Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adelina Kusuma W.
"Di Indonesia, jumlah perokok tembakau meningkat tajam dalam 30 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya merokok. Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan dan merupakan faktor resiko kuat penyakit jantung koroner yang merupakan 10 besar penyakit non-infeksi penyebab kematian di Indonesia. Kandungan nikotin dalam rokok dapat mempengaruhi kerja sistem saraf otonom yang akan berpengaruh terhadap kerja jantung. Kandungan karbonmonoksida juga dianggap bertanggung jawab menyebabkan hipoksia kronik pada perokok. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti efek rokok tembakau pada frekuensi denyut nadi. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan frekuensi denyut nadi yang bermakna antara pria perokok dan bukan perokok pada usia 20-60 tahun di Salemba tahun 2010.

In Indonesia, the number of cigarette smoker increase significatnly in this 30 years. This shows the lack of people attention to the danger of smoking. Smoking is very dangerous for health and becoming a strong risk factor for coronary heart disease, one of the top 10 rank non-infectious killer diseases in Indonesia. Cigarettes contain nicotine, which could affect autonomic nervous system (ANS) which control the heart to work. Cigarettes also contain carbon monoxide which is considered to be responsible to chronic hipoxia on the smokers. This research was focused to know the effect of cigarette to the heart rate. The result is there are no significant difference of heart rate between 20-60 years old cigarette smoker and non-smoker male in Salemba on 2010."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Paulina Zully Lang
"Berdasarkan penelitian, didapatkan rokok tembakau dapat mengakibatkan peningkatan laju pernapasan. Merokok tembakau menyebabkan kematian sejumlah 5 juta orang setiap tahunnya di Indonesia. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka jumlah kematian akan meningkat dua kali mencapai 10 juta orang per tahun pada 2020. Jika merokok 1-2 tahun, pada perokok usia muda akan terjadi perubahan pada saluran pernapasan kecil yaitu inflamasi atau reaksi peradangan dan sumbatan saluran napas kronis. Merokok adalah penyebab utama dari penyakit paru obstruksi kronik. Merokok selama 20 tahun akan menyebabkan perubahan patofisiologi paru secara signifikan sesuai dengan intensitas dan lama merokok. Penelitian ini meneliti tentang perbedaan frekuensi pernapasan pada pria perokok dan bukan perokok tembakau usia 20-60 tahun di Salemba tahun 2009-2010. Data dari 24 orang pria perokok dan 24 orang pria bukan perokok yang didapatkan secara consecutive sampling dan diperoleh dari pengisian angket dan pengukuran frekuensi pernapasan. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat pergerakan dada dan perut disertai dengan palpasi atau meletakkan telapak tangan di atas perut pasien. Hasilnya, nilai rerata frekuensi pernapasan pada yang bukan perokok adalah 16,4 (IK95% 15,1;17,6) kali/menit, sedangkan rerata frekuensi pernapasan pada perokok adalah 19,7 (IK95% 18,3;21,1) kali/menit. Dengan demikian, dapat dikatakan terdapat perbedaan bermakna frekuensi pernapasan antara perokok dan bukan perokok tembakau yaitu (p=0,001).

