Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andipa Damatra
"Kawasan Wisata Pangandaran merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia yang terletak di Kecamatan Pangandaran, Jawa Barat. Fasilitas pariwisata non primer mempunyai fungsi penting dalam mendukung kegiatan pariwisata di Kawasan Wisata Pangandaran. Pada tahun 2006 terjadi bencana tsunami di Pangandaran yang mengakibatkan rusaknya fasilitas non primer di Kawasan Wisata Pangandaran.
Penelitian ini mengkaji perubahan fasilitas pariwisata non primer sebelum dan sesudah terjadinya tsunami di Kawasan Wisata Pangandaran sehingga dapat dikaitkan dengan perubahan mata pencaharian masyarakat Pangandaran. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedekatan spasial dan analisa deskriptif.
Dari hasil penelitian, perubahan fasilitas pariwisata non primer terbagi menjadi 2 yaitu perubahan fasilitas sekunder dan fasilitas kondisional, perubahan fasilitas sekunder tertinggi terjadi di Bagian Tengah Pangandaran sedangkan perubahan fasilitas kondisional tertinggi terjadi di Pantai Barat Pangandaran. Perubahan fasilitas pariwisata non primer yang terjadi di Kawasan Wisata Pangandaran mempengaruhi perubahan mata pencaharian penduduk yang ada di sekitar Kawasan Wisata Pangandaran.

Pangandaran Tourism Region is one of tourism destination in Indonesia located in Pangandaran District, West Java. Non primary tourism facility has important function to support tourism activity in Pangandaran Tourism Region. In 2006, tsunami in Pangandaran has made some impact to non primary tourism facility in Pangandaran Tourism Region.
The purpose of this study is to investigate changes in non primary tourism facility before and after tsunami in Pangandaran Tourism Region so it can be linked to community livehood in Pangandaran. Methods of analysis used in this study is the approach of spasial and descriptive analysis.
From the identification results, the changes in non-primary tourism facilities is divided into 2, that is the changes of secondary facility dan conditional facility, the highest changes in secondary facility is in Central Pangandaran meanwhile the highest changes in conditional facility is in West Coast Pangandaran. The changes in non-primary tourism facilities which occured in Pangandaran Tourism Area affect the livehoods changes around Pangandaran Tourism Area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42999
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teja Kusuma
"ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan peran kelembagaan lokal dalam PNPM Mandiri Pariwisata dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan peran BKM ?Bina Mukti? dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program pengembangan Desa Wisata di Desa Sidomulyo Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran tidak berkembang dengan maksimal. BKM ?Bina Mukti? sebagai organisasi lokal kurang berperan dalam pemberdayaan masyarakat di lokasi wisata, sementara itu akibat dari tidak maksimalnya pengembangan kelembagaan proses pelembagaan tidak berlangsung baik. Beberapa faktor penyebab, antara lain: terjadi perpecahan internal, subordinasi pemerintah, ego sektoral instansi dan kapasitas SDM lemah. Perlu kebijakan kelembagaan yang strategis dalam merubah kondisi tersebut.

ABSTRACT
This study describes the role of local institutions in the PNPM Mandiri Tourism with qualitative descriptive approach. The results showed BKM "Bina Mukti" undevelop maximum in the planning, implementation and control program development at Sidomulyo Village Tourism in the Pangandaran district. BKM "Bina Mukti" as local organizations lack a role in empowering communities in tourist locations, while it is not the maximum result of the institutionalization process of institutional development are undeveloped. Several factors, among others: the case of internal divisions, subordinated to the government, ego sectoral agencies and weak human resource capacity. Necessary institutional strategic policies in changing conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T44990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudibjo
"ABSTRAK
Hal yang mendasari penelitian ini bahwa secara holistik, pertambahan penduduk dan aktivitas manusia telah mendorong menurunnya kualitas lingkungan. Laju pertambahan penduduk merupakan masalah pokok dalam perkembangan permukiman yang menuntut peningkatan kebutuhan akan tersedianya air bersih sebagai sumber kehidupan. Sedangkan perumahan ataupun bangunan sebagai sarana untuk berlindung atau melakukan kegiatan lain. Di samping itu perilaku masyarakat juga ikut menentukan terhadap kualitas lingkungan.
