Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvin Natalius
"Penelitian bertujuan mengisolasi kapang manuskrip kuno kertas Eropa asal Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, mengetahui kemampuan kapang-kapang tersebut tumbuh pada kertas Eropa dan kemampuan selulolitiknya, serta mengidentifikasinya. Hasil isolasi dan pemurnian pada medium DG 18 menghasilkan 11 isolat kapang. Penapisan isolatisolat menunjukkan 9 isolat memiliki kemampuan tumbuh pada substrat kertas Eropa. Penapisan menggunakan Carboxymethyl Cellulose (CMC) dan Congo red memberikan indikasi delapan isolat memiliki enzim selulase berupa endoglukanase.
Hasil identifikasi konvensional berdasarkan karakter morfologi menunjukkan kapang-kapang tersebut adalah Aspergillus E.FIB.UI.1.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.4.2, Aspergillus E.FIB.UI.5.3, Penicillium E.FIB.UI.2.1.1, Penicillium E.FIB.UI.2.1.2, Penicillium E.FIB.UI.2.8, mycelia sterilia E.FIB.UI.1.1.1, dan mycelia sterilia E.FIB.UI.3.3.

This research was to isolate fungi from the Library of Faculty of Humanities of Universitas Indonesia, to screen cellulolytic isolates that grow on old manuscripts of European papers and to identify the isolates. Eleven mould isolates were obtained on medium DG 18 Agar. Nine isolates were able to grow on European papers. Eight isolates were able to grow on Carboxymethyl Cellulose (CMC) and Congo red indicating they have endoglucanase.
Identification by conventional method showed that they were Aspergillus E.FIB.UI.1.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.1.2, Aspergillus E.FIB.UI.4.2, Aspergillus E.FIB.UI.5.3, Penicillium E.FIB.UI.2.1.1, Penicillium E.FIB.UI.2.1.2, Penicillium E.FIB.UI.2.8, mycelia sterilia E.FIB.UI.1.1.1, and mycelia sterilia E.FIB.UI.3.3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42963
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Zahra Ardiyanita
"Selulosa adalah salah satu komoditas yang dibutuhkan di berbagai industri, seperti di industri farmasi. Produk turunan selulosa yang sering digunakan dalam industri farmasi adalah natrium karboksimetil (NaCMC) yang berfungsi untuk meningkatkan viskositas, menstabilkan emulsi, sebagai pengikat dan disentegran pada formulasi tablet. Lambung buah Kapok berpotensi menjadi bahan baku pembuatan NaCMC karena memiliki senyawa kimia α-selulosa yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan NaCMC dari lambung buah kapuk α-selulosa melalui reaksi alkalisasi dan karboksimetilasi. Alkalisasi dilakukan menggunakan 25% NaOH (mengandung natrium tetraborat), sedangkan karboksimetilasi dilakukan menggunakan natrium monokloroasetat. Identifikasi dan karakterisasi dilakukan dengan analisis spektrum inframerah menggunakan FTIR, analisis kualitatif, pemeriksaan organoleptik, analisis morfologi dan topografi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), derajat substitusi (DS), analisis bentuk kristal dan amorf menggunakan difraksi X-Ray (XRD), Tes pH, kadar abu sulfat, kadar air, kehilangan pengeringan, kepadatan partikel, dan viskositas. Serbuk NaCMC yang diperoleh berwarna putih kekuningan, memiliki spektrum inframerah yang mirip dengan perbandingan, menunjukkan hasil positif dalam analisis kualitatif, derajat substitusi 0,57, pH 8,5, morfologi terlihat dengan SEM sangat mirip dengan perbandingan meskipun permukaan NaCMC yang dihasilkan lebih kasar, memiliki pola difraktogram yang mirip dengan perbandingan yang ditandai dengan adanya bentuk kristal dan amorf, kadar air 8,50%, abu sulfat 36,43%, kehilangan pengeringan 9,87%, dan memiliki nilai viskositas 1% 20,6 cP yang jauh berbeda dari perbandingan. Secara umum, NaCMC dari lambung hull pemenuhan persyaratan α-cellulose kapuk dipenuhi.