Several studies have shown cigarette tobacco can cause an increase in respiratory frequency. Smoking has caused the death of as many as 5 million people per year in Indonesia. If this can not be prevented, then the number of deaths will increase two times approaching 10 million people per year in 2020. Within 1-2 years of smoking, at a young smokers will be changes of inflammation or inflammatory reaction in the respiratory tract of small, until there chronic airway obstruction. Smoking is the major cause of chronic obstructive pulmonary disease. After 20 years of smoking on lung pathophysiology changes proportionally along with the intensity and duration of smoking. This study examines the respiratory frequency differences in men tobacco smokers and nonsmokers aged 20-60 years in Salemba 2009-2010. Data from 24 male smokers and 24 male non-smokers who were taken by consecutive sampling from filling the questionnaire and assessment of respiratory frequency by means of inspection or see the movement of the chest and abdomen accompanied by palpation or put his hands on the patient's stomach. average value of respiratory frequency in the group of non-smokers was 16.4 (95% CI 15.1, 17.6) times / min, whereas the mean frequency of respiration in the group of smokers was 19.7 (95% CI 18.3, 21.1) times / min. Thus, there are significant differences in respiratory frequency group of tobacco smokers and nonsmokers (p = 0.001).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefi
"Angka kematian penduduk Indonesia yang disebabkan oleh merokok semakin meningkat tiap tahunnya. Merokok tembakau berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular, pernapasan, dan lain-lain. Nikotin dalam rokok dapat merangsang reseptor kimia di dalam pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan 16 orang perokok dan 16 orang bukan perokok di Salemba sebagai sampel untuk diambil tekanan darahnya. Hasil penelitian menunjukkan rerata tekanan darah pada perokok adalah 100,09 (IK95% 95,6;104,58) mmHg dan pada bukan perokok adalah 105,31 (IK95% 100,17;110,45) mmHg. Dari hasil tersebut, didapatkan data tidak berbeda bermakna (p=0,144), artinya tidak terdapat perbedaan tekanan darah pada perokok dan bukan perokok di Salemba.

The mortality rate of Indonesian caused by smoking increases every year. Tobacco smoking is dangerous for health because it can lead to cardiovascular disease, respiratory disease, etc. Nicotine can stimulate chemical receptor in blood vessels and increases blood pressure. This research uses 16 smokers and 16 non-smokers in Salemba as a sample to take blood pressure. The result shows the means of blood pressure in smokers is 100,09 (CI95% 95,6;104,58) mmHg and in non-smokers is 105,31 (CI95% 100,17;110,45) mmHg. From this result, we can assume that the data is not signifcantly different (p=0.144). It means that there is no difference of blood pressure between smokers and non-smokers in Salemba."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi Widowaty
"Penelitian ini membahas mengenai perilaku merokok pada siswa SMP. Hal ini dilatarbelakangi meningkatnya jumlah perokok muda di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh stereotipi perokok dan konformitas terhadap perilaku merokok sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor yang dapat menjadi prediktor perilaku merokok pada siswa SMP. Pada stereotipi perokok, peneliti menggunakan hasil penelitian terdahulu dan hasil elisitasi. Sedangkan aspek konformitas disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain ex post facto field study. Partisipan penelitian ini adalah 120 siswa SMP di Jakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perilaku merokok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas dapat dijadikan sebagai prediktor pada perilaku merokok siswa SMP. Hasil analisis multiple regression, R =0, 631, R2 = .398, menunjukan bahwa stereotipi perokok dan konformitas secara bersama-sama menyumbang sebesar 39,8 % terhadap perilaku merokok pada siswa SMP. Di antara stereotipi perokok dan konformitas, ditemukan bahwa stereotipi perokok memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap perilaku merokok siswa SMP. Selain itu, melalui hasil analisis t-test ditemukan adanya perbedaan stereotipi perokok dan konformitas yang signifikan antara partisipan yang merokok dan yang tidak merokok.

The research studies smoking behavior among middle school students. This research's aim is to examine how much smoker stereotype and conformity influence smoking behavior on middle school students. To measure smoker stereotype the research uses the previous research and elicitation. While aspects of conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is ex post facto field study. Participants of this research are 120 middle school students in Jakarta.
This research's results that smoker stereotype and conformity influence smoking behavior in middle school student. This meant that smoker stereotype and conformity was predictors toward smoking behavior on middle school students. The multiple regression analysis showed R =0, 631, R2 = .398. This meant that smoker stereotype and conformity were effectively contribution 39,4 %. Smoker stereotype had greater contribution than conformity. Beside that, this research also finds that there is a significant difference in smoker stereotype and conformity between smokers and non smokers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Kurniawati
"Salah satu faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular adalah perilaku merokok. Penyebab seseorang merokok antara lain kurangnya pengetahuan, pengaruh orangtua, teman dan juga iklan.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran dan hubungan antara pengetahuan, sikap, keluarga, teman dekat dan keterpaparan iklan rokok terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2010.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder survei perilaku sehat 2010.
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang mewakili 12 fakultas, sedangkan sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang termasuk kedalam rentang umur remaja akhir (18-21 tahun) yang berjumlah 2.108 responden.
