Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57712 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moskwita Ruswyanda Darmawan
1981
S14408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C.I. Santosa
Jakarta : Presidium Komando Anti Komunis, 2000
959.803 SAN p (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Soetarman Mahayana
Depok: Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi
"ABSTRAK
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerjemahan unsur metaforis bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam roman La Paste dan terjemahannya Sampar.
Masalah pokok yang diteliti ialah tepat tidaknya pengalihan amanat yang mengandung unsur metaforis BP ke dalam BI. Sehubungan dengan masalah tersebut, penelitian yang dilakukan melingkupi penerjemahan unsur metaforis BP ke dalam BI dan proses penerjemahannya ditinjau dari segi amanatnya. Di samping itu, di dalam penelitian ini akan dicari pula faktor-faktor yang menyebabkan suatu terjemahan dapat mengalihkan amanat secara tepat, sementara terjemahan yang lain tidak.
Analisis yang dilakukan didasari oleh sejumlah teori, yaitu teori-teori semantik, khususnya mengenai jenis makna serta pengertian unsur metaforis dan makna metaforis; teori-teori penerjemahan, khususnya mengenai pengertian penerjemahan yang menyangkut unsur metaforis, jenis proses penerjemahan ditinjau dari segi amanat, dan sifat terjemahan.

"
1990
S14480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlan Iskan, 1951-
Surabaya: JP Books, 2008
920.71 DAH d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Nuryatin
"Seno Gumira Ajidarma (selanjutnya disingkat SGA) adalah salah seorang cerpenis yang "dilahirkan" oleh media massa, khususnya surat kabar dan majalah, yang terbit di Indonesia pada kurun waktu sejak tahun 1980-an. Hampir semua cerpennya yang sampai pada awal tahun 2001 telah terhimpun di dalam sembilan kumpulan cerpen pernah dimuat dalam surat kabar maupun majalah. Selain sebagai cerpenis, SGA berprofesi sebagai wartawan. Sebagai seorang wartawan, ternyata dia mengalami kendala dalam menuliskan berita. Banyak fakta yang ditemuinya tidak dapat dijadikan berita karena dilarang oleh pemerintahan Orde Baru. Untuk mengatasi hal itu, dia kemudian "mengolah" fakta yang ditemuinya ke dalam cerpen, sehingga fakta dimaksud dapat "terabadikan" dan terpublikasikan. Dalam konteks inilah cerpen-cerpennya menarik untuk diteliti.
Penelitian terhadap cerpen-cerpen SGA dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa penelitian pendahuluan, yakni penelitian terhadap seluruh cerpen yang terdapat di dalam sembilan kumpulan cerpen. Tahap kedua berupa penelitian inti, yakni pengkajian terhadap enam buah cerpen di antara cerpen-cerpen yang terdapat di dalam sembilan kumpulan cerpen dimaksud.
Permasalahan yang muncul pada penelitian tahap pertama adalah (1) bagaimanakah hubungan antara cerpen-cerpen SGA dan fakta, serta (2) teknik penceritaan apa saja yang terdapat di dalam cerpen-cerpen SGA. Permasalahan yang muncul pada penelitian kedua adalah (1) bagaimanakah fakta diolah melalui tumpuan pada pola kaba, tumpuan pada lakon wayang kulit Jawa, teknik hiperbola, teknik catatan kaki, teknik solilokui, dan teknik pencerita ganda (dan teknik penceritaan langsung) dalam enam cerpen SGA; serta (2) efek apakah yang muncul darinya.
Tujuan yang hendak dicapai melalui dua tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pola hubungan antara cerpen-cerpen SGA dan fakta, serta (2) teknik penceritaan yang terdapat di dalam cerpen-cerpen SGA. Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengetahui (1) pengolahan fakta melalui tumpuan pada pola kaba, tumpuan pada lakon wayang kulit Jawa, teknik hiperbola, teknik catatan kaki, teknik solilokui, dan teknik pencerita ganda (dan teknik penceritaan langsung) di dalam enam cerpen SGA, serta (2) efek yang muncul setelah fakta diolah dengan teknik-teknik tersebut.
Sasaran dalam penelitian tahap pertama adalah seluruh cerpen SGA yang terdapat di dalam sembilan kumpulan cerpennya, yakni sebanyak 129 buah cerpen. Sasaran dalam penelitian tahap kedua adalah enam buah cerpen SGA, yakni cerpen (1) "Bunyi Hujan di Atas Genting", (2) "Segitiga Emas", (3) "Saksi Mata", (4) "Listrik", (5) " Rembulan Terapung di Kolam Renang", dan (6) "Clara".