Cellulose is one of the commodities needed in various industries, such as in the pharmaceutical industry. Cellulose derivative products that are often used in the pharmaceutical industry are sodium carboxymethyl (NaCMC) which function to increase viscosity, stabilize emulsion, as binder and disentegran in tablet formulations. Kapok fruit hull has the potential to be the raw material for NaCMC because it has a high α-cellulose chemical compound. The purpose of this study was to obtain NaCMC from the hull of α-cellulose kapok through alkalization and carboxymethylation reactions. Alkalization is carried out using 25% NaOH (containing sodium tetraborate), while carboxymethylation is carried out using sodium monochloroacetate. Identification and characterization were carried out by infrared spectrum analysis using FTIR, qualitative analysis, organoleptic examination, morphological and topographic analysis using Scanning Electron Microscope (SEM), degree of substitution (DS), crystal and amorphous shape analysis using X-Ray diffraction (XRD), Tests pH, sulfate ash content, moisture content, drying loss, particle density, and viscosity. NaCMC powder obtained yellowish white, has an infrared spectrum similar to the comparison, showed positive results in qualitative analysis, the degree of substitution 0.57, pH 8.5, the morphology seen with SEM is very similar to the comparison even though the surface of the NaCMC produced is more rough, has a diffractogram pattern that is similar to the ratio marked by the presence of crystalline and amorphous shapes, 8.50% moisture content, 36.43% sulfate ash, 9.87% drying loss, and has a viscosity value of 1% 20.6 cP which is far different from comparison. In general, NaCMC from hull hull fulfillment of kapok α-cellulose requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Ardita Khoirunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pertumbuhan Rhizopus azygosporus UICC 539 pada Potato Sucrose Agar (PSA) di berbagai suhu dan mendeteksi kemampuan kapang tersebut dalam menghidrolisis Carboxymethyl Cellulose (CMC) pada konsentrasi 1% (b/v) dan 2% (b/v) di berbagai suhu. Pengujian suhu pertumbuhan dan kemampuan degradasi CMC oleh R. azygosporus UICC 539 menggunakan blok agar (diameter 6 mm) pada PSA dengan konsentrasi 2x106 sel/mL. Pengujian R. azygosporus UICC 539 untuk pertumbuhan di suhu 30, 35, 40, 45, 50, 55, dan 60C selama 5 hari, sedangkan pengujian kemampuan menghidrolisis CMC pada medium Czapek’s Dox Agar (CDA) modifikasi tanpa sumber karbon dengan penambahan CMC 1% dan 2%. Medium CDA modifikasi diinkubasi pada suhu 30, 35, 40, 45, 50, 55, dan 60C selama 3 hari dan 5 hari. Medium CDA modifikasi tanpa kapang digunakan sebagai medium kontrol. Indikasi degradasi CMC oleh R. azygosporus ditunjukkan dengan zona bening dan pewarna Congo red digunakan sebagai indikator. Kemampuan kapang mendegradasi CMC dihitung menggunakan Enzymatic Index (EI) dengan rumus: R/r, R adalah diameter zona bening dan r adalah diameter koloni. Hasil menunjukkan bahwa R. azygosporus UICC 539 tumbuh pada medium PSA di suhu 30C hingga 50C dengan terbentuknya koloni yang memiliki tekstur cottony, bentuk filamentus, dan tepi filamentus. Rhizopus azygosporus UICC 539 dapat mendegradasi CMC 1% dan 2% pada suhu 30C hingga 50C pada hari ke-3 dan ke-5 inkubasi. Nilai EI yang tinggi diperoleh pada CMC 1% dan 2% di suhu 50C, dengan EI tertinggi diperoleh pada CMC 1% pada hari ke-5 inkubasi. Zona bening mengindikasikan terjadi sekresi CMC-ase (endoglukanase) pada medium oleh R. azygosporus UICC 539.

