Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nopriansyah Dwi Kusuma
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S10491
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Megawati
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2010
S10522
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adjeng Ayu Larasati
"ABSTRAK
Direktorat Jenderal Bea Cukai melakukan perubahan regulasi terkait dengan pembebasan bea masuk barang bawaan penumpang yang tercantum dalam PMK 203/PMK.0/2017, diantaranya kenaikan batas pembebasan bea masuk, penetapan tarif tunggal, dan penghapusan kategori keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak perubahan regulasi pembebasan bea masuk barang bawaan penumpang terhadap potensi penghindaran pajak, konsep ease of administration, serta untuk menjelaskan strategi yang dilakukan Direktorat Jenderal Bea Cukai dalam mencegah timbulnya perilaku penghindaran pajak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode post positivis dengan menggunakan data sekunder dan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang relevan. Dari hasil analisis diperoleh bahwa perubahan regulasi barang bawaan penumpang menimbulkan celah perpajakan yang dapat dimanfaatkan sehingga menimbulkan adanya potensi kehilangan penerimaan. Dalam mencegah semakin besarnya potensi kehilangan penerimaan, Direktorat Jenderal Bea Cukai kemudian melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap barang bawaan penumpang, seperti scanning X-Ray, kegiatan intellijen yang terdiri dari analisis pesawat, analisis passenger manifest, profiling.

ABSTRACT
The Directorate General of Customs changes the regulation relating to exemption from import duty passenger luggage contained in the PMK 203/PMK.04/2017, including the increase in the import duty exemption limit, single tariff setting, and the abolition of the family category.
The purpose of this study was to analyze the impact of regulatory changes exemption from import duty passenger luggage against potential tax avoidance, concept of ease of administration, as well as to explain the strategy conducted by Directorate General of Customs in prevent tax avoidance behavior. The method used in this research is post-positivist method using secondary data and interviews with relevant informants. The results of analysis that regulatory changes pose passenger luggage tax loopholes that can be exploited to cause the potential loss of revenue to import duties and taxes on import passenger luggage. In a further reduction magnitude of potential loss of revenue, the Directorate General of Customs and then perform supervision and inspection of passenger luggage, such as X-ray scanning, as intelligence activities consisting of the best analysis, analysis of passenger manifest, profiling."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnul Awaliyati
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2010
S10518
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Purwito Moesdradjad
Jakarta: Kajian Hukum Fiskal Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
336.26 ALI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Purwito Moesdradjad
Jakarta: Kajian Hukum Fiskal Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
336.26 ALI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochim
Depok: Solusi Publishing, 2010
364.133 ROC m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sayyidus Wisnu Widagdo
"Perkembangan perdagangan secara elektronik (e-commerce) telah menyebabkan berkembangnya jenis barang dan jasa yang dijual di media tersebut. Dengan tingginya pengguna internet di Indonesia maka hal ini menjadikan adanya urgensi bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan perhatiannya atas pengenaan pajak pertambahan nilai terhadap barang dan jasa digital. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang didukung dari data-data yang diperoleh selama penelitian, buku-buku, literatur dan sumber lain yang relevan. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap transaksi produk digital diatur dalam Pasal 3A ayat (3) UU No. 42 Tahun 2009 dan juga Permenkeu Nomor 40/PMK.03/2010 yang mengatur mekanisme reverse charge di Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya, pengaturan tersebut belum dapat berjalan efektif, hal tersebut karena beban pemungutan, pelaporan dan penyetoran pajak terutang dibebankan kepada si pembeli atau konsumen. Selain itu adanya pelaku usaha yang tidak berkedudukan di Indonesia juga menambah rumitnya permasalahan ini. Sedangkan ruang lingkup Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan negara lain masih terbatas pada lingkup Pajak Penghasilan. Maka dari itu pemerintah perlu untuk segera memperbarui pengaturan mekanisme pengenaan pajak pertambahan Nilai atas barang dan jasa digital dan juga memperluas lingkup yang ada di Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

The development of electronic trading (e-commerce) has led to the growth of goods and services sold in the digital platform/marketplace. With the high Internet users in Indonesia, this makes the urgency for the Indonesian Government to increase its attention to the imposition of value added tax on digital goods and services. The research methods in this study are supported literature research from data obtained during research, books, literature and other relevant sources. The imposition of value added tax (VAT) on the transaction of digital products is regulated in article 3A paragraph (3) UU No. 42 year 2009 and also Permenkeu number 40/PMK. 03/2010 which regulates reverse charge mechanism in Indonesia. However, in its execution, such arrangements have not been able to run effectively, it is due to the burden of voting, reporting and withholding tax payable to the buyer or the consumer. In addition, there are business actors who are not domiciled in Indonesia also increase the complexity of this problem. Therefore, the Government needs to promptly update the setting of the imposition of value added tax on digital goods and services and also expand the scope of the agreement in the avoidance of double taxation."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahira Ridma Adani
"Impor dan ekspor merupakan kegiatan memasukkan dan mengeluarkan barang melalui daerah pabean dengan melintasi batas-batas antar negara. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah instansi yang bertanggungjawab untuk melakukan fungsi pelayanan dan pengawasan atas kegiatan ekspor dan impor tersebut, atau biasa disebut dengan kegiatan lalu lintas barang, atau kegiatan kepabeanan. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Dalam rangka melindungi kepentingan dan keamanan nasional negara, Pemerintah menetapkan beberapa peraturan terkait kegiatan ini, salah satunya peraturan mengenai pembatasan impor. Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 203/PMK.04/2017 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut, yang mana dalam salah satu ketentuannya mengatur mengenai pembatasan impor barang yang dilakukan oleh Penumpang Sarana Pengangkut. Meskipun Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 telah spesifik menjabarkan mengenai pembatasan barang yang dibawa Penumpang dan kewajiban Penumpang untuk memenuhi kewajiban pabeannya, namun dalam penerapannya masih ditemukan beberapa penyimpangan. Atas timbulnya penyimpangan-penyimpangan tersebut, efektivitas penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 dipertanyakan. Terkait dengan efektivitas penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 dan pencegahan serta penindakan penyulundupan, Pejabat Bea dan Cukai harus memastikan kegiatan kepabeanan berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menjalankan fungsi pelayanan dan pengawasannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Imports and exports are activities to bring goods into and out of the customs territory by crossing the borders between countries. The Directorate General of Customs and Excise is the authorized party responsible for carrying out the service and supervision for the export and import activities, or commonly referred to as Customs Activities. Customs means all activities pertaining to the supervision of incoming and outgoing traffic goods into or from the customs territory, also the collection of import and export duties. In order to establish a firm national legal system that serves the the national interests and security of the country, the Government establish several regulations related to this activity, which one of the regulation is regarding restrictions on imports. The Minister of Finance has issued Regulation Number 203/PMK.04/2017 concerning Provisions on Export and Import of Goods Carried by Passengers and Crew of Transport Facilities, which in one of the provisions regulates the limitation on the import goods carried by Passengers of Transport Facilities. Although the Minister of Finance Regulation Number 203/PMK.04/2017 has specifically outlined the restrictions on imported goods carried by Passengers and the obligations for Passengers to fulfill their customs duties, there are still some deviations on the implementation. For the emergence of these deviations, the effectiveness and the application of the Regulation Number 203/PMK.04/2017 is questionable. Regarding to this concern and to prevent smuggling, Customs and Excise Officers must ensure that customs activities are carried out in accordance to regulations by performing out their service and supervision functions as regulated.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>