Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42482 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Belonia Prihandini Utami
"Hidup membuat anak penyandang autis kebingungan ketika tidak ada pola yang bisa dijadikan acuan. Lingkungan terprediksi perlu dihadirkan dalam rangka memberi pola acuan yang bisa dibaca dengan mudah oleh mereka. Rumah sebagai sebuah setting dimana derajat terprediksi ditemukan, dari segi ruang, waktu dan keberadaan keluarga menjadi penting untuk diungkap. Lingkungan terprediksi ternyata dicapai melalui penyediaan sebuah pola yang konsisten dan stabil lewat spatial sequencing of functions dan visual attributes. Kebutuhan khusus ruang ini mendukung tercapainya kebutuhan akan stimulasi, keamanan, dan identitas yang bersama koreografi spasial keluarga mengoptimalkan dan membantu anak penyandang autis mandiri dalam kesehariannya di rumah.

Life is bewildered when autistic child found no set pattern. The need for a predictable environment is a concern on autistic child life?s to provide them the set pattern, easy to read. Home as a setting where the predictability degree exists, on its space, time and family presence become important to be revealed. Predictable environment is achieved by providing a consistency and stability through spatial sequencing of functions and visual attributes. These special needs of space support the needs for spatial stimulation, security, and identity, moreover collaborate with family?s spatial choreography to optimize and support autistic child?s independence on their daily life at home."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Safira Riska
"Perubahan pada ruang adalah salah satu cara manusia untuk menyesuaikan ruang yang ada dengan kebutuhan mereka agar tercapai kecocokan kebutuhan fit to need. Pada lingkungan rumah tinggal dengan kehadiran anak penyandang autis, perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang didominasi oleh reaksi orang tua. Kebutuhan perilaku anak autis cenderung memicu orang tua melakukan perubahan ruang untuk mencapai fit to need bagi seluruh anggota keluarga. Skripsi ini menunjukkan terjadinya perubahan pada rumah tinggal anak penyandang autis yang melingkupi proses pemicu perubahan, reaksi terhadap perilaku dan reaksi terhadap perubahan.

Change of spaces is one of the ways to adjust the available space arround us in order to reached the condition of fit to needs. Changes which occured in the home environment of children with autism, tend to be the changes dominated by parents. Behavioral needs of autistic children often triggered parents to react and made spatial changes in order to reach fit to needs of family members. This study illustrates various changes that occured in autistic children’s homes which involved the trigger of spatial changes, the reaction to the behavior and the reaction to the spatial changes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidyta Puspa M.
"Penelitian ini membahas peran orang tua bagi anak autis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Penderita autis dapat diketahui dari terhambatnya interaksi sosial yang diikuti gangguan perkembangan komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Untuk memperoleh kesejahteraannya, peran keluarga sangat diperlukan agar anak autis bisa mengaktualisasikan dirinya secara optimal terutama agar anak autis dapat diterima dengan baik oleh orang-orang di sekitar mereka. Dengan metode penelitian kualitatif menggunakan studi kasus terhadap 3 keluarga yang memiliki anak autis, penelitian ini memahas peran-peran yang dijalankan keluarga bagi anak autis. Didapati bahwa keluarga menjalankan peran yang cenderung berbeda dalam memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak autis.

This research describes parents role for Autistic Children in their dialy life. Children with Autism can be known by their distracted social interaction followed by communication disorder either verbal or non-verbal communication. Family role is something that autism children really require to be actualized optimally, especially so that they can be accepted by the people they surrounded by. By using qualitative research method with case study, this research means to explain family roles for children with Autism. From this research known that family play pretty much different roles in sustaining and providing children with autism?s Physical, Psychological and social needs."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Elisa
"Membesarkan anak penyandang autisme merupakan tantangan bagi ibu dan dapat menjadi sebuah pemicu terjadinya stres dikarenakan karakteristik anak, kebutuhan terapi dan keterlibatan ibu dalam tugas perawatan anak sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) menggunakan sampel ibu dari anak penyandang autisme di Rumah Autis Bekasi sebesar 40 responden yang dipilih dengan teknik total sampling.
Instrumen yang digunakan adalah Parental Stress Scale (PSS) untuk mengukur tingkat stres yang dialami orangtua karena kehadiran anak. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari sebagian ibu mengalami tingkat stres rendah. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan beragamnya perolehan data demografi yang berpotensi untuk memengaruhi tingkat stres ibu selama mengasuh anak.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melihat tingkat stres ibu berdasarkan tingkat keparahan anak dan faktor lain yang memengaruhi tingkat stres selama mengasuh anak.