The aims of this study were to grow Rhizopus azygosporus UICC 539 on Potato Sucrose Agar (PSA) at various temperatures and to detect the degrading ability of the fungus on 1% (w/v) and 2% (w/v) Carboxymethyl Cellulose (CMC) at various temperatures. Growth temperature test and test of CMC-degrading ability of R. azygosporus UICC 539 were carried out using agar blocks (6 mm diameter) which contained 2x106 cells/mL on PSA. Growth temperature test was carried out on PSA at 30, 35, 40, 45, 50, and 60C for 5 days. Test of CMC-degrading ability of R. azygosporus was carried out on modified Czapek’s Dox Agar (CDA) without carbon sources with the addition of 1% and 2% CMC, and incubation was carried out at 30, 35, 40, 45, 50, and 60C for 3 and 5 days. Modified CDA plates without the fungus served as a control. Indication of CMC degradation by R. azygosporus was shown by clear zone and Congo red was used as an indicator. The fungus CMC-degrading ability was calculated by Enzymatic Index (EI) using the formula: R/r, R was the diameter of the entire clear zone, and r was the diameter of the fungal colony. The results showed that R. azygosporus UICC 539 was able to grow on PSA at 30C to 50C, shown by colonies with cottony textures, filamentous shapes, and filamentous margins. Rhizopus azygosporus UICC 539 was able to degrade 1% and 2% CMC at 30C to 50C on day-3 and day-5. High EI values were obtained at 50C at 1% and 2% CMC, with the highest EI obtained at 1% CMC on day-5. Clear zone indicated the secretion of CMC-ase (endoglucanase) in the plates by R. azygosporus UICC 539."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle
"Penelitian bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan menguji kemampuan kapang selulolitik dari lima manuskrip daluang asal Perpustakaan FIB UI. Hasil isolasi pada medium PCA menghasilkan 19 isolat kapang, sedangkan isolasi pada medium DG18 menghasilkan 15 isolat kapang xerofilik. Sebanyak 15 isolat kapang memiliki kemampuan tumbuh pada kertas daluang, sedangkan 14 isolat dapat menggunakan CarboxyMethyl Cellulose (CMC) dan Congo red yang mengindikasikan dapat menghasilkan endoglukanase. Hasil identifikasi konvensional berdasarkan karakter morfologi menunjukkan 4 isolat merupakan genus Aspergillus, 8 isolat merupakan genus Penicillium, 1 isolat merupakan genus Fraseriella, dan 2 isolat merupakan mycelia sterilia.

This research was to isolate fungi from old daluang manuscripts from Library of Faculty of Humanities University of Indonesia, to investigate cellulolytic isolates and to identify the isolates. Nineteen mould isolates were obtained on medium PCA, whilst fifteen xerophilic mould isolates were obtained on medium DG18 agar. Fifteen isolates were able to grow on daluang paper. Fourteen isolates were able to grow on Carboxymethyl Cellulose (CMC) and Congo red indicating they have endoglucanase. Identification by conventional method showed that 4 isolates were Aspergillus, 8 isolates were Penicillium, 1 isolate were Fraseriella, and 2 isolates were mycelia sterilia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43553
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rhadiathul Wahyuli
"Nanokomposit berbasis biopolimer yang mengalami adsorpsi ion logam pada permukaan bahan pendukung magnetik memiliki kemampuan katalitik lebih baik sehingga menarik untuk dikembangkan sebagai katalis dalam reaksi reduksi 4-nitrofenol. Nanokomposit NaAlg-CMC/Fe3O4 dan NaAlg-CMC/Fe3O4-Cu telah berhasil disintesis yang didukung dengan karakterisasi menggunakan FTIR, XRD dan SEM-EDS Mapping. NaAlg-CMC merupakan biopolimer yang bertindak sebagai support katalis dan dapat membentuk komposit dengan sifat yang baik saat digabungkan dengan Fe3O4. Nanokomposit NaAlg-CMC/Fe3O4 dapat digunakan sebagai adsorben yang baik dalam penghilangan ion Cu2+. Kondisi optimum diperoleh pada berat nanokomposit 50 mg, pH 5,5, rasio NaAlg-CMC/Fe3O4 2:1, waktu kontak 90 menit dengan persen penghilang 97,80% dan kapasitas adsorpsi 48,9018 mg/g. Isoterm adsorpsi ion Cu2+ mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir dengan R2 sebesar 0,9944. Nanokomposit NaAlg-CMC/Fe3O4-Cu dapat menjadi katalis yang baik dalam reduksi katalitik 4-nitrofenol dengan persen reduksi sebesar 92,95 pada berat katalis 45 mg dan waktu reaksi 11 menit. Studi kinetika reaksi reduksi 4-nitrofenol menjadi 4-aminofenol mengikuti kinetika reaksi orde pertama dengan persamaan v = 0,2592 menit-1 [4-NP]. Nanokomposit yang diperoleh dapat menjadi solusi untuk mengurangi logam berat dan polutan organik yang ramah lingkungan.

