Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muizuddin Azka
"ABSTRAK
Teknologi pengenalan fitur telah berkembang seiring dengan proses
pengintegrasian CAD/CAPP/CAM. Aplikasi pendeteksian fitur secara otomatis
dengan berbasis model faset diharapkan mampu untuk membantu mempercepat
aktivitas perancangan proses manufaktur semisal seting tool yang akan digunakan
atau proses machining yang dibutuhkan pada berbagai fitur yang berbeda. Fitur
suatu part pada bidang dapat dideteksi dengan mengaplikasikan metode slicing
dan teknik pengelompokan faset triangulasi yang berdekatan. Identifikasi jenis
fitur ini dikembangkan dengan aturan berdasarkan arah vektor normal pada grup
suatu fitur tersebut. Untuk mengidentifikasi fitur pada berbagai bidang suatu part,
dengan bantuan transformasi rotasi akan merotasi part sehingga bidang vektor
normal terluar seakan berada pada posisi bidang referensi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan pendekatan ini dapat mengidentifikasi fitur primitif
secara otomatis meliputi : pocket, cylindrical dan profile pada berbagai bidang
suatu part.

Abstract
Feature recognition technology has been developed along with the process of
integrating CAD/CAPP/CAM. Automatic feature detection applications based on
faceted models expected to speed up the manufacturing process design activities
such as setting tool to be used or required machining process in a variety of
different features. Features of a part in the plane can be detected by applying
method of slicing and the technique of grouping adjacent triangles. Identify type
of feature is developed by the rule based on normal vector direction of the group
a feature. In order to identify features of various planes of a part, rotation
transformation will help to rotate as if normal vector plane is on the outer part of
the reference plane. The results showed that this approach could identify the
primitive features automatically covered : pocket, cylindrical and profile in
various plane on part."
2012
T31427
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniadi Sukma Wijaya
"Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia mengembangkan teknologi komposit untuk struktur Pesawat Udara Nir Awak (PUNA). Sebagai basis data material komposit, telah dilakukan pengujian terhadap material S-glass/epoxy dengan variasi orientasi serat S-glass. Pembuatan komposit dilakukan dengan metode hand lay-up dan diikuti vacuum bagging, kemudian dilakukan perhitungan densitas dan fraksi volume serat, serta uji geser dan uji lentur. Kerusakan permukaan komposit setelah uji mekanik diamati menggunakan Scanning Electron Microscope. Hasil pengujian ini menunjukkan komposit dengan orientasi serat 0°/90° memiliki sifat mekanik yang lebih baik daripada komposit dengan orientasi serat +/-45°, yaitu memiliki kekuatan geser, kekuatan lentur, dan modulus lentur secara berurutan sebesar 25,38 MPa, 273,21 MPa, dan 18,41 GPa.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia has developed composite technology for Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) structural application. To establish a composite material database, a series of test was conducted on S-glass/epoxy composite materials with a variation of S-glass fiber orientation. The materials were fabricatied using a hand lay-up and followed by a vacuum bagging method; then density and fiber volume fraction measurement, as well as shear and bending testings were carried out. The composite failure surfaces after mechanical test were observed using Scanning Electron Microscope. The results showed that the 0°/90° fiber orientation composites had a better mechanical properties than the +/-45° fiber orientation composites, which shear strength, flexural strength, and flexural modulus were 25,38 MPa, 273,21 MPa, and 18,41 GPa respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Purwanto
"Sifat material yang digunakan pada suatu struktur akan sangat mempengaruhi perilaku dari struktur dalam menahan beban yang bekerja pada struktur tersebut. Sifat non linier dari material beton dan baja perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur karena perilaku elemen struktur pada daerah plastis sampai kondisi runtuhnya dapat menggambarkan perilaku ductile yang dimiliki oleh struktur.
