Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Indiono Indiarto
"ABSTRAK
Kondisi udara semakin memburuk dengan bertambahnya jumlah kendaraan dan emisi gas buang. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai analisis penerapan dua busi pengapian pada kendaraan bermotor. Tujuan dari penelitian ini yaitu menurunkan emisi gas buang dan meningkatkan power kendaraan bermotor. Untuk itu pembuatan alat uji dilakukan, kemudian pengujian alat menggunakan
gas analyzer untuk mendapatkan gas emisi gas buang (CO, CO2, HC, dan O2) dan dynamometer untuk mendapatkan power (HP) dan traksi pada roda. Pengujian dilakukan dengan dua variasi waktu penyalaan yaitu 15 derajat sebelum TMA dan 16 derajat sebelum TMA. Pengambilan data dilakukan yaitu kondisi mesin dengan busi utama, busi sekunder dan dua busi. Dari hasil pengujian menunjukkan penerapan dua busi pengapian dapat menurunkan emisi gas buang.
Kadar CO menurun dari 2.74% kadar CO pada kondisi busi utama map pengapian 15 derajat menjadi 2.26% kadar CO pada kondisi dua busi map pengapian 16 derajat. Power pada roda juga meningkat dari 4.2 HP pada kondisi busi utama map pengapian 15 derajat menjadi 4.4HP pada kondisi 2 busi map pengapian 16 derajat. Dapat disimpulkan bahwa penerapan dua busi dapat memperbaiki kinerja mesin ditunjukkan dengan menurunnya emisi gas buang yaitu menurun sekitar
0.48% emisi gas CO dan meningkatnya power sekitar 0.2HP dari kondisi standar.

Abstract
Air condition is getting worse with increasing amount of vehicle and exhaust gas. In this thesis will be presenting about performance analysis of application twin spark ignition on 4 stroke engine. The objectives of this thesis are applying twin spark ignition technology and then comparing the use of primary spark, secondary spark and twin spark. Next step, we were manufacturing twin spark ignition part. For testing, we were using gas analyzer to get exhaust gas (CO, CO2, HC, and O2)
and dynotest to get power (HP) and traction. The test are using 2 variation ignition timing which are 15 degrees BTDC and 16 degrees BTDC. Data taken on primary spark ignition, secondary spark ignition and twin spark ignition. Results show that twin spark ignition can decrease exhaust gas and improve power. Carbon monoxide exhaust gas decreased from 2.74 % on primary spark igniton using 15 degrees BTDC ignition timing condition to 2.26% on twin spark ignition using 16 degrees BTDC condition. Power improved from 4.2 HP on primary spark ignition using 15 degrees BTDC ignition timing to 4.4 HP on twin spark ignition using 16 degrees BTDC ignition timing. We can conclude that twin spark ignition improved engine performance which are indicated by decreasing exhaust gas round 0.48% CO and increasing power around 0.2 HP."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42772
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Muriyadi
"Ignition merupakan salah satu faktor agar motor bakar mempunyai efisiensi yang tinggi. Ignition yang baik diberikan pada timing yang tepat agar pembakaran campuran bahan bakar dan udara di ruang bakar berlangsung sempurna. Penelitian ini memberikan salah satu solusi peningkatan efisiensi motor bakar dengan menerapkan sequential dual ignition pada satu ruang bakar. Ignition timing dua buah busi diatur secara mandiri untuk dibandingkan hasil pembakarannya. Busi primer dipertahankan pada ignition timing 16o sebelum TMA, sementara busi sekunder divariasikan pada ignition timing 13 o,14 o,15 o,16 o,17 o,18 o,19 o sebelum TMA yang nantinya akan disebut sebagai variasi 1 hingga 7.
