Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161304 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monika Rini Puspitasari
"Kanker payudara merupakan kanker paling umum pada wanita tidak hanya di dunia tetapi juga di Indonesia. Jumlah kasus baru semakin meningkat setiap tahun dan terdeteksi pada stadium lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan perilaku SADARI perawat di ruang rawat RS Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan populasi 198 responden dan diambil sampel sebanyak 132 orang menggunakan menggunakan metode Disproportionate Stratified Random Sampling. Hasil menunjukkan tingkat pengetahuan perawat tentang kanker payudara sebagian besar memiliki pengetahuan baik. perilaku SADARI perawat cukup. Penelitian ini menyarankan diadakannya pelatihan kanker berkelanjutan bagi perawat dan sosialisasi SADARI di masyarakat.

Breast cancer is the most common cancer in women not only in the world but also in Indonesia. The number of new cases is increasing every year and detected at an advanced stage. The purpose of this research is to know an overview level knowledge of breast cancer and behavior nurses BSE in the Dharmais Hospital. The results indicate the level of nursing knowledge about breast cancer is good and behavior BSE is enough. This research suggests an ongoing training for nurses and socialization BSE in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42494
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Indah Pertiwi
"Kanker payudara banyak diderita perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengetahuan dan perilaku mencari pelayanan kesehatan pasien kanker payudara dengan desain penelitian deskriptif sederhana. Responden berjumlah 80 orang secara non probability convenience sampling. Mayoritas responden berpengetahuan baik tentang pengetahuan umum, faktor risiko, tanda gejala, skrining serta perawatan, sedangkan mengenai pengobatan masih kurang. Respon awal saat menyadari perubahan payudara diantaranya tidak bertindak, bercerita, mencari pelayanan kesehatan, melakukan pengobatan alternatif, dan herbal. Keterlambatan pemeriksaan dialami sebagian besar responden. Suami menjadi pilihan terbanyak saat diskusi awal. Dokter bedah dan fasilitas kesehatan pemerintah menjadi pilihan terbanyak saat pemeriksaan awal. Perawat perlu meningkatkan edukasi kanker payudara pada perempuan dan pasien kanker payudara.

Breast cancer occurs to many women. This study aimed to describe the knowledge and health care seeking behavior of breast cancer patients with simple descriptive research design. The respondents were 80 who are chosen by non probability convenience sampling. Majority of respondents have good knowledge about the general knowledge, the risk factors, the signs and symptoms, the screening and nursing care, but they lack about the treatment. The initial responses when there were changes in their breast included no action, telling somebody, seeking health care, getting alternative medicine and herbal. The delayed diagnosis experienced by most of the respondents. The husband became the largest selected person for the initial discussion. The surgeons and the government?s health facilities were chosen by most respondents at the first examination. Nurses need to improve the education provision about breast cancer to women and the breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nooryani
"Terapi kanker payudara dirasa belum efektif karena tidak mengeliminasi sel punca kanker. Maka sedang dikembangkan suatu terapi dengan sel punca kanker payudara sebagai target. Untuk mencapai hal tersebut, dipelajari sifat sel punca kanker payudara dengan metode in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi kultur yang baik untuk mempertahankan pluripotensi sel punca kanker payudara. Sel dikultur dalam berbagai medium dengan penambahan matrigel, kemudian diukur sifat pluripotensinya. Sifat pluripotensi sel punca kanker payudara diukur dari jumlah penanda permukaan sel punca kanker payudara dengan metode spektrofluorometri dan dari level ekspresi gen SOX2 sel punca kanker menggunakan metode real-time RT-PCR. Level ekspresi gen dinormalisasi mengunakan PUM1 sebagai kontrol dalam agar pengukuran lebih akurat.
Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah penanda permukaan tertinggi terdapat pada sel yang ditanam di DMEM/F12 dengan matrigel, kemudian DMEM high glucose dengan matrigel dan conditioned medium (CM) dengan matrigel. Pada pengukuran menggunakan real-time RT-PCR menunjukkan bahwa ekspresi SOX2 pada sel yang dikultur dalam DMEM/F12 dengan matrigel dan DMEM high glucose dengan matrigel meningkat 19,97 kali dan 1,49 kali. Sedangkan pada CM dengan matrigel menurun 0,25 kali. Kami menyimpulkan bahwa kombinasi DMEM/F12 dengan matrigel merupakan kondisi yang paling optimum dalam mempertahankan pluripotensi sel punca kanker payudara.

Current breast cancer therapies are considered inadequate in the effort to cure breast cancer patients because the breast cancer stem cells are not eliminated. Therefore, a new therapy with cancer stem cell as the target is currently being developed. In vitro methods were used to understand the breast cancer stem cell characteristics. This study aimed to find a good culture condition for breast cancer stem cells to be able to maintain the pluripotency. Cells were cultured in various media with the addition of matrigel and their pluripotency were measured. Pluripotency of breast cancer stem cells was measured by counting the amount of surface marker using spectrofluorometri and by measuring the expression level of SOX2 with real-time RT-PCR. The expression level was normalized using PUM1 as internal control, as the requirement of real-time RT-PCR technique.
Results showed that cells in DMEM/F12 with matrigel have the highest amount of surface markers, followed by DMEM high glucose with matrigel and conditioned medium with matrigel. The measurement using real-time RT-PCR showed that the SOX2 expression in DMEM/F12 with matrigel as well as in DMEM high glucose with matrigel increased 19,97 and 1,49 times, respectively, whereas in conditioned medium with matrigel decreased 0,25 times. In conclusion, the combination of DMEM/F12 with matrigel is the best condition to maintain the pluripotency of breast cancer stem cells."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S721
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hubert Andrew
"Kanker payudara adalah kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Dengan prevalensi sebesar 30–50%, nyeri kanker adalah salah satu komplikasi kanker tersering yang dapat menurunkan mutu hidup penderitanya. Nyeri kanker, yang merupakan sejenis nyeri campuran, dapat diakibatkan oleh perjalanan penyakit atau terapi antikanker. Umumnya nyeri kanker ditangani dengan pemberian opioid dengan/tanpa adjuvan. Namun, opioid memiliki efek samping yang bersifat dose-dependent sehingga penggunaannya harus tepat guna agar memaksimalkan manfaatnya sekaligus meminimalisasi risikonya. Studi ini meneliti efek dari pemberian adjuvan gabapentin terhadap intensitas nyeri dan dosis opioid pasien dengan nyeri kanker payudara. Data rekam medis dari 58 pasien dengan nyeri kanker payudara dari dua rumah sakit rujukan di Jakarta diinklusi untuk studi kohort retrospektif ini. Data yang diambil meliputi profil klinis pasien, derajat nyeri, dan dosis opioid. Analisis statistik tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam median intensitas nyeri maupun median dosis opioid antara kelompok pasien dengan nyeri kanker payudara yang menerima adjuvan gabapentin dengan yang tidak. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan peran gabapentin sebagai adjuvan dalam tata laksana nyeri kanker. Penelitian-penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak jumlah pasien dan mengendalikan faktor-faktor perancu seperti status opioid dan pemberian adjuvan lain.