Pada skripsi ini akan dibahas struktur balok komposit baja-beton dengan pembebanan tiga titik. Struktur komposit adalah struktur yang terbentuk dari gabungan dua material atau lebih, yang bekerja sebagai satu kesatuan untuk menahan beban. Perilaku struktur komposit baja-beton dipengaruhi oleh kombinasi sifat dari material beton dan profil baja. Beton memiliki kemampuan menahan tekan jauh lebih baik dibandingkan kemampuannya menahan tarik. Sedangkan baja memiliki kemampuan menahan tarik sangat baik. Dengan menggabungkan kedua sifat material tersebut, maka struktur balok komposit akan mempunyai keuntungan antara lain kekakuan yang lebih besar sehingga memiliki kemampuan menahan beban yang lebih besar, dapat digunakan dimensi balok yang lebih kecil dan bentang yang lebih besar. Balok komposit yang dibebani akan mengalami deformasi berupa rotasi dan lendutan. Besarnya deformasi, khususnya lendutan yang terjadi, sangat penting untuk diketahui karena dalam perencanaan struktur harus terpenuhi syarat kekuatan dan syarat lendutan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pada skripsi ini penulis melakukan studi analisa penampang balok komposit baja-beton dengan membagi balok menjadi segmen-segmen yang lebih kecil dan kondisi stress-strain dari setiap segmen pada setiap kenaikan beban diamati pada cross section pada pertengahan dari segmen. Cross section dari setiap segmen tersebut dibagi menjadi serat-serat (fiber model) dan sifat non linier material diberikan pada masing-masing serat. Profil baja yang digunakan pada analisa ini adalah Rectangular Hollow Section (RHS). Analisa ini diselesaikan secara numerik dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab.
Hasil yang diperoleh dari studi analisa fiber model ini adalah kuat lentur balok komposit yang lebih baik bila dibandingkan balok baja, kenaikan kuat lentur balok yang cukup signifikan dengan memperbesar dimensi profil baja Rectangular Hollow Section (RHS), dan daktilitas balok komposit yang cukup besar seperti yang terlihat pada nilai curvatur ductility factor dan displacement ductility factor sehingga balok komposit ini sesuai digunakan pada daerah rawan gempa. Selain itu dari hasil perbandingan terhadap hasil eksperimen dapat diketahui adanya perbedaan hasil terutama pada dial 1 dan 3 (berjarak 10 cm dari tepi kiri dan kanan perletakan). Oleh karena itu pengaruh geser pada balok dan slip antara permukaan profil baja Rectangular Hollow Section (RHS) dan beton (bond slip) harus diperhatikan pada perhitungan secara teoritis. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Juarisman
"Balok komposit adalah balok yang terbentuk dari dua material atau lebih, yang bekeria bersama-sama untuk menahan beban terutama beban lateral dan lentur. Struktur komposit yang dibahas pada skripsi ini menggunakan material dari baja dan beton. Material baja dan beton masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan penggabungan kedua material dalam suatu struktur maka diharapkan struktur tersebut dapat bekeria maksimal dalam menahan beban luar, yaitu dapat menahan beban lebih besar dengan deformasi yang kecil. Hal ini disebabkan karena perilaku dari struktur komposit baja-beton sangat dipengaruhi oleh kombinasi sifat dari material baja dan beton. Dengan mengetahui sifat material baja dan beton, dapat dibuat suatu pendekatan teoritis untuk mengetahui pengaruh pembebanan struktur balok komposit terhadap deformasi yang terjadi. Untuk material baja dipakai profil rectangular hollow section (RHS). Profil komposit ini disebut Concrete-Filled Tubular (CFT).
Berdasarkan latar belakang di atas, pada skripsi ini penulis melakukan analisa fiber model pada balok komposit baja RHS-beton dengan pembebanan empat titik, yaitu dengan cara membagi penampang menjadi serat-serat arah tinggi balok, sehingga terdapat sifat non linear material. Sedangkan untuk menghitung rotasi dan lendutan, dipergunakan rumus Mekanika yaitu Moment-Area Method. Untuk keperluan analisa maka penulis memakai program MATLAB 5.3. Dari hasil analisa yang didapat kemudian dibandingkan dengan hasil experimen.
