Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Nahdiah
"Individu bilingual sering mengalihkan dan mencampurkan bahasa ibu dengan bahasa keduanya dalam percakapan dengan sesama grup, ini disebut dengan alih kode. Tidak hanya dalam percakapan saja, seiring dengan berkembangnya teknologi, alih kode tidak hanya terjadi pada percakapan bertatap muka saja, tetapi terjadi pula di media komunikasi baru, sebuah microblog, yang bernama Twitter. Penelitian ini membahas alih kode penutur L2 bahasa Jepang dalam pesan-pesan dan informasi yang ditulis dan dikirimkannya ke Twitter, atau disebut dengan istilah, tweet. Dari segi linguistik, pragmatik, serta sosiopsikologi, alih kode memiliki fungsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi alih kode, serta alasan atau motivasi orang-orang yang bilingual beralih kode. Penelitian ini menemukan bahwa alih kode penutur L2 bahasa Jepang dalam tweet memiliki fungsi linguistik dan pragmatik, serta fungsi sosiopsikologis, tetapi terdapat pula alih kode yang tidak memiliki fungsi, hanya didorong oleh faktor-faktor seperti kebiasaan dan keefesienan, dsb.

Bilingual individuals are often code switch and mix their mother tongue and the second language in daily conversation within their in-group community. This is called code switching. Along with the technology development, code switching is not only occurred in the face-to-face conversation, but also in the new communication media, a microblog named Twitter. This study discussed the code switching among L2 Japanese speakers in their message or information written and sent from Twitter, or referred to tweet. From linguistic, pragmatic, and sociopsychology perspective, code switching has function.
The objective of this study is to understand the function of code switching and also the the reason or the motivation bilingual speakers code switch. It is found out that, code switching among L2 Japanese speakers in tweet sometimes have linguistic, pragmatic and sociopsychological functions. On the other hands, some code switchings have no function, it is only driven by any factors, such as habit and efficiency, etc.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43017
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Purwo Kinanti
"Skripsi ini meneliti ragam bahasa lisan dan kalimat elips dalam tweet akun pribadi berbahasa Jerman. Selain itu, skripsi ini juga meneliti pengetahuan tata bahasa para pengguna Twitter Jerman. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ragam bahasa lisan dan kalimat elips dalam tweet akun pribadi berbahasa Jerman serta mengetahui apakah pengguna Twitter Jerman tetap mengetahui tata bahasa yang benar. Data berasal dari seratus tweet berbahasa Jerman dan 52 angket yang telah diisi oleh pengguna Twitter Jerman. Dasar teori yang digunakan adalah teori ragam bahasa lisan dari Schwitalla, teori kalimat elips dari Ludger Hoffmann, dan teori perkembangan bahasa dari Rudi Keller. Hasil analisis menunjukkan bahwa 51 tweet menggunakan ragam bahasa lisan dan/ atau kalimat elips dan 81% responden tetap mengetahui tata bahasa Jerman dengan benar.

This thesis researches variation of oral language and elliptical sentence usage in german-speaking personal account tweet. Also, the thesis researches grammar knowledge possessed by german-speaking twitter users. This study aims to describe the variation of oral language and elliptical sentence in german speaking personal account's tweet and to find out whether the german-speaking twitter user still understand the proper grammar. The data comes from observation of 100 german speaking-tweets and 52 questionnaires which have been answered by german speaking twitter users. Theoritical background used here are theory of variation of oral language by Schwitalla, theory of elliptical sentence by Ludge Hoffmann, and theory of language change by Rudi Keller. Analysis result shows that 51 tweet use oral language and/ or elliptical sentence while 81% of respondents still know how to use proper german-grammar in composing their tweets."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Ryan Armindya
"Maraknya program pertukaran pelajar yang diadakan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta menyebabkan adanya kemungkinan asimilasi budaya, terutama bahasa, oleh para peserta program pertukaran tersebut. Kemungkinan ini diperkuat oleh adanya gejala alih kode yang dilakukan oleh para peserta program pertukaran setelah mereka kembali.
