Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspita Sulistyaningrum
"Concurrent multiband LNA merupakan salah satu tipe multiband LNA yang mampu bekerja pada beberapa frekuensi berbeda secara simultan dalam satu waktu. Pada skripsi ini dirancang concurrent multiband LNA yang bekerja pada empat pita frekuensi (quadband) yaitu 950 MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, dan 2.75 GHz. LNA yang dirancang menggunakan topologi inductive source degeneration dan menggunakan teknologi CMOS 0.18 μm. Spesifikasi LNA yang dirancang adalah memenuhi standar kestabilan (K > 1), gain (S21) > 10 dB, input return loss (S11) < -10 dB, Noise figure (NF) < 3 dB, dan konsumsi daya ≤ 20 mW.
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, rancangan LNA telah memenuhi spesifikasi yaitu memiliki K > 1, S21 sebesar 17.007 dB pada frekuensi 950 MHz, 15.542 dB pada frekuensi 1.85 GHz, 14.974 dB pada frekuensi 2.35 GHz, dan 14.380 dB pada frekuensi 2.75 GHz. S11 sebesar -29.261 dB pada frekuensi 950 MHz, -17.915 dB pada frekuensi 1.85 GHz, -15.325 dB pada frekuensi 2.35 GHz, dan -15.921 dB pada frekuensi 2.75 GHz. NF sebesar 0.906 dB pada frekuensi 950 MHz, 0.606 dB pada frekuensi 1.85 GHz, 0.658 dB pada frekuensi 2.35 GHz, dan 0.636 dB pada frekuensi 2.75 GHz. Besarnya konsumsi daya rangkaian adalah sebesar 20 mW. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak Advance Design System (ADS).

Concurrent multiband LNA is one type of multiband LNA that works at several frequency bands one time simultaneously. This final project presents a design of Concurrent multiband LNA that works at four frequency bands (quadband) namely 950 MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, and 2.75 GHz. The simulated LNA uses inductive source degeneration topology in 0.18 μm CMOS technology. The design specifications of LNA are K > 1, gain (S21) > 10 dB, input return loss (S11) < -10 dB, Noise figure (NF) < 3 dB, and power consumption ≤ 20 mW.
Based on the simulation result, the design of LNA achieves specifications; K > 1, S21 are 17.007 dB at 950 MHz, 15.542 dB at 1.85 GHz, 14.974 dB at 2.35 GHz, and 14.380 dB at 2.75 GHz. S11 are -29.261 dB at 950 MHz, -17.915 dB at 1.85 GHz, -15.325 dB at 2.35 GHz, and -15.921 dB at 2.75 GHz. NF are 0.906 dB at 950 MHz, 0.606 dB at 1.85 GHz, 0.658 dB at 2.35 GHz, dan 0.636 dB at 2.75 GHz. Power comsumption is 20 mW. Simulation performed with Advance Design System (ADS) software.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43287
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rusdiyanto
"Global Positioning System (GPS) adalah sebuah sistem navigasi yang saat ini fungsinya telah meluas, yang pada awalnya hanya digunakan untuk keperluan militer berkembang meliputi segala aspek kebutuhan manusia, seperti transportasi, kesehatan, pelayaran, dan keperluan sipil. Sistem GPS meliputi satelit, server satelit, dan receiver. Pada bagian receiver terdiri dari antena, low noise amplifier (LNA) dan decoder. Untuk menunjang aktivitas bergerak pada manusia, perangkat receiver GPS diharapkan dapat dengan mudah digenggam dan dibawa kemana-mana. Untuk itu diperlukan desain yang membuat perangkat GPS lebih compact dan ringan, namun tetap memenuhi spesifikasi pada sistem GPS. Salah satu perangkat penerima yang dapat dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah antena dan LNA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain antena mikrostrip pasif dan LNA, kemudian menggabungkan keduanya dalam satu bidang yang sama yang disebut sebagai active integrated antenna (AIA) untuk keperluan GPS pada frekuensi 1575,42 MHz (L1). Hasil pengukuran AIA pada frekuensi 1575,42 MHz menunjukan nilai return loss S11 sebesar -23,42 dB, gain 14,77 dB dan mempunyai bandwidth impedansi sebesar 90 MHz. Nilai stabilitas yang dicapai adalah 1,27. Antena ini mempunyai polarisasi melingkar dengan nilai axial ratio mencapai 2,06 dB dengan bandwidth polarisasi melingkar sebesar 25 MHz.