Raising a child with autism is a challenge for the mother and can be a trigger of high stress due to the characteristics of the children, therapy needs and the mother?s involvement in the daily child care tasks. This study aims to identify the stress levels among mothers of children with autism. The design of this study was a descriptive cross-sectional approach used a sample of mothers who have autistic children at the Rumah Autis Bekasi, 40 respondents were selected with a total sampling technique. The instruments used were the Parental Stress Scale (PSS) to measure the level of stress experienced by parents because of the presence of children. The results of this study showed more than most mothers experience lower levels of stress. It is expected to be related to the demographic diversity of the data acquisition with the potential to affect the level of mothers? stress during parenting. Suggestions for future research are to see the mother's stress levels
based on the severity of the child and other factors that affect the levels of stress during parenting."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Septiono
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26620
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afini Wirasenjaya
"Memiliki anak autis membuat orang tua harus menjadi satu-satunya pengasuh bagi anak. Segala kebutuhan khusus yang harus dipenuhi anak dan menetapnya karakteristik keautisan dapat menimbulkan stres kronis bagi orang tua. Stres kronis ini dapat diatasi dengan mekanisme meaning-focused coping, yaitu positive reappraisal dan pembentukan makna baru yang dapat menghasilkan emosi positif pada individu. Kedua hal tersebut dapat dilakukan dengan berpikir kontrafaktual. Penelitian ini ingin membuktikan pengaruh berpikir kontrafaktual terhadap emosi pada orang tua dengan anak autis, sebagai upaya coping stress. Penelitian dirancang menjadi penelitian eksperimen between-subject. Sebanyak 53 orang tua dengan anak autis berpartisipasi dalam penelitian ini yang kemudian dibagi ke dalam dua kelompok secara acak. Seluruh partisipan pertama-tama diminta untuk menuliskan pengalamannya selama merawat anak autis. Kemudian partisipan di kelompok eksperimen diminta untuk berpikir kontrafaktual, dengan membayangkan alternatif kejadian ketika ia merawat anaknya dengan cara yang berbeda. Selanjutnya seluruh partisipan diminta untuk mengisi kuesioner tentang emosi, yaitu POMS Grove Prapavessis, 1992. Hasil uji independent sample t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari emosi antara partisipan kelompok kontrol M=89,5; SD=12,8 dan kelompok eksperimen M=81,4; SD=7,8 ; t 51 =2,83, p.

Having an autistic child makes the parents to be the only caregiver. Every special needs that have to be met and the abiding of the autism characteristics can cause a chronic stress for the parents. It can be overcome by mechanisms of meaning focused coping, i.e. positive reappraisal and creation of new meaning that generates positive emotion. Both can be done through counterfactual thinking. This research wants to verify the effect of counterfactual thinking on emotion in parents with autistic child, as a coping stress attempt. This research has experimental between subject design. A total of 53 parents with autistic child participated in this research that randomly divided into two groups. First, all participants were asked to write their experience in taking care of their child. Next, the participants in the experiment group were asked to think counterfactually by imagining if they do different things when taking care of their child. Hereafter, all participants were asked to fill a questionnaire about emotion i.e. POMS Grove Prapavessis, 1992. Independent sample t test indicates there is a significant difference in emotion between participants in control group M 89,5 SD 12,8 and participants in experiment group M 81,4 SD 7,8 t 51 2,83, p<0,05. That result support this research hypothesis that participants in the experiment group have different emotion score with the particiants in control group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Larissa M.S.P.
"Penulisan ini bertujuan untuk memahami bagaimana sebuah lingkungan interior dapat menghadirkan kualitas spasial yang menciptakan kontrol terhadap pergerakan (movement) dalam konsep continuous interior. Proses pemahaman ini ditelusuri melalui studi mengenai pembentukan sistem persepsi yang melibatkan fungsi sensori dan gerak tubuh.
Studi kasus dilakukan dengan melakukan penelusuran terhadap lingkungan interior melalui perspektif penyandang low vision. Ketidakoptimuman fungsi sensori visual terkait persepsi ruang, berdampak pada kesulitan berorientasi dan bernavigasi.
Studi terhadap penelusuran memberikan temuan bahwa beberapa perlakuan terhadap elemen-elemen ruang mampu menghasilkan kualitas spasial yang ditawarkan dalam konsep "continuous interior". Perlakuan terhadap elemen ruang yang repetitif menghasilkan kualitas kontinuitas (continuity).
Selain itu, perlakuan terhadap elemen ruang yang berfungsi sebagai landmark atau penanda menghadirkan kualitas keberagaman program (diversity of programme). Kedua kualitas spasial tersebut kemudian mampu mengarahkan alur pergerakan (directed flow) pernyandang low vision.

