Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudhistiro Nugroho
"Skripsi ini merupakan kajian budaya arisan yang diteliti melalui aspek filsafat. Dengan membahas neo-pragmatisme lewat proses pengolahan informasi yang terdapat dalam komunikasi intrapersonal, maka terbentuklah konsep keuntungan yang merupakan imbas dari kepentingan subjektif manusia. Munculnya budaya arisan menjadi konsekuensi yang cukup logis atas dasar pengetahuan manusia yang berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, perbedaan itulah yang justru membuat kegiatan arisan penting untuk disepakati dan kemudian dapat memenuhi berbagai kepentingan subjektif. Pada budaya arisan, ditemukan beberapa faktor yang menjelaskan alasan kegiatan ini tetap berlangsung hingga sekarang. Tujuan skripsi ini adalah menjelaskan bahwa budaya arisan merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat demi pemenuhan kepentingan subjektif.

This thesis is a study which examined social gathering culture through the philosophical aspects. By discussing the neo-pragmatism through the processing of the information contained in the intrapersonal communication, the concept of profit, which is the impact of subjective human interests, is formed. The emergence of arisan culture become a quite logical consequence on the basis of human knowledge that are different from each other. However, it is the differences that make arisan an important social gathering event that needs to be agreed, to meet the varied subjective interests. In the culture of arisan there are a number of factors which explain why this activity is still ongoing until now. The purpose of this thesis is to explain that the arisan culture is a social interaction that is done to fulfill subjective interest.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43550
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Minang Warman K.
"Skripsi ini membahas mengenai pemikiran Richard Rorty yang berkaitan atas penolakannya terhadap epistemologi moderen. Penolakan ini yang berujung pada pengorientasian filsafat kepada konsensus demokrasi. Hasil dari skrpisi ini menemukan bahwa pandangan satu paradigma objektifikasi ilmu pengetahuan dapat menciptakan paradigma yang absolut dan fondasional yang tidak menghargai kemajemukan di tataran sosial. Dengan upaya menciptakan penghargaan terhadap pluralitas kebenaran, diupayakan suatu semangat solidaritas yang dipengaruhi faktor kontingensi.

The Focus of this study is about Richard Rorty?s thought his rejection on modern epistemology. The rejection that shifted philosophy orientation on democracy consensus. The result of this study found that scientific objectification paradigm could be created absolute and foundational paradigm that ignore social pluralism. For the sake of plurality, solidarity must be regarded considered by contingency factor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16053
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Dardiri
"Thesis ini dilatar belakangi oleh adanya pandangan yang pro dan kontra terhadap pragmatisme, di samping adanya daya tarik terhadap pandangan pragmatisme Richard Rorty, yang terang-terangan mendekonstruksi epistemologi, dan pandangannya yang menyentuh isu postmodernisme. Thesis ini ingin menjawab permasalahan: Bagaimanakah pandangan Richard Rorty tentang pragmatisme, sehingga ia dianggap sebagai penerus tradisi pragmatisme Amerika bahkan sebagai pendiri neopragmatisme?; Bagaimanakah kritiknya terhadap epistemologi? Apakah benar pragmatismenya menyentuh issu postmodernisme?
Thesis ini penting dan diharapkan bermanfaat bagi dunia akademis, umumnya dalam bidang filsafat, juga bagi masyarakat luas, karena Richard Rorty mengajak kita untuk selalu membuka diri dan memperbaharui diri lewat dialog secara terus menerus daripada mempertahankan status quo dan merasa puas terhadap hasil-hasil yang telah dicapai.
Tujuan yang ingin dicapai dalam thesis ini adalah mengungkapkan pokok-pokok pikiran Richard Rorty tentang pragmatisme dan kritiknya terhadap epistemologi; juga ingin mengetahui sejauh mana pragmatismenya menyentuh issu postmodernisme. Metode yang digunakan adalah: metode hernrneneutik; metode analisis-sintesis; metode historis, dan metode kids.
Pragmatismenya merupakan reaksi terhadap pandangan Descartes, Locke, dan Kant. Pemikirannya dipengaruhi oleh Wittgenstein, Heidegger, dan Dewey. Pemikirannya juga berkaitan dengan para filsuf pragmatis sebelumnya, utamanya Dewey, sekaligus sebagai penerus ide-ide Dewey. Meskipun demikian, pragmatismenya memiliki kekhasan.
Bagi Rorty, kesadaran bukanlah entitas yang menilai status ontologis di mana proses mental berlangsung. Oleh sebab itu, epistemologi yang berdasarkan pemikiran demikian tidak diperlukan. Pragamatisme atau neopragmatismenya nampak dari cara memperlakukan kesadaran dan epistemologi.
