Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ricky Ristia Pramana
"Skripsi ini membahas peranan Tokugawa Yoshinobu dalam mempertahankan kekuasaan bakufu Tokugawa di akhir zaman Edo. Di masa pemerintahannya, Tokugawa Yoshinobu membuat beberapa peraturan seperti reformasi sistem militer, reformasi administrasi pemerintahan, penyelesaian masalah Hyōgo, dan yang paling penting adalah menjaga nama baik klan Tokugawa. Boleh dikatakan bahwa peraturan-peraturan ini adalah kebijakan Yoshinobu untuk mempertahankan kekuasaan Tokugawa di Jepang.

This study examines the role of Tokugawa Yoshinobu in maintaining the bakufu Tokugawa's reign of power in the late Edo period. In his administration, Tokugawa Yoshinobu makes several regulations such as military system reformation, administrative reformation, Hyōgo problem resolution, and the most important is to protect Tokugawa clan's dignity. It can be said that these regulations are Yoshinobu's policy in maintaining the Bakufu Tokugawa's reign of power.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42796
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frisian Yuniardi
"Tokugawa leyasu adalah tokoh sentral sejarah Jepang karena keberhasilannya menyatukan seluruh wilayah Jepang dan membuat Jepang menjadi negeri yang aman setelah menderita perang saudara selama seratus tahun Iebih. Lahir dari seorang putra seorang penguasa wilayah kecil yang secara de facto tidak berkuasa karena wilayahnya diinvasi oleh penguasa wilayah tetangganya yang Iebih besar dan kuat, sejak kecil Ieyasu sudah kenyang oleh penderitaan karena masa kecil sampai remajanya dihabiskan menjadi sandera musuh-musuh ayahnya. Bahkan setelah ayahnya meninggal, ia tidak otornatis langsung berkuasa karena saat itu ia masih menjadi sandera.
Setelah lepas masa sanderanya karena musuhnya yang menyandera, Imagawa Yoshimoto mati di medan perang di kalahkan oleh Oda Nobunaga, seorang penguasa wilayah Owari, ia baru bisa pulang ke daerahnya dan mulai menegakkan lagi pemerintahan daerahnya yang sudah lama menjadi jajahan Imagawa Yoshimoto. Ia lalu bergabung dengan Oda Nobunaga. Setelah bergabung, kemenangan-demi kemenangan diperoleh oleh kedua tokoh yang bersekutu tersebut, sampai, sebelum cita-citanya untuk menguasai seluruh wilayah Jepang berhasil, Oda Nobunaga keburu tewas oleh pengikutnya sendiri.
Pengganti Oda adalah jendral Oda yang paling berbakat, yaitu Toyotomi Hideyoshi. Pada awal masa-masa pemerintahan Toyotomi Hideyoshi, ada beberapa konflik terjadi dan sempat terjadi pertempuran kecil antara Tokugawa leyasu dan Toyotomo Hideyoshi. Namun berkat kearifan dan bantuan dari pengikut kedua belah pihak yang setia, konflik tersebut dapat diselesaikan, dan keduanya meneruskan cita_cita Oda Nobunaga untuk menguasai seluruh wilayah Jepang. Wilayah mereka juga semakin luas. Pada saat-saat tersebut, leyasu pindah wilayah kekuasaannya dari Hamamatsu ke Edo (Tokyo sekarang) yang wilayahnya Iebih luas dari sebelumnya.
Di Edo. Tokugawa Ieyasu dan pengikutnya membangun kota dari desa perikanan yang kecil menjadi kota yang besar dan megah. Pengaruhnyapun semakin kuat di Jepang. Hal ini membuat pengikut setia Toyotomi Hideyoshi merasa camas melihat Toyotomi sudah tua dan penerus kekuasaannya masih terlalu kecil untuk memerintah.
Keteganganpun memuncak setelah Toyotomi Hideyoshi meninggal, karena yang paling berpengaruh kini tinggal Tokugawa leyasu. Pengikut-pengikut setia Toyotomi Hideyoshi tidak mau kekuasaan jatuh ke tangan Tokugawa leyasu. Maka pertempuran besar yang disebut dengan perang Sekigahara pun terjadi, dan dimenangkan oleh Tokugawa leyasu.
Setelah menang di perang Sekigahara, otomatis Tokugawa leyasu yang terkuat di seluruh wilayah Jepang. Ia lalu diangkat oleh Kaisar Jepang menjadi Shogun, penguasa militer di seluruh wilayah Jepang. Semasa ia berkuasa, kebanyakan waktunya digunakan untuk menumpas sisa-sisa musuh yang masih mempunyai rencana unluk merebut kekuasaannya, dan juga membuat kebijakan kebijakan yang membuat penguasa-penguasa daerah tidak bisa lagi menggalang kekuatan untuk melawannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S13643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Totman, Conrad D.
Cambridge, UK: Harvard University Press, 1967
320.952 TOT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shiba, Ryotaro
Japan: Kantera, 2010
895.635 SHI l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Narita
"Skripsi ini membahas mengenai riwayat hidup Tokugawa Ieyasu dan usahanya dalam mempertahankan kekuasaan klan Tokugawa. Dalam skripsi ini juga membahas kebijakan-kebijakan yang dibuat dan diberlakukan oleh Tokugawa Ieyasu yang kemudian diteruskan oleh keturunan-keturunannya sehingga mendukung usahanya untuk mempertahankan kekuasaan klan Tokugawa.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan Ieyasu mendukung usahanya dalam mempertahankan kekuasaan klan Tokugawa. Kebijakan-kebijakan tersebut ada yang diciptakan olehnya dan ada juga yang merupakan perbaikan dari kebijakan-kebijakan kedua pendahulunya, yaitu Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi.

