangkannya untuk mendapatkan pengakuan dari negara anggota Liga Arab.
Objek penelitian tesis ini lebih fokus kepada kerjasama lembaga non pemerintah antar Negara Indonesia-Mesir. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama antara Institute for Peace and Democracy (IPD) di Bali-Indonesia dengan al-Ahram Centre for Political and Strategic Studies (ACPSS) di Kairo-Mesir. Pembahasan dalam penelitian ini bertumpu pada dua pertanyaan utama yaitu bagaimana peran Indonesia dalam proses konsolidasi demokrasi di Mesir dan bagaimana peran aktor/lembaga non pemerintah IPD dan ACPSS dalam memberikan edukasi dan implementasinya pada demokrasi di Mesir.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan teori transnasionalisme dan diplomasi sebagai kacamata dalam melihat fenomena di atas, yang diperkuat dengan aplikasi teori soft power dan multi-track diplomacy dalam proses konsolidasi demokrasi. Penelitian ini menemukan fakta terkait signifikansi peran serta aktor non pemerintah dalam menopang hubungan kerjasama kedua negara.
Kerjasama antara IPD dan ACPSS khususnya di bidang demokrasi terwujud dikarenakan adanya kebutuhan Mesir untuk memperbaiki sistem demokrasi yang ada di Mesir dan keluar dari masa transisi menuju konsolidasi demokrasi sehingga Mesir melakukan sharing informasi kepada Indonesia yang dianggap sudah lebih dahulu mencapai konsolidasi demokrasi. Cita-cita Mesir ini mampu ditangkap dan diterjemahkan oleh IPD sehingga antara ACPSS dan IPD melakukan berbagai kegiatan guna mewujudkannya.
Tujuan pembahasan tesis ini untuk memberikan informasi baru terkait hubungan diplomasi dan kerjasama antar kedua negara, khususnya terkait proses konsolidasi demokrasi di Mesir yang melibatkan aktor lembaga non pemerintah.

Bilateral relation between Indonesia and Egypt has existed quite a long time; even Egypt was the first country to recognize the sovereignty and independence of Indonesia, as well as to strife to acquire the recognition from the member of Arab League nations.
The research object of this thesis is focused on the cooperation between non-governmental organizations of the two nations Indonesia-Egypt. This is proofed by the cooperation between the Institute for Peace and Democracy (IPD), located in Bali-Indonesia, with the al-Ahram Centre for Political and Strategic Studies (ACPSS) located in Cairo-Egypt. The discussion on this research based on two main questions: how was Indonesia's role in the process of democratic consolidation in Egypt and how was the role of the actors non-governmental institutions, IPD and ACPSS, in providing education and implementation of democracy in Egypt.
To answer these questions, the researcher employ the theory of transnationalism and diplomacy as the point of view in viewing the mentioned phenomenon, reinforced with the application of the theory of soft power and multi-track diplomacy in the process of democratic consolidation. This study found the facts related to the significance of the role of non-governmental actors in supporting the cooperative relationship between the two nations.
The cooperation between IPD and ACPSS especially in democracy was materialized due to the need for Egypt to improve the democratic system and to come out of the transition period towards the consolidation of democracy so that the Egypt shared the information to Indonesia which is considered to have first reached the consolidation of democracy. The ideals of Egypt was captured and translated by IPD, so that ACPSS and IPD could perform various activities in order to make it happen.
The purpose of the discussion of this thesis is to provide new information related to the diplomatic relations and cooperation between the two nations, particularly related to the process of democratic consolidation in Egypt involving non-governmental actors.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Lestari
"Skripsi ini membahas tentang unsur al-ma’ani dalam pidato presiden Husni Mubarak pada revolusi Mesir, yaitu pidato tanggal 1 Februari 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan kajian struktur yang bersifat deskripsi analitik. Teori yang digunakan adalah teori pidato dan ilmu al-ma’ani.
Hasil analisis menunjukkan bahwa unsur al-ma’ani yang dominan dalam pidato Mubarak ini adalah unsur al-khabar thalabi dengan tujuan faidah al-khabar dan unsur al-ithnab. Hal ini menunjukkan bahwa pidato Mubarak ini bersifat penjelasan dan penegasan terhadap kondisi kirisis Mesir yang disampaikan Mubarak dalam pidatonya saat itu.