Perkembangan permukiman menunjukkan bahwa antara luasan bangunan dan liputan bangunan (building coverage) sebagai permukiman tidak sebanding dengan kemampuan ketersediaan air bersih dalam mensuplai akan kebutuhan yang diperlukan.
Sejauh ini kawasan pariwisata pantai Pangandaran dalam perkembangannya mempunyai potensi untuk dapat menarik wisatawan dan pertambahan penduduk. Daya tarik lingkungan pantai kawasan pariwisata ini cenderung dieksploitasi secara berlebihan (over exploited) bila tidak dikendalikan secara terencana dan hati-hati. Indikasi adanya eksploitasi lingkungan secara tidak terencana terlihat dengan banyaknya pembangunan sarana akomodasi pariwisata. Implikasi dari kenyataan tersebut merupakan perlakuan terhadap keseimbangan ekologis tata air menjadi tidak terkontrol.
Oleh karena itu, perkembangan permukiman daerah Pangandaran merupakan konsekuensi logis dari pembangunan. Perkembangan permukiman kawasan Pangandaran akan cenderung mengarah kepada skala kota sebagai tantangan dan permasalahan pembangunan.
Dari uraian tersebut timbul suatu permasalahan, khususnya berkaitan dengan informasi tentang daya dukung air tanah serta penataan permukiman di samping kondisi perilaku masyarakatnya. Oleh karena itu diperlukan suatu penilaian terhadap kuantitas dan kualitas air tanah. Selanjutnya mengkonversikan ' kuantitas air tanah terhadap kebutuhan ruang dari jumlah penduduk, dan bagaimana hubungannya kondisi air tanah dengan perilaku masyarakat.
Tujuan penelitian adalah: 1) untuk mengetahui daya dukung dalam hal kuantitas dan kualitas air tanah; 2) untuk mengukur kebutuhan ruang, dalam hal ini jumlah luas bangunan berdasarkan kuantitas air tanah; 3) untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat dalam pelestarian lingkungan air tanah.
Jenis data yang diperlukan adalah data fisik dan data sosial. Data fisik untuk kuantitas air tanah dilakukan dengan uji pemompaan atau pemulihan Theis (Theis Recovery) dengan menggunakan alat Automatic Water Level Recorded (AWLR) dan pengeboran dengan Auger Hole. vntuk kualitas air tanah dilakukan analisis laboratorium. Data sosial dilakukan dengan random sampling. Besarnya sampel adalah sebesar 225 responden. Adapun populasi diambil dari proporsi 3 (tiga) registrasi desa yang merupakan kawasan pariwisata yaitu Desa Pangandaran, Desa Pananjung, dan Desa Babakan. Dalam analisis data sosial, untuk melihat adanya korelasi antara kondisi air tanah dengan perilaku masyarakat digunakan metode regresi berganda.
Kesimpulan umum hasil penelitian ini adalah; kawasan pariwisata Pangandaran saat ini masih terjaga kondisi lingkungan air tanahnya, walaupun tingkat kesadaran masyarakatnya terhadap lingkungan relatif masih rendah. Namun demikian pada tahun mendatang ± 2018 perlu diantisipasi kondisi air tanahnya, dengan memperhatikan tingkat kedatangan wisatawan dan pertumbuhan penduduk yang mungkin terjadi.