Penelitian menunjukkan bahwa ada 263 (12.5%) responden adalah merokok. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara jenis kelamin, rumpun, pengetahuan, sikap dan pengaruh keluarga terhadap perilaku merokok.

Smoking behavior is one of the factors that risk the infections diseases. The reason why someone smokes can be because of lacking of knowledge, family influence, friends and advertisement.
The objectives of this research are to know the description and connections among knowledge, attitude, family, close friends and exposition of cigarette advertisement toward smoking behavior of the students university of Indonesia year 2010.
Research design that is used is cutting across using secondary data survey of healthy behavior 2010.
Population of this research is from all student represent 12 faculties, while the sample that is used is from students within range of late teenages (18-21 years old) consist of 2108 respondents. The research shows that 263 (12.5%) respondents are smokers.
Result test statistically shows the connections among gender, faculty asociation, knowledge, attitude and family influence to wand smoking behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masitoh
"Prevalensi stunting di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 35.7%. Gizi kurang di Indonesia banyak terjadi di kalangan keluarga miskin (22.7%). Namun, prevalensi perokok justru lebih tinggi pada keluarga miskin (12%) daripada kelompok terkaya (7%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran konsumsi rokok terhadap status gizi balita (stunting) pada keluarga miskin di Indonesia tahun 2010, mengunakan desain studi cross sectional pada 3562 rumah tangga miskin. Hasil penelitian menunjukkan balita dari keluarga dengan pengeluaran rokok pada kuintil 4-5 berisiko 1.2 kali lebih tinggi menderita stunting setelah dikontrol oleh variabel jumlah anggota rumah tangga, jumlah balita dan umur balita.

The prevalence of stunting in Indonesia is still high at 35.7%. Malnutrition in Indonesia is suffering commonly among poor families (22.7%). However, smoking prevalence is higher in poor families (12%) than the richest group (7%). This study aimed to determine the effect of cigarette consumption expenditure on stunting among toddlers in poor families in Indonesia in 2010, using a crosssectional study design in 3562 poor households. The result shows that toddlers from families with ciggarete expenditure at quintiles 4-5 have 1.2 times higher risk of suffering from stunting controlled by a variable number of household members, the number of infants and toddlers ages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Adhi Pradana
"Penelitian ini mencoba menggambarkan dinamika motivasi dalam usaha mengakhiri perilaku merokok. Konteks motivasi ditinjau mulai dari pembentukan niat berhenti merokok, usaha awal berhenti merokok, kembali merokok secara teratur, dan usaha berhenti merokok hingga menjadi mantan perokok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan gambaran motivasi secara deskriptif dan subyektif pada mantan perokok dalam usaha berhenti merokok setelah mengalami fase relapse. Jumlah partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah dua orang mantan perokok.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa usaha awal berhenti merokok terorientasi secara terkontrol, atau termotivasi secara ekstrinsik. Penelitian ini pun menemukan bahwa terdapat sebuah proses internalisasi motivasi ekstrinsik yang mengubah motivasi yang awalnya terkontrol menjadi berkedaulatan tekad seperti pada motivasi intrinsik.
Sebagai kesimpulan, untuk mengakhiri perilaku merokok dibutuhkan motivasi yang berkedaulatan tekad dan berintegrasi penuh pada diri individu. Selain itu proses internalisasi motivasi ekstrinsik dapat muncul secara alami dalam diri individu dan memiliki peranan penting dalam mengakhiri perilaku merokok. Terlebih lagi, fase relapse pun menjadi salah satu faktor yang mendorong internalisasi dari motivasi ekstrinsik.
Recent study tried to reveal young adulthood's motivation on their smoking cessation attempts after having relapsed and ended as having ex-smokers statuses. The concept of motivation analyzed within the context of making the commitment, first attempt of smoking cessation, having relapsed, and next attempts of quit smoking that make young adult successfully ended their smoking behavior. The study used qualitative approach to understand the process of motivation on young adulthood participants with descriptive and subjectively manner. The analysis focused on two young adult ex-smokers who have different characteristics on their smoking cessation attempts.
