Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alief Rizka Husniawan
"Pada penelitian ini, telah dirancang alat pendingin udara dengan tujuan untuk melakukan perbaikan udara masuk ke ruang bakar kendaraan dengan cara menurunkan suhu sehingga kerapatan partikel udara akan meningkat. Dengan perbaikan ini diharapkan dapat berpengaruh pada kondisi campuran udara dan bahan bakar sehingga akan terjadi peningkatan performa kendaraan. Daya roda belakang, konsumsi bahan bakar dan emisi kendaraan dipantau selama pengujian menggunakan chassis dyno tester.
Hasil penelitian ini, suhu udara dapat diturunkan menjadi 25˚C dari 30˚C pada kondisi udara bergerak mesin putaran idle, akan tetapi performa kendaraan masih mengalami penurunan 28% dibawah kondisi standar. Hal ini disebabkan adanya tahanan aliran udara akibat pemasangan sirip dan pipa pada saluran udara. Namun demikian didapatkan manfaat yang lain yaitu penurunan kadar emisi karbon monoksida sebesar 9,8% dari kondisi standar.

In this study, air-conditioning equipment has been designed in order to do improving the air condition by lowering the temperature so that the density of the air particles which is flow into the vehicle combustion chamber will increase. With these improvements, expected there are some effects to the conditions of airfuel mixture so it will increase the vehicle performance. Rear wheel power, fuel consumption and vehicle emissions were monitored during testing using a chassis dyno tester.
The results of this study, the temperature of the air has been reduced to 25 ˚ C from 30 ˚ C in the air flowing condition during engine idle, but the vehicle's performance still fell 28% under standard conditions. This is due to air flow resistance which is caused by the installation of the fin and tube in the air duct. However, another benefit is obtained, the decreasing levels of carbon monoxide emissions by 9,8% from the standard conditions by using this equipment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42755
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmad Hidayat
"Fluida yang mengalir sangat penting bagi manusia. Untuk mengalirkan fluida dibutuhkan power. Semakin besar debit aliran dan semakin jauh jarak tempuh, semakin besar pula power yang dibutuhkan. Hal ini berhubungan dengan pressure drop. Mengurangi pressure drop sangat penting untuk mengurangi power yang dibutuhkan sehingga penghematan energi dapat dilakukan. Dalam hal ini, faktor gesekan adalah salah satu parameter penting. Penambahan bubble banyak digunakan untuk mengurangi gesekan antara fluida dengan dinding sekelilingnya.
Percobaan yang dilakukan adalah uji karakteristik aliran air dan air + udara (bubble) dalam pipa berpenampang empat persegi panjang. Test section berukuran penampang 100 mm x 25 mm dengan panjang 3200 mm. Pengukuran pressure drop dilakukan dengan 3 variasi debit air tanpa udara dan dengan 3 variasi debit udara. Variasi debit air yang digunakan adalah 35 liter per menit, 32,5 liter per menit, dan 30 liter per menit. Sementara variasi debit udara adalah dengan rasio 1/175, 2/175, dan 3/175 terhadap debit air. Faktor gesekan dihitung dari nilai pressure drop yang diperoleh. Dari percobaan yang dilakukan dapat ditunjukkan pressure drop naik dengan semakin besarnya debit air dan penambahan bubble menurunkan pressure drop yang terjadi.