Secara parsial dapat disimpulkan bahwa: 1) Kawasan pariwisata pantai Pangandaran menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe A. Dengan kata lain, daerah penelitian tidak pernah terjadi periode bulan kering; 2) Klasifikasi nilai infiltrasi 80,4 mm/jam, menurut Richard dan Cossens > 53 mm/jam (tingkat infiltrasi sangat tinggi) daerah penelitian merupakan daerah umpan (recharge area) yang sangat baik; 3) Umpan air tanah yang berasal dari air hujan sebesar 4.304.995 m3/tahun. Selain dari air hujan, air tanah daerah penelitian berasal dari daerah di atasnya; 4) Pengukuran air tanah dengan metode pemulihan Theis (Theis Recovery Method) dan metode lobang pengeboran (Auger Hole Method) menghasilkan debit air tanah maksimum sebesar 57.693,40 m3/hari, sedangkan debit optimum sebesar 40.385,38 m3/hari. Adapun setiap Ha adalah sebesar 32,7 m3/hari; 5) Debit air tanah selama' kurun waktu 12 tahun terjadi penurunan setiap Ha sebesar 0,13 m3/hari; 6) Mengambil sampel wawancara dari penduduk sebesar 225 orang dapat dihasilkan pemakaian air per orang sebesar 115,65 1/hari. Adapun terhadap pengunjung dengan sampel sejumlah 25 orang atau 20% dari pengunjung rata-rata yang menginap per hari adalah sebesar 109,57 1/hari; 7) Berdasarkan debit air tanah optimal dan pemakaian air orang per hari dapat dihasilkan pengguna air tanah pada lokasi penelitian sebesar 349.112 orang; 8) Kualitas air tanah secara umum memenuhi syarat sebagai air minum. Masuknya air laut ke daratan (water intrusion) pada daerah penelitian dengan menggunakan metode Ghyben-Herzberg sampai saat ini belum terjadi. Semakin jauh dari pantai, semakin dalam posisi garis singgung antara air tanah tawar dengan air tanah asin (interface). Pada jarak 500 m dari pantai kedalaman interface berkisar 10 m, sehingga dapat dipastikan untuk tidak mengambil air tanah melebihi kedalaman 10 m pada jarak tersebut; 9) Dengan pengguna air tanah pada lokasi penelitian sejumlah 349.112 orang, dibutuhkan ruang untuk bangunan maksimum sebesar 29.674.520 m2. Sedang dengan liputan bangunan {Building Coverage) sebesar 40% di dapat jumlah lantai sejumlah 4 (empat) lantai dengan koefisien lantai bangunan (Floor Area Ratio/ FAR) sebesar 0,4 untuk bangunan perumahan permukiman dan 0,63 untuk bangunan hotel; 10) Perilaku masyarakat kawasan pariwisata Pangandaran dapat memperburuk kuantitas dan kualitas air tanah, dengan kata lain perkembangan permukiman di kawasan tersebut mampu mempengaruhi air tanah; 11) Sebagian besar kepedulian masyarakat di kawasan pariwisata Pangandaran terhadap lingkungan "relatif rendah". Hal ini terbukti bahwa hanya sebanyak 38% yang membuang sampah ditempat sampah sedang sisanya dengan cara lain. Adapun untuk limbah cair hanya 30% yang membuat septic tank dengan peresapan sedang sisanya dengan cara lain.

ABSTRACT
The basis of this research is that holistically the population increase and human activities have caused deterioration of the environment quality. The rate of population increase is a major problem in settlement development, which demand an increase in water availability as a means for protection and performing other activities. Besides, the community behavior also determines the environment quality.
The settlement development indicates that it is not balanced between building area and building coverage with ability to provide to clean water in order to supply the needs.
So, far, the tourism area of Pangandaran beach in its development has a potential to attract tourists and population increase. The tourism beach area attractiveness tend to be overexploited if it' is not controlled with a well planned and coutious activities. The indication that there is environment exploitation can be seen in various tourism accommodation facilities development.
The implication of the fact is a treatment of water system ecological equilibrium which is not control.
Therefore, the settlement development in Pangandaran area is a logical consequence of the development. The Pangandaran area settlement development tends toward a city scale as a challenge and development problem.
From the above description there is one problem, especially those related with information regarding the ground water support capability and settlement arrangement, beside the community behavior condition. Therefore, an appraisal of quality and quantity of ground water is needed. Then how to convert the ground water quality to demand for space due to population increase, what is the relationship between ground water condition and the community behavior.