The focus of this study is Tokugawa Ieyasu and his efforts in maintaining the Tokugawa clan?s reign of power. This study also researchs about the regulations that Tokugawa Ieyasu made to maintain Tokugawa clan?s reign.
The conclusion of this study is that Tokugawa Ieyasu's regulations supports his efforts in maintaining Tokugawa clan?s reign of power. Some of the regulations are made by him, and some are reviewed regulations from his predecessor, Oda Nobunaga and Toyotomi Hideyoshi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13546
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Resvina Hamdi
"Masuknya bangsa Barat ke Jepang sejak kedatangan Laksamana Perry menandai awal
kehancuran pemerintahan Bakufu Tokugawa. Para rezim anti-Bakufu melakukan
pertentangan atas kekecewaan mereka terhadap Bakufu yang dengan begitu saja
menjatuhkan harga diri Jepang dan membiarkan pihak asing memasuki Jepang. Pihak
rezim ini melakukan berbagai bentuk perlawanan dengan slogan sonno-joi terhadap
pihak asing. Seiring berjalannya waktu dan sadar akan kekuatan bangsa asing yang
lebih canggih dibandingkan Jepang, praktik sonno-joi berubah tujuan menjadi gerakan
untuk menggulingkan Bakufu Tokugawa agar kekuasaan politik dapat dikembalikan
kepada Kaisar. Tugas akhir ini akan menjelaskan bagaimana praktik sonno-joi
mengalami perubahan dimulai dari masuknya bangsa asing hingga keterlibatan mereka
dalam berbagai konflik anti asing dan gerakan penggulingan Tokugawa.

