Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reynold R. Ubra
"Tantangan pengobatan ARV adalah kepatuhan. Kepatuhan pengobatan ARV di Kabupaten Mimika menurun dari 84.3% pada tahun 2009 menjadi 62% pada tahun 2011. Berdasarkan fakta ini dilakukan penelitian cross sectional agar diketahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepatuhan ≥ 80% : 44.59% dan kepatuhan < 80% : 55.41%. Hasil uji regresi logistik menunjukan bahwa pasien berpendidikan tinggi lebih patuh dari berpendidikan rendah, pasien tidak bekerja lebih patuh dari pasien yang bekerja, Pasien bukan suku Papua lebih patuh dari pasien suku Papua dan pasien yang mendapat dukungan keluarga lebih patuh dari pasien yang tidak mendapat dukungan keluarga.

ARV treatment is compliance challenges. ARV treatment adherence in Mimika District decreased from 84.3% in 2009 to 62% in 2011. This fact-based cross sectional study carried out in order to know the factors related to medication adherence.
The results showed that compliance ≥ 80%: 44.59% and adherence <80%: 55.41%. The results of logistic regression test showed that highly educated patients had better adherence than less educated, not working more adherent patients than patients who work, not the tribe of Papua patients more adherent than patients Papuan tribal and family support for patients who received more adherent than patients who did not receive family support.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31089
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nur Azza
"Menurut Bellak (1993), fungsi utama TAT adalah untuk mengungkapkan dinamika tes kepribadian dan kaitannya dengan fungsi ego. Tes ini menggunakan metode yang sifatnya idiografik, dimana individu dilihat sebagai makhluk yang unik. Murray (dalam Bellak, 1993) menyatakan bahwa setiap kartu TAT dapat dianggap sebagai simulasi situasi sosial , sehingga respon apapun yang muncul akan mencerminkan perilaku individu dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian terhadap Orang dengan HIV AIDS (Odha). Saat seseorang didiagnosa terinfeksi HIV/AIDS, maka ia dihadapkan pada berbagai masalah yang tidak hanya mempengaruhi kondisi fisiknya, tetapi juga memunculkan reaksi psikologis yang mengikuti reaksi seperti yang ditunjukkan oleh pasien terminal illness. Reaksi-reaksi tersebut berupa shock, denial, anger, bargaining, depression dan acceptance. Tidak hanya itu, mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa penyakit kronis yang mereka peroleh memiliki stigma negatif dari masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan penemuan awal AIDS pada kaum homoseksual serta penyebarannya yang erat berhubungan dengan penggunaan narkoba Serta perilaku seks diluar nikah. Akibatnya, Odha cenderung dijauhi dan mendapatkan diskriminasi saat berada dalam masyarakat. Dengan beragamnya masalah yang dihadapi. oleh Odha, maka penggunaan TAT yang memiliki kemampuan untuk melihat gambaran here and now dari individu menjadi cukup tepat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif; terhadap 4 Odha yang berada di sebuah yayasan pemulihan adiksi.
Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa tidak ada satu kata pun yang ditolak. Seluruh subyek dapat memberikan respon terhadap kartu-kartu yang diberikan. Hasil ini menunjukkan bahwa keempat subyek tidak merasa terganggu dengan gambar dalam kartu TAT yang mungkin mirip dengan peristiwa yang pernah mereka alami. Kemudian, Saat memberikan respon pada gambar, 3 orang subyek (W, S, U) cenderung menggunakan dirinya sendiri sebagai sumber cerita dalam 1 atau lebih kartu yang diberikan. Ketiganya menjelaskan bahwa tokoh dalam kann persis seperti dirinya atau serupa dengan kejadian yang pernah mereka alami sebelumnya Berdasarkan tema deskriptif terlihat bahwa semua subjek cenderung terlihat ragu-ragu dan bingung dalam menghadapi kondisi mereka saat ini. Selain itu, juga terdapat rasa takut akan kematian, penyesalan karena telah menyusahkan keluarga. Serta merasa berdosa karena telah melakukan kesalahan.