Variasi ini menghasilkan kadar emisi sebagai berikut : 1,67%, 1,86%, 1,99%, 2%, 2%, 2%,2%, 1,56% CO, 2,16%, 2,13%, 2,36%, 2,25%, 2,46%, 2,57%, 2,61% CO2, 260 ppm, 235 ppm, 317 ppm, 246 ppm, 264 ppm, 241 ppm, 184 ppm HC, serta 16,58%, 16,37%, 16,43%, 16,26%, 16,2%, 16,1%, 16,25% O2. Jika dibandingkan dengan emisi busi tunggal yang berkadar 1,65% CO, 2,1% CO2, 178 ppm HC, dan 16,5% O2, maka sequential dual ignition menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna karena menghasilkan CO2 yang lebih banyak dan O2 yang lebih sedikit. Sementara perubahan power kendaraan jika dibandingkan busi tunggal adalah sebagai berikut : -0,41%, -0,43 %, -0,41%, 0%, -0,84%, +0,37%, 0%. Maka disimpulkan kinerja motor bakar empat langkah yang diberikan sequential dual ignition menjadi lebih baik dalam segi emisi dan power serta mencapai optimal pada pengaturan 16o sebelum TMA pada busi primer dan 18o sebelum TMA pada busi kanan.

Ignition is one factor that has a combustion efficiency. Ignition timing is good given the right to burn the fuel and air mixture in the combustion chamber is complete. This study provides one solution to increase combustion efficiency by implementing a dual sequential ignition in a combustion chamber. Ignition timing is set two plugs independently to compare the results of combustion. The primary spark plug ignition timing is maintained at 16o before TDC, while the secondary spark ignition timing was varied at 13 o, 14 o, 15 o, 16 o, 17 o, 18 o, 19 o before TDC which will be referred to as a variation of 1 to 7.
These variations result in emission levels as follows: 1.67%, 1.86%, 1.99%, 2%, 2%, 2%, 2%, 1.56% CO, 2.16%, 2.13% , 2.36%, 2.25%, 2.46%, 2.57%, 2.61% CO2, 260 ppm, 235 ppm, 317 ppm, 246 ppm, 264 ppm, 241 ppm, 184 ppm HC, and 16.58%, 16.37%, 16.43%, 16.26%, 16.2%, 16.1%, 16.25% O2. When compared with single spark emission yield of 1.65% CO, 2.1% CO2, 178 ppm HC, and 16.5% O2, then the dual sequential ignition combustion is more complete because it produces more CO2 and more O2 slightly. While the change in vehicle power when compared to a single spark plug is as follows: -0.41%, -0.43%, -0.41%, 0%, -0.84%, +0.37%, 0%. Performance of four stroke internal combustion engine, we conclude that given sequential dual ignition for the better in terms of emissions and achieve the optimal power settings and 16o before TDC on the primary spark plugs and spark plug 18o before TDC on the right.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42977
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arinal
"Untuk mendapatkan performa yang baik dari suatu mesin sangat ditentukan oleh mutu dari bahan bakar yang kita gunakan. Bahan bakar yang berkualitas dapat menghasilkan effisiensi yang tinggi dari suatu mesin. Untuk meningkatkan kualitas bahan bakar salah satunya adalah dengan menambahkan suatu senyawa tertentu ke dalam bahan bakar dan lebih dikenal dengan nama zat aditif. Zat aditif tidak hanya mampu meningkatkan performa mesin tetapi diharapkan dapat juga mengurangi konsumsi bahan bakar serta juga mampu memperbaiki kualitas dari emisinya. Ada beberapa jenis aditif yang menjanjikan hal tersebut. Seperti menaikkan bilangan oktan, menghemat pemakaian bahan bakar, menaikkan daya, menghindari timbulnya ketukan serta mengurangi emisi dan lain-lain.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian dengan bahan bakar dasar Premium, selain itu dilakukan penambahan lima jenis aditif yang berbeda. Dua diantaranya berasal dari minyak nabati yang dibuat secara ozonisasi dan biasa disebut dengan aditif oksigenat. Variasi komposisi penambahan aditif oksigenat adalah 0,15% ; 0,20% dan 0,25% untuk PA dan 0,33% ; 0,83% dan 1,33% untuk PC. Sedangkan variasi komposisi untuk non oksigenat sebesar 0,10% ; 0,15% dan 0,20% untuk P21, 0,25%; 0,50% dan 0,75% untuk EOB, serta 0,022 gr/liter ; 0,044 gr/liter dan 0,066 gr/liter untuk GHP.