This research observes the element of al-ma’ani in President Husni Mubarak’s speech, which happened on February 1st, 2011, on Egypt revolution. The method used in this research is qualitative method, by using analytical-description structural study. The theories used in this research are speech theory and alma’ani.
The analytical result shows that the most dominating al-ma’ani elements in the speech are al-khabar thalabi element, with purpose of faidah al-khabar, and al-ithnab element. This result shows that Mubarak’s speech is categorized as explanation and consolidation of the crisis surrounded Egypt at that time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Amira
"ABSTRAK
Tesis ini menjabarkan mengenai peran dan fungsi information and communication technologies (ICTs) sebagai pemicu pemberontakan. Revolusi Mesir yang terjadi pada awal 2011 tidak jarang disebut sebagai ?The Social Media Revolution?. Dalam revolusi itu, masyarakat sipil Mesir berhasil melengserkan presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun. Dalam kurun waktu itu, Mubarak memberlakukan emergency law yang melegitimasi terjadinya tindakan-tindakan secara arbitrer oleh aparat keamanan negara, terutama kepolisian. Berbagai tindakan kekerasan dan pelanggaran hak asasi yang dilakukan oleh kepolisian Mesir terdokumentasikan dan tersebarluaskan di ranah cyberspace melalui penggunaan ICTs. Sebelum lengser, Mubarak memutuskan untuk melakukan shutdown (mematikan jaringan internet dan komunikasi) untuk mengurangi political dissent. Melalui proliferasi penggunaan ICTs, masyarakat sipil Mesir mampu mentransformasikan dirinya sebagai aktor signifikan yang memiliki peran dalam perubahan politik negaranya (disebut sebagai meta power oleh J. P. Singh). Tidak hanya mereka, adapun berbagai aktor lainnya yang mengalami transformasi dalam ranah politik akibat adanya revolusi yang dipicu oleh ICTs. Melalui akses terhadap cyberspace, masyarakat Mesir terfasilitasi untuk melakukan interaksi dan juga persuasi. Sebagai salah satu bentuk soft power menurut Joseph S. Nye, persuasi yang berhasil ditingkatkan pada ranah cyberspace akhirnya mampu memobilisasi massa untuk turun ke Tahrir Square. Walau keluhan dan ketidakpuasan masyarakat kepada rezim Mubarak sangat beragam, penggunaan ICTs dan akses terhadap cyberspace membantu para aktivis untuk memfokuskan perhatian masyarakat luas pada isu tertentu yang mengandung unsur keakraban secara luas sehingga menggalang dukungan dalam jumlah yang semakin besar pula. Tindakan pemerintah untuk melakukan shutdown menunjukkan bahwa mereka sudah mengakui pentingnya peranan ICTs dalam memfasilitasi masyarakat sipil dalam mengorganisir dan melakukan pemberontakan. Walau begitu, tindakan itu justru memperkuat posisi masyarakat di dunia internasional sebagai pihak yang dirampas haknya untuk memperoleh akses dan informasi. Menjadi penting untuk melihat strategi yang digunakan oleh masyarakat Mesir dan faktor apa saja yang mendukung ataupun melemahkan posisi mereka dalam rangka melengserkan Hosni Mubarak sebagai presiden dan menuju pembentukan negara demokratis yang ideal.

ABSTRACT
This thesis outlines the role and functions of information and communication technologies (ICTs) as a driving force of an upheaval. The Egyptian Revolution that occured in early 2011 is often named ?The Social Media Revolution?. In the revolution, the Egyptian civil society succeeded in deposing President Hosni Mubarak who has been in power for 30 years. During that time, Mubarak imposed the emergency law, which legitimized arbitrary actions from state security apparatus, namely the national police. Various acts of violence and human right violations committed by the Egyptian police were documented and spread in cyberspace through the use of ICTs. Before stepping down as President, Mubarak decided to conduct a shutdown (turning off the internet and communication networks) to reduce political dissent. Through the proliferation of ICTs use, the Egyptian civil society were able to transform themselves to become a significant actor with a role in changing Egypt?s political situation (known as meta power by J. P. Singh). In addition to the civil society in general, there were other specific actors who transformed into having roles in the political realm as a result of the revolution driven by ICTs. By having access towards cyberspace, the Egyptian civil society were facilitated in interaction and persuasion. Known as one form of soft power by Joseph S. Nye, the improved level of persuasion in the realm of cyberspace succeeded in mobilizing the masses to Tahrir Square. Although there were very diverse grievances from the civil society aimed at the Mubarak regime, the use of ICTs and access towards cyberspace supported activists to focus society?s attention on a certain isu that contained elements of familiarity in order to gain support in even larger numbers. The Egyptian government?s decision to conduct a shutdown shows that they themselves recognize the importance of the role of ICTs in facilitating the civil society in organization and upheaval. Even so, the government?s action instead strengthened the civil society?s position in the international community since they were deprived of their rights towards access and information. It then becomes significant to view the strategy used by the Egyptian people and the factors that support and also undermine their position in order to overthrow Hosni Mubarak as President, and towards the establishment of an ideally democratic Egypt.
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>