Sebagian besar dari mereka melakukan alih kode bahasa Indonesia-Inggris, terutama alumni program pertukaran pelajar yang berasal dari English-speaking countries. Alumni program pertukaran yang masih melakukan alih kode saat sedang bercakap-cakap adalah alumni program pertukaran pelajar di Yayasan Bina Antarbudaya, khususnya alumni program pertukaran pelajar YES (Youth Exchange and Study).
Karena itu, skripsi ini ditujukan untuk meneliti dan mengidentifikasi bentuk alih kode serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori alih kode oleh Gumperz (1982), teori penggunaan campur kode menurut Muysken (2000), serta fungsi-fungsi penggunaan alih kode menurut Holmes (2001) dan Wardhaugh (2002).
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat diidentifikasi 21 alih kode dengan bentuk metaphorical code switching dan 139 campur kode yang sebagian besar dilakukan dalam bentuk insertion. Selain itu, fungsi-fungsi alih kode dan campur kode berdasarkan teori Holmes (2001) dan Wardhaugh (2002) dapat ditemukan dalam ujaran alumni program pertukaran pelajar YES.

Exchange student programs, held by the government or private organization nowadays, cause the possibility of culture assimilation, especially language toward the returnees. This can be found on the indication of code switching among the returnees after they finished the program.
Most of the returnees are those who did the program in one of the English-speaking countries. For instance, YES exchange student program returnees in Yayasan Bina Antarbudaya often switch their language when they speak to other returnees or volunteers in the organization.
Therefore, the aims of this research are to analyze and identify the type of code switching as well as the factors which influence them to do so. The theories applied for this research are the concept of code switching by Gumperz (1982), the definition of code mixing by Musyken (2000), and the functions of using code switching by Holmes (2001) and Wardhaugh (2002).
Based on those theories, it can be concluded that there are 21 metaphorical code switchings and 139 code mixings; mostly on insertion forms. Furthermore, the functions of code switching, told by Holmes (2001) and Wardhaugh (2002), can be proven well."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Aulia Paramita
"Penelitian ini membahas alih-kode bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pada siaran radio Cosmopolitan FM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menghitung frekuensi bentuk-bentuk alih-kode yang muncul. Data yang diteliti adalah percakapan antar-penyiar dengan total durasi 206 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah alih-kode yang muncul adalah 725, yang terdiri dari alih-kode antarkalimat sebesar 28,41%, alih-kode intrakalimat sebesar 49,65%, dan alih-kode interjeksi sebesar 21,93%. Banyaknya kemunculan alih-kode intrakalimat berkaitan dengan kompetensi penutur yang harus menyesuaikan aturan-aturan sintaksis kedua bahasa.

This study focuses on English-Indonesian code-switching in Cosmopolitan FM radio broadcasting. The purpose of this study is to describe and to count the frequency of the occurrence of the types of code-switching. The data is obtained from the conversation between broadcasters with total duration of 206 minutes. The study shows that the total occurrence of code-switching is 725 which contain 28,41% of inter-sentential switching, 49,65% of intra-sentential switching, and 21,93% of tag-switching. The most occurrence of intra-sentential switching relates to the competency of the speakers in adjusting the syntactic rules of both languages."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernanda Rizkianita
"Beberapa tahun belakangan ini, grup penyanyi asal Korea yang dikenal dengan BTS atau Bangtan Sonyeondan menjadi sebuah fenomena internasional. Pengaruh mereka sebagai idola generasi ketiga telah menembus pasar global. Album mereka yang berjudul Love Yourself terkenal dengan pesan mengenai “mencintai diri sendiri” dan album ini juga membantu mereka menjadi terkenal secara global. Tiga lagu dari album ini, “I’m Fine”, “Idol”, dan “Mic Drop” terpilih berdasarkan tingkat popularitasnya dan penampilannya di panggung internasional. Pada penelitian sosiolinguistik ini, metode yang digunakan adalah metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan dasar teori