Hasil terbaik yang diperoleh pada tahap ini selanjutnya diuji dengan merubah ignition timing. Parameter yang akan dianalisa adalah daya (BHP), konsumsi bahan bakar spesifik (SFC), efisiensi termal (ηth ), dan kadar emisi yang dihasilkan (HC, CO, CO2, dan NOx). Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan aditif Premium + GHP 0,066 gr/liter pada ignition timing 8o BTDC merupakan aditif dengan performa terbaik jika dibandingkan dengan campuran bahan bakar lain dimana campuran Premium + GHP 0,066 gr/liter mampu meningkatkan BHP rata-rata sebesar 10,80% dan effisiensi thermal rata-rata sebesar 25,41%, serta penurunan SFC 19,93%. dan menghasilkan emisi yang lebih baik dari segi pembakaran, meskipun ditinjau dari emisi gas buang tidak sebaik dari campuran Premium + oksigenat PC 0,33%.

To get a good performance an engine is depend on quality of fuel applied. The good quality of fuel can improve of efficiency of engine. One of the way to increase quality of fuel is by adding additive into fuel. But, now is required additive not only can increase engine performance, but also can decrease consumption of fuel and good for environment. There are some type of additive promising that it can be increased octane number, economizes fuel usage, raised up the power, prevent of knocking and lessens emission and others. Beside the common additive matter there are also additive can do that, and called oxygenate additive, oxygenate additive is made with process ozonation and consist of palm oil, coconut oil, soybean oil, and jathropa oil.
This research will study about influence of mixture Gasoline with non oxygenate additive and oxygenate additive. There are 5 (five) kinds will be tested. Experiment is done by adding additive PA and PC for oxygenate additive and P21, EOB, and GHP for non oxygenate additive. The variation composition of oxygenate additive is 0,15% ; 0,20% and 0,25% for PA and 0,33% ; 0,83% and 1,33% for PC. The variation composition non oxygenate additive is 0,10% ; 0,15% and 0,20% for P21, 0,25%; 0,50% and 0,75% for EOB, 0,022 gr/l ; 0,044 gr/l and 0,066 gr/l for GHP.
The best result obtained at this phase will be tested with changing of ignition timing. The parameter will be analysed is power (BHP), Specific Fuel Consumption (SFC), thermal efficiency (ηth), and exhaust gas emission ( HC, CO, CO2, and NOx). Result of experiment indicates that addition of additive Premium + GHP 0,066 gr/liter at ignition timing 8o BTDC is the best performance if it is compared to other fuel mixture. Premium + GHP 0,066 gr/liter can increase BHP average of equal to 10,80% and effisiensi thermal average of equal to 25,41%, and decrease of SFC 19,93%. and better emission from of combustion, although its emission of gas is not as good as mixture of Premium + oxygenate PC 0,33%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24391
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arandityo Narutomo
"Elektrolisis adalah suatu proses penguraian senyawa air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen. Gas hidrogen hasil elektrolisis air diharapkan mampu memberikan dampak yang positif terhadap kinerja motor bakar 4 langkah. Gas hidrogen hasil elektrolisis air tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar tambahan sehingga penggunaan bahan bakar fosil diharapkan dapat dikurangi. Penggunaan gas hidrogen juga diharapkan mampu memperbaiki kualitas pembakaran di dalam ruang bakar sehingga emisi gas buang yang dihasilkan menjadi lebih baik. Parameter gas buang pada reaksi pembakaran dapat dilihat dari kadar karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrokarbon (HC), dan oksigen (O2). Selanjutnya, penggunaan gas hidrogen juga diharapkan mampu memperbaiki performa dari motor bakar. Performa motor bakar dapat dilihat dari brake horse power (BHP) dan Torsi mesin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S70330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ardiansyah