Hence, the results of study found that the first attempts of young adult?s smoking cessations were motivated by extrinsic factors, which involved control from others. Recent study was also able to establish the process of internalization of extrinsic motivation, and associated with specific regulation within the smoking cessation attempts.
As conclusion, smoking cessation needs sense of determined and integrated on individual perception as agency of the action. Nevertheless, the internalization on extrinsic motivation occurs naturally within the participants and being an important factor for smoking cessation. Furthermore, having relapse on the first attempt to quit smoking indicated as one important aspect to internalized the extrinsic motivation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhidayati Fawzani
"Rokok memiliki kekuatan adiksi yang terbilang besar. Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya. Karena itu, apabila suatu saat seorang perokok menghentikan kebiasaannya, pasti ia akan terasa tersiksa baik fisik maupun mentalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara sukses berhenti merokok dan mengetahui faktor-faktor kemudahan berhenti merokok. Diharapkan juga bisa menggalang dan mewujudkan setiap unsur masyarakat untuk menciptakan etika masyarakat dalam merokok. Penelitian dengan metode kualitatif melalui studi kasus 3 perokok berat dilakukan pada tahun 2004 di Yogyakarta. Kriteria informan meliputi umur di atas 40 tahun, kawin, sudah berhenti merokok, termasuk perokok berat dengan lama merokok di atas 10 tahun dan menghabiskan lebih dari 20 batang per hari. Wawancara terhadap informan dilakukan dengan memakai alat perekaman. Modal utama sukses berhenti merokok adalah niat dan tekad yang kuat dari perokok itu sendiri. Alasan untuk berhenti merokok adalah faktor kesehatan, organisasi keagamaan, dan keluarga. Faktor kesehatan berkaitan dengan sakit yang diderita oleh informan, seperti hipertensi, demam tinggi, batuk-batuk, dan dada terasa nyeri. Faktor organisasi keagamaan berkaitan dengan organisasi agama yang diikuti informan yang melarang merokok. Faktor keluarga berkaitan dengan keluarga informan yang mengikuti jejaknya sebagai perokok. Di samping itu, informan juga mempunyai balita yang seharusnya tidak boleh terkena asap rokok. Metode yang dipilih untuk berhenti merokok adalah metode pengobatan, perubahan perilaku, dan dorongan positif. Semua peristiwa di atas menyebabkan seorang perokok harus menghentikan kebiasaannya sebagai perokok. Hikmah di balik itu semua adalah perokok memiliki kemauan yang kuat untuk berhenti dari merokok.

Smoking Cessation Therapy. Cigarettes are regarded as being highly addictive. Consequently, if the smoker quits their habit, they will feel physically and mentally stressed. The purpose of this research is to understand, successful methods of quitting smoking, and factors which ease quitting smoking. It is also hoped to be able to lay a base for and bring into reality every element of society to create a social etiquette in smoking. Research using qualitative method by case studies among 3 smokers was undertaken in 2004. The criteria of the informant was age more than 40 years old, married, successfully in smoking cessation, and 10 years more as a smoker. The interview to informants was hold by recorder. The principle model of successful quitting smoking was the strong will and determination of the smokers themselves. The reasons to stop smoking were also health, religious organisation, and, family factors. Health factors are related with disease suffered by the informants such as hypertension, fever, cough and headache. Religious organisation factors are related to religious organization that prohibit to smoke. Family factors were related to the family of the informants who followed in their footprints as smokers. Besides that, the informants also had young children who should not be exposed to cigarette smoke. The methods used by the informants to smoke cessation were therapy, changing behavior, and positive encouragement. All the above incidents resulted in a smoker quitting their habit. The wisdom behind all this is a smoker who has a strong will to quit smoking."
Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada. Fakultas Ilmu Budaya, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianison
"Saat ini tembakau telah dikonsumsi di seluruh dunia dan 65-85% tembakau itu dikonsumsi dalam bentuk rokok. Berbagai masalah kesehatan telah timbul akibat kebiasaan merokok yang telah melanda dunia saat ini. Badan kesehatan dunia (WHO) dan organisasi kesehatan lainnya giat berkampanye untuk menangani masalah epidemi merokok. Diperkirakan dewasa ini 2,5 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat penyakit-penyakit yang timbul karena merokok. Bahaya merokok telah diketahui orang sejak lebih dari 400 tahun yang lalu namun laporan mengenai penyakit yang berhubungan dengan rokok baru ada sekitar abad ke-18 yaitu ditemukannya kanker bibir dan kanker hidung.