Biopolymer-based nanocomposite with adsorbed metal ions on the surface of magnetic support has better catalytic ability that is interest to be developed as a catalyst in the reduction of 4-nitrofenol. SA-CMC/Fe3O4 and SA-CMC/Fe3O4-Cu have been successfully synthesized and supported by characterization using FTIR, XRD and SEM-EDS Mapping. SA-CMC is a biopolymer-based composite as a supporting catalyst and able to form composites with good properties when combined with Fe3O4. SA-CMC/Fe3O4 nanocomposites can be used as good adsorbents of Cu2+ in wastewater. The optimum conditions were obtained by the adsorbent dosage 50 mg, pH 5.5, ratio of SA-CMC/Fe3O4 2:1, contact time 90 minutes with efficiency removal 97.80% and maximum adsorption capacity reached 48,9018 mg/g. The adsorption process of Cu2+ removal follows the Langmuir adsorption isotherm model. SA-CMC/Fe3O4-Cu nanocomposite can be a good catalyst in the reduction of 4-nitrophenol with percent of reduction 92.95% by amount of catalyst 45 mg and reaction time 11 minutes. Study kinetics of reduction 4-nitrophenol to 4-aminophenol follows pseudo-first-order reactions with equation v = 0,2592 min-1 [4-NP]. Nanocomposite can remove heavy metal and organic pollutant in wastewater that are environmentally friendly.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayoga Byantara
"Buah merupakan salah satu unsur penting dari makanan sehari-hari tetapi penurunan kualitasnya sangat cepat karena memiliki aktivitas metabolik yang tinggi. Salah satu buah yang memiliki sifat mudah rusak (perishable) dan memiliki umur simpan yang sangat singkat yaitu buah stroberi. Pelapis yang dapat dimakan (edible coating) pada buah merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang masa penyimpanan buah. Edible coating dapat diproduksi dari mikroalga dengan kandungan protein yang tinggi, seperti Chlorella vulgaris dan Spirulina platensis. Bahan lain yang dibutuhkan yaitu gliserol sebagai plasticizer untuk meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas serta surfaktan yaitu carboxymethyl cellulose (CMC) sebagai pengental, stabilisator, dan pengemulsi. Buah yang dijadikan sampel untuk penelitian ini yaitu buah stroberi (Fragaria sp.). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis dan konsentrasi mikroalga pada edible coating yang sesuai serta suhu penyimpanan yang optimum untuk menjaga kualitas buah stroberi. Dalam penelitian ini, hal yang divariasikan adalah konsentrasi mikroalga Chlorella vulgaris, yaitu 0,5%, 0,75%, dan 1% (b/v); konsentrasi mikroalga Spirulina platensis, yaitu 0,5%, 0,75%, dan 1% (b/v); dan suhu, yaitu suhu kulkas (± 4-7oC) dan suhu ruang (± 25-27oC). Pengujian yang dilakukan yaitu kuantifikasi protein pada larutan edible coating serta sifat fisik (uji organoleptik; warna, bau & tekstur, dan susut bobot) dan sifat kimiawi (pH dan vitamin C) pada buah.

