Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winie Karunia Rahmani
"Penggunaan vaksin DNA untuk kasus HIV merupakan suatu usaha untuk menghasilkan respons imun humoral dan selular dalam tubuh. Membraneproximal external region (MPER) gp41 merupakan salah satu target utama untuk menginduksi antibodi netralisasi. Tetapi, MPER merupakan imunogenik lemah. Oleh karena itu, pada penelitian sebelumnya, epitop MPER disisipkan dalam situs antigenik 1 gen HA dari virus Influenza H5N1. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai respons antibodi spesifik MPER-gp41 pada mencit BALB/c yang diimunisasi vaksin DNA HA-MPER-1. Plasmid DNA diproduksi skala besar untuk diformulasikan dengan DMRIE-c. Perbandingan molaritas DMRIE-c dan DNA yaitu 2:1. Mencit BALB/c betina diimunisasi vaksin pcDNA3.1 HA-MPER-1 dengan dosis tunggal 50 Dg secara intramuskular. Jadwal imunisasi dilakukan pada minggu ke 2, 4 dan 6 dan sampel serum diambil sebelum masing-masing penyuntikan. Sampel serum dianalisis dengan menggunakan teknik ELISA peptida.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji ANOVA menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok vaksin pcDNA3.1 wildtype, vaksin pcDNA3.1 HA-MPER-1 (p=0,014) dalam kelompok serum mencit BALB/c ke IV. Walaupun demikian, pada penelitian ini tidak ada respon antibodi spesifik MPER-gp41 pada serum mencit BALB/c yang diimunisasi vaksin DNA HAMPER-1.

The utilizing of DNA vaccine for HIV?s case is an effort to elicit humoral and cellular immune responses in the body. Membrane-Proximal External Region (MPER) of gp41 is one of prime target for the induction neutralizing antibodies. But MPER is weak immunogenicity. Therefore, the previous research, epitope MPER was inserted at antigenic site 1 of gene HA from virus influenza H5N1. The purpose of this research is to assess specific antibody response MPER-gp41 in BALB/c mice immunized DNA vaccine HA-MPER-1. DNA plasmid was produced in scale up to be formulated with DMRIE-c. The molar ratio of DMRIE-c and DNA is 2:1. Female BALB/c mice was immunized intramuscularly DNA vaccine