Breast cancer is the most prevalent cancer in Indonesia. With a prevalence of 30–50%, cancer pain is a frequent complication of cancer which may lower patient quality of life. Cancer pain, a type of mixed pain, may develop from cancer progression or anticancer therapy. Opioids with/without adjuvants are usually administered to manage cancer pain. However, opioids are associated with dose-dependent side effects. Hence, the administration of opioids should be efficient to maximize benefit and minimize risks. This research studied the effect of adjuvant gabapentin administration on the severity of pain and opioid dose of patients with breast cancer pain. This retrospective cohort study included medical records from 58 patients with breast cancer pain from two tertiary hospital in Jakarta. Patients’ clinical profile, pain severity level, and opioid doses were collected. Statistical analyses did not find a significant difference in median pain severity level and median opioid dose between patients with breast cancer pain who received gabapentin and those who do not. Further research is warranted to determine the role of gabapentin as adjuvant in the management of cancer pain. Future studies should increase the sample size and control confounders such as opioid status and the administration of other adjuvants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indryani Dewy
"Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang umum pada wanita dan menjadi masalah diberbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Pengetahuan tentang kanker payudara dan motivasi melakukan mamografi berperan penting untuk mendeteksi kelainan pada payudara agar dapat ditemukan sedini mungkin.
Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan mengidentifikasi motivasi dan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara sampel berjumlah 90 responden yang melakukan mamografi di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tehnik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan analisa univariat tentang pengetahuan kanker payudara dan mamografi didapatkan tingkat pengetahuan cukup. Motivasi untuk melakukan mamografi tinggi, alasan melakukan mamografi karena faktor resiko seperti operasi payudara.
Peningkatan pendidikan kesehatan terutama tentang kanker payudara sehingga perempuan termotivasi melakukan mamografi dan penelitian selanjutnya menggunakan desain deskriptif korelasional agar diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi untuk melakukan deteksi dini mamografi.

Breast cancer is the most common cancer in women and became important worldwide issue including in Indonesia. Knowledge of breast cancer and motivation doing mammograph plays crucial role to detect abnormalities at the breast to found out as early as possible.
Methods of descriptive design research used which aimed to identify motivation and knowledge level of breast cancer. The sample were 90 respondents who were checking mammograph at Dharmais Cancer Hospital. The sampling tehnique used consecutive sampling. Data collection using questionnaires.
The result showed univariate analysis knowledge of breast cancer and mammography was moderate and motivation level of doing mammography was high. The reasons doing mammograph because of risk factors example operating history.
Increase health education of breast cancer to make women motivated doing mammograph and it is recommended that the next study would use correlative study to identify relationship between knowledge level and motivation doing mammograph.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42950
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arlinda Sari Wahyuni
"Kanker payudara (KPD) masih merupakan masalah kesehatan pada wanita baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia kanker payudara merupakan penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Selain itu, banyak penelitian di Indonesia yang menyatakan bahwa penderita kanker payudara mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau ke dokter setelah penyakit masuk dalam stadium lanjut.