ABSTRACT
Fruit is one of the important elements of daily food, but undergo rapid deterioration due to their high metabolic activity. One of fruit that has perishable properties and has a very short shelf life is strawberry. Edible coating on fruit is one of alternative that can be used to improve quality and prolong shelf life of fruit. Edible coating can be produced from microalgae with high protein content, such as Chlorella vulgaris and Spirulina platensis. Other materials needed are glycerol as a plasticizer to increase flexibility and elasticity as well as surfactant which is carboxymethyl cellulose (CMC) as a thickener, stabilizer, and emulsifier. Strawberry (Fragaria sp.) is being used as a sample in this study. This study aims to analyze the influence on the type and concentration of microalgae on the appropriate edible coating and the optimum storage temperature to maintain the quality of strawberries. In this study, what varied are the concentration of Chlorella vulgaris microalgae, which are 0,5%, 0,75%, and 1% (w/v); concentration of Spirulina platensis microalgae, which are 0,5%, 0,75%, and 1% (w/v); and temperature, which are fridge temperature (± 4-7oC) and room temperature (± 25-27oC). There are three tests carried out, which are protein quantification on edible coating solution, physical properties (organoleptic test; color, odor & texture, and weight loss) and chemical properties (pH and vitamin C) on fruit.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayubi Lutfianto
"ABSTRAK
Upaya penghematan energi terus dilakukan berkaitan dengan isu pemanasan global. Hal ini memacu para ilmuwan untuk melakukan terobosan baru dalam meningkatkan efisiensi energi dengan menerapkan teknologi di berbagai bidang proses industri, salah satu aplikasinya adalah dalam sistem transportasi fluida. Kerugian jatuh tekanan aliran fluida harus dibuat sekecil mungkin untuk mendapatkan penggunaan energi yang rendah. Penambahan aditif pada fluida merupakan salah satu upaya terbaik untuk mendapatkan drag reduction (DR) yang cukup besar. Tujan dari penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh penambahan larutan Carboxymethyl Cellulose (CMC) terhadap koefisien gesek dalam aliran pipa segitiga sama sisi 20 mm.
Penelitian DR larutan CMC telah dilakukan dengan variasi konsentrasi: 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan CMC mempengaruhi nilai koefisien gesek pada aliran turbulent. DR maksimum yang dihasilkan masing-masing larutan berturut-turut sebesar 19%, 25%, dan 32% pada bilangan Reynolds yang sama (Re ≈ 20000).

ABSTRACT
Any efforts in energy saving are continuously improved regarding to the issue of global warming. This spurred scientists to make new breakthroughs in improving energy efficiency by implementing the technology in various fields of industrial processes, one application is the fluid transport system. Loss of fluid flow or pressure drop should be made as small as possible to obtain a low energy usage. The soluble additives are the most potential agents to obtain a large enough drag reduction. The purpose of this study is to investigate the effect of Carboxymethyl Cellulose (CMC) solution on drag reduction in isosceles triangular pipe 20 mm.
The drag reduction of CMC solutions have been performed as function of concentration: 100 ppm, 200 ppm and 300 ppm. The results show that CMC solution has a significant effect on coeffisient of friction in turbulent flow. The maximum DR obtained from each concentration are 19%, 25%, and 32% respectively at the same Reynolds number (Re ≈ 20000)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linnisa Qadhayna
"Eceng gondok adalah sebuah gulma air yang dapat tumbuh di negara tropis. Eceng gondok memiliki kecenderungan untuk regenarasi dari biji dan fragmen dan tumbuh secara pesat. Namun, pada dasarnya eceng gondok adalah sebuah tanaman yang berisikan serat yang kaya akan senyawa selulosa. Selulosa dalam suatu tanaman dapat dijadikan sebagai derivat dan salah satunya adalah ‘carboxymethyl cellulose’. Karboksimetil selulosa merupakan eter polimer selulosa linear dan berupa senyawa anion, yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam organik. Selain itu, karboksimetil selulosa memiliki rentang pH sebesar 6.5 sampai 8.0, stabil pada rentang pH 2 - 10, bereaksi dengan garam logam berat membentuk film. Penelitian ini akan menguji bagaimana serat selosa dapat di sintesiskan menjadi CMC dengan menggunakan eceng gondok sebagai bahan baku. Selain itu sampel CMC yang didapatkan akan dikarakterisasikan.