Setelah kematian epistemologi, hernmeneutikalah yang berperan. Filsafat yang diperlukan sekarang bukan filsafat sistematis, melainkan filsafat edifikasi. Dari pandangannya tentang epistemologi dan filsafat, ternyata ia juga seorang postmodernis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Novita S.
"Penelitian mengenai pemanfaatan perpustakaan di Sekolah Bina Nusantara dilakukan pada bulan Juni 2006, tujuannya adalah menggambarkan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa SMU di sekolah tersebut beserta kendala-kendala pemanfaatannya. Pengumpulan data dilakukan dilakukan melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan melakukan pengamatan, penulis juga melakukan studi bibliografis untuk menunjang kelengkapan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengguna perpustakaan telah memanfaatkan Perpustakaan Sekolah Bina Nusantara.. Hal ini dapat diketahui dari data bahwa seluruh responden pernah mengunjungi perpustakaan untuk menunjang kegiatan belajar mereka. Dari segi pemanfaatan buku menunjukkan bahwa semua subjek buku yang tersedia di Perpustakaan Sekolah Bina Nusantara sudah dimanfaatkan. Dari semua subjek buku yang dimanfaatkan, subjek buku dengan frekuensi pemanfaatan terbanyak adalah buku dengan subjek kesusastraan (800)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S16095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachru Nofrian
"Fokus utama skripsi ini adalah kritik atas fondasionalisme dalam pemikiran Richard Rorty, Metode yang digunakan bersifat deskriptif. Pemikiran (filsafat) modern dapat dikatakan titik equilibrium antara filsafat dan fondasionalisme daiam suatu masa. Ambisi Rorty adalah menjadikan filsafat bebas dari fondasionalisme. Rorty mengawali pembahasan tentang fondasionalisme dengan menelusuri para filsuf mulai dari Descartes sampai dengan Kant. Sedangkan filsuf seperti Husserl, Heidegger dan Russell juga dikatakan masih terjebak pada fondasionalisme. Agar dapat lebilt mudah dan tajam dalam memahami Rorty, perlu memahami pemikiran Filsuf tersebut dan juga Sellar, Quine, Rawls, Wittgenstein, Dewey. Peirce dan Davidson. Filsuf seperti tersebut yang pertama dibahas pada Bab 11, sedangkan yang terakhir dibahas pada Bab III. Karakter mendasar dari fondasionalisme adalah kesadaran dan kebenaran. Melalui kesadaran, semua penampakan adalah kesadaran atau ada dalam kesadaran. Eksistensi dan esensi ada dalam kesadaran. Dengan demikian ada keterpisahan antara kesadaran, dapat disebut ruang privat atau res cogitans dan natur, disebut ruang publik atau res extensa. Kesadaran kemudian berperan sebagai mahkamah pemikiran yang menentukan realitas, dengan demikian kesadaran mengatasi perbedaan esensi-eksistensi yang ada dalam filsafat atau pemikiran sebelumnya. Dengan adanya kesadaran. muncul kekuatan pikir sebagai penentu pengetahuan. Kesadaran merupakan pandangan yang terpisah dari realitas itu sendiri. Pada filsafat sebelumnya, tidak terdapat keterpisahan yang mampu memberikan kekuasaan pengetahuan pada manusia ini. Konsekuensi logis dari kekuatan pikir ini adalah munculnya sumber pengetahuan: rasionalitas dan empirisitas; pemilik pengetahuan, yaitu subyek dan yang diketahui, yaitu obyek; dan kondisi pengetahuan : subyektivitas dan obyektivitas. Kebenaran adalah keakuratan dan ketepatan representasi dengan realitas, disebut juga korespondensi. Filsafat Rorty merupakan usaha menghilangkan kesadaran yang memiliki keyakinan dan pengetahuan yang berada dalam kesadaran tersebut. Untuk itu, ia memulai filsafatnya dengan mengotak-atik ontologi epistemologi, yaitu mental-fisikal. Ia menganalisa antara mental-fisikal dengan partikularitas-universalitas. Selama ini, mental merupakan properti pengetahuan yang dimiliki subyek yang ada secara intuitif melalui kesadaran. Mental menghasilkan reduksi realitas universal, sementara realitas yang belum direduksi adalah realitas partikular atau hanya penampakan. Akibatnya, pengetahuan bergantung pada mahkamah pemikiran. Rorty menolak inidengan melihat bahwa ontologi adalah realitas partikular-universal saja, bukan mental-fisikal. Dengan