Selanjutnya, terlihat juga bahwa keempat subjek memiliki persepsi yang negatif mengenai lingkungannya (mengancam, mencampakkan, mengucilkan, diskriminasi) Masih dalam tema deskriptif tiga orang subyek (kann 1?GF) menunjukkan adanya keinginan untuk melakukan bunuh diri saat merasa putus asa.Meskipun begitu, hal ini perlu ditelaah lebih lanjut dengan wawancara lebih Lanjut sena interpretasi hasil TAT yang lebih mendalam Sedangkan berdasarkan anamnesis. lampak tiga orang subyek (W,U,N) terlihai berusaha menutupi perasaan berkenaan dengan kondisi HIV positifnya, dan hanya subyek S yang terlihat lebih terbuka dalam menunjukkan kekhawatirannya. Meskipun Begitu, keempat subjek terlihat sama-sama memiliki pandangan negatif terhadap perilakunya semasa menggunakan narkoba dan semuanya memberikan reaksi yang sama saat tahu dirinya positif HIV, yaitu kaget, merasa shock.
Lebih lanjut, pemberian konseling pre dan posttest HIV/AIDS dianggap cukup beque ngaruh dalam menyiapkan subjek saat ia menerima hasil tes darah dan keberadaan dukungan (baik oleh keluarga alan yayasan) dipersepsikan sebagai suatu hal yang positif oleh seluruh subjek Hasil anamnesa dan respon TAK terlihat saling memanjang. Beberapa hal yang tidak muncul di anamnesa, ternyata muncul di TAT dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan penggunaan TAT disertai dengan anamnesa dapat memperkaya pemahaman tentang subjek. TAT juga dapat mengungkapkan hal yang tidak bersedia diungkapkan oleh subyek aian pun yang tidak dapat cli ungkapkan selama proses wawancara karena tidak disadarinya. Kemudian., indak dapat disimpulkan adanya kecenderungan patologis pada tiga orang subyek (W, SU) yang menyatakan dengan islam saat memberikan respon bahwa mereka seperti melihat diri mereka sendiri sebagai tokoh di dalam kartu akan bahkan merasa bahwa situasi dalam kartu pernah mereka alami sebelumnya, karena dalam penelitian ini terlihat bahwa hal tersebut dapat memberikan dampak yang positif. Dampak ini terutama terlihat pada subyek S yang menyatakan bahwa melalui bercerita dengan kartu, ia merasa seperti mendapatkan kesempatan untuk sharing dan lebih memahami dirinya sendiri.
Selain itu, dalam memberikan respon, tiga subjek menyatakan bahwa mereka merasa lebih bebas bercerita saat diberikan karm 16 (blank card). Hal ini sesuai dengan pernyataan Bellak (1993) bahwa kartu ini memungkinkan subyek untuk membeberkan imajinasinya dan bebas melakukan proyeksi. Dalam penelitian ini, masih belum terungkap dengan jelas apakah tema yang diproyeksikan melalui kartu berhubungan dengan kondisi positif HIV/AIDS yang oleh subjek ataukah lebih dipengaruhi oleh kondisinya saat ini yang berada pada pemulihan adiksinya Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam, diperkirakan penggunaan level interpretasi yang lebih baik dari tema deskriptif Serta skoring TAT secara lengkap akan lebih membantu. Selain itu, disarankan untuk melakukan penelitian dengan subjek yang memiliki latar belakang berbeda (Odha wanita atau yang tertular melalui hubungan seksual, dst). Penggunaan jumlah kartu yang lebih banyak juga dianjurkan sehingga pemahaman yang didapat menjadi lebih luas. Kemudian, hasil pemeriksaan dan interpretasi TAT yang didapatkan dari subyek dapat dijadikan umpan balik untuknya, sehingga mereka dapat lebih mengenali dan memahami perasaan-perasaan serta cara pandang yang mereka mengenai diri dan lingkungannya.. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, dapat disarankan agar TAT digunakan oleh tenaga yang terlatih sebagai sarana bagi Odha untuk mengekspresikan perasaannya dengan lebih mudah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Ema Hulina Wissaputri
"Tujuan penelitian uji klinis ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kolostrum sapi terhadap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV. Penelitian dilakukan di UPT HIV RSUPNCM, mulai bulan Pebruari 2010 sampai dengan Mei 2010. Sebanyak empat puluh subyek terseleksi dari penderita HIV dengan metode consecutive sampling. Dengan alokasi random blok, dihasilkan dua puluh subyek mendapat kolostrum sapi dan konseling gizi, dan dua puluh subyek lain hanya mendapat konseling gizi saja. Data dikumpulkan sebelum dan setelah periode perlakuan melalui wawancara, pengukuran antropometrik dan pemeriksaan laboratorium darah untuk penentuan jumlah limfosit CD4+. Data asupan makanan ditentukan dengan menggunakan metode food record 1 hari dalam seminggu pada awal dan a.ldrir penelitian. Selama periode penelitian, empat subyek di drop out karena kondisi memburuk (satu orang), tugas keluar kota (dua orang) dan satu orang tidak dapat dihubungi.