This undergraduate thesis focuses on understanding how an interior environment offers spatial qualities that could create control on movement, by looking at a theory called "continuous interior". The understanding process involves study on the construction of the perception system, which further involves comphrehension on sensory system and body movement.
Study cases for this thesis are done by interviewing and having a walk through an interior environment with people whom have low vision. The involvement of people with low vision is to understand the perspective of space from a low vision point of view, which leads to difficulties on orienting and navigating through space.
From the study case, it is found that several treatments towards spatial elements could create spatial qualities (continuity, diversed programme, directed flow) proposed by the theory of "continuous interior". Repetitive treatments on spatial elements create the spatial quality of continuity. Other than that, elements that are designed as landmarks create the spatial quality of diversed programmed. Both the spatial quality of continuity and diversed programme then creates another spatial quality of directing the movement (directed flow) of people with low vision.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Hapsari
"Home, bagi anak prasekolah, tidak hanya berfungsi sebagai sebuah naungan tempat tercukupinya kebutuhan primer anak, tapi juga suatu lingkungan tempat anak prasekolah ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Inilah yang harus dipenuhi oleh Taman Penitipan Anak (TPA). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana fungsi home bagi anak prasekolah itu terpenuhi. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu mengetahui apa sebenarnya home itu dan apa saja unsur pembentuknya; karakter anak prasekolah, yang meliputi perkembangan dan kebutuhan di periode tersebut; dan beberapa panduan desain tentang suatu lingkungan fisik anak, dalam hal ini day care center, yang baik.
Berdasarkan analisis studi kasus yang telah dilakukan terhadap tiga TPA di lingkungan kantor melalui observasi dan wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa tidak semua TPA yang menjadi objek studi kasus dapat memenuhi fungsi home sampai dengan hierarkinya yang tertinggi, yaitu sebagai pengaktualisasian diri, karena ada kalanya TPA-TPA tersebut hanya suatu home yang memenuhi kebutuhan mendasar saja. Pemenuhan kebutuhan akan home bagi anak prasekolah ini membutuhkan pengetahuan yang cukup dan menyeluruh dengan disertai definisi yang jelas mengenai peruntukan dan fungsinya, yang disertai dengan pengelolaan yang menunjang fungsi TPA sebagai home bagi anak prasekolah.

Home for preschool children is not only a shelter where their basic needs are fulfilled but also a place where their developmental needs can be met. Taman Penitipan Anak (TPA) - or day care center - should be able to function as a home for preschool children. The purpose of this writing is to examine to what extent the function of home for preschool children is fulfilled. It becomes necessary to know exactly the meaning of home and the elements that create a home; the charactercisics of preschool children, including the development and needs in that period; and some design guidelines for good physical environment, in this case, of day care center.
Based on the analysis of case study on three TPAs in offices through observation and personal interview methods, a conclusion is obtained that not all of the case study objects can fulfill the highest function of home, that is self- actualization; sometimes TPA only fulfills the basis needs of preschool children. The fulfillment of the functions of home for preschool children need a whole knowledge on the clear definition of TPA's purpose and function, and also the design and management of the physical elements that support the function of TPA as a home for preschool children.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52279
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evelin Sabrina
"Arsitek berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia melalui keterlibatannya membentuk lingkungan binaan bagi manusia. Lingkungan therapeutic adalah salah satu lingkungan binaan yang diciptakan oleh arsitek yang dapat memberikan kontribusi terhadap kesehatan manusia. Skripsi ini membahas kehadiran lingkungan therapeutic bagi kelompok manusia lanjut usia. Manusia dalam perkembangan hidupnya akan mencapai tahap tua dan kondisinya akan mengalami kemunduran dalam hal fisik dan psikologis. Pada lansia, kemunduran yang dialaminya dapat membuat mereka jarang berkegiatan di luar tempat tinggalnya. Tempat tinggal menjadi tempat dimana lansia banyak menghabiskan waktu didalamnya. Skripsi ini mengkaji tentang peranan tempat tinggal sebagai lingkungan therapeutic bagi lansia.
Peranan tempat tinggal sebagai lingkungan therapeutic dapat dilihat melalui dua peran yang dimilikinya yaitu sebagai fasilitator dan simbol kualitas. Peran sebagai fasilitator berkaitan dengan fungsi tempat tinggal dalam mendukung kegiatan lansia baik aktivitas fisik maupun interaksi sosial. Peran sebagai simbol kualitas berkaitan dengan informasi dan stimulasi dari lingkungan dalam mendukung pemenuhan psikologis lansia.
Dari studi kasus dapat dilihat sejauh mana tempat tinggal lansia dapat berperan sebagai lingkungan therapeuticc. Studi kasus dilakukan pada dua tempat tinggal yang dimiliki oleh lansia dan ditempati bersama keluarganya. Tempat tinggal yang dimiliki tidaklah dirancang khusus untuk lansia. Beberapa elemen dalam tempat tinggal memang berperan esensial sebagai sarana terapi karena ruang-ruang dan fasilitas yang ada mampu mendukung dan membantu kondisi lansia. Tetapi juga diperlukan sejumlah peningkatan untuk lebih memaksimalkan perannya sebagai lingkungan therapeutic. Peran lingkungan fisik tempat tinggal sebagai lingkungan therapeutic juga tidak lepas dari peran anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama lansia.