"Struktur molekul air melalui proses elektrolisa dapat dipecah menjadi gas O2 dam H2. Dengan menambahkan gas hasil elektrolisa air ke motor bakar 4 langkah sebagai bahan bakar. Gas ini dapat mengurangi peran bahan bakar minyak sebagai sumber energinya. Dengan menambahkan gas hasil elektrolisa air ke motor bakar 4 langkah sebagai bahan bakar. Agar dapat lebih mengurangi konsumsi bahan bakar derajat timing pengapian motor dimajukan beberapa derajat. Pengujian efisiensi ini dilakukan pada sepeda motor Honda sipra fit 100cc dengan menginjeksikan gas hasil elektrolisa pada air filer sebelum karburator dan menggunakan bahan bakar premium dan pertamax dalam empat variasi derajat timing pengapian yaitu pada pengapian standar motor supra fit 150 BTDC (before top dead center) dan pada RPM 2000, 270 BTDC before top dead center) tidak berubah. Tetapi, empat variasi perubahan dilakukan pada posisi RPM 2500, 300, 310 320 330 BTDC (before top dead center) pada RPM 3000-9000 dan 290, 300, 310, 320 BTDC (before top dead center) pada RPM 9500-10000. Pengaturan posisi derajat timing pengapian menggunakan CDI (Capacitor Discharge Ignition) digital. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan Fuel Consumption (FC) melalui uji jalan kendaraan, emisi gas buang, daya dan torsi kendaraan dimana di tiap-tiap pengujian dilakukan 16 tahap pengujian, pengujian dengan bahan bakar premium dengan empat variasi timing pengapian dan pengujian dengan bahan bakar pertamax dengan empat variasi derajat timing pengapian.

The molecular structure of water electrolysis process can be separated into O2 and H2 gas. With the addition of water electrolysis gas to the 4-stroke internal combustion engine the Fuel Consumption can be decreased. For more reduction of fuel consumption. The degree of ignition timing we advanced to a several degrees. The efficiency experiment was done using Honda supra fit 100cc by injecting the water electrolysis gas to Air filter before the carburetor and use premium and pertamax as the fuel in four variations of ignition timing degree. The standard ignition timing of Honda supra fit 100cc at 150 BTDC (before top dead center) and on RPM 2000, 270 BTDC (before top dead center) is not changed. However, the four variations of the changes made in the potiton of RPM 2500, 300, 310 320 330 BTDC (before top dead center) pada RPM 3000-9000 and 290, 300, 310, 320 BTDC (before top dead center) on RPM 9500-10000. The ignition timing degree position setting using CDI (Capacitor Discharge Ignition). The experiments have done by comparing of Fuel Consumption through vehicle road test, exhaust gas emissions, power and torque of the vehicle in which at each stage of testing conducted 16 experiments. The experiment with premium fuel with four variations of ignition timing and the experiment with pertamax fuel with four variations of ignition timing degree."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1742
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Achmad
"Penelitian pada motor otto 4 langkah ini bertujuan untuk meningkatkan performa, mengurangi konsumsi bahan bakar dan memperbaiki emisi dengan melakukan pemetaan ulang pada waktu penyalaan. Alat pencampuran yang digunakan pada penelitian ini menggunakan hasil dari penelitian sebelumnya yang bertujuan memperbaiki tingkat pencampuran. Oleh karena adanya perbedaan energi aktivasi dan nilai oktan yang sangat tinggi dari LPG (Liquified Petroleum Gas) maka pada penelitian ini diubah waktu penyalaan gua mencari pemetaan waktu penyalaan terbaik pada bukaan katup regulator 180° dan 270°. Penulis menggunakan CDI (Capasitor Discharge Ignition) yang dapat diprogram agar pengubahan pemetaan ini mudah dilakukan. Hasil dari penelitian ini membuktikan perlu adanya perubahan dari waktu penyalaan untuk meningkatkan hal-hal tersebut yang bergantung pada jumlah LPG yang masuk kedalam ruang bakar.