The purpose of the research is 1) to recognize the support capability in terms of quantity and quality of, ground water; 2) to measure the demand for space, in this case the building area based on the ground water; 3) to identify the community behavior in conservation of the ground water environment. The type of data needed is physical data and social data. In order to obtain the physical data for the ground water quantity, a Theis Recovery pumping test is performed by using AWLR (Automatic Water Level Recorder) and boring with Auger Hole. In order to obtain the ground water quality a laboratories analysis is performed. 'The social data is obtained by random sampling. The number of sample is estimated around 225 respondents. While the population is taken proportionately from 3 registration villages which include in the tourism area that is Pangandaran, Pananjung and Babakan. In analysis of the social data in order to see the corelationship between the ground water condition and the community behavior we use a multiple regression method.
The general conclusion of the research is that : the ground water environment condition of Pangandaran tourism area currently is still well maintained, even though the community awareness toward the environment is still relatively low. However, in the next 2018 the ground water condition should be anticipated, by considering the tourists flow and the possible population increase.
Partially it can be concluded that: 1) The Tourism area of Pangandaran beach according to Schmidt and Ferguson includes in type A area. In other words, in the research area never happened a dry month period; 2) The infiltration value classification is 80.4 mm/hour, according to Richard and Cossens > 53 mm/hour (the infiltration rate is very high). The researched area is a very good recharge area. 3)' The recharge area which results from rainfall which is 4,304,995 m3/year. Beside the rainfall, the ground water of the researched area results from the above area; 4) The ground water measurement with Theis Recovery Method and Auger Hole Method produce the ground water discharge of maximum 57,693.40 m3/day, and so the optimum water discharge is 40,385.38 m3/day. While each hectare of the maximum water discharge is 32.7 m3/day; 5) The ground water discharge during the 12 years period decrease 0.13 m3/day for each Ha; 6) Having taken interview samples from 225 population the water consumption is 115.65 1/day. While sampling on 25 visitors or 20% of the average visitors that stay overnight, the water consumption is 109.57 1/day; 7) Based on optimum the ground water discharge and individual daily water consumption, the supporting capability is 349,112 people; 8) The ground water quality in general satisfies as drink water. The water intrusion from the sea in the researched area by using the Ghyben-Herzberg method until now has not occurred. The farther from the coast area, the deeper the position of the tangential point between the fresh ground water and the salt ground water (interface). At a distance of 500 m from the coast area, the interface is about 10 in, that it can be certain that it is not allowed to take the ground water at a distance greater than 10m; 9) With the supporting capability of 349,112 people, the space building needed is 29,674,520 m2. With Building Coverage 40% we found out the stories is 4 with Floor Area Ratio of 0.4 for housing building and 0.63 for hotel building; 10) The behavior of the community in the Pangandaran tourism area can deteriorate the quantity and quality of the ground water; 11) The concern of the people in the Pangandaran tourism area toward the environment is "relatively low". This turns out that only 38% of the people that pitch the garbage in its place while the rest pitch in other place. While for liquid waste is only 30% which make the septic tank including infiltration while the rest pitch in other ways.
Pages : xxiii Introduction, 141 Contents, 29 Tables, 9 Figures, 56 Appendics.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septhya Puspita Dewi
"ABSTRACT
Pariwisata telah mengalami pertumbuhan pesat dalam 4 dekade terakhir di dunia. Di Indonesia sendiri daya saing sektor pariwisata terus mengalami peningkatan perbaikan. Demikian pula sama halnya dengan pariwisata yang berada di Kabupaten Pangandaran yang saat ini sedang berada pada fokus perhatian pemerintah dalam pembangunan potensi pariwisatanya. Suksesnya pembangunan sustainability tourism tentunya sangat dipengaruhi oleh resident attitude yang mengarah pada support for tourism. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari environment sustainability, tourism plan, community participation, dan community attachment yang merupakan pengaruh dari dalam individu serta subjective norm yang merupakan pengaruh dari luar individu terhadap support for tourism. Penelitian ini meneliti sebanyak 170 responden penduduk lokal yang lahir dan telah menetap setidaknya 3 tahun terakhir di Kabupaten Pangandaran. Hasil dari penelitian ini membuktikan pengaruh signifikan dari environmental sustainability, tourism planning, community participation, community attachment terhadap positive impact dan community attachment terhadap negative impact serta community participation juga subjective norm terhadap support for tourism. Penelitian ini tidak menemukan adanya pengaruh signifikan dari environmental sustainability, tourism planning, community attachment terhadap support for tourism dan environmental sustainability, tourism planning, community participation terhadap negative impact.