Keberhasilan pengobatan kanker payudara lazim digambarkan dengan ketahanan hidup 5 tahun (five year survival rate). Selain aspek pengobatan, banyak faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup 5 tahun penderita KPD seperti stadium, ukuran tumor, penyebaran tumor, aspek patologi, aspek sosial ekonomi, dan aspek lainnya. Sampai saat ini penelitian tentang ketahanan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara di RS Kanker Dharmais belum pemah dilakukan. Namun, jumlah penderita kanker payudara pertahunnya cukup banyak (menempati urutan 1 pada kasus rawat inap tahun 2000).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker payudara serta faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan hidup 5 tahun di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan rancangan studi longitudinal. Data yang dikumpulkan berasal dari data rekam medik penderita KPD tahun 1993 sampai tahun 1996. Sampel berjumlah 137 penderita. Cara pengumpulan data adalah dengan observasi data rekam medik serta media komunikasi via telepon atau surat untuk mengetahui ketahanan hidup 5 tahun penderita KPD.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker payudara sebesar 48% dan median ketahanan hidup 54 bulan. Probabilitas ketahanan hidup penderita kanker payudara pada stadium dini operable (I-IIIA) adalah 72% dan stadium lanjut (IIIB dan. IV) adalah 12%. Jika dibanding dengan stadium dini operabel, risiko untuk meninggal pada stadium lanjut sebesar 2,3 kali (95% CI: 1,228; 4,163). Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker payudara pada ukuran tumor < 5 cm adalah 81%, dan ukuran tumor lebih dari 5 cm adalah 24%. Jika dibanding dengan ukuran tumor < 5 cm risiko meninggal pada ukuran tumor > 5 cm adalah 3,7 kali (95% CI: 1,803; 7,770). Probabilitas ketahanan hidup 5 tahun dengan pengobatan lengkap adalah 69% dan pengobatan tidak lengkap adalah 13%. Risiko meninggal penderita dengan pengobatan tidak lengkap adalah 3,3 kali (95%CI: 1,950; 5,572) dibanding dengan pengobatan lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian ini kepada tenaga medis diharapkan dapat meningkatkan penanganan kanker payudara dengan mengupayakan deteksi dini pada penderitanya. Selain itu perlu dorongan dari tenaga medis dan bantuan konseling agar penderita dapat mengikuti prosedur pengobatan dengan teratur dan lengkap. Kepada wanita terutama yang telah berumur di atas 20 tahun disarankan untuk melakukan SADARI (perikSA payuDAra sendiRl) setiap bulannya sehingga dapat segera mengetahui kelainan yang timbul pada payudaranya. Kepada pemerintah perlu diupayakan peningkatan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) dengan penyebaran informasi lewat media massa tentang penyakit kanker payudara.

Breast cancer is still a health problem for women in developed countries and developing countries. In Indonesia, number of breast cancer cases is high, the second cause of deaths after cervical cancer. In the other hand many researches in Indonesia report that the breast cancer patients go to hospitals or doctors after late stage.
The successful breast cancer therapy was usually measured by using a five-year survival rate. Besides therapeutically aspects, many factors are involved in five-year survival rate namely: stage, tumor size, metastases, pathological aspects, socioeconomic aspects and etc. The annual number of the breast cancer patients is high (the first rank from all cancer type in 2000). However, until] now, no studies of five-year survival rate on RSKD have been done.
The goal of this research is to find the probability of 5 year survival of the breast cancer patients in Dharmais Cancer Hospital Jakarta and the relationship between some other factors and 5 year survival rate. The design of this research is longitudinal study. Data are collected from the medical record breast cancer patients on 1993 toI996. The sample is I37 persons. The method of data collecting is observing of the medical record and telephoning or posting to find out the survival of breast cancer patient.
The result shows that 5 year survival rate on breast cancer patient is 48%, the median of the survival rate is 54 months. The 5 years survival rate on early operable stage is 72% and on the late stage is 12%. By using the early operable stage as a baseline comparison, the risk ratio of the deaths for the late stage is 2,3 (95% CI: 1,228; 4,163). Moreover the 5 year survival rate on the less than 5 cm is 81% and more than 5 cm is 24%. If compared to size < 5 cm, the risk ratio of the deaths on patients with tumor size 5 cm is 3,7 (95% CI: 1,803; 7,770). The 5 year survival rate on patients with a complete therapy is 69% and an incomplete therapy is 13%. The risk of the deaths on the patients with the incomplete therapy is 3,3 times (95% CI: 1,950; 5,572) compared to the complete therapy.