The purposes of this research are to improve the performance of a four stroke motorcycle, reduce the emission level and also minimize the fuel consumption by using a mixing device which has a twelve crossing holes, bluff body, and a cyclone designed to modify the ignition time. The device is applied to mix air and LPG (Liquified Petroleum Gas) before entering the carburator. A similar research has been done in the past however, since there is an activation energy difference between fuel and LPG therefore, in this research the ignition timing is modified until it reaches the maximum performance. In addition, various tests were performed and also adding a CDI ( Capacitor Discharge Ignition) device to remapp the best ignition timing. The results from this research verifies that by modifying the ignition timing, the performance of a motorcycle becomes better."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S45701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Abimanyu
"Pengembangan motor pembakaran dalam atau mesin Otto yang terus dilakukan membuat teknologi pada mesin Otto merupakan salah satu yang tercanggih di abad ini Hal ini ditandai oleh pengembangan mesin Otto yang sudah dimulai dari tingkat universitas di berbagai penjuru dunia untuk riset ataupun untuk mengikuti kompetisi hemat energi atau Eco marathon Universitas Indonesia adalah salah satu universitas yang mengembangkan mesin Otto Mesin yang dikembangkan yaitu mesin Otto satu silinder empat langkah berkapasitas 65 cc.
Mesin ini mempunyai spesifikasi yang berbeda dengan mesin pada umumnya dan mempunyai pengaturan yang berbeda pula Salah satu pengaturan penting pada mesin Otto yaitu ignition timing Ignition timing berperan dalam penentuan waktu pembakaran pada mesin Otto Penentuan waktu pengapian harus disesuaikan dengan parameter parameter mesin lainnya seperti kompresi dan jenis bahan bakar yang digunakan Pada pengukuran diperoleh ignition timing standar mesin Otto 65 cc berkisar antara 15 o 40 o BTDC Dengan kondisi pengapian standar didapatkan daya maksimum mesin pada 733 Watt dan torsi maksimum 2,66 Nm Selain itu dilakukan analisis pada proses dynotest dan failure yang terjadi pada pulley."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Askar Adika Agama
"Proyeksi kebutuhan energi untuk sector transportasi di Indonesia sampai pada tahun 2025 mencapai 30% dari total energi nasional dan Sebagian besar, asal energi tersebut dari energi fosil. Untuk mengurangi ketergantungan energi fosil tersebut, maka pemerintah Indonesia membuat target penggunaan bioethanol sebagai campuran bahan bakar sebesar 20% pada tahun 2025. Selain itu penggunaan methanol juga sudah banyak diteliti dan memberikan dampak positif. Salah satunya adalah pembuatan methanol dari methana yang berasal dari proses carboncapture. Disisi lain, percampuran gasoline dengan alcohol satu macam memberikan efek COV (Coefficient of Variation) meningkat, sehingga ada kemungkinan penambahan ethanol dalam bahan bakar campuran gasoline-ethanol memberikan dampak pengurangan nilai COV, terutama pada kondisi Lean Combustion, sehingga penelitian ini ingin mengetahui efek penggunaan Gasoline Ethanol Methanol (GEM) dengan variasi campuran bahan bakar dengan udara, ditinjau dari Power, Torsi, SFC, Emisi, Serta COV. Hasilnya, nilai power dan torsi tertinggi berada di variasi λ= 1,1 pada semua GEM, selain itu, SFC terendah diperoleh pada titik E10M10 di putaran mesin 6000 RPM, dilihat dari Emisi menjadi lebih baik saat λ nilainya semakin meningkat, serta nilai COV menjadi Turun dengan penambahan methanol.