Pada studi ini, hasil yang didapat adalah bahwa perilaku Concrete-filled tubular element sangat baik dalam melakukan deformasi daktail, yaitu mempunyai curvature ductility factor dan displacement ductility factor yang besar, sehingga cocok untuk digunakan pada daerah rawan gempa. Analisa fiber model yang dilakukan memberikan hasil yang mendekati dengan hasil experimen. Dan type keruntuhan yang teriadi pada penampang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu keruntuhan lentur, keruntuhan geser, keruntuhan akibat bond slip, dan keruntuhan akibat local buckling (pada profil yang tidak diisi beton). Sehingga perhitungan deformasi melalui kurvatur harus memperhatikan beberapa efek tambahan, yaitu akibat kuat tarik beton, efek kuat tarik beton di antara dua retak lentur, penambahan deformasi akibat retak tarik diagonal geser dan bond slip."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Eka Permana
"ABSTRAK
Salah satu aplikasi material komposit adalah sebagai material untuk radome (radar dome) pada pesawat terbang. Radome merupakan bagian dari stuktur eksterior pesawat terbang yang digunakan untuk melindungi antena radar dari gangguan kondisi lingkungan seperti angin, es, dan hujan.
Persyaratan bagi sebuah radome yang baik adalah harus terbuat dari bahan yang ringan, pada pembuatannya mudah dibentuk sehingga aerodinamis, kuat, dan yang sangat penting lagi ialah harus cukup trasparan bagi perambatan gelombang mikro, serta terbebas dari distorsi optis. Salah satu faktor kunci adalah konstanta dielektrik kompleks. Karena dari parameter ini kemudian dapat dihitung parameter penting lainnya seperti koefisien refleksi, indeks bias, losses dan atenuasi.
Dalam penelitian ini, benda uji berupa material komposit epoxy dengan fiber glass sebagai penguat telah dibuat dengan beberapa variasi dalam komposisi dan penggunaan lembaran fiberglasnya, sehingga tiap benda uji berbeda dalam kerapatan, jarak antar serat, dan fraksi volume.
Teknik pengujian/pengukuran konstanta dielektrik kompleks yang dilakukan dikenal dengan teknik open-ended coaxial line, dengan mengunakan perangkat HP-85070B probe kit, Dalam teknik ini gelombang mikro keluar dari sebuah probe yang ditempelkan ke benda uji dengan permukaan benda uji yang sangat rata (<250 mikron), sehingga tidak adanya celah udara
Dengan kenaikan frekuensi dari 1,5 GHz sampai dengan 12 GHz, terjadi penurunan konstanta dielektrik pada bahan .komposit dari 4,3 sampai 4,1 pada fraksi volume 79% dan dari 3,6 sampai 3,2 untuk fraksi volume 8%. Indeks bias cenderung manual dari 2,1 menjadi 1,9 pada fraksi volume 79% dan dari 0,12 sampai 0,11 pada fraksi volume 8%. Begitu pula koefisien refleksi yang cenderung menurun dari 0,12 sampai 0,11 pads fraksi volume 79% dan dari 0,1 sampai 0.075 pada fraksi volume 8 %. Sementara itu atenuasi meningkat dari 13 dBlm sampai 160 dBlm untuk frekuensi dibawah 8 GHz. Kenyataan ini memberikan dasar bagi frekuensi operasi yang sesuai dengan karakteristik material komposit dalam penelitian ini tidak melebihi dari 8 GHz.

ABSTRACT
One application of composite materials is in radomes (radar domes) for airborne radar systems. These protect the radar antenna from environmental disturbances. The conditions for a radome material are light weight, high strength, but it has to be `transparent' to the microwaves and `optically' distortion free. Among the key factors to fulfill these requirements are the dielectric constant and the loss tangent from which other parameters such as refraction index, reflection coefficient, and attenuation factor can be calculated.
In this work, samples of epoxyle-glass composite were made using standard composite fabrication techniques with some the fiberglass cloth variation in terms of type, density, and pitch of the weave, and hence the volume fraction was varied.