Poplack mengenai jenis alih-kode. Total alih-kode dari ketiga lagu adalah 90 alih-kode dengan 19 tag switches, 51 inter-sentential switches, dan 20 intra-sentential switches. Pendekatan kualitatif berfokus pada deskripsi, analisis dan interpretasi atas alasan dibalik alih-kode yang terjadi, baik dalam bahasa Inggris standar atau bahasa Inggris Afrika-Amerika (AAE). Maka dari itu, analisis diskursif digunakan sebagai dasar atas tiga fokus dalam pendekatan kualitatif. Selain itu, menurut teori Widawski mengenai bentuk AAE, bentuk penggabungan, abreviasi, konversi, penggabungan, peminjaman, dan pembuatan bentuk ditemukan dalam tiga lagu tersebut dengan total 47 ungkapan AAE. Teori tata bahasa dari J.L Dillard digunakan untuk membantu analisis penelitian ini. Alih-kode dalam AAE kemudian akan dianalisis menggunakan teori fungsi AAE dari Widawski. Dalam tiga lagu tersebut ditemukan fungsi sosial, psikologi, retorik, dan budaya.Teori fungsi digunakan untuk membantu menginterpretasikan motivasi dibalik ungakapan AAE yang digunakan. Dari 17 ungkapan AAE, motivasi yang paling sering digunakan adalah retorik dan psikologi. Ungkapan AAE berperan sebagai sebuah bahasa untuk menunjukan kekuatan mereka. Dalam lagu-lagu tersebut, ungkapan AAE berperan sebagai cara berekspresi untuk mencintai diri sendiri, perlawanan atas kebencian terhadap mereka, dan stereotip menjadi idola. Namun, penelitian lebih lanjut diharapkan untuk dilaksanakan dengan data yang lebih banyak dan cakupan analisis yang lebih besar.

Over the past few years, a Korean boy-group known as BTS or Bangtan Sonyeondan has become an international phenomenon. Their influence as the third-generation Idol has penetrated the global market. Their album, Love Yourself, is known worldwide for its message of self-love that later helps them to be known globally. Three songs in this album, "I'm Fine", "Idol", and "Mic Drop", are chosen for their popularity and performance in International stages. For this sociolinguistic research, the method is a mixed-method between quantitative and qualitative. The quantitative approach focuses on the 90 switches in the songs based on Poplack's theory of code-switching with 19 tag switches, 51 inter-sentential switches, and 20 intra-sentential switches. The qualitative approach focuses on describing, analyzing, and interpreting the possible reasons behind the switches that occur in both standard-English and African American English (AAE). Hence, discourse analysis is used as the base of the three intended focuses on the qualitative approach. Moreover, according to Widawski's forms of AAE, 47 expressions in AAE are found in these songs with combining, shortening, conversion, blending, borrowing, and creating forms. J.L. Dillard's grammar of AAE is also used to help analyze this research. These AAE switches than analyzed with Widawski's theory of function of AAE, which provides social, psychological, rhetorical, and cultural functions to help interpret the motivation behind the chosen AAE expressions. Out of 17 types of AAE switch, the most frequent motivations are rhetorical and psychological functions. AAE expressions act as a language of power since, throughout the songs, the expressions act as reassurance, mostly about self-love, and resistance toward hates and stereotype of being idols. However, further research is expected to be conducted with more extensive data and scope of analysis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Ardhiani Samodro
"ABSTRAK
Kehidupan masyarakat Jepang tidak terlepas dari kehadiran media sosial. Melalui Twitter, sebuah media sosial dengan angka pengguna tinggi di Jepang, pengguna saling berinteraksi. Di sisi lain, Jepang memiliki uchi/soto yang menjadi landasan dalam menentukan posisi diri sendiri terhadap lawan bicara. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dilakukan terhadap 19 kicauan berbahasa Jepang dari 10 pengguna mengenai kontroversi Logan Paul di Jepang. Ditemukan bahwa pengguna Twitter yang diteliti menentukan uchi/soto mereka terhadap pengguna lain melalui hubungan follow yang tercipta melalui Twitter serta melalui persamaan identitas Jepang yang tercipta di luar Twitter. Temuan tersebut sejalan dengan teori uchi/soto yand dikemukakan oleh Takahashi 2010, Bachnik 1994, dan Lebra 1976, serta teori mengenai komunikasi termediasi yang disampaikan oleh Miller, et al. 2016.