Sasaran penelitian didekati melalui dua pendekatan, yakni pendekatan objektif dan pendekatan mimesis. Kedua pendekatan itu diterapkan dengan teori Formalisme Rusia dan sosiologi sastra. Adapun dalam analisis atau kajian digunakan teknik deskriptif analitis. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut dan penelitian tahap pertama dapat diketahui bahwa (1) terdapat dua pola umum hubungan antara cerpen-cerpen SGA dan fakta, yakni sebagian besar isi cerpen SGA memiliki rujukan yang jelas dengan fakta sedangkan sebagaian kecil lagi isinya tidak secara jelas memiliki rujukan dengan fakta; dan (2) terdapat sembilan macam teknik penceritaan di dalam cerpen-cerpen SGA, dan yang paling dominan adalah (a) penggunaan sarana retorika, terutama hiperbola, (b) teknik tumpuan pads pola kaba dan lakon wayang kulit Jawa, (c) teknik catatan kaki, (d) teknik cakapan batin, khususnya solilokui, serta (e) teknik pencerita ganda (dan teknik penceritaan langsung). Dan hasil penelitian tahap kedua dapat diketahui hal-hal sebagai berikut. Panama, pola kaba yang dijadikan pijakan cerpen "Bunyi Hujan di Atas Genting" telah difungsikan sebagai sarana defamiliarisasi terhadap pola kaba dan pola cerpen sekaligus untuk mengolah fakta. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Kedua, di dalam cerpen "Segitiga Emas" fakta diolah melalui proses defamiliarisasi atas lakon wayang kulit Jawa. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Ketiga, di dalam cerpen "Saksi Mata" fakta diolah melalui teknik hiperbola. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Keempat, teknik catatan kaki dalam cerpen "Listrik" berfungsi memperjelas fakta sekaligus mendefamiliarisasi pola karya fiksi. Efek yang muncul darinya adalah adanya percampuran antara karya fiktif dan karya faktual. Kelima, di dalam cerpen "Rembulan Terapung di Kolam Renang" fakta didefamiliarisasi melalui teknik solilokui. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Keenam, melalui teknik pencerita ganda di dalam cerpen "Clara" fakta didefamiliarisasi. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung dan sarkasme.
Akhirnya, dapat diberi catatan bahwa melalui cerpen-cerpennya SGA mengolah fakta melalui proses defamiliarisasi baik terhadap fakta itu sendiri maupun terhadap pola karya sastra lainnya, sehingga kesan mengenai fakta bersangkutan semakin kuat, mendalam, dan kukuh. Melalui proses pengolahan fakta itu pula SGA mengekspresikan sikapnya terhadap situasi dan kondisi yang dihadapinya, yakni dengan cara mengritik secara terselubung maupun mencemooh dengan ungkapan kasar (sarkasme).

Sena Gumira Adjidarma (from now on will be abbreviated SGA) is a short story author who has been born by mass media particularly news papers and magazines circulated in Indonesia since 1980s. Nearly all his short stories, which up until 2001 have been incorporated into nine groups of short stories, have ever been published by various news papers and magazines. SGA is not only a short story author, but also a journalist. As a journalist, he often had to face some obstacles when writing about factual news. He found so many facts that could not be expressed freely as factual news for they were barred by the "Rode Bra" government. To overcome such obstacles, he "reprocessed" the facts into short stories that the facts can be conserved and published. It is in this context that his short stories become interesting to be examined.
This study on SGA's short stories was done in two phases. The first phase was a preliminary study which examined all of his short stories which were in the nine groups mentioned above. The second phase was a core study which reviewed deeply six of the existing short stories.
The questions being investigated during the preliminary study were: (1) how did SGA's short stories relate to the facts he encountered in the real world, and (2) what techniques had SGA used in his writing. While the questions investigated in the core study were : (I) how had the facts been reprocessed based on `kaba', on Javanese puppets story, on hyperbolic technique, on soliloquy technique, on technique of multiple storing (and technique of direct storing), and (2) what effects had been brought by these techniques.
The goals of this two-phased study were as follow. The first phase of the study was intended to describe: (1) the patterns of relationships between GSA's short stories and the facts he encountered in the real world, and (2) the storing techniques used by SGA in his writing. The second phase of this study was intended to understand: (I) the act of reprocessing the facts, by SGA in his six short stories, which was based on `kaba', Javanese puppets stories, hyperbolic technique, soliloquy technique, multiple and direct storing techniques and (2) the effects that rose out from the facts after being reprocessed by these techniques.