The projected energy demand for the transportation sector in Indonesia until 2025 reaches 30% of the total national energy and most of this energy comes from fossil energy. To reduce dependence on fossil energy, the Indonesian government has made a target of using bioethanol as a fuel mixture by 20% by 2025. In addition, the use of methanol has also been widely studied and has had a positive impact. One of them is the manufacture of methanol from methane which comes from the carbon capture process. On the other hand, mixing gasoline with one type of alcohol has an increased COV (Coefficient of Variation) effect, so there is a possibility that the addition of ethanol in a gasoline-ethanol fuel mixture will reduce the COV value, especially in Lean Combustion conditions, so this study wants to know the effect of using Gasoline Ethanol Methanol (GEM) with variations in the mixture of fuel and air, in terms of Power, Torque, SFC, Emissions, and COV. As a result, the highest power and torque values are at a variation of λ = 1.1 for all GEMs, in addition, the lowest SFC is obtained at point E10M10 at 6000 RPM engine speed, seen from Emissions that get better when λ increase, and COV values decrease with the addition of methanol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Aditya
"Keterbatasan sumber energi fosil berupa minyak bumi dan terus meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar kendaraan menyebabkan perlunya pengembangan energi terbarukan yang bukan energi fossil. Hal ini didukung oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2015 yang menetapkan pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan bahan bakar nabati dengan bahan bakar minyak hingga 2025. Solusi dari permasalahan kebutuhan energi adalah dengan memanfaatkan energi alternatif, ramah lingkungan, dan bersumber dari alam sehingga mengurangi penggunaan minyak bumi. Salah satu energi alternatif yang saat ini dikembangkan yaitu bioetanol. Bioetanol merupakan cairan biokimia C2H5OH atau sering disebut etanol yang berasal dari tumbuhan, melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme.
Berdasasarkan penelitian sebelumnya yang membahas mekanisme pencampuran antara bioetanol hydrous dengan gasoline melalui mekanisme pencampuran bahan bakar ke ruang bakar dengan perbandingan terkontrol melalui bukaan gate valve. Permasalahan dari penggunan bioetanol hydrous sebagai bahan bakar ini yaitu pemanfaatannya masih jarang digunakan, sehingga pengaruhnya terhadap mesin belum banyak diperlihatkan. Oleh karena itu, penulis meneliti lanjutan untuk mengetahui performa HP dan Torsi dan konsumsi bahan bakar pada keadaan statis menggunakan mekanisme pencampuran gasoline dan bioetanol hydrous 96 dengan variasi campuran E5, E10, E15 dengan mekanisme fuel injection. Prroses pencampuran bahan bakar menggunakan alat fuel mixer.

Limitations of fossil energy sources in the form of petroleum and the ever increasing need for vehicle fuel caused the need for the development of renewable energy instead of fossil energy. This is supported by the Government by issuing a regulation of the Minister of energy and Mineral resources of the Republic of Indonesia number 12 year 2015 which sets minimum obligations of phasing the utilization of biofuels with fuel oil until 2025. The solution to the problem of energy needs is by making use of alternative energy, eco friendly, and sourced from nature so as to reduce the use of petroleum. One of the alternative energy that is currently developed i.e. bioetanol. Bioetanol is a liquid Biochemistry C2H5OH or often referred to ethanol derived from plants, through the process of fermentation with the aid of microorganisms.