ABSTRACT
Social media has become a part of Japaneses lifestyle. Through Twitter, a social media with a high number of users in Japan, users interact with each other. Meanwhile, Japanese has uchi soto as a way to determine their position to others. Using case study method, this research analyzes 19 tweets in Japanese from 10 users on the subject of Logan Pauls controversy in Japan. It is found that Twitter users in this research determine their uchi soto relation to another user through their following on Twitter and through the shared identity of being a part of Japan constructed outside of Twitter. Those findings correspond to uchi soto theories from Takahashi 2010, Bachnik 1994, and Lebra 1976, and also to mediated communication theory from Miller, et al. 2016."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngusman Abdul Manaf
"ABSTRACT
The focus of this sociolinguistic study is the relationship between social economic status (socionomic status) and the linguistic code, especially the sentence complexity. The purposes of the study are (1) to measure sentence patterns' among groups of speaker socionomic lower-low, upper-low, lower-middle, and upper-middle; (2) to measure the index of sentence complexity based of the average sentence length (ASL), the index of sentence complexity based on average block length (ABL), and the index of sentence based of the average clause depth (ACD) of four socionomic status groups; (3) to measure the variety of sentence complexity among four socionomic status groups; (4) to measure the effect of socionomic status on the sentence complexity; (5) to measure the contributions of each subvariable of socionomic status to the sentence complexity, and; (6) to measure the close relationship between socionomic status and sentence complexity.
This study used two approaches, namely lingustic and sociological approaches. The relationship between socionomic status and sentence complexity was analyzed in terms deficit theory. The subjects of this study were the native speakers of the Minangkabau language in Municipality of Padang. The data were sentences spoken by informants and individual reports about the social, economic, and cultural conditions of the informants. The data were collected by using recording and questionnaire. The data in the form of sentence were analyzed by using the technique of sentence patterns measurement and sentence complexity according to Cook (1979). Data that were collected by using questionnaire were analyzed by using Hollingshead and Redlich's (1958) and Labov's techniques (1966) to measure the socionomic status of the speakers. Sentence complexity variation among the four socionomic status groups was measured by using one-way variant analysis. The effect of socionomic to the sentence complexity and the contributions of each socionomic's subvariables to sentence complexity were measured by using double regresion analysis technique.
The findings of this study include the following.
There is no significant different between sentence patterns and the index of sentence complexity of oral Minangkabau language spoken by lower-low, upper-low, lower-middle, and upper-middle socionomic status speaker. The sentence patterns and sentence complexity do not indicate the socionomic status of its speakers. There is no difference of linguistic codes in sentence complexity among the four socionomic status groups.
There is no significant effect between socionomic and ASL. On other side, socionomic status gives significant effect to ABL and ACD. All socionomic's subvariables (Job, education, and income) do not give significant contribution to ASL. Among the three subvariables of socionomic, it is only the income that gives significant contribution to ABL and ACD. Although the effect of socionomic to ASL is minimal, it indicates positive correlation between the socionomic status and ASL, ABL, and ACD.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Nadhifa
"Zaman semakin maju seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Adanya internet dan perangkat canggih lainnya memudahkan komunikasi antarmanusia dan membuat pesentuhan bahasa semakin mudah terjadi. Hal ini memicu maraknya gejala peralihan kode dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena tersebut salah satunya terlihat dalam penulisan majalah, baik majalah lokal suatu negara seperti Viva dari Belanda, maupun majalah Perancis seperti Elle yang juga terbit dalam versi terjemahan di negara-negara lainnya seperti Belanda. Kedua majalah tersebut yang merupakan korpus penelitian ini mengandung alih kode. Hasil analisis menunjukkan bahwa majalah Elle versi Belanda yang merupakan majalah yang diterjemahkan dari majalah Perancis ini mengandung banyak peralihan kode dibandingkan dengan majalah lokal Belanda yaitu Viva
The technology develops in this era of globalization. The internet and other shopisticated gadgets facilitate communication between people in the world, and they make cultural contact easier to occur. It results in the code switching phenomenon. This phenomenon occurs in magazines as well. Whether it is a local magazine such as Viva from Netherlands, or a French magazine like Elle, which is also published in a translated version in various countries like Netherlands. These two magazines, which are the corpuses of this research, use code switching in their articles. The result shows that the Dutch version of Elle magazine, which is translated from the French version, contains more code switching and code mixing compared to the Netherlands local magazine, Viva."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Santiar
"ABSTRAK
Dalam proses mengajar bahasa Jepang terutama di Perguruan Tinggi, pengajar dituntut untuk dapat selalu mengajarkan hal-hal yang merupakan hasil penelitian terbaru. Hal ini tentunya sejalan dengan tuntutan seorang pengajar yang juga sekaligus peneliti. Sehubungan dengan hal ini, saya tergerak untuk mengali, perubahan apa saja yang telah terjadi dalam bahasa Jepang, agar sedapat mungkin menyampaikan bentuk perubahan maupun gejala atau kecenderungan perubahan bahasa Jepang. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa, yatu alat komunikasi yang dinamis, berubah sesuai dengan perubahan zaman.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah dengan meneliti perubahan yang telah dialami oleh bahasa Jepang, selain dapat menyampaikan hal ini sebagai materi pengajaran untuk menambah wawasan para mahasiswa, saya berharap akan dapat mendapat gambaran arah perubahan yang sedang dialami bahasa Jepang.