Complex permittivity measurement called open ended coaxial technique were done using HP-85070B probe kit that uses an unpolarised microwave source in the frequency band of 1.5 GHz up to 12 GHz. The result shows that the dielectric constant exhibits fairly good agreement with the rule of mixtures. The measured dielectric constants are gradually declining with frequency from 4,3 to 4,1 at volume fraction of 79% and 3,6 to 3,2 at volume fraction of 8 %. The refraction index also declines with frequency from 2.1 to 1.9 at volume fraction of 79 % and from 1.9 to 1.75 at volume fraction of 8 %. Similarly, the reflection coefficient declines from 0.12 to 0.11 at 79. The attenuation increases with frequency from 13 to 160 dBlm nearly the same for all volume fraction values at frequencies lower than 8 GHz. From these results the composite would be best recommended as radome material for operating frequency less than 8 GHz.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zainuri
"Komposit isotropik Al-SiCp merupakan material komposit yang banyak diaplikasikan didunia industri. Permasalahan utama dari material ini mempunyai sifat kebasahan (wetability) yang rendah antara matrik (Al) dengan penguatnya (SiC). Rekayasa permukaan partikel SiC dengan cara melapisi MgAl2O4 (spinel) dapat meningkatkan gaya kohesifitas antara matrik dan penguatnya. Pada penelitian ini DIgunakan metode pelapisan elekctroless dengan larutan elektrolit HNO3 yang ditambahkan ion metal Al dan Mg. Konsentrasi ion Al dibuat tetap sedangkan ion Mg divariasikan dengan masa 0,25 gr dan 0,02 gr. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pelapisan Mg(0,02) lebih merata dibanding Mg (0,25) pada permukaan partikle SiC. Peningkatan konsentrasi Mg cenderung menurunkan densitas sintering pada komposit Al-SiCp. Pada konsentrasi Mg(0,02) fase spinel banyak terbentukpada permukaan SiC dibandingkan konsentrasi Mg yang lebih tinggi, sehingga fase tersebut dapat meningkatkan wetability antara matrik dan penguatnya. Berdasarkan pengujian upper dan lower bound konsentrasi Mg(0,02) menunjukkan interaksi interfasial antara matrik dan penguatnya terjadi sangat baik dibandingkan konsentrasi Mg 0.25 gr.

The isotropic composites of Al-SiCp as a composites material spread of using in industry. The main problem of this material is low wetability between matrix(Al) and reinforcement (SiC). Surface treatment on SiC by coating with thin MgAl2O4 can increase cohesive force between matrix and reinforcement. This research use electroless plating with HNO3 electrolyte solvent, where Al and Mg metals are added as ionic metal. Concentration of Al is made constant, but concentration Mg is varieted with mass 0,25 and 0,02 gr. The research has shown coating with Mg(0,02) on SiC surface particles more homogenous than Mg(0,25), and increasing of concentration Mg tend to decrease sintering density of the Al-SiCp composites. In Mg(0,02) concentration, spinel phase formatting on SiC surface more than high concentration of Mg, so these phase can enhance wetability between matrix and reinforcement. Base on upper and lower test, a Mg(0,02) concentration has indicated better interfacial bound between matrix and reinforcement than 0.25 gr Mg concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal
"Penggunaan material teknik tidak hanya mencakup bahan-bahan konvensional, tetapi sudah sampai kepada pemanfaatan material yang lebih maju (advanced materials), dimana teknologi pembuatanya relatif berbeda dengan material yang sudah ada sekarang. Salah satu jenis material yang termasuk ke dalam kelompok material maju adalah material komposit. Dengan adanya material komposit yang digunakan bagi industri, khususnya indusiri automotive akan memberikan sumbangan yang sangat penting dalam menunjang perkembangan industri tersebut untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas serta dapat bersaing di pasaran. Kemajuan penggunaan material komposit ini telah memberikan suatu harapan dan kesempatan bagi para peneliti untuk mengembangkan dan mencari bahan alternatif yang dapat menggantikan material yang telah ada dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Salah satu cara untuk memakai bahan alternatif yang ramah lingkungan adalah memanfaatkan Dry Shaving (leather waste) dart basil penyamakan kulit (tanning process) sebagai pengisi (filler) yang digunakan untuk bahan komposit.