The flowing fluid is very important for human. To make fluid flowing need power. More flow rate & length of the pipe make more power. It is connected to pressure drop. Reducing pressure drop is very important to decrese power meanwhile energy economising can be reached. In this case, friction factor is one of the important parameters. Adding bubble is been used for recent years on drag reduction. The purpose of the experiment is to find out characteristic of flow of water and water-air mixtures pass through square duct profile.
The dimension of the test section is 100 mm width, 25 mm height and 3200 mm length. Measuring of pressure drop has been done with three values of water flow rate without air and with three values of air flow rate. The three values of water flow rate are 35, 32.5, and 30 liters per minute. While the values of flow rate of air are in ratio 1/175, 2/175, dan 3/175 to water flow rate. Friction factor is calculated from the values of pressure drop. From the experimentation, it can be proved that the pressure drop increases by rising of water flow rate and adding bubble decrese the pressure drop.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Asmawan
"Konsep dan penggunaan dari evaporative cooling telah dikena! sejak lama. Metoda pendinginan ini efislen dalam penggunaan energi, efektif da!am biaya dan ramah lingkungan. Direct evaporative cooling merupakan proses pertukaran kalor secara adiabalis. Udara yang dialirkan melalui air yang akan diuapkan memberikan kalornya dan air menyerap ka1or ini &ebagai kalor penguapan. Oalam pengujian ini akan dilakukan pengujian unjuk kerja dengan menggunakan crossflow evaporative cooler FA3-85.060.060·111AO. Data-data berupa temperatur bola kering (dry bulb temperature) dan temperatur bola basah (wot bulb temparature) pada sisimasuk udara Juar, slsiudara masuk pada wet pad, sisi udara keluardry pad dan temperatur air diukur dengan menggunakan tennokopel dan data acquisition HP3497A. Variasi Kondisi dalam penguj!an adalah temperatur air normal, temperatur air dingin dan temperatur air panas.
Pada kondisi temperatur air normal (± 24° C) dihasilkan penurunan temperatur bola kering udara rata rata konstan dan rata-rata penambahan kandungan uap air dalam udara adalah 2 g uap air/kg udara kerfng. Pada kondisi ini direct evaporative cooler menunjukkan fungsi sebagai pendingin(cooler) dengan efektivitas rata-rata sebesar 98,15%. Pada kondisi temperatur air dingin (kurang dari 20°C) dlhasilkan penurunan temperatur bola kering rata rata basah rata rata 2.5°C dan penurunan nilai rasio kelembaban rata rata. 28°C dan penurunan nilai rasio kelembaban rata-rata 2 gr air/kg dry air. Pada kondisi ini direct epavorative cooler menunjukkan fungsi sebagai pendingin (cooler) dan pengeringan dengan efektivitas rata-rata sebesar 50,46%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Nurdiatmoko
"Fungsi utama kondensor uap pada suatu instalasi pembangkit tenaga uap adalah untuk mengkondensasikan uap buangan dari turbin dan dengan demikian rnemulihkan air-umpan berkualitas-tinggi untuk dipakai Iagi dalam siklus. Jika air pendingin yang bersirkulasi cukup rendah, akan menimbulkan tekanan balik yang rendah untuk membuang uap keluar dari turbin. Hal ini akan menurunkan tekanan akhir yang keluar dari turbin sehingga daya turbin akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan instalasi yang tidak meggunakan kondensor. Atau dengan daya turbin yang tetap, efisiensi instalsi akan meningkat.
Kondensor uap yang merupakan alat penukar kalor berpendingin air akan sangat dipengaruhi oleh kondisi air pendingin atau sirkulasi, baik suhu atau kebersihannya.
Pada pembuatan tugas akhir ini akan diperhitungkan pengaruh dari variasi suhu air pendingin terhadap unjuk kerja kondensor. Perhitungan diambil berdasarkan data-data yang didapat dari PLTU Muara Karang unit 3.
Hasil akhir dapat dilihat bahwa dengan sernakin tingginya suhu air pendingin, maka akan meningkatkan tekanan lcondensor, suhu saturasi kondensor, beda suhu rata-rata, koefisien perpindahan kalor total dan beban kalor konclensor. Dan dari sini akan mengakibatkan makin menurunnya efisiensi termal siklus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farisy Yogatama Sulistyo
"High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR) merupakan reaktor generasi keempat yang mempunyai sistem keselamatan pasif. Salah satu komponen penting dari reaktor ini adalah Hot Gas Duct (HGD). HGD merupakan komponen yang menghubungkan teras reaktor dengan steam generator secara langsung. Didalam HGD terdapat dua fluida helium yang berbeda arah dan temperatur. Salah satu masalah yang timbul dari perbedaan dua aliran ini adalah homogenitas temperatur yang akan menjadi input dari teras reaktor dan steam generator sehingga dimungkinkan akan terjadi gangguan pada operasi reaktor. Penelitian mengenai dua aliran ini penting dilakukan untuk memahami mengenai sifat aliran fluida di dalam HGD. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perpindahan panas pada fluida dan material insulasi melalui simulasi Computational Fluids Dynamics (CFD) dengan mengambil subjek pada Hot Gas Duct Reaktor Daya Eksperimental serta melakukan optimasi desain. Hasil perilaku fluida CFD divalidasi dengan kondisi eksperimen yang dilakukan. Perbandingan antara hasil eksperimen Hot Gas Duct experimental apparatus dengan model CFD memberikan hasil yang cukup dekat dengan nilai perbedaan deviasi maksimal -21,6% dan rata-rata deviasi sebesar -5,9% dengan ketidakpastian sebesar ±3.36%. Desain optimasi ketebalan insulasi pada HGD didapatkan dengan nilai D1 sebesar 267mm dan D2 sebesar 590mm. Dengan ketebatan insulasi optimal ini akan didapatkan temperatur rata-rata outlet gas panas 690,76 C dan temperatur rata-rata outlet gas dingin sebesar 239,34 C sedangkan beda tekanan sebesar -0,000521 MPa pada jalur gas panas dan 0,0000203 MPa pada jalur gas dingin