Metodologi penelitian dari pembuatan sampel CMC mencakup empat proses: isolasi alfa-selulosa dari eceng gondok, alkalisasi dari serat selulosa eceng gondok dengan menggunakan natrium klorida dengan campuran pelarut isobutanol dan etanol, proses karboksimetilasi dengan menambahkan asam kloroasetat terhadap campuran selulosa dan media pelarut dan proses terakhir meliputi purifikasi daripada CMC untuk memisahkan produk samping (natrium glikolat). Penelitian ini terdiri dari variasi natrium hidroksida yang digunakan (5 - 35 M) pada saat alkalisasi dan variasi rasio media pelarut (80:20, 50:50 dan 20:80). Karakterisasi yang akan dilakukan pada percobaan ini adalah: uji FTIR, kemurnian dan derajat substitusi (DS). Pada saat uji FTIR, dapat dibuktikan bahwa CMC ditemukan dengan adanya gugus eter pada 1400 cm-1 dan gugus karboksil pada 1600 cm-1. Selain itu nilai DS tertinggi didapatkan pada sampel CMC-28-10 dengan nilai 1.76 dan persentase kemurnia 93.24%.

Water hyacinth, a free-floating aquatic weed originating from South America has become a major floating weed of tropical and subtropical regions of the world. The plant has the tendency to regenerate from seeds and fragment allowing rapid increase in plant population. Water hyacinth is however a fiber that is rich in its cellulosic compounds, which can be derivated into somewhat multifunctional properties. Carboxymethyl Cellulose (CMC) is a derivated cellulose that is used in food products as a thickener agent or non-food products such as detergents, paints, and others.
The research has investigated further on how one would synthesize CMC from water hyacinth as well examining the characterization of the CMC samples that is originated from the plant. The production of CMC involves four main processes: the isolation of alpha-cellulose from the water hyacinth and the synthesis by the alkali-catalyzed reaction (alkalization) of cellulose with chloroacetic acid (carboxymethylation) and finally the purification of the CMC itself to remove undesirable compounds.
In this research, the variations are comprised of the NaOH added (5 M - 35 M) during alkalization and the ratio of the solvent between isobutanol and ethanol (ratio 80:20, 50:50 and 20:80) thus fifteen samples are obtained. The characterization is based on two testing methods: FTIR and Degree of Substitution (DS). During FTIR test, it is proven that CMC is produced in the experiment. This is verified from the spectrum transmitting 1400 cm-1 1600 cm-1 indicating ether and carboxyl functional group consecutively. On the other hand, the highest DS is obtained in sample CMC-28-10 with a value of 1.76 with the highest purity of 93.24.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Komalasari
"Penelitian bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan menguji kemampuan kapang selulolitik dari naskah kuno kertas Eropa asal Keraton Kasepuhan, Cirebon. Sebanyak 11 isolat kapang diisolasi dari lima naskah kuno pada medium DG18. Sebanyak 11 isolat dapat tumbuh pada kertas Eropa, sedangkan 7 isolat memiliki kemampuan selulolitik karena dapat menggunakan substrat Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Tiga isolat kapang selulolitik dari naskah kuno Tafsir Al Quran. Tiga isolat kapang selulolitik dari naskah kuno Waosan Babad Galuh. Satu isolat kapang selulolitik dari naskah kuno Sajarah Cirebon. Kapang-kapang dari naskah kuno diidentifikasi sebagai genus Aspergillus (5 isolat), genus Penicillium (4 isolat), genus Eurotium (1 isolat), dan mycelia sterilia (1 isolat).