Penelitian ini merupakan salah satu usaha dalam rangka pengembangan material komposit, yaitu dengan meneliti pengarulr penambahan Thy Shaving (leather waste) sebagai filler untuk bahan komposit guna mengurangi biaya produksi serta meningkatkan sifat mekanik dan performance terhadap produk yang akan dibuat (fan housing truck, accu closing, bumper, etc) . Untuk mengetahui pengaruh limbah padat ini terhadap mechanial properties komposit, maka dilakukan pembuatan sampel uji komposit dengan variasi bend limbah kulit dengan komposisinya adalah 100% MI, GSM dengan liurbah kulit (18p-am, 36 gram, 54 gram, 72 grain) dan 10000% limbah kulit. Dart pengujian yang dilakukan. diperolelr tensile strength untuk CSM 450 dengan kadar filler 18 gram meningkat sebesar 4,88 % (43 N/nun2) dimana CSM murni sebagai pembanding, sedangkan CSM 300 yang hanya sebesar 2,17 ''%. Untuk nilai strain menunjukkan perhedaan yang cukup signifkan, yaitu meningkat sebesar 50 % (0, 0021 mm/mm) dibandingkan CSM 300 yang mampu sebesar 8,33 %. Adapun Modulus elastisitus dari material komposit dengan filler Thy Shaving ini memperlihatkan fenomena yang bertolak belakang dengan sifat-sifat mekanik di alas, ditnana untuk CSM 300 memiliki tingkat modulus elastisitas sebesar 97,29 %sedangkan CSM 450 inemiliki tingkat modulus elastisitas sebesar 68,96 %. Namun berhubung produk automotive yang akan dibuat memerlukan nilai ketangguhan yang cukup besar, maka material komposit harus memperhatikan mechanical properties sehingga koinposisi yang tepat untuk produk tersebut adalah serat gelas GSM 450 dengan kadar filler sebesar 18 grain.

Today, the use of advance materials for engineering applications becomes common and wider. An example of this kind of material is called composite materials, which needs different manufacturing process to produce compared to the conventional one. The use of composite materials in many industrial applications, such as automotive industry, supports better development and competitive value of the product and gives important contribution to its quality. In addition, the progress in utilization of composite materials gives a good hope and opportunity to develop and find more alternative materials which not only can replace the conventional ones but also are environmentally friendly. One alternative material, which can be used as a component for composite materials, is tanned leather waste in the form of ay Shaving.
This research is focused on investigating the influence of leather waste as filler on the mechanical properties and performance of composite materials in some automotive applications, such as radiator fan housing and battery cover. The experimental studies have been performed by producing some composite panels from different total weight composition of the leather waste : 100% CSM, CSM with leather waste as filler (18 grams, 36 grams, 54 grams, 72 grams) and 100% leather waste. From the experiments, it was found that, compared to the pure CSM, the tensile strength for CSM 450 with 18 grams leather waste and CSM 300 with the same weight is increased 4.88% (43 Nlmm1) and 2.17% respectively while the strain is increased 50 % and 8.33 % respectively. In addition, the modulus elasticity of both composite materials (CSM 450 with 18 grams and 300 with 18 grams) is increased 68.96 % and 97.29 %. Since the tensile strength is key factor for the investigated automotive parts (radiator fan housing and battery cover), the composite material with CSM 450 with 18 grams of leather waste as filler is selected.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Niken Wincana
"Komposit aluminium membutuhkan waktu aging yang tepat untuk memperoleh sifat mekanis yang optimum melalui proses pengerasan endapan. Pada penelitian ini, komposit aluminium paduan 6061 yang diperkuat partikel alumina (Al2O3) yang dibuat melalui proses stir casting diberi perlakuan T6 dengan waktu aging selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam pada temperatur 175°C. Dilakukan pengujian sifat mekanis berupa uji tarik, uji keras dan uji laju aus, serta pengamatan struktur mikro dan SEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu artificial aging yang optimum untuk komposit aluminium adalah selama 6 jam pada temperatur 175°C. Nilai laju aus menurun setelah dilakukan perlakuan T6. Nilai kekerasan meningkat setelah dilakukan perlakuan T6 dengan waktu aging selama 4 dan 6 jam. Nilai kekuatan tarik menurun bila dibandingkan dengan komposit as-cast akibat pembentukan void pada antarmuka saat perlakuan T6 diberikan. Faktor-faktor dalam proses fabrikasi akan menentukan sifat mekanis komposit.

Aluminium composite needs proper aging period to achieve its optimum mechanical properties through precipitation hardening process. In this research, alumina (Al2O3) particulate reinforced aluminium alloy 6061 composite which is fabricated by stir casting method, undergoes T6 treatment in 175°C for 2 hours, 4 hours, 6 hours, and 8 hours. Mechanical properties evaluations such as tensile testing, hardness testing, and wear rate testing; also microstructure and SEM observation are conducted.