Hot Gas Duct (HGD) is a component that connects the reactor core with the steam generator directly. Inside the HGD there are two helium fluids with different directions and temperatures. One of the problems is the homogeneity of the temperature that will be the input from and to the reactor core and steam generator so it is possible that there will be disturbances in the operation of the reactor due to this homogeneity. This research aims to study heat transfer in fluids and insulation materials through Computational Fluids Dynamics simulation by taking the subject of Experimental Power Reactor Hot Gas Duct and performing optimization on the existing design. The results of CFD behavior were validated under the experimental conditions named Hot Gas Duct experimental apparatus (HGDea). The temperature comparison are quite close, the maximum deviation value is -21.6% and the average deviation is -5.9% with an uncertainty of ±3.36%. The optimization design of the insulation thickness on HGD was obtained with a value of D1 of 267mm and D2 of 590mm. With this optimal insulation thickness, the average hot gas outlet temperature is 690.76 C and the cold gas outlet average temperature is 239.34 C, while the pressure difference is -0.000521 MPa on the hot gas channel and 0.00000203 MPa on the cold gas cha"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidra Ahmed Muntaha
"Channel Coding merupakan bagian penting dalam teknologi komunikasi wireless. Pada bagian tersebut fungsi error correction dilakukan. Error yang terjadi pada kanal transmisi dapat diperbaiki oleh fungsi error correction ini. Namun, umumnya sistem error correction yang ditampilkan tidak dapat mengatasi error yang disebabkan oleh burst error. Penggunaan error correction bersama interleaver akan dapat mengatasi permasalahan ini. Prinsip interleaver secara sederhana adalah melakukan permutasi terhadap sinyal coded. Standar IEEE 802.16-2004 pada section 8.3.3.3 mendefinisikan proses interleaving untuk WirelessMAN OFDM PHY atau biasa yang dikenal dengan nama WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access).
Pada skripsi ini dilakukan simulasi penggunaan beberapa jenis interleaver yang berbeda dari standar. Jenis interleaver yang disimulasikan yaitu, helical scan interleaver, random interleaver, dan convolutional interleaver. Pemodelan pada skripsi ini merujuk kepada model IEEE 802.16-2004 OFDM PHY Link yang terdapat di dalam program MATLAB & Simulink (Communication System Toolbox). Modifikasi interleaver dilakukan di dalam tiap-tiap modulation & coding block. Simulasi dilakukan dengan kondisi tanpa burst error dan dengan burst error.
Hasil yang didapatkan dari simulasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa convolutional interleaver menampilkan kinerja BER (Bit Error Rate) yang lebih baik dibanding interleaver standar maupun helical scan interleaver dan random interleaver, baik pada kondisi tanpa burst error maupun dengan burst error.

Channel coding is one of important in wireless communication technology, which is error correction is performed. Errors occured in transmission channel can be repaired by error correction. However, most error correction not able to repair errors caused by burst errors. Using error correction together with interleaver can overcome this problem. Simple idea behind interleaver is doing permutation to the coded signal. The IEEE 802.16-2004 Std. in section 8.3.3.3 defines interleaving for WirelessMAN OFDM PHY or commonly known as WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access).
In this thesis, several types of interleaver different from standard were simulated. They are helical scan interleaver, random interleaver, and convolutional interleaver. Model used in this thesis refer to IEEE 802.16-2004 OFDM PHY Link model on MATLAB & Simulink (Communication System Toolbox). Modification of interleaver occur on modulation & coding block. Simulation performed with and without burst errors.
The results obtained from simulation then showed that convolutional interleaver have better BER (bit error rate) performance than others interleaver in condition with and without burst errors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gavin Cakraditya
"Tulisan dan penelitian ini dilakukan untuk melakukan perbandingan performa dari chiller dengan refrigerant R290 saat sebelum dan sesudah menggunakan sub-cooler/heat exchanger. Sehingga dapat memberikan perkiraan seberapa besar dampak penggunaan sub-cooler pada performa chiller. Penelitian ini dilakukan dalam rangka membantu pengembangan pemakaian chiller hidrokarbon di Indonesia, dimana minatnya sudah cukup tinggi dengan sifatnya refrigerant yang ramah lingkungan serta memiliki performa pendinginan yang lebih tinggi dari chiller dengan refrigerant R22 yang saat ini banyak digunakan. Melalui riset ini ditemukan bahwa penggunaan Sub-Cooler memberikan dampak kenaikan performa sebesar 6.9% pada beban pendinginan sedang, namun tidak memberikan perubahan signifikan pada performa saat beban pendinginan rendah.

The purpose of this research is to compare the performance of R290 hidrocarbon Chiller with sub-cooler and without sub-cooler, so that could give an estimation on how significant the impact made by sub-cooler in increasing chiller performance. This research also intended to helps the development of hydrocarbon chiller in Indonesia, which it's environmentally friendly and have higher performance than chiller with R22 as it's refrigerant. By doing this research, it was found that the use of sub-cooler when using it on medium cooling load operation could increase performance by 6.9%, but did not have significant effect in performance when using it on low cooling load operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>