Based on this study, It is recommended that doctors/medicians be able to increase the ability to handle breast cancer cases by doing early detections to the suffers. Moreover the supports for medical professionals and counseling professional are needed so that the patients are able to follow the procedure of treatments regularly and completely. It is suggested that it is important to do SADARI monthly of women above 20. The government should increase to do EIC (Education, Information, and Communication) by spreading EIC materials through mass media about breast cancer."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisha Virginia
"Mual dan muntah akibat kemoterapi merupakan salah satu efek samping yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Antagonis reseptor 5-HT3 seperti ondansetron telah digunakan dalam mengontrol mual dan muntah akibat kemoterapi emetogenik moderat. Perbedaan biaya obat antara ondansetron generik berlogo dan bermerek dagang diketahui cukup signifikan. Metode analisis efektivitas-biaya (AEB) dilakukan untuk mengukur dan membandingkan efektivitas serta biaya antara kedua pengobatan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Data primer dan sekunder didapatkan melalui catatan rekam medik, sistem informasi rumah sakit, dan wawancara. Pasien wanita dengan kanker payudara yang menggunakan kemoterapi emetogenik moderat untuk pertama kalinya di RS Kanker Dharmais pada tahun 2012 diikutsertakan dalam penelitian. Sampel yang dilibatkan dalam analisis sebanyak 21 pasien, yaitu 12 pasien ondansetron generik berlogo dan 9 pasien ondansetron generik bermerek dagang. Efektivitas pengobatan diukur berdasarkan proporsi pasien yang terbebas dari mual dan muntah akut. Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, alat kesehatan, rawat singkat, dan jasa dokter.
Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas ondansetron generik bermerek dagang lebih besar (0,444) dibandingkan ondansetron generik berlogo (0,250). Median total biaya pengobatan ondansetron generik bermerek dagang lebih mahal (Rp 468.649,00) dibandingkan ondansetron generik berlogo (Rp 405.022,00). Hasil akhir menunjukkan bahwa ondansetron generik bermerek dagang (REB: Rp 1.055.515,77) lebih cost-effective dibandingkan ondansetron generik berlogo (REB: Rp 1.620.088,00). Perpindahan pengobatan dari ondansetron generik berlogo ke bermerek dagang membutuhkan biaya tambahan sebesar Rp 327.974,23 agar terbebas resiko mual dan muntah akut akibat kemoterapi emetogenik moderat.

Chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV) is one of the side effects that can reduce the quality of life. A 5-HT3 receptor antagonist like ondansetron has been used to control moderately emetogenic chemotherapy induced-nausea and vomiting. Difference in drug costs between ondansetron generics and brand names appear significantly. Cost-effectiveness analysis (CEA) were conducted to measure and compare the effectiveness and cost of the treatment.
A observasional study was done using total sampling method from retrospective data. Primary and secondary data collected from medical records, hopital information systems, and interviews. Female patients with breast cancer who were prescribed moderately emetogenic chemotherapy for the first time in 2012 were included in this research. The number of samples were 21 patients, which included 12 patients with generics ondansetron and 9 patients with brand names ondansetron. The effectiveness is measured by the proportion of patients free of acute nausea and vomiting. The cost is median of the total cost, summed from the cost of drugs, medical devices, hospitalization, and physician.
Based on the results of this study, the effectiveness of brand names ondansetron (0.444) is greater than generics ondansetron (0.250). Median total cost of brand names ondansetron is more expensive (Rp 468,649.00) than generics ondansetron (Rp 405,022.00). The final result showed that brand names ondansetron (CER: Rp 1,055,515.77) is more cost-effective than generics ondansetron (CER: Rp 1,620,088.00). Change of medication from generics to brand names ondansetron require extra cost Rp 327,974.23 for controlling acute nausea and vomiting due to moderately emetogenic chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosma Yulita
"Latar belakang dan tujuan: Kanker payudara adalah kanker yang sering didiagnosis dan menjadi penyebab kematian akibat kanker yang paling tinggi pada perempuan di dunia. Berdasarkan data registrasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2003-2007, kanker payudara menjadi keganasan terbanyak yaitu sebesar 40,58% dari seluruh kanker. Berbagai tatalaksana dilakukan sesuai dengan protokol pengobatan yang berlaku di RS Kanker Dharmais. Meskipun telah banyak kemajuan dalam penanganan kanker payudara, tetapi masih sering dijumpai rekurensi baik rekurensi lokal, regional maupun perluasan ke organ lain. Adanya rekurensi sering dihubungkan dengan meningkatnya resiko kematian, dimana dikatakan pada kanker payudara resiko kematian 5% lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan hasil pemeriksaan Estrogen - Progresteron Reseptor (ER-PR), Human Epidermal Growth Factor Reseptor-2 (Her2), dan Indeks Proliferasi (KI-67) terhadap rekurensi kanker payudara berdasarkan hasil pencitraan 18F-FDG PET/CT, pada pasien - pasien kanker payudara yang telah dilakukan terapi sesuai prosedur.