The Global Positioning System (GPS) is a navigation system which is currently expanded in function from only military activity to all aspects of human needs, such as transportation, health, shipping, and civilian activities. The GPS system consists of satellites, satellite servers, and receivers. The receiver consists of an antenna, low noise amplifier (LNA) and decoder. To support human activities, GPS receiver are expected to be easily held and carried everywhere. For this reason, a compact and lightweight design of GPS device is needed but it still meets the GPS system requirements. Receiving devices that can be modified for those reasons are the antenna and LNA.
This study aims to design a microstrip antenna integrated with LNA, integrating them on the same field called the active integrated antenna (AIA) for GPS purposes at a frequency of 1575.42 MHz (L1). The performance of AIA at the frequency of 1575.42 MHz shows -23,42 dB of the return loss S11, 14.77 dB of gain, and 90 MHz of impedance bandwidth. The value of stability factor achieved 1.27. This antenna has circular polarization with an axial ratio of 2.06 dB with a circular polarization bandwidth of 25 MHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil
"Pada skripsi ini dilakukan perancangan co-design quadband LNA dan BPF dengan menggunakan CMOS teknologi 0.18 𝜇𝑚 yang beroperasi pada frekuensi tengah 0.95 GHz dan 1.85 GHz untuk aplikasi GSM, 2.35 GHz untuk aplikasi WiMAX, dan 2.65 GHz untuk aplikasi LTE secara simultan dengan topologi inductive souece degeneration. LNA dirancang agar memiliki spesifikasi 𝑆11<-10 dB, 𝑆21>10 dB, VSWR bernilai 1 ? 2, dan NF < 3 dB. LNA yang telah memenuhi kriterai perancangan kemudian digabung dengan sebuah quadband BPF yang beroperasi pada frekuensi tengah yang sama. Hasil simulasi co-design LNA dan BPF memiliki kinerja yang lebih baik daripada quadband LNA pada frekuensi 0.95 GHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, dan 2.65 GHz. Co-design LNA dan BPF memiliki nilai 𝑆11 antara -26,0 dan -18,9 dB, 𝑆21 antara 13,2 dB dan 19,2 dB, VSWR senilai 1,2, dan NF antara 0,6 dB dan 1,5 dB.

In this thesis, a concurrent quadband LNA is built in inductively source degeneration topology using 0.18 𝜇𝑚 CMOS technology. Another optimization technique called co-design is also used to find the better solution in the wider design field. Whatever the LNA and Filter are powerful; there should be a better design once they are combined together. Considering multiple components in RF front-end together, co-design can reduce the device number, thereby reduce system size, weight and price. As the result, a concurrent LNA which operates in band 0.95 GHz, 1,85 GHz, 2,35 GHz, and 2,65 GHz with gain >10 dB and NF below 1 dB is presented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42732
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Budiardhianto
"ABSTRAK
Pada penelitian ini, dirancang suatu Concurrent Multiband Low Noise Amplifier (LNA) yang mampu bekerja pada frekuensi 950 MHz dan 1.85 GHz untuk aplikasi GSM, 2.35 GHz untuk aplikasi WIMAX/LTE, dan 2.65 GHz untuk aplikasi LTE di Indonesia. Transistor yang digunakan adalah jenis HJ-FET n-channel NE3210S01 dengan karakteristik high gain dan low noise. Konfigurasi transistor yang digunakan adalah cascade untuk menghasilkan gain yang tinggi dan topologi inductive-resistive source degeneration. Penggunaan topologi inductive source degeneration memang dapat meningkatkan derajat kebebasan dalam input matching serta mampu mengurangi noise dengan mengatur nilai induktor source namun konsumsi dayanya masih tinggi sehingga dalam perancangan LNA ini dikombinasikan dengan resistive source degeneration untuk mengatasi hal tersebut. Desain yang dirancang disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak Advance Design System (ADS) 2009. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, rancangan LNA telah memenuhi spesifikasi yaitu memiliki K > 1 yaitu 40.216, 3,207, 1.98, dan 2.044. S21 > 20 dB yaitu 29.871 dB, 33.323 dB, 32.537 dB, dan 30.568 dB. S11 < -10 dB yaitu -22.447 dB, -24.273 dB, -30.604 dB, dan -23.885 dB. S22 < -10 dB yaitu -33.438 dB, -14.868 dB, -29.747 dB dan -16.273 dB. NF < 1 dB yaitu sebesar 0.447 dB, 0.462 dB, 0.634 dB, dan 0.769 dB pada keempat frekuensi tengah serta dengan suplai DC sebesar 1.5 V dan konsumsi daya 93 mW. Hasil pengukuran PCB menunjukkan terjadi pergeseran frekuensi tengah yaitu di 1.135 GHz, 1.37 GHz, 1.67 GHz, dan 2.1 GHz dengan nilai S11 sebesar -16.5~-22.46 dB. Output matching hanya menghasilkan dualband yaitu di frekuensi 1 GHz dan 1.1 GHz dengan nilai S22 sebesar -13.17~-26.14 dB. Kemudian, hasil pengukuran S21 menunjukan terjadinya loss pada LNA dengan nilai S21 < 0.24 dB dengan nilai S21 tertinggi sebesar 0.24 dB di frekuensi 1.6 GHz.

ABSTRAK
In this research, has been designed a Concurrent Multiband Low Noise Amplifier (LNA) that could work at 950 MHz and 1.85 GHz for GSM application, 2.35 GHz for WiMAX/LTE and 2.65 for LTE in Indonesia. Transistor which is used in this design is HJ-FET n-channel transistor NE3210S01 that has high gain and low noise characteristic. Using cascade transistor configuration to yield high gain and inductive-resistive source degeneration topology. The use of inductive source degeneration may increase the degree of freedom in input matching and can reduce noise by adjusting the value of source inductor but power consumption is still high so the LNA design is combined with a resistive source degeneration to overcome it. The designed LNA has been simulated with Advance Design System (ADS) 2009 software. Based on the simulation result, the designed LNA achieves specifications such as K >1 they are 40.216, 3,207, 1.98, dan 2.044. S21 > 20 dB they are 29.871 dB, 33.323 dB, 32.537 dB, dan 30.568 dB. S11 < -10 dB they are -22.447 dB, -24.273 dB, -30.604 dB, dan -23.885 dB. S22 < -10 dB they are -33.438 dB, -14.868 dB, -29.747 dB dan -16.273 dB. Noise Figure NF < 1 dB they are 0.447 dB, 0.462 dB, 0.639 dB, dan 0.769 dB on the desired frequency bands with DC supply of 1.5 V and power consumption of 93 mW. PCB measurement results indicate shift in centre frequencies, they are at 1.135 GHz, 1.37 GHz, 1.67 GHz and 2.1 GHz with S11 value of -13.17~-26.14 dB. Output matching produces only dualband at frequency of 1 GHz and 1.1 GHz with S22 value of -13.17 ~ -26.14 dB. Then, the measurement results indicate the occurrence of loss in LNA with value S21 < 0.24 dB with the highest value at 0,24 dB at a frequency of 1.6 GHz."
2015
S59157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Daniel
"ABSTRAK
Pada skripsi ini dilakukan perancangan concurrent quadband bandpass filter yang beroperasi pada frekuensi tengah 950 MHz dan 1.85 GHz untuk aplikasi GSM, 2.35 GHz untuk aplikasi WiMAX, dan 2.65 GHz untuk aplikasi LTE secara simultan. Rangkaian filter tersebut dibangun dengan menggunakan komponen lumped yang berupa induktor (L) dan kapasitor (C). Filter yang dirancang harus memenuhi spesifikasi, antara lain memiliki input return loss (S11) < -10 dB, insertion loss (S21) > -3 dB, bandwidth S21 sebesar 50 MHz pada frekuensi tengah 950 MHz dan 100 MHz pada frekuensi 1.85 GHz, 2.35 GHz, serta 2.65 GHz, dan VSWR antara 1-2 dengan group delay kurang dari 10 ns.Perancangan yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Advance Design System (ADS) versi 2011.05 menunjukkan bahwa filter yang dirancang telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan, tetapi hasil fabrikasi menunjukkan bahwa filter tersebut tidak mencapai spesifikasi yang telah ditetapkan antara lain pada S11, S21, bandwidth, dan VSWR. Selain itu, terjadi pergeseran frekuensi kerja pada filter hasil fabrikasi. Hasil simulasi dan fabrikasi group delay juga menunjukkan perbedaan, tetapi nilainya masih di bawah 10 ns.