Sekarang kita sedang berhadapan dengan suatu bencana medis terbesar yaitu penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok. Penyakit tersebut merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki. Sudah lama dikenal bahwa asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan berhubungan dengan 25 penyakit di tubuh manusia dari kepala sampai kaki, dari kanker sampai impotensi. Sekitar 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan yang ada di Indonesia adalah perokok Secara keseluruhan sekitar 27,7% persen penduduk Indonesia adalah perokok meskipun data lokal menunjukkan basil yang berbeda-berbeda. Berdasarkan data WHO 2002, Indonesia menduduki urutan kelima dalam konsumsi rokok di dunia. Setiap tahunnya dikonsumsi sekitar 215 miliar batang rokok, dengan total biaya lebih dari 100 triliun. Di dunia diperkirakan terdapat sekitar 1,2 milyar perokok, 800 juta diantaranya terdapat di negara berkembang.
Merokok adalah salah satu penyebab kematian manusia di dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan terdapat 4,9 juts kematian tiap tahun akibat rokok, berarti terdapat satu kematian tiap 8 menit. Angka ini diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2030. Centers for Disease Control and Preventions (CDC) saat ini tengah bekerja keras mengatasi masalah yang timbul akibat rokok dengan membuat program pengontrolan dan pencegahan pemakaian rokok secara global. Program ini dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak di dunia. Bentuk program itu antara lain adalah surveillance global tentang rokok. Ada empat surveillance global yaitu Global Youth Tobacco Survey (GYTS), Global School Personnel Survey (GSPS), Global Medical Doctors Survey (GMDS) dan Region Survey of Country Specific Tobacco-related Information (Regional Survey).
Salah satu bentuk konkrit ikut membantu program WHO adalah dengan melakukan GSPS di kota Depok. Kota Depok merupakan salah satu kota di propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Jakarta, terletak di selatan kota Jakarta. Luas daerahnya adalah 200,29 km2, terdiri dari 6 kecamatan, 63 kelurahan dan jumlah penduduk 1.369.461 jiwa. Terdapat 126 sekolah menengah pertama (SMP) di Depok ini yang tersebar di 6 wilayah, terdiri dari 14 SMP negeri dan 112 SMP swasta. Selama ini belum ada data tentang kekerapan merokok, data tentang pengetahuan dan sikap terhadap perilaku merokok pada guru dan karyawan SMP di Depok ini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T20856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Prasasti
"WHO menyatakan bahwa 41% remaja laki-laki dan 3,5% remaja perempuan usia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok. Pada tahun 2025 diprediksi 20% populasi perempuan di dunia akan menjadi perokok, terjadi peningkatan dari tahun 2005 sebesar 12% (Gender and Tobacco Control: a Policy Brief WHO,2007). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat kualitatif eksplanatoris Sumber data penelitian yaitu data primer. menggunakan teknik wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik siswa, karekteristik keluarga dan faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap perilaku merokok informan. Saran dari hasil penelitian ini adalah Meningkatkan bentuk-bentuk kegiatan yang mendukung penganangan dan pencegahan untuk menunjang perilaku merokok yang terkait kesehatan siswa maupun lingkungannya.

WHO states that 41% of teenage boys and 3.5% among girls aged 13-15 years in Indonesia are smokers. In 2025 predicted 20% of the population of women in the world will become smokers, there was an increase from 2005 of 12% ( Gender and Tobacco Control: A Policy Brief WHO, 2007). This research was conducted with a qualitative approach that is qualitative explanatory research data sources are primary data. using interview techniques.
The results showed that Student Characteristics, Family Characteristics and Environmental Factors influence on smoking behavior informants. Suggestions of Improving the results of this study are forms of activities that support and prevention penganangan to support healthrelated smoking behavior of students and their environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>