Metode: Penelitian ini merupakan proses analisis dengan desain retrospektif cohort study pada pasien yang didiagnosis kanker payudara yang telah di terapi sesuai prosedur dan sembuh, serta telah dilakukan pemeriksaan 18F-FDG PET/CT.
Hasil: Uji Mutlak Fisher KI-67 didapatkan hasil nilai yang signifikan yang berarti tidak hubungan bermakna antara hasil imunohistokimia KI-67 tinggi dengan rekurensi kanker payudara.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara kanker payudara subtipe Luminal B dan Triple Negative dengan rekurensi kanker payudara dan Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hasil ER positif, PR positif ataupun Her2 positif terhadap rekurensi kanker payudara.

Background and purpose: Breast cancer is frequently diagnosed cancer and cause of cancer deaths in women are highest in the world. Based on registration data in Dharmais Cancer Hospital in the years 2003-2007, breast cancer is a malignancy that is equal to 40.58% majority of all cancers. Various management of treatment carried out in accordance with the applicable protocol Dharmais Cancer Hospital. Although progress has been made in the treatment of breast cancer, but recurrence is common both local recurrence, regional and extension to other organs. Recurrence is often associated with increased risk of death, which is said in the breast cancer death risk 5% higher. This study aimed to examine the relationship examination Estrogen - progesterone receptors (ER-PR), Human Epidermal Growth Factor Receptor-2 (Her2), and proliferation index (Ki-67) against the recurrence of breast cancer based on imaging of 18F-FDG PET / CT , in patients - patients who have breast cancer therapy according to the procedure.
Methods: This study is the retrospective analysis of a cohort study design in patients diagnosed with breast cancer who had been in therapy according to the procedure and recovery, and has been examined 18F-FDG PET / CT.
Results: Absolute Fisher Test KI-67 showed significant value, which means there is significant relationship between the results of immunohistochemical high KI-67 with a recurrence of cancer.
Conclusion: The results of this study showed no significant association between breast cancer subtypes Luminal B and Triple Negative breast cancer with recurrence and There is a significant association between the results of ER positive, PR positive and Her2 positive breast cancer on recurrence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trias Lingga Natareni
"Kanker payudara menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di dunia yang kasusnya semakin meningkat setiap tahunnya. Namun data yang didapat dari Unit Layanan Kesehatan Karyawan RS Kanker “Dharmais”, karyawati yang melakukan deteksi dini kanker payudara masih rendah dibanding target dari Unit Layanan Kesehatan Karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker payudara pada karyawati RS Kanker “Dharmais” Tahun 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional dan pengambilan sampel secara simple random sampling. Data yang dipergunakan diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden wanita yang berusia 30-50 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 110 orang. Hasil penelitian menunjukkan karyawati yang pernah melakukan deteksi dini kanker payudara sebanyak 34,5%. Berdasarkan faktor predisposisi, kelompok umur 40-50 tahun sebanyak 51,8%, tingkat pendidikan tinggi sebanyak 80,9%, pekerjaan/unit kerja berisiko tinggi sebanyak 61,8%, berpengetahuan baik sebanyak 72,7%, mempunyai sikap positif sebanyak 51,8%. Berdasarkan faktor pemungkin, fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 90,0% responden menyatakan memadai, sarana dan prasarana sebanyak 95,5% responden menyatakan memadai. Berdasarkan faktor penguat, adanya dukungan keluarga sebanyak 54,5%, adanya dukungan teman/lingkungan kerja sebanyak 76,4% dan adanya dukungan tenaga kesehatan 80,0%. Dari analisis bivariat dengan CI 95% dan p-value < 0,05 didapatkan variabel dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan menunjukkan hubungan bermakna dengan perilaku deteksi dini kanker payudara pada karyawati RS Kanker “Dharmais” tahun 2013. Berdasarkan penelitian ini, disarankan mengadakan sosialisasi kembali dan penyuluhan pentingnya deteksi dini kanker bagi karyawati secara berkala dan mengadakan program kerjasama antar satuan kerja terkait untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan program deteksi dini kanker bagi seluruh karyawan terutama k