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian kolostrum sapi pada kelompok perlakuan adalah 188,67±79,29 sel/mm sedang pada kelompok kontrol 186,56±83,48 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan kedua kelompok memberikan hasil tidak berbeda bermakna (p=0,938). Setelah perlakuan, terjadi peningkatan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok menjadi 246,06±161,18 sel/mm pada kelompok perlakuan, sedang pada kelompok kontrol menjadi 201,61±83,5 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna. Skor kualitas hidup dengan menggunakan SF-36v2 pada kelompok perlakuan memberikan nilai rata 108,78 dan di akhir penelitian menjadi 113. Pada kelompok kontrol, sebelum perlakuan didapatkan nilai rata skor kualitas hidup adalah 108,89, setelah enam minggu, nilairerata menjadi 111,94. Uji t tidak berpasangan pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak menunjukan perbedaan yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa setelah pemberian kolostrum sapi selama enam minggu dapat mingkatkan jumlah limfosit CD4+ dan skor kualitas hidup yang secara statistik tidak bermakna. Walaupun secara statistik tidak bermakna, tetapi secara klinis ada manfaatnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T29146
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qoriah Nur
"ABSTRAK
Anak dengan HIV mengonsumsi ARV seumur hidupnya dan beresiko mengalami
ketidakpatuhan minum ARV. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktorfaktor
yang berhubungan dengan kepatuhan anak minum ARV. Penelitian ini
menggunakan pendekatancross sectional dengan melibatkan 143 orangtua dan
anak penderita HIV usia 0-18 tahun. Sampel dipilih menggunakan teknik
consecutive sampling. Hasil analisis ditemukan adanya hubungan yang signifikan
antara variabelstatus pengasuh dengan anak, komunikasi layanan kesehatan,
dukungan keluarga dan bimbingan informasi. Hasil analisis regresi logistik bahwa
pendapatan (OR=2,9) dan dukungan keluarga (OR=3,9) sebagai faktor paling
dominan mempengaruhi kepatuhan minum ARV. Perawat dan tenaga kesehatan
bertanggung jawab mengidentifikasi serta mencegah terjadinya ketidakpatuhan
minum ARV pada anak HIV dengan memberikan edukasi secara teratur.

ABSTRACT
Children with HIV must take ARV for their entire life which may cause
disobidience in taking their medication. The objective of this research was to
identify factors that related with adherence in taking ARV medication. This
research used cross sectional approach with 143 respondents which where
choosen with consecutive sampling technique. The result showed that child
relationship with care giver, communication with health facilities, family support,
and information have significant relation with child adherence in taking ARV
medication. Parent?s salary (OR=2,9) and family support (OR=3,9) were the
dominant factor influencing child adherence in taking ARV medication. Nurses
and health workers are responsible to identify and prevent child?s disobidience in
ARV medication by giving education."
2016
T46326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Muyasara
"Kasus HIV di Kabupaten Bekasi semakin meningkat setiap tahunnya. Bersamaan dengan itu, hanya sedikit pasien dengan HIV/AIDS yang melakukan pengobatan ARV. Studi ini untuk bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan minum obat pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kabuoaten Bekasi. Dalam studi cross sectional ini, 145 pasien HIV/AIDS yang melakukan pengobatan di RSUD Kabupaten Bekasi diikutsertakan dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan, persepsi manfaat, self-efficacy, akses rumah ke fasilitas kesehatan, efek samping obat, dan pemantauan minum obat diteliti dalam studi ini. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel tersebut dengan kepatuhan minum obat. Diketahui bahwa akses rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan obat (p = 0,013) dan juga merupakan prediktor dalam kepatuhan obat pasien (OR = 2,96). Hasil menunjukan akses rumah ke fasilitas kesehatan mempengaruhi tingkat kepatuhan, sehingga bagi institusi diharapkan dapat memberikan dukungan keyakinan serta motivasi kepada pasien yang memiliki jarak rumah yang jauh untuk berobat ke fasyankes terdekat dalam melakukan pengobatan ARV.