The arrival of Western nations into Japan since Commodore Perrys visit marked the
beginning of the fall of the Tokugawa Bakufu government. The anti-Bakufu regimes
contested as their disappointment towards Bakufu who simply threw Japans pride and
allowed foreigners to enter Japan. The regime carried out various forms of resistance by
the slogan sonno-joi against foreign parties. Over time and the awareness of the more
developed foreign powers compared to Japan, the practice of sonno-joi changed its
purpose to become a movement to overthrow the Tokugawa Bakufu so that political
power could be returned to the Emperor. This final project will explain how the practice
of sonnoi-joi underwent changes starting from the entry of foreign nations to their
involvement in various anti-foreign conflicts and the overthrow Tokugawa movement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bellah, Robert Neelly
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992
952 Bel r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Isfahrizal Jamil
"Skripsi ini membahas kebijakan militer yang dijalankan Oleh bakufu di Ōsaka pada masa-masa awal Ke-shōgun-an Tokugawa, yang terdiri dari agresi militer ke Ōsaka pada musim dingin tahun 1614 dan musim panas tahun 1615 yang disebut Ōsaka no Jin, dan pembentukan Ōsaka Jōdai sebagai lembaga milliter ad hoc bakufu di Ōsaka. Penelitian dilakukan dengan cara studi kepustakaan, seluruh data yang digunakan bersifat sekunder. Dari penelitian ini membuktikan bahwa seluruh kebijakan yang diambil oleh bakufu terhadap Ōsaka semasa tahun 1614-1615 bertujuan untuk memantapkan klan Tokugawa sebagai penguasa Jepang.

This paper discusses the military policy which is applied by the bakufu in Ōsaka in the early days of the Tokugawa shogunate, which consists of military aggression to Ōsaka in the winter of 1614 and summer of 1615 called Osaka no Jin, and Ōsaka Jōdai establishment as an ad hoc millitary agency bakufu in Osaka. Research done by way of literary study, all data used are secondary. This research proves that all the measures taken by the bakufu to Ōsaka during the years 1614-1615 aims to strengthen the Tokugawa clan as rulers of Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1268
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridzky Dimas
"Pemerintah Tokugawa membagi kelas sosial dalam masyarakat Jepang berdasarkan Shi No Ko So. Namun Shi no ko so ternyata tidak hanya membagi kelas sosial berdasarkan kelasnya saja, tapi juga membaginya berdasarkan gender. Pembagian gender membuat wanita menjadi kelas dua terutama pada kelas Bushi yang mengambil garis keturunan Patriarki. Dengan mengambil garis keturunan berdasarkan Patriarki membuat peran wanita Jepang dalam rumah berbeda dengan laki laki. Peran wanita dalam rumah tidak hanya mengurus keuangan keluarga, mendidik anak, dan menjaga rumah disaat suami sedang keluar. Akan tetapi, peran wanita dalam keluarga bushi adalah mampu menjaga kehormatan dirinya serta kehormatan keluarganya dengan menjalankan perannya dengan baik. Kehidupan wanita bushi dalam menjalankan perannya tidaklah mudah banyak pengorbanan dan tanggung jawab yang harus dipikul sebagai bukti kesetiaannya terhadap keluarga dan negara. Akan tetapi tanggung jawab, pengorbanan dan kesetiaannya hanya dilihat sebelah mata oleh pemerintah Tokugawa karena Pada zaman ini, budaya mengangkat harkat kaum perempuan masih terlihat gagap dan tersendat.

Tokugawa government classified the social classes in Japanese society based on the Shi No Ko So. But Shi No Ko So didn`t classified the social classes only by the classes itself, but also classified by a gender. This classification made women became the second class, especially on Bushi class which took patriarchy lineage. By taking lineage based on a patriarchy, Japanese women`s role at home was different with the men. Women`s role from Bushi family at home was not only taking care of family`s financial, children, and the house when the men or the husband were out, but also had to be able to keep the pride of themselves as women and the pride of the family by doing their role well, so the women of Bushi`s life in doing role was not easy. There are many sacrifices and responsibility that should be borne as an evidence for the family and the country. But, the women’s responsibility, sacrifices, and her loyalty were underestimated by Tokugawa government. Because in this era, a culture of raising women`s dignity was still seem statter and stagnating.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Japan Cultural Society, 1969 - 1972
340.114 LAW
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>