Research shows that the optimum artificial aging period for the aluminium composite is 6 hours in 175°C. Wear rate decreases after T6 treatment applied. Hardness increases after T6 treatment applied with aging period of 4 and 6 hours. Tensile strength decreases compared to as-cast composite due to formation of void at interface when T6 treatment conducted. Manufacturing factors will affect the mechanical properties of composite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Mohammad Akbar
"Jembatan gelagar beton komposit adalah jembatan yang terdiri dari gelagar beton pracetak prategang dan pelat beton cor di tempat. Perbedaan waktu konstruksi dan mutu beton menyebabkan terjadinya redistribusi tegangan dan regangan pada penampang komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efisien pemananfaatan material komposit dengan cara memvariasikan mutu pelat beton untuk mengetahui reditribusi tegangan pada penampang, dan untuk mengetahui evolusi tegangan-regangan di sepanjang bentang jembatan dan pada setiap umur beton.
Sebagai objek utama digunakan gelagar U. Analisa linear jangka pendek dan jangka panjang terhadap penampang komposit, digunakan untuk menginvestigasi redistribusi tegangan-regangan.
Hasil analisa menunjukkan bahwa penggunaan pelat beton dengan mutu yang lebih tinggi menyebabkan penurunan tegangan pada penampang gelagar pracetak khususnya di daerah bidang kontak dengan pelat beton. Selain itu dari diagram evolusi tegangan, diketahui bahwa terjadi konsentrasi tegangan tekan pada elemen pelat dan tegangan tarik di elemen gelagar pada saat struktur dipengaruhi oleh susut dan rangkak.

Composite concrete girder bridge is a bridge that consists of prestressed precast concrete girder and cast in place concrete slab. The difference in construction time and concrete strength caused the redistribution of stress and strain in the composite section. This study aims to know how efficient the use of composite materials by varying concrete slab strength to determine stresses redistribution on the cross section, and to know stress-strain evolution along the bridge span and at each period of concrete age.
This study used U girder as the main object. Short and long term linear analysis of cross section, were used for investigating the redistribution of stress and strain.
The analysis results shows that the use of higher concrete slab strength will cause the decrease in stresses on precast girder cross-section especially in the contact area with concrete slab. Also from the stress evolution diagram, it was found that there were concentration of compressive stress on the slab element and the tensile stress concentration on the girder element when the structure was affected by shrinkage and creep.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardelia Ramadani
"Komposit Batu Apung-TiO2 telah disintesis dengan metode sol-gel dan digunakan untuk penyisihan fenol dan E.coli. Komposit ini dikarakterisasi dengan FTIR, SEM-EDX, XRD, BET, dan UV-Vis DRS. Hasil karakterisasi tersebut menunjukkan bahwa Komposit Batu Apung-TiO2 memiliki kristalinitas yang tinggi dan band gap yang rendah. Berdasarkan hasil uji penyisihan fenol dan E.coli, diperoleh komposisi komposit optimum sebesar 5%massa TiO2 dan 95%massa batu apung. Waktu penyisihan fenol dari konsentrasi awal 1 hingga 0,01 ppm terjadi sekitar 4,5 jam, sedangkan penyisihan E.coli dari jumlah koloni awal 4x103 hingga 10 CFU/ml berlangsung selama 2 jam. Air sungai yang mengandung fenol dan E.coli berpeluang untuk disisihkan secara simultan hingga baku mutu air bersih. Treatment pencucian dan pengeringan menggunakan hair dryer atau penjemuran sinar matahari merupakan teknik regenerasi yang sesuai untuk mengaktifkan kembali komposit yang telah digunakan.

Pumice-TiO2 composite has been synthesized by sol-gel method and used for phenol and E.coli removal. This composite was characterized by FTIR, SEMEDX, XRD, BET, and UV-Vis DRS. It shown that Pumice-TiO2 composite has high crystallinity and low band gap. Based of phenol and E.coli removal experiments result, the optimum composition of composite were 5% mass of TiO2 and 95%mass of pumice. Time duration of phenol removal from 1 to 0,01 ppm was about 4,5 hours, while E.coli removal from 4x103 to 10 CFU/ml spent 2 hours. River water which contained phenol and E.coli was able to be removed simultaneously up to clean water standard. Washing and drying treatment by using hair dryer or sunlight was an appropriate regeneration technique for composite reactivation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>