ABSTRACT
Tourism has experienced rapid growth in the last 4 decades in the world. In Indonesia, the competitiveness of the tourism sector has been improving. Likewise, tourism in Kabupaten Pangandaran which is currently at the focus of the government's attention in developing its tourism potential. The success of the development of sustainability tourism is certainly very influenced by the resident attitude that leads to support for tourism. This study aims to determine the relationship of environment sustainability, tourism plans, community participation, and community attachments which are influences from within the individual also subjective norms which are influences from outside the individual towards support for tourism. This study examined 170 respondents of local residents who were born and settled at least the last 3 years in Kabupaten Pangandaran. The results of this study prove the significant influence of environmental sustainability, tourism planning, community participation, community attachment to positive impact, community attachments to negative impacts also community participation and subjective norms to support for tourism. This study did not find any significant influence from environmental sustainability, tourism planning, community attachments to support for tourism and environmental sustainability, tourism planning, community participation to negative impact."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kudus Wardiana
"Hotel resort sebagal salah satu sarana pendukung pariwisata memifiki peranan yang cukup penting untuk menampung jumlah wisatawan yang dltargetkan pada tahun 1998/1999 sejumlah 6,5 juta wisman dan sanggup meraih devisa sebesar 8.9 milyar dollar AS. Pada awalnya hotel berkembang karena adanya perkembangan hubungan antar bangsa berupa hubungan perdagangan. Fasllitas yang disediakan masih sangat sederhana, yaitu: tempat tidur dan fasilitas makan dan minum. DaRam perkembangan selanjutnya terjadi persaingan untuk menarik konsumen, dengan menyediokan fasilitas yang lebih, seperti: rekreasl, pertemuan dan lain-lain. Lalu timbul berbagai jenis hotel dan terjadi penggabungan fungsi. Dan berbagai pendapat dapat dsimpulkan pengertian hotel resort adalah hotel yang tertetak dikawasan perstirahatan yang biasanya berada di luar kota. Unsur utama yang dual adalah atom dan sarana rekreasi. Dengan adanya hotel resort ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengtnapan dl daerah objek wsata sehingga dapat menarik banyak wisatawan ke daerah tersebut. Terutama di daerah yang memiliki banyak kekayaan clam, dengan adanya kecenderungan dart wlsatawan untuk melakukan kegiaton ekoturisme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Mariani
"Terumbu karang merupakan ekosistem yang kompleks dengan keragaman biologi tinggi yang mendukung produktivitas perikanan. Belum banyak penelitian mengenai informasi data bio-bisik, sosio-ekonomi, dan tata kelola dalam pengelolaan kawasan konservasi di Pangandaran Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi terumbu karang dari aspek bio-fisik, sosio-ekonomi, dan tata kelola sejak penetapan pencadangan sebagai kawasan konservasi laut serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Pengumpulan data kondisi biofisik terumbu karang dilakukan dengan metode transek garis (line intercept transect/LIT) pada lokasi Pasir Putih, Batu Mandi, Batu Layar, dan Batu Nunggal di 8 titik kedalaman (3 m dan 5 m).
Kondisi lingkungan terumbu karang dilakukan dengan pengukuran parameter-parameter kualitas perairan (suhu, kecerahan, salinitas, arus, dan pH). Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tata kelola dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara dengan 57 orang responden. Data sekunder kondisi terumbu karang sebelum dan sesudah penetapan kawasan konservasi laut di Pangandaran dikumpulkan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya.