Pada dasarnya metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Selanjutnya sebagai tambahan informasi, saya juga mengamati gejala yang terjadi dalam bahasa Jepang yang dipakai sehari-hari dalam percakapan maupun media massa.
Dengan mengambil beberapa contoh perubahan yang telah terjadi maupun yang tengah terjadi dalam bahasa Jepang, ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik. Pertama, bahwa sejalan dengan perkembangan zaman, bahasa Jepang ternyata juga dituntut untuk menjadi bahasa yang lebih sederhana dan lebih sistematis. Zaman yang telah berubah sedemikian rupa sehingga waktu dirasakan amat berharga dan singkat, menimbulkan dampak bergesernya kepentingan untuk menyampaikan rasa hormat yang berlebihan. Rasa hormat yang disampaikan melalui pilihan kata selama ni sangat dipentingkan, anak tetapi kelihatannya akan mengalami pergeseran sehingga dalam forum-forum tertentu cukup disampaikan melalui bentuk-bentuk ujaran formal.
Selain itu, ada juga hal yang masih bertahan seperti sistem penulisan (ortografi) Jepang, yaitu Kanji, pemakaian kanji memang mengalami penyederhanaan, seperti kosa kata yang sulit penulisan kanji-nya dihindari pemakaiannya, dan digantikan dengan kosa kata serapan yang seringkali tidak lagi ditulis dalam aksara Jepang Katakana, melainkan langsung dituliskan dengan huruf Latin (Romaji), bahkan dalam bentuk singkatan sekalipun. Untuk jangka waktu yang cukup panjang dari sekarang, penggunaan aksara kanji kelihatannya masih akan terus dipertahankan, karena bagaimanapun juga kanji adalah aksara yang merupakan aksara pelambang arti sehingga bagi orang yang mengerti kanji, huruf ini seringkali membantu menentukan makna dengan rinci. Kerumitan penulisan kanji secara umum kelihatannya masih belum dirasa mengganggu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sifa Fauziah
"De Oost, adalah film perang di tahun 1946 antara orang Belanda dengan orang Indonesia. Hal menarik dalam film ini adalah digunakannya alih kode dan campur kode oleh dua tokoh utama Johan dan Raymond. Pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana wujud dan latar belakang penggunaan alih kode dan campur kode dalam film De Oost oleh dua tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan wujud dan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode oleh dua tokoh utama film De Oost dengan menggunakan metode kualitatif dan teori tentang alih kode dan campur kode menurut pendapat Appel, Soewito dan Chaer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan penyebab terjadinya alih kode dan campur kode adalah faktor tuturan dan mitra tutur diikuti oleh faktor perubahan situasi, dan tidak adanya pilihan kata yang tepat.

The Dutch film De Oost, is a war film in 1946 between the Dutch and the Indonesians. The interesting thing in this film is the use of code switching and code mixing by the two main characters Johan and Raymond. The research question is what is the form and background of the use of code switching and code mixing in the film De Oost by the two main characters. The purpose of this study is to describe the form and background of the occurrence of code switching and code mixing by the two main characters of the film De Oost using qualitative methods and theories about code switching and code mixing according to Appel, Soewito and Chaer's opinion. The results showed that the dominant factor causing code switching and code mixing was the speech factor and the speech partner followed by the situation change factor, and the absence of the right choice of words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>