Breast cancer is one of the major health problems in the world of women whose cases is increasing every year. However, the data obtained from the Employee Health Services Unit RS Kanker “Dharmais”, an employee of the early detection of breast cancer is still low compared to the target of Employee Health Services Unit. The purpose of this study was to determine the factors that influence the behavior of early detection of breast cancer in the RS Kanker “Dharmais” (One of the specialized Cancer Hospital in Indonesia) in 2013. This research is a descriptive analytic cross-sectional design and sampling by simple random sampling. Used data obtained from the questionnaires by the female respondents aged 30-50 years. The number of samples in this study was 110 people. The results showed that the employee had the early detection of breast cancer as much as 34.5%. Based on predisposing factors, age group 40-50 years as much as 51.8%, higher levels of education as much as 80.9%, employment / work at non-high risk units as much as 61.8%, 72.7% much better knowledgeable, having a positive attitude as much as 51, 8%. By enabling factors, health care facilities as much as 90.0% of respondents said adequate, facilities and infrastructure as much as 95.5% of respondents said adequate. By reinforcing factors, family support as much as 54.5%, the support of friends / work environment as much as 76.4% and the 80.0% support health workers. From bivariate analysis with 95% CI and p-value <0.05 was obtained variable family support and support health workers showed a significant correlation with the behavior of early detection of breast cancer in the Cancer Hospital employee "Dharmais" in 2013. Based on this study, it is recommended holding back socialization and education for the importance of early detection of cancer and conduct regular employee cooperation programs between units of work related to further improve and develop the cancer early detection program for all employees, especially women’s employee, such as creating a time-table schedule for early cancer detection in order to facilitate the working time employee with cancer early detection services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S54254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Al Awfa
"Penderita kanker payudara umumnya terdeteksi dalam kondisi stadium lanjut, sehingga kesempatan untuk sembuh menjadi kecil. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu cara deteksi kanker payudara secara dini, tetapi metode ini belum banyak diterapkan oleh perempuan di Indonesia. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keyakinan mengenai deteksi dini kanker payudara.
Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan keyakinan dengan perilaku deteksi dini kanker payudara.
Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional dengan teknik random sampling pada 102 responden yang merupakan perempuan usia subur di UPT Puskesmas Sukmajaya, Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan maupun keyakinan dengan perilaku (p=0,490 dan p=0,280, CI 95%). Namun ditemukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keyakinan (p=0,009, CI 95%). Penelitian ini menyarankan diadakannya promosi kesehatan mengenai deteksi dini kanker payudara terutama pada perempuan usia subur.

Breast cancer patients are generally diagnosed late. Breast self-examination (BSE) is one way to detect breast cancer early, but this method has not been widely adopted by women in Indonesia. This may have been caused by the lack of knowledge and beliefs about early detection of breast cancer.
The purpose of this study was to determine the relationship between the level of knowledge and beliefs with the behavior of breast cancer early detection.
The study design used is cross sectional by random sampling technique, and was conducted on 102 respondents who are women of childbearing age in UPT Puskesmas Sukmajaya, Depok.
The results showed that there is no relation between the level of knowledge and belief to the behavior (p = 0.490 and p = 0.280, 95% CI). However, a significant relationship was found between knowledge and belief (p = 0.009, 95% CI). This study suggests the holding of health promotion into early detection of breast cancer, especially in women of childbearing age.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>