Indikator biofisik menunjukkan hasil trend tutupan karang hidup di kedalaman 3 m mempunyai kecenderungan menurun, dan kedalaman 5 m mempunyai kecenderungan tutupan karang hidup yang stabil. Kondisi terumbu karang di lokasi penelitian berada pada status buruk sampai dengan baik. Kondisi terumbu karang di Pangandaran dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata dan aktivitas penangkapan ikan, serta peran aktif masyarakat dalam pengelolaannya. Pengelolaan kolaboratif kawasan konservasi terumbu karang di Pangandaran Kabupaten Ciamis merupakan faktor penentu kelestarian terumbu karang.

Coral reefs are complex ecosystems with high biodiversity that supports the productivity of fisheries. Not much information on the research of bio-physical, socio-economic, and governance in the management of conservation areas in Pangandaran Ciamis. The research was carried out to analyze the condition of coral reefs in the aspects of bio-physical, socio-economic, and governance since the establishment of marine reserves as a conservation area and the factors that influence. Biophysical condition of coral reefs conducted by the line intercept transect (LIT) at the location of Pasir Putih, Batu Mandi, Batu Layar, and Batu Nunggal in 8 point depths (3 m and 5 m).
The environmental conditions of coral reefs conducted by measuring the water quality parameters (temperature, brightness, salinity, currents, and pH). To find out the socio-economic conditions of society and governance is done by using a questionnaire and interviews with 57 respondents. Secondary data coral reefs before and after the establishment of marine protected areas in Pangandaran collected from the results of previous studies.
Biophysical indicator shows trend results live coral cover in depth of 3 m have a tendency to decline, and a depth of 5 m has a tendency to live coral cover was stable. The condition of coral reefs in the study sites are in poor to good status. The condition of coral reefs in Pangandaran is influenced by the activity of tourism and fishing activities, as well as the active role in its management. Collaborative management of coral reef conservation in Pangandaran Ciamis is an important determinant of coral reef conservation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T32944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Heriyadi
"Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang rawan bencana tsunami, BPBD Provinsi Jawa Barat dan BPBD Kabupaten Ciamis menyelenggarakan fasilitasi desa tangguh bencana di Desa Pangandaran dan Desa Panajung. Penelitian ini menganalisis lima aspek dari Twigg (2007) mengenai masyarakat tangguh bencana, yaitu: pemerintah, asesmen resiko, pendidikan dan pengetahuan, manajemen resiko dan pengurangan kerentanan, serta kesiapsiagaan dan respon bencana. Temuan penelitian menunjukkan bahwa lima aspek tersebut tidak sepenuhnya terlaksana karena adanya kesenjangan antara dokumen-dokumen perencanaan dan kebijakan desa. Selain itu, FKDM bentukan dari hasil fasilitasi tersebut intensitas kegiatannya semakin berkurang, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana tidak dapat terlaksana.

Ciamis regency belongs to the riskiest tsunamy area so that BPBD of West Java and Ciamis organize to facilitate disaster resilient villages in Pangandaran and Pananjung. This research is trying to analyze Twigg's (2007) five aspects of disaster resilient community i.e., governance, risk assessment, knowledge and education, risk management and vulnerability reduction, disaster preparedness and response. The research found that not all of the five aspect implement due to the gap between document planning and local government policy. Additionally, the activity of FKDM which was formed through facilitating process is decreasing so that the community empowering can not be accomplished."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T42726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Heriyadi
"Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang rawan bencana tsunami, BPBD
Provinsi Jawa Barat dan BPBD Kabupaten Ciamis menyelenggarakan fasilitasi
desa tangguh bencana di Desa Pangandaran dan Desa Panajung. Penelitian ini
menganalisis lima aspek dari Twigg (2007) mengenai masyarakat tangguh
bencana, yaitu: pemerintah, asesmen resiko, pendidikan dan pengetahuan,
manajemen resiko dan pengurangan kerentanan, serta kesiapsiagaan dan respon
bencana. Temuan penelitian menunjukkan bahwa lima aspek tersebut tidak
sepenuhnya terlaksana karena adanya kesenjangan antara dokumen-dokumen
perencanaan dan kebijakan desa. Selain itu, FKDM bentukan dari hasil fasilitasi
tersebut intensitas kegiatannya semakin berkurang, sehingga upaya pemberdayaan
masyarakat dalam mengurangi resiko bencana tidak dapat terlaksana.