In the first phase of this study, the study objects were 129 short stories composed by SGA. While in the second phase of this study the study object were six short stories composes also by SGA, namely (1) "Bunyi Hujan di Atas Genting", (2) "Segitiga Emas", (3) "Saksi Mata", (4) "Listrik", (5) "Rembulan Terapung di Kolam Renang", and (6) Clara.
From the first phase of this study, it was found that: (1) there were two general patterns of relationships between SGA's short stories and the facts he encountered in the real world; first, most of GSA's short stories have clear references to the facts in the real word; second, only a little of the contents of GSA's short stories have no clear reference to the facts in the real world, and (2) the were nine techniques of storing witting GSA's short stories, in which the most dominant ones are (a) the use of rhetoric, particularly hyperbolic, (b) the use of `kaba' pattern and Javanese puppets story as the based for the writing, (c) the use of footnotes, (d) the use of mental discourse, particularly solulokui technique, (e) the use of multiple storying and direct storying.
From the second phase of this study several findings had been founds. First, the `kaba' pattern used as the basis for "Bunyi Hujan di Atas Genting" serves as a defamiliarization tool for the `kaba' and the short story patterns as well as for reprocessing the facts expressed in the story ; the effect which arised from this technique is a foreshadowed critique. Second, in the "Segitiga Emas", the facts were reprocessed through defamiliarization of Javanese puppets story; the effect which arised was a foreshadowed critique. Third, in the "Saksi Mata", the facts were reprocessed though hyperbolic; the effect which rose was a foreshadowed critique. Fourth, the technique of footnotes in "Listrik" serves to make the facts more obvious and to defamiliarize the fictions work ; the effect which arised was the resultant mix between fictions and factual work Fifth, in the "Rembulan Terapung di Kolam Renang", the facts are defamiliarized through solilokui technique; the effect which arised was a foreshadowed critique. Sixth, in the "Clara" the facts are defamiliarized through the technique of multiple storyng; the effects which raised are a foreshadowed critique and sarcasm.
Finally, it can be noted that by means of his short stories, SGA reprocessed the facts, he found in the real world, through defamiliarization of the facts themselves and of the patterns of his literal works, that the facts become stronger, deeper and more solid. By reprocessing the facts found in the real world, SGA expresses his attitudes, toward the situations and conditions he encountered, which are manifested as foreshadowed critiques and sarcasm."
2001
T5286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Ratna Ekasari
"Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada antologi cerpen karya Othman hitch yang berjudul Ario. Adapun pemilihan topik ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, antara lain: (1) penelitian terhadap karya sastra Malaysia di Indonesia masih sangat sedikit. Di Fakultas llmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia baru ditemukan beberapa, di antaranya, Rindah Hadi Pranoto dan Riny Budi Lestari yang membahas novel-novel karya Shahnon Ahmad, (2) dalam bidang cerpen Malaysia, penelitian semacam ini belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai cerpen Malaysia. Othman Puteh adalah salah seorang cerpenis Malaysia yang sangat produktif. Dalam setiap karyanya, Puteh selalu mencoba menampilkan sesuatu yang baru. Menurutnya, karya sastra sebagai sebuah sistem yang terbuka memberikan kebebasan kepada penulis untuk mengekspresikan diri. Oleh karena itu, Puteh sangat menentang bentuk-bentuk konvensi. MeIalui kumpulan cerpen Ario, Puteh berusaha menyajikan sesuatu yang baru dalam dunia kesusastraan Malaysia, khususnya cerpen. Dalam kumpulan cerpen ini, tidak akan ditemukan bentuk-bentuk konvensional seperti yang terdapat pada cerpen Malaysia pada umumnya Unsur kausalitas, logika, perbedaan.antara ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah karena yang dipentingkan adalah cerita. Puteh mengembalikan hakikat cerpen sebagai cerita. Dengan mencoba melakukan penelitian terhadap cerpen Othman Puteh khususnya, dan khasanah karya sastra negara tetangga, pada umumnya akan mengungkapkan latar belakang dan sejarah kesusastraan yang menjadi dasar penciptaan karya sastra tersebut"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S10938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mokodompit, Esther J.
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan adanya keutuhan sintagmatik dan paradigmatik dalam Roman L'Ecole des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve, mengingat fakta bahwa ketiga teks dalam roman ini pada awalnya diterbitkan secara terpisah pada saat yang berbeda-beda.
Pendekatan yang akan dipakai dalam menganalisa adalah pendekatan struktural. Sedang teori yang dipakai adalah teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik Roland Barthes dan teori sekuen Schmitt dan Viala.
Roman L'Ecole des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve terdiri atas tiga teks panjang, yaitu L'Ecole des Femmes, Robert dan Genevieve. Tiap teks memiliki pengaluran sendiri. Pengaluran dalam teks pertama bersi_fat kronologis, dengan 20 tahun elips antara teks pertama bagian I dan teks pertama bagian 2. Pengaluran dalam teks kedua bersifat deskriptif. Pada teks ketiga, pengaluran bersifat kronologis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sekuen-sekuen yang terdapat dalam ketiga teks tersebut bersifat saling melengkapi.
Hubungan logis yang tunggal untuk ketiga teks sekali_gus dimungkinkan dengan adanya sekuen-sekuen yang saling melengkapi tersebut. Hubungan logis yang tunggal untuk ketiga teks sekaligus juga membuktikan bahwa ketiga teks saling terikat dan merupakan suatu keutuhan.
Penokohan terbentuk melalui tampilnya gambaran yang berbeda-beda atas tokoh yang lama dalam tiap-tiap teks. Gambaran yang utuh atas tokoh diperoleh setelah menyatu_kan dan menyarikan gambaran yang berbeda-beda atas tokoh tersebut dalam ketiga teks sekaligus, sedemikian rupa sehingga terlihat adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara ketiga teks. Terdapat kesatuan latar, yaitu ruang dan waktu peris-tiwa.
Hasil penelitian membuktikan bahwa roman L'Eco1e des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve merupakan suatu keutuhan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S14384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Estella
"ABSTRAK
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Penciptaannya bagaimanapun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengelilingi pengarang sebagai pencipta karya sastra itu sendiri. Faktor tersebut merupakan penga_laman manusiawi pengarang yang,didapatnya dari mengalami, melihat, mendengar atau membaca. Dan karena pengarang merupakan bagian dari masyarakat maka mau tidak mau kar_yanya menampilkan gambaran kehidupan, dengan kata lain merupakan pengungkapan kehidupan-kehidupan, karena ia mengungkap_kan apa yang telah disaksikan, apa yang dialami, dipermenungkan dan dirasakan orang tentang kehidupan. Dan hasil karya ini sebagai salah satu alat komunikasi sudah tentu menggunakan bahasa sebagai medium, di mana bahasa itu merupakan ciptaan sosial. Dengan demikian terdapatlah hubungan antara pengarang, masyarakat dan sastra, dan dalam sosiologi sastra hubungan tersebut dipelajari_

"
1984
S14714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Isravivani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas masalah tanggung jawab moral sebagai masalah bereksistensi manusia yang tersaji dalam roman karya Erich Kastner, Fabian. Die Geschichte eines Moralisten. Melalui penjabaran problem dan konflik yang dihadapi tokoh utama Jakob Fabian dalam menunjukkan idealisme kepedulian terhadap sesama, dibuktikan bahwa niat baik dan potensi saja belum cukup untuk mewujudkan eksistensi tanggung jawab moral. Tindakan nyata atau perbuatan merupakan inti dari nilai-nilai moral yang ada dalam diri setiap manusia. Kegagalan Jakob Fabian mewujudkan idealismenya bersumber pada masalah tersebut. Ia memiliki pemikiran mulia dan Kati nurani, namun selalu enggan mewujudkannya akibat terlalu terpaku pada trauma masa lalu ketika perang dan pesimisme menghadapi krisis moral yang tengah melanda masyarakat. Dari penggambaran kegagalan tokoh utama roman ini ditarik kesimpulan, bahwa sesungguhnya manusia harus senantiasa mawas diri dan memperbaiki pribadinya. Eksistensi tanggung jawab moral sebagai individu terletak pada keaktifan merealisasikan nilai-nilai moral dan akal budi. Sedangkan sebagai mahluk sosial, eksistensi manusia baru terwujud bila ia berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat, baik dengan cara berjuang menegakkan kebajikan maupun menunjukkan solidaritas kepada perjuangan yang dilakukan oleh orang lain. Masalah tanggung jawab moral yang disajikan Erich Kastner dalam roman ini merupakan refleksi dari keprihatinan kaum intelektual Jerman di era Republik Weimar terhadap masalah disorientasi yang meluas ketika itu. Mereka memperjuangkan konsep humanitas militans (kemanusiaan aktif) untuk mengingatkan masyarakat akan ancaman bahaya disorientasi dalam kehidupan.

"
1995
S14993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>