ABSTRACT
In this final project, a concurrent quadband bandpass filter is design to operate at four specific center frequencies of 950 MHz and 1.85 GHz for GSM application, 2.35 GHz for WiMAX application, and 2.65 GHz for LTE application simultaneously. The filter circuit is built with lumped element consists of inductor (L) and capacitor (C). The design of filter must meet some requirenment such as input return loss (S11) < -10 dB, insertion loss (S21) > -3 dB, bandwidth S21 of 50 MHz on center frequency 950 MHz and 100 MHz on center frequencies 1.85 GHz, 2.35 GHz, and 2.65 GHz, VSWR between 1-2 with group delay less than 10 ns. The result of filter's design that simulated with Advanced Design System (ADS) software 2011.05 version shows that filter's design have met the requirement but the fabricated result didn't acheive the requirement on S11, S21, bandwidth, and VSWR. Else, there are also operating frequencies shifting in the fabricated filter. The simulated and fabricated filter on group delay also shown a diffrence but the value is still less than 10 ns.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42624
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Sulistyaningrum
"ABSTRAK
Concurrent multiband LNA merupakan salah satu tipe multiband LNA yang
mampu bekerja pada beberapa frekuensi berbeda secara simultan dalam satu
waktu. Pada tesis ini dirancang concurrent multiband LNA yang bekerja pada
empat frekuensi tengah yaitu 950 MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, dan 2.65 GHz.
LNA yang dirancang menggunakan transistor HJ-FET NE3210S01 dengan bias
jenis self bias, topologi input matching inductive degeneration yang ditambahkan
resonator LC paralel, dan ditambah transistor yang dipasang cascode. Simulasi
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Advance Design System (ADS),
layout dibuat dengan perangkat lunak altium designer dan kemudian difabrikasi di
atas PCB.
Hasil simulasi dari rancangan LNA menunjukkan bahwa pada keempat frekuensi
tengah 950 MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, dan 2.65 GHz, S21 mencapai 21.77 dB,
17.88 dB, 16.71 dB, dan 15.85 dB untuk keempat frekuensi tengah. S11 sebesar -
23.23 dB, -20.46 dB, -17.93 dB, dan -19.69 dB. NF sebesar 0.73 dB, 0.69 dB,
0.68 dB, dan 0.75 dB.
Hasil pengukuran menunjukkan frekuensi tengah yang bergeser menjadi 665 MHz
dengan S11 -14.57 dB dan S21 -4.56 dB, 1.07 GHz dengan S11 -13.42 dB dan S21 -
5.79 dB, 1.34 GHz dengan S11 -13.34 dB dan S21 -2.01 dB, dan 2.84 GHz dengan
S11 -24.49 dB dan S21 -14.79 dB.

ABSTRACT
Concurrent multiband LNA is one type of multiband LNA that works at several
frequency bands one time simultaneously. This project presents a design of
Concurrent multiband LNA that works at four frequency centers namely 950
MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, and 2.65 GHz. The simulated LNA uses HJ-FET
NE3210S01 with self bias, inductive degeneration topology added with resonator
LC, and added with cascode transistor. Simulation performed with Advance
Design System (ADS), layout is designed with altium designer software than
fabricated on PCB.
The simulation result of the LNA shows that, at four frequency centers 950 MHz,
1.85 GHz, 2.35 GHz, and 2.65 GHz, S21 achieves 21.77 dB, 17.88 dB, 16.71 dB,
and 15.85 dB respectively, S11 achieves -23.23 dB, -20.46 dB, -17.93 dB, and -
19.69 dB respectively, NF achieves 0.73 dB, 0.69 dB, 0.68 dB and 0.75 dB
respectively.