Based on previous research that discusses the mechanism of mixing between bioetanol hydrous with gasoline through the mechanism of the mixing of fuel into the combustion chamber, controlled through comparison with the opening of the gate valve. The issue of the use of hydrous bioetanol as fuel use is still rarely used, so that its effects on the machine has not been much revealed. Therefore, the author examines the follow up to find out performance HP and torque and fuel consumption on the State using the static mechanism of mixing gasoline and hydrous bioetanol 96 with a variation of the mixture E5, E10, E15 with fuel injection mechanism. Prroses mixing fuel use fuel mixer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Briano Ajiseno
"Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi bahan bakar minyak BBM tertinggi di dunia. Dengan semakin tingginya permintaan BBM di dalam negeri, Indonesia harus mengimpor minyak, baik dalam bentuk minyak mentah maupun dalam bentuk produk kilang atau BBM seperti minyak solar atau ADO Automotive Diesel Oil, premium atau bensin, minyak bakar atau FO Fuel Oil, dan minyak tanah. Oleh sebab itu Indonesia perlu mencari sumber energi lain selain minyak bumi, penggunaan sumber energi lain selain minyak diharapkan mampu untuk mereduksi konsumsi energi fosil dan juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca serta pencemaran udara yang disebabkan tingginya kadar timbal di udara yang tidak baik bagi kesehatan manusia karena bersifat racun.
Salah satu alternatif energi nonfosil yang mulai diperkenalkan di Indonesia untuk kendaraan bermotor adalah bioethanol. Bahan-bahan seperti nira, tebu, jagung, singkong, umbi dan bahan lainya dapat dengan mudah ditanam untuk diolah menjadi alkohol. Rendahnya biaya produksi bioethanol karena sumber bahan bakunya merupakan limbah pertanian yang tidak bernilai ekonomis dan berasal dari hasil pertanian budidaya yang dapat diambil dengan mudah. proses produksinya juga relatif sederhana dan murah.
Berdsasarkan penelitian sebelumnya yang membahas mekanisme pencampuran antara bioetanol hydrous dengan bensin melalui mekanisme fuel mixer ke ruang bakar dengan perbandingan terkontrol melalui bukaan gate valve. Permasalahan dari penggunan bioetanol hydrous sebagai bahan bakar ini yaitu pemanfaatannya masih jarang digunakan, sehingga pengaruhnya terhadap mesin belum banyak diperlihatkan. Oleh karena itu, penulis dalam skripsi ini menciptakan mekanisme pencampuran bensin dengan bioetanol hidrat 96 untuk dilakukan analisis emisi dengan mekanisme fuel injection dan juga perbandingan emisi setelah campuran bahan bakar diberi zat aditif.

Indonesia is one of the countries with the highest level of fuel consumption BBM in the world. With the increasing demand for fuel in the country, Indonesia must import oil, either in the form of crude oil or in the form of refinery or fuel products such as diesel oil or ADO Automotive Diesel Oil , premium or gasoline, fuel oil or FO Fuel Oil And kerosene. Therefore, Indonesia needs to look for other sources of energy other than petroleum, the use of other energy sources other than oil is expected to be able to reduce fossil energy consumption and also can reduce greenhouse gas emissions and air pollution caused by high levels of lead in the air that is not good for human health Because it is toxic.
One of the nonfossil energy alternatives introduced in Indonesia for motor vehicles is bioethanol. Ingredients such as nira, sugar cane, corn, cassava, tubers and other ingredients can be easily planted to be processed into alcohol. The low cost of bio ethanol production because the source of raw materials is agricultural waste that is not economical and derived from the cultivation of farming that can be taken easily. The production process is also relatively simple and cheap.
Based on previous research that discussed the mechanism of mixing between bioethanol hydrous and gasoline through fuel mixer mechanism to combustion chamber with controlled ratio through gate valve opening. The problem of the use of bioethanol hydrous as fuel is the utilization is still rarely used, so the effect on the machine has not been shown. Therefore, the authors in this thesis created a gasoline blending mechanism with 96 bioethanol hydrate for an emission analysis by fuel injection mechanism and also the emission ratio after the fuel mixture was added with the additive.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>