HIV cases in Bekasi Regency are increasing every year. At the same time, only a few patients with HIV/AIDS take ARV treatment. This study aims to determine the factors related to drug adherence behavior in HIV/AIDS patients at Bekasi Regency Hospital. In this cross sectional study, 145 HIV/AIDS patients who received treatment at the Bekasi Regency Regional Hospital were included in this research. Education level, perceived benefits, self-efficacy, home access to health facilities, drug side effects, and monitoring of medication taking were examined in this study. Bivariate analysis was carried out to see the relationship between these variables and medication adherence. Knowledge that home access to health care facilities is significantly associated with medication adherence (p = 0.013) and is also a predictor of patient medication adherence (OR = 2.96). The results show that home access to health facilities influences the level of compliance, so that the institution is expected to provide support, confidence and motivation to patients who have a long distance from home to seek treatment at the nearest health facility in carrying out ARV treatment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dolfinus Yufu Bouway
"Dengan Kejadian HIV di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Latar belakang proes perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke tempat lain terjadi setiap hari, bulan dan tahun baik dalam negeri maupun yang ke luar negeri dengan tujuan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan akan kehidupan dari orang-orang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mobilitas pendatang beserta faktor terkait dengan kejadian HIV di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Metode adalah mengunakan pendekatan Kasus Kontrol bertujuan untuk menganalisis implikasi serta pengaruh exposure dan disease dari pendatang berisiko yang mobilitasnya tinggi dan mobilitasnya rendah terhadap kejadian HIV. Sampel adalah 390 mobiltas penduduk dan kelompok masyarakat melakukan kunjungan tes VCT (Voluntary Conseling and Testing) pada 1 Rumah Sakit dan 4 Puskesmas di Kabupaten Mimika. Populasi eligible adalah semua mobiltas pendatang berisiko yang berkunjungan ke tempat tes VCT baik di Rumah Sakit dan Puskesmas pada periode tahun 2017 dan 2018. Hasil dari 390 responden yaitu ada kasus 157 dan kontrol 234, seleksi sampel maka ada 138 responden yang terdiri dari kasus 13 dan kontrol 125 tidak dikutkan karena berasal dari populasi kunci, sehingga berjumlah 253 sampel, terdiri dari kasus 144 dan kontrol 109. Selekasi sampel kasus 144 dan kontrol 109 dalam data terdapat responden yang tidak menjawab pertanyaan sehingga harus dikeluarkan, yang dikeluarkan 78 kasus dan 28 kontrol maka ditetapkan jumlah sampel untuk analisis yaitu 66 kasus dan 81 kontrol mobilitas tinggi berisiko 4 kali untuk terinfeksi, Karakteristik sosiodemografi pendatang dengan jenis kelamin laki-laki berisiko 6 kali, usia dewasa muda (17-35 tahun) berisiko 5 kali, berpendidikan rendah berisiko 0.1 kali, pekerjaan tidak tetap berisiko 2 kali, pengetahuan kurang berisiko 13 kali, tidak ada hubungan sikap dengan kejadian HIV, Tidak ada hubungan cakupan program HIV dengan kejadian HIV, Peningkatan infeksi HIV pada populasi pendatang dengan mobilitas tinggi merupakan ekses (negatif) dari perkembangan Kabupaten Mimika Provinsi Papua Kata kunci : mobilitas pendatang berisiko dan HIV di Mimika.

Background mobility is the process of moving people from one area to another happening every day, month and year both domestically and abroad with varied objectives to meet the needs of the lives of these people. The purpose of this study was to determine the relationship between migrants' mobility and factors. Method is to use a case-control approach aimed at analyzing the implications and effects of exposure and disease from high-risk and low-mobility migrants at risk of HIV incidence. Sample was 390 population and community groups visiting VCT (Voluntary Counseling and Testing) tests at 1 Hospital and 4 Puskesmas in Mimika Regency. Eligible populations are all mobile risk migrants visiting VCT test sites both in hospitals and health centers in the 2017 and 2018 periods. Results of 390 respondents were 157 cases and 234 controls, sample selection there were 138 respondents consisting of 13 cases and 125 controls were not cited because they came from the key population, so there were 253 samples, consisting of 144 cases and 109 controls. 144 and 109 controls in the data there were respondents who did not answer the question and so had to be excluded, 78 cases and 28 controls were excluded then the number of samples for analysis was determined that 66 cases and 81 high mobility controls had 4 times the risk of being infected, Sociodemographic characteristics of migrants with male sex men at risk 6 times, young adults (17-35 years) at risk 5 times, educated low risk at 0.1 times, precarious work at risk 2 times, knowledge less risk 13 times, no relationship with HIV incidence, no relationship coverage HIV programs with HIV incidence, Increased HIV infection in migrant populations with high mobility m is an excess (negative) from the development of the Mimika Regency, Papua Province Keywords: mobility of at-risk migrants and HIV in Mimika."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
D2739
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firhan Nurfalah
"ABSTRACT
HIV/AIDS merupakan penyakit kegawatan yang paling berdampak pada perempuan dengan prevalensi penderita yang terus bertambah. Salah satu langkah penting untuk menurunkan penyebaran adalah dengan meningkatkan kepatuhan minum ARV. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hubungan antara stigma dengan kepatuhan minum ARV. Sampel penelitian adalah perempuan dengan HIV yang berusis >18 tahun dan sudah minum ARV minimal 6 bulan. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 120 responden. Hasil penelitian dianalisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stigma dengan kepatuhan minum ARV p value = 0,045; OR 2,274; 95 CI 1,081-4,669 perempuan dengan stigma rendah berpeluang 2,247 kali lebih patuh terhadap ARV dibandingkan perempuan dengan stigma tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pelayanan agar lebih mampu menjaga privacy dan perawat mampu mneingkatkan harga diri perempuan dengan HIV sehingga stigma internal yang mereka rasakan berkurang. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian pada perempuan di wilayah lain atau pada laki-laki sebagai pembanding.