Ciamis regency belongs to the riskiest tsunamy area so that BPBD of West Java
and Ciamis organize to facilitate disaster resilient villages in Pangandaran and
Pananjung. This research is trying to analyze Twigg's (2007) five aspects of
disaster resilient community i.e., governance, risk assessment, knowledge and
education, risk management and vulnerability reduction, disaster preparedness and
response. The research found that not all of the five aspect implement due to the
gap between document planning and local government policy. Additionally, the
activity of FKDM which was formed through facilitating process is decreasing so
that the community empowering can not be accomplished.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T42726
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pardamean, Antonius
"[ABSTRAK
Sebagai Daerah Otonomi Baru, Kabupaten Pangandaran memiliki Pendapatan Asli Daerah yang relatif
kecil karena pemanfaatan sumber daya alam yang belum optimal. Pemanfaatan yang optimal
memunculkan industri yang dibangun secara terpadu guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Metode Penelitian menganalisis data dari studi literatur, FGD, opini pakar untuk mendapatkan industri
dan prioritasnya, model master plan yang sesuai RTRW, model kelembagaan dan kerjasama. Analisa
keekonomian menggunakan analisa cash flow mendapatkan nilai NPV, IRR, POT beserta skenario
optimum untuk dikerjasamakan. Hasil analisis keekonomian KTM di kabupaten Pangandaran selama 30
tahun dengan membangun kawasan industri dapat meningkatkan PAD sebesar Rp419 milyar ditambah
fasilitas infrastruktur yang selesai dibangun pihak swasta pada tahun ke 9. NPV sebesar Rp875 Milyar,
IRR 17,07% dan POT selama 11,44 tahun menjadi skenario ideal untuk kerjasama Private Sector dengan
BUMD yang menggunakan sistem Revenue Sharing.

ABSTRACT
a new autonomy region, Pangandaran District’s revenue is relatively low in revenue category because
they natural resources is not optimal yet in used. The new industry will come if utilization of natural
resources run optimally which is the industry will contribute to leverage to the original district income so
that development programs can be done . Methodology Research analyzed data from literature study,
focus group discussions, expert opinions, to get type of industry, priority, a master plan appropriate
models based on RTRW, institutional models and partnership model. The economic analysis using
discounted cash flow analysis to get NPV, IRR,POT along with optimum scenario for partnership. KTM’s
economic analysis results in Pangandaran district for 30 years by build industrial zone can increase
revenue up to Rp419 billion plus infrastructures facilities will submit by private sector in nine year. NPV
Rp875 billion, IRR 17.07% and POT in 11.44 year as the ideal scenario for Private Sector cooperation
with Public sector that use Revenue Sharing System, a new autonomy region, Pangandaran District’s revenue is relatively low in revenue category because
they natural resources is not optimal yet in used. The new industry will come if utilization of natural
resources run optimally which is the industry will contribute to leverage to the original district income so
that development programs can be done . Methodology Research analyzed data from literature study,
focus group discussions, expert opinions, to get type of industry, priority, a master plan appropriate
models based on RTRW, institutional models and partnership model. The economic analysis using
discounted cash flow analysis to get NPV, IRR,POT along with optimum scenario for partnership. KTM’s
economic analysis results in Pangandaran district for 30 years by build industrial zone can increase
revenue up to Rp419 billion plus infrastructures facilities will submit by private sector in nine year. NPV
Rp875 billion, IRR 17.07% and POT in 11.44 year as the ideal scenario for Private Sector cooperation
with Public sector that use Revenue Sharing System]"
2015
T44739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bencana tsunami membuka lembaran baru Pangandaran yang kumuh keindahan dan suasana lingkungan pantai yng indah perlu dikembalikan lagi dengan rencanan pengembangan yang lebih baik....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>