kata lain, mental-fisikal hanyalah bagian dari distingsi ontologi partikular-universal itu tadi. Dengan ontologi epistemologi tersebut, maka pengetahuan lebih bergantung pada konteks daripada pada kesadaran. Kalaupun kesadaran ada, maka ia ada dalam konteks, yang artinya lebih ditentukan oleh proses sosial, justifikasi sosial dan sebab sosial. Di sinilah bahasa menjadi hanya bahasa, bukan gambaran realitas yang paling benar ataupun yang paling Ada. Bahasa tidak lagi memiliki unsur-unsur metafisis, baik itu melalui logika matematika ataupun logika bahasa, dan terlebih lagi tidak ada penentuan makna dari bahasa atas suatu realitas secara mental. Intuisi yang berasal dari mental digantikan intuisi sosial yang bersifat spontan. Pengetahuan ini bukan berarti tidak ada makna, tapi justru menjadi banyak makna. Konsekuensi dari pemikiran ini adalah tidak ada kebenaran yang absolut, kebenaran adalah permainan bahasa dan bersifat historis, bukan ahistoris. Kebenaran bersifat kontingen (berubah), bukan necessary. Oleh karena itu, seluruh perangkat pengetahuan, seperti rasionalitas dan obyektivitas yang selama ini menjadi house of knowledge dari ilmu pengetahuan menjadi banal (tumpul), lebih jauh lagi, itu semua adalah mitos. Rorty ingin mengembalikan semua kekuasaan pengetahuan pada manusia itu sendiri, bukan pada kesadaran yang bersifat nonhuman tersebut. Intuisi spontan membawanya pada metafora. Baginya metafora penting karena bisa memperluas ruang logis yang kemudian diilmiahkan melalui proses sosial dan justifikasi sosial. Definisi-definisi seperti: sejarah adalah semata-mata perjuangan kelas. cinta adalah satu-satunya aturan, adalah sebuah metafora yang kemudian mengalami justifikasi sosial menjadi definisi dari sesuatu. Implikasi sosial pemikiran Rorty adalah perlunya percakapan (konversasi) dalam menghilangkan masalah utama manusia, yaitu kesendirian. Baginya, semua metode ilmu pengetahuan bukan ditujukan untuk menekankan realisme, yaitu korespondensi yang paling akurat dengan realitas partikular diluarsana, tapi hanya suatu metafora yang mungkin berguna bagi suatu jaman, atau masa, sebelum diperluas lagi oleh metafora lainnya. Ia lebih melihat percakapan sebagai suatu evolusi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S16109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ottaru Gde Bramantya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pemikiran Richard Rorty yang bisa
menyelesaikan permasalahan dalam demokrasi. Secara garis besar permasalahan dalam demokrasi menyangkut tiga macam, yaitu, permasalahan pertama tirani mayoritas, permasalahan kedua adalah konflik etnis dan nasional, dan permasalahan ketiga adalah pemerintahan yang tidak efektif. Ketiga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan tiga konsep pemikiran Richard Rorty. Konsep
pertama adalah kontingensi, konsep kedua adalah ironi, dan konsep ketiga adalah solidaritas. Adapun hasil dari pengkolaborasian antara permasalahan dan konsep pemikiran tersebut adalah jangan melakukan kekejaman.

ABSTRACT
This paper discusses about Richard Rorty?s thinking that can solve problems in a democracy. Broadly speaking, the problems in a democracy involves three kinds, the first is tyranny of the majority, the second is ethnic and national conflicts, and the third is ineffective governance. These problems can be solved by the three concepts of thought Richard Rorty. The first concept is contingency, the second
concept is irony, and the third concept is solidarity. As a result of the merger between the issues and concepts such consideration is do not be cruelty"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1487
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fristian Hadinata
"Disertasi ini adalah penelitian untuk melihat upaya teoretis Richard Rorty untuk keluar dari perdebatan antara fondasionalisme dengan relativisme dan konsekuensinya pada bidang sosial-politik. Penelitian ini menggunakan metode refleksi kritis dan fenomenologi-hermenutika Gadamer untuk menganalisis teori kebenaran yang ditawarkan oleh Richard Rorty.