Architects plays a part in fulfilling humans needs by its involvement in making a man made environment to humans. The therapeutic environment is one of the man made environments that is created by the architect that can give contributions to the human health. This thesis is about the presence of the therapeutic environment for the group of elderly people. Humans that is in a state of development will reach the elderly phase, which will decrease their physical and psychological abilities. To the elderly, this decrease of their abilities that they experience will make them do less activities outside their homes. Houses will be their place to do all sorts of indoor activities. This thesis will dig deeper to the role that houses play as the therapeutic environment to the elderly.
The role that houses play as a therapeutic environment can be seen as two roles that is as a facilitator and a quality symbol. The role as a facilitator is related with the function of houses that support the elders activities both in physical activites and in social interactions. The role as a quality symbol is related to the information and the stimulant from the environment that supports the fulfillment of the elderly psychology.
From the study case we could observe how far the elders houses act as a theraputic environment.The study case is done in two houses that is owned by an elder and their family. The house is not designed and built specially for elders. Some elements in the house does act as an essential for therapic facilities because the space and the facility supports the elderly conditions. But it needs some upgrades to maximize its role as an therapuetic environment. The role of the house as a therapeutic environment is also involved with other family members that is living together with the elders."
2008
S48439
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Rizqullah Muttaqin
"Keterlambatan bicara merupakan ketidaksesuaian pada kemampuan anak dalam berbicara dibandingkan dengan anak seusianya sehingga sulit untuk dimengerti oleh orang lain. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dan perkembangan bicara anak, salah satunya lingkungan keluarga dan temperamen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran lingkungan keluarga dan temperamen terhadap keterlambatan bicara serta seberapa besar peran kedua variabel tersebut. Penelitian ini melibatkan 128 partisipan yang memiliki anak usia 3 dan 4 tahun. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Speech and Language Developmental Milestones, Home Screening Questionnaire (HSQ), dan EAS Temperament Survey for Children. Hasil analisis statistik penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dan temperamen anak tidak berhubungan dengan kecenderungan keterlambatan bicara pada anak usia 3 dan 4 tahun. Penelitian ini diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian yang akan datang agar mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan lingkungan keluarga dan temperamen terhadap kecenderungan anak usia 3 dan 4 tahun yang mengalami keterlambatan bicara.

Speech delay is a discrepancy in a child's ability to speak compared to other children of the same age, making it difficult for others to understand. There are several factors that can affect the ability and development of children's speech, one of which is the family environment and temperament. This study aims to see how the role of family environment and temperament on speech delay and how big the role of these two variables. This study involved 128 participants who had children aged 3 and 4 years. The instruments used in this study were Speech and Language Developmental Milestones, Home Screening Questionnaire (HSQ), and EAS Temperament Survey for Children. The results of the statistical analysis of this study showed that family environment and child temperament were not associated with the tendency of speech delay in 3 and 4-year-old children. This study expected can be refined in future research in order to get a clearer picture of the relationship between family environment and temperament towards the tendency of children aged 3 and 4 years to experience speech delays."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>