ABSTRACT
HIV AIDS is the most emerging disease affecting women with an increasing prevalence of patients. One important step to reduce the spread is to improve ARV adherence. The purpose of this study is to illustrate the relationship between stigma and ARV adherence. The study sample was women with HIV who were 18 years old and had been taking ARVs for at least 6 months. The design of this study using cross sectional with consecutive sampling method involving 120 respondents. The results of the study were analyzed by Chi square showed a significant association between stigma with ARV drug adherence p value 0.045 OR 2.274 95 CI 1.081-4.669. Women with low stigma were 2.247 times more likely to adherence to antiretroviral therapy than women with high stigma . This study is expected to be useful for services to better maintain the privacy and nurses are able to increase the self esteem of women with HIV so that the internal stigma they feel is reduced. Suggestions for future researchers are to conduct research on women in other regions or in men as a comparison."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnowati
"Jumlah penderita Human Immunodeficiency virus (HIV) di dunia setiap tahun semakin bertambah, dengan proporsi perempuan berjumlah lebih sedikit dari laki-laki, namun mereka mempunyai kesadaran yang rendah terhadap pengobatan dan perawatan HIV, self efficacysebagai prediktor utama dalam pengobatan HIV sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan pengobatan HIV mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara stigma dan kesejahteraan mental dengan self efficacy kepatuhan pengobatan HIV pada perempuan dengan HIV/AIDS dimasa pandemi Covid-19. Menggunakan metode kuntitatif dengan pendekatan cross sectional dengan responden sebanyak 122 perempuan dengan HIV/AIDS yang berusia lebih dari 15 tahun. Hasil: karakteristik responden menunjukkan mayoritas usia 36-45 sebanyak 59%, berstatus menikah 62.3%, berpendidikan menengah 74.6%, tidak bekerja 54.1%, lama terdiagnosa HIV 1-5 tahun. skor median 28 pada stigma, 60 pada kesejahteraan mental dan skor median 115 pada self efficacy.  study ini menunjukkan hasil bahwa terdapat korelasi antara stigma dengan self efficacy dengan nilai p value 0.020, kesejahteraan mental dengan self efficacy (p=0.005), Dan antara status pernikahan dengan self efficacy (p=0.024) Kesimpulan: stigma, kesejahteraan mental serta status pernikahan berhubungan dengan self efficacy kepatuhan pengobatan pada perempuan dengan HIV/AIDS di RSUP Fatmawati di masa pandemi Covid-19.