Temuan penelitan ini adalah teori kebenaran tersebut didasarkan pada asumsi kuasi-realisme yang mengandung ?deflationary theory of truth?. Di sini,?deflationary theory of truth? menunjukkan manusia memahami diri ataupun dunia begitu saja dalam arus kehidupannya. Oleh karena itu, kebenaran tidak mungkin hadir terpisah dari kegiatan manusia itu sendiri ?dalam konteks ini, kegiatan berbahasa yang berciri kontingensi. Dengan ucap lain, kita tidak mungkin berbicara atau berpikir tentang kebenaran tanpa melakukan identifikasi dalam kosakata ataupun deskripsi, di mana kebenaran itu diformulasikan.

This dissertation is a study to see Richard Rorty?s theoretical efforts to escape of the debate between foundationalism and relativism, and their consequences on social-politic field. This study uses the methods of critical reflection and Gadamer?s phenomenology-hermeneutics to analyze the theory of truth offered by Richard Rorty.
The finding of this study is the Richard?s Rorty theory of truth based on the assumption of quasi-realism containing deflationary theory of truth. It shows that human understanding about their self or the world just happen in flow of their life. Therefore, the truth is impossible to exist apart from human activities ?in this context, linguistic activities are characterized by contingency. In other words, we can not talk or think about the truth without identifying it in vocabulary or description, in which the truth is formulated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D2100
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas mengenai persepsi anggota arisan mengenai manfaat dari arisan. Dalam hal ini penelitian memfokuskan pembahasan mengenai apakah persepsi anggota arisan mengenai manfaat keuangan dari arisan dapat mempengaruhi keputusan mereka mengikuti kegiatan arisan. Apakah persepsi mengenai manfaat sosial juag dapat mempengaruhi huubungan diantara keduanya. Peneliti menemukan bahwasanya terdapat pengaruh yang positif antara persepsi anggota mengenai manfaat keuangan dari arisan terhadap keputusan mengikuti arisan. Namun, sebaliknya persepsi manfaat sosial tidak mempengaruhi keputusan anggota mengikuti arisan. Persepsi manfaat sosial memiliki potensi menjadi penguat/pelemah hubungan antara persepsi manfaat keuangan dan keputusan mengikuti arisan dilihat dari hasil pengujian yang dilakukan.

ABSTRACT
This study discusses the perception of arisan members regarding the benefits of arisan. In this case the research focuses on the discussion of whether the perception of arisan members regarding the financial benefits of arisan can influence their decision to participate in arisan activities. Whether perceptions of social benefits can also influence the relationship between the two. The researcher found that there was a positive influence between members perceptions of the financial benefits of social arisan on members decisions to join arisan. However, on the contrary the perception of social benefits does not affect the decision of members to join arisan. The perception of social benefits has the potential to be a reinforcer/weakener of the relationship between the perception of financial benefits and the decision to join arisan viewed from the results of the tests conducted."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardi Adi Armin
"Neopragmatisme Roily adalah salah satu varian dari gerakan antimetafisika yang berkembang di Amerika, sebagaimana gerakan antimetafisika global yang berkembang di belahan dunia barat pada paruh kedua Abad ke-20. Gerakan antimetafisika yang berkembang di Amerika berakar kuat pada identitas pragmatisme klasik yang mengambil bentuk sebagai sayap kiri pragmatisme Amerika. Istilah sayap kiri dipergunakan untuk menggambarkan misi pemikiran yang diemban oleh neopragmatisme, yaitu merancang masa depan yang lebih terjamin dengan mengedepankan pembentukan metafora-metafora barn oleh kelompok pelopor, sambil menampung secara egalitarian semua aspirasi ekonomi, sosial-politik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat herdasarkan prinsip-prinsip demokrasi serba kelnungkinan (contingency) bahasa, diri, masyarakat. Sayap kiri dipergunakan pula wttuk memperlawankan pemikiran neopragmatisme dengan pragrnatisme konservatif yang masih mempertimbangkan tahap-tahap eksperimentasi dalam perumusan susunan ilmu pengetahuan. Neopragmatisme mengabaikan penjelasan kesejarahan yang bersifat sinkronis dan struktural, akibat orientasi horizontal menuju kegiatan sosial beragam yang bergerak ke depan. Tafsir barn mengenai sejarah peradaban manusia harus bersifat diakronis dan tidak bersifat kosa kata akhir (final vocabulary), melainkan terbuka pada setiap penafsir berdasarkan pendekatan sikap-sikap unik (pointilisme dan strukturis). Dengan demikian, dominasi kekuatan suatu interpretasi atas interpretasi yang lain tidak diperkenankan. limo pengetahuan tidak lagi dihangun berdasarkan objektivisme dan ekspenmentasi, tetapi berdasarkan sikap toleran, keberagaman dan cakap..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>