The aim of this research is to isolate, identify, and investigate the cellulolytic fungi from old manuscripts of European papers from Keraton Kasepuhan Cirebon. Eleven isolates were isolated from five manuscripts on DG18 medium. Eleven isolates were able to grow on European paper and seven isolates were able to use Carboxy Methyl Cellulose (CMC) as substrate. Three cellulolytic isolates were isolated from manuscript Tafsir Al Quran. Three cellulolytic isolates from manuscript Waosan Babad Galuh. One cellulolytic isolate from manuscript Sajarah Cirebon. The moulds were identified as genus Aspergillus (5 isolates), genus Penicillium (4 isolates), genus Eurotium (1 isolate), and mycelia sterilia (1 isolate)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44072
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahrul Rizal
"Natrium Carboxymethylcellulose (Na-CMC) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai pengental pada sediaan topikal, oral, dan parenteral serta pengikat dan penghancur pada sediaan padat oral. Kebutuhan Na-CMC dalam negeri Indonesia yang tinggi tidak diiringi oleh produksinya yang tinggi sehingga Indonesia perlu memanfaatkan bahan alam mengandung lignoselulosa sebagai solusi alternatif dalam pembuatan Na-CMC, seperti serat TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) dengan kandungan selulosa sekitar 30 – 40 %. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh Na-CMC dari alfa-selulosa serat tandan kosong kelapa sawit dengan pelarut Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dan membandingkan karakteristiknya dengan Na-CMC di pasaran. Serbuk serat tandan kosong kelapa sawit dilakukan delignifikasi dengan NADES kolin klorida-gliserol 1 : 2, dilanjutkan oleh delignifikasi dengan acid-chlorite dan hidrogen peroksida menghasilkan alfa-selulosa. Kemudian, alfa-selulosa disintesis menjadi Na-CMC melalui proses alkalisasi dan karboksimetilasi. Terakhir, karakteristik Na-CMC dibandingkan dengan standar Na-CMC. Hasil penelitian yang diperoleh adalah alfa-selulosa berwarna putih kekuningan dengan yield 95,52 % serta Na-CMC berupa serat halus berwarna putih dan tidak berbau, spektrum IR dengan ciri khas 3650-3200 cm1, 3000-2850 cm1, 1465 cm1, 1000-1260 cm1, dan 1200-980 cm1, pH 7,63, viskositas 20,7 cP, susut pengeringan 9,7 %, derajat subtitusi 0,61, XRD menghasilkan fase kristal yang dominan, dan SEM menghasilkan serabut panjang tipis. Sampel Na-CMC dibandingkan dengan standar Na-CMC memiliki kemiripan pada organoleptis, spektrum IR, susut pengeringan, dan XRD serta memiliki perbedaan pada pH, viskositas, derajat subtitusi, dan SEM.

Sodium Carboxymethylcellulose (Na-CMC) is a raw material that functions as a thickener in topical, oral, and parenteral preparations, and a binder and disintegrant in oral solid dosage forms. Indonesia's high domestic need for Na-CMC is not accompanied by high production, so Indonesia needs to use natural materials containing lignocellulose as an alternative solution in the manufacture of Na-CMC, such as Oil Palm Empty Fruit Bunches (OPEFB) with a cellulose content of about 30-40 %. This study aims to obtain Na-CMC from alpha-cellulose fiber from oil palm empty fruit bunches by Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) and compare its characteristics with Na-CMC on the market. Oil palm empty fruit bunch fiber powder was delignified with NADES choline chloride-glycerol 1: 2, followed by delignification with acid-chlorite and hydrogen peroxide to produce alpha-cellulose. Then, alpha-cellulose was synthesized to Na-CMC by alkalization and carboxymethylation. Finally, characteristics of Na-CMC were compared with Na-CMC standard. The results obtained were yellowish white alpha-cellulose with a yield of 95.52% and Na-CMC in the form of white and odorless fine fibers, IR spectrum with characteristics 3650-3200 cm1, 3000-2850 cm1, 1465 cm1, 1000 – 1260 cm1, and 1200-980 cm1, pH 7.63, viscosity 20.7 cP, drying shrinkage 9.7%, degree of substitution 0.61, XRD produces the crystalline phase, and SEM produces long thin fibers. The Na-CMC samples compared with standard Na-CMC had similarities in organoleptic, IR spectrum, drying shrinkage, and XRD and had differences in pH, viscosity, degree of substitution, and SEM."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>