The number of sufferers of Human Immunodeficiency virus (HIV) in the world is increasing every year.  the proportion of women is fewer than men, but they have low awareness of HIV treatment and care, self-efficacy as the main predictor of HIV treatment is urgently needed for the continuation of their HIV treatment. The purpose of this study was to identify self-efficacy in women with HIV/AIDS during the Covid-19 pandemic. Using a quantitative method with a cross sectional approach with respondents as many as 122 women with HIV/AIDS aged more than 15 years. Results: The characteristics of the respondents showed that the majority were aged 36-45 as much as 59%, married status 62.3%, secondary education 74.6%, 54.1% unemployed, 1-5 years diagnosed with HIV. median score of 28 on stigma, 60 on mental health and median score of 115 on self-efficacy. This study shows the results that there is a correlation between stigma and self-efficacy with a p-value of 0.020, mental health and self-efficacy (p=0.005), and between marital status and self-efficacy (p=0.024). Conclusion: stigma, mental health and marital status related to self-efficacy for medication adherence in women with HIV/AIDS at Fatmawati General Hospital during the Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Dinul
"ABSTRAK
Biaya pengobatan HIV/AIDS mahal. ODHA mengeluarkan biaya sendiri yang besar untuk membiayai pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan OOP pada pasien HIV/AIDS rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif secara retrospektif dengan desain penelitian berupa desain studi potong lintang. Adapun sampel pada penelitian ini, yaitu pasien HIV/AIDS rawat jalan yang diambil secara acak sebesar 144 pasien. Rata-rata pengeluaran per kunjungan pasien sebesar Rp100.763,35 yang terdiri dari jasa dokter Rp41.557,32, administrasi Rp4563,56 dan biaya tes laboratorium sebesar Rp13.833,03. Rata-rata pengeluaran pasien umum dalam setahun sebesar Rp999.755,10 dan pasien jaminan sebesar Rp268.116,50. Ada hubungan secara statistik antara cara pembayaran terhadap Biaya Pengobatan setelah mengontrol variabel status pasien, jumlah infeksi oportunistik, dan jumlah kunjungan (nilai p sebesar 0,0005). Diharapkan pemerintah bisa menjamin penderita HIV/AIDS untuk mendapatkan pengobatan agar bisa terhindar dari kerugian ekonomi.

ABSTRACT
cost for treatment HIV/AIDS is expensive. PLHIV spent high cost for treatment (out-of-pocket). This research analized cost for treatment in outpatient with HIV/AIDS, used cross sectional design. The sample in this research was 144 outpatient HIV/AIDS in RSKO, taken by simple random sampling. Out-of-Pocket for treatment was Rp 100.763,35/visit consists of physician Rp41.557,31, medical (non-ARV) Rp5, administration Rp4.563,56, and laboratorium test Rp13.833,03. The mean for patient with no insurance Rp999.755,10/year and with insurance Rp268.116,50. There is significant relationship between payment and number of visit to expense (p value 0,0005). Hope government could insure PLHIV for avoiding financial burden."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Oktarina
"HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang menyerang sistem imun. Penderita HIV/AIDS hingga saat ini masih mendapat stigma dan diskriminasi termasuk dilingkungan pelayanan kesehatan. Perawat sebagai bagian pemberi pelayanan kesehatan berperan penting dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pencegahan dan penularan HIV/AIDS. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memperoleh gambaran persepsi perawat tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien HIV/AIDS. Enam partisipan dipilih sesuai kriteria dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam yang dilengkapi catatan lapangan, direkam kemudian dibuat transkrip verbatim, selanjutnya dianalisis menggunakan metoda Colaizzi.
Hasil penelitian mengidentifikasi delapan tema utama yaitu: sikap perawat, pengetahuan, aktivitas pengkajian, perubahan fisiologis, perubahan psikologis, perubahan sosialisasi, kondisi ekonomi dan kondisi spritual pasien HIV/AIDS. Peneliti menyimpulkan persepsi negatif dan positif perawat berhubungan dengan pengetahuan perawat tentang HIV/AIDS. Hasil penelitian menyarankan perlunya dilakukan asuhan keperawatan secara biopsikososial spritual kepada pasien HIV/AIDS karena mereka mengalami perubahan yang kompleks.

HIV / AIDS is an infection disease that attacks the immune system. People with HIV / AIDS still received a stigma and discrimination until now, as well as in the health care service. Nurses as a part of health care providers play an important role in nursing care process to prevent and reduce the transmission of HIV / AIDS. The aim of qualitative research with phenomenological approach was to obtain a description about the nurses's perception in nursing care given to HIV / AIDS patients. Six participants were selected according to the purposive sampling criteria. Data was collected through in-depth interviews supported by field notes, recorded and then verbatim transcript, then analyzed by Colaizzi methods.
This study were identified eight major themes, namely: nurses attitude, knowledge, assessment practice, physiological changes, psychological changes, socialization alteration, economic condition, and the spiritual condition on HIV/AIDS patient. The researcher concluded that negative or positive nurses perceptions related to the nurse's knowledge about HIV / AIDS. Based on this study result, suggested that the HIV / AIDS patients needed biopsychosocial spiritual nursing care because of their suffered complex changes."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>