The measurement result shows that frequency centers shift, they are 665 MHz
with S11 -14.57 dB and S21 -4.56 dB, 1.07 GHz with S11 -13.42 dB and S21 -5.79
dB, 1.34 GHz with S11 -13.34 dB and S21 -2.01 dB, and 2.84 GHz with S11 -24.49
dB and S21 -14.79 dB."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Endang Sriningsih
"ABSTRAK
Suatu sensor pengukur medan magnit apabila dibuat dalam teknologi CMOS dalam array, akan mempunyai keluaran current mode yang sesuai dengan tegangan referensi dari chip tersebut. Array yang dibentuk akan merupakan suatu unit yang sangat peka yang akan menaikkan sensitifitas dan signal to noise to ratio-nya. Sensor ini disebut Sensor Medan Magnit Array CMOS dan mempunyai karakteristik yang linier. Sensor Medan Magnit yang ada sebelumnya, yaitu Sensor Medan Magnit Magfet mempunyai karakteristik yang tidak linier. Pada penelitian ini akan diamati tentang karakteristik Magfet sebagai komponen utama untuk pengintegrasi antara Magfet dengan load resistor dan Sensor Medan Magnit Array CMOS. Sensor Medan Magnit Array CMOS merupakan pengembangan dari Sensor Medan Magnit magfet Keluaran sensor medan magnit Array CMOS ini keluarannya akan dibuat digital dengan banluan suatu integrator dan Analog Digital Converter. Hal ini dapat dilakukan karena sensor inii mempunyai karakteristik yang linier."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siskawanto
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan pengembangan dari metode klasifikasi dengan jaringan syaraf tiruan (JST) yang telah dilaporkan dalam Iiteratur. Pengembangan yang diusulkan dalam penetilian ini adalah mengklasifkasi sinyal M-PSK termodulasi pada sisi penerima dengan mencari nilai entropi dari masing masing band output dekomposisi wavelet untuk mengidentifikasi sinyal temuodulasi yang diterima oleh penerima Serta melewatkannya pada sistem jaringan syaraf timan untuk mengelompokkan dan pengklasitikasian sinyal yang diterima tersebut dalam kelompok M-PSK dimaksud.
Dari hasil pengujian sistem ini, dapat dilihat bahwa jenis modulasi yang paling mudah dikenali adalah BPSK dan yang paling sulit adalah 32-PSK. Untuk pengaruh kanal, kanal frekuensi selektif fading memberikan pengaruh yang paling besar untuk M-PSK dengan M yang semakin besar. Untuk tipe wavelet yang berbeda, tipe wavelet Haar yang memberikan tingkat pengenalan yang paling baik dibandingkan daubechies dan Biorlhogonal. Sedangkan Tingkat Keakuratan 100 % untuk M=2, 93,33% untuk M=4, 86.67% untuk M=8, 70% untuk M=16, 36,67 % untuk M=32 dan 76,67% untuk M=64.

ABSTRACT
There is a need for a reliable method of classifying signal modulation types without prior knowledge of the signal characteristics. This paper proposes training artificial neural networks with the entropies of wavelet packets to separate binary from M-ary phase shift keyed signals and describes the experimental results of that training and testing.
As the information explosion places additional demands on our communications technology, the desire to encode more information within the same bandwidth drives the development of more sophisticated modulation schemes. Each new modulation type has introduced new problems for electrical and communications engineers to solve in order to make the information placed on a signal at the transmitter understandable at the receiver.
The research goal was to develop a set of features characterizing a signal, which could then be used to train an artificial neural network. The resulting network could, in tum, be used to classify M-PSK signals.
The result of experiment shown that the value of recognition are 100%, 93,33%, 86,67%, 70%, 36,67%, 76,67% for M=2,4, 8, 16, Ni=32 and M=64 respectively.

"
2005
T16110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Krisyanto
"ABSTRAK
Jaringan dengan teknologi Low Power Wide Area (LPWA) memungkinkan implementasi sistem komunikasi dari perangkat ke perangkat dengan jumlah yang sangat banyak dalam satu jaringan. Jaringan LPWA sangat efisien dalam hal penggunaan daya dan bandwidth, karena jaringan LPWA menggunakan daya rendah dan beroperasi dengan bandwidth yang sempit serta jangkauan yang luas. Jenis perangkat yang terhubung melalui jaringan LPWA sebagian besar merupakan berbagai jenis sensor, baik sensor untuk kondisi lingkungan, kesehatan, transportasi dan juga sensor untuk mengukur penggunaan energi. Dalam penelitian ini, perangkat yang terhubung ke jaringan LPWA adalah Smart Meter. Smart Meter adalah alat ukur digital yang terdiri dari sensor yang berfungsi melalukan pengukuran dan pencatatan data yang terhubung ke pusat data yang dapat diakses oleh pengguna. Jenis teknologi LPWA yang digunakan adalah LoRa dengan parameter teknis sesuai dengan regulasi yang ada di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang suatu jaringan yang sesuai untuk memenuhi utilitas Smart Meter di wilayah Jakarta dan Tangerang. Implementasi Smart Meter diharapkan dapat memberikan banyak manfaat kepada pengguna dan perusahaan penyedia layanan energi, seperti meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan efisiensi penggunaan energi, mengurangi biaya operasional, mengurangi susut energi khususnya listrik serta memberikan hasil pengukuran yang akurat untuk memperkirakan kebutuhan energi kedepan.

ABSTRACT
Network with LPWA technology (Low Power Wide Area) enables the implementation of communication systems from devices to devices with a very large number in one network. The LPWA network is very efficient in terms of power usage and bandwidth, because the LPWA network uses low power and operates with a narrow bandwidth with wide coverage. Most types of devices connected through the LPWA network are various types of sensors, such as sensors for environmental conditions, health, transportation and sensors to measure energy usage. In this research, the devices which are connected to LPWA network are Smart Meters. Smart Meters are digital measuring devices consisting of sensors with functions of measuring and recording data which connected to a data center that can be accessed by users. The type of technology LPWA used in this research is LoRa with technical parameters in accordance with regulations in Indonesia. The purpose of this research is to design and plan an appropriate network to comply Smart Meter utilities in the Jakarta and Tangerang areas. Smart Meter implementation is expected to provide many benefits to users and energy service companies, such as improving service quality, increasing energy usage efficiency, reducing operational costs, reducing energy and electricity losses also providing accurate measurement results to estimate future energy requirements."
2019
T53366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Andrian
"Skripsi ini membahas mengenai desain dan rancang bangun perangkat pengukur jumlah tetes cairan infus. Perangkat ini bekerja dengan memanfaatkan LED inframerah (IR383) dengan panjang gelombang 940 nm dan fotodioda PIN (NTE3033) dengan respon panjang gelombang 700 - 1050 nm sebagai komponen utama. Perangkat ini didesain agar dapat mendeteksi jumlah tetesan cairan infus dalam selang waktu tertentu dan dapat memberikan informasi secara otomatis melalui tampilan pada LCD, serta bunyi alarm jika terjadi masalah pada perangkat infus atau cairan infus sudah habis.
Dari hasil pengujian perangkat dengan menggunakan 3 jenis cairan yaitu ringer asetat (warna bening), vitamin b kompleks (warna merah), dan tutofusin (warna kuning) dengan 3 jenis kecepatan tetes infus, didapat bahwa warna cairan tidak berpengaruh terhadap tingkat keakuratan perangkat. Namun demikian, semakin tinggi kecepatan tetes, semakin besar kesalahan perangkat. Tingkat kesalahan maksimal perangkat yang diperoleh adalah 3,85 % yang sesuai dengan standar FDA.

In this final project, the device operated by using an Infrared LED (IR383) with 940 nm wavelength and a photodiode (NTE3033) with wavelengths response ranging from 700nm - 1050 nm as the main components of the device. This device was designed to determine the number of infusion drops and send the information automatically to an LCD display as well as to sound the alarm in case problems occurred with the infusion set or if the infusion liquid was finished. Testing of the device was performed using three kinds of infusion liquids with three different colours, namely: Ringer Lactate (transparent), Vitamin B Complex (red), and Tutofuchsin (yellow). Three kinds of flow rates were also applied.
The results of the experiments showed that colours could not affect the accuracy of the drop counting device while flow rate could affect the accuracy of the drop counting device. The test results showed the higher the speed drops, the greater the device error. The test results showed a maximum degree of error of the device was 3.85 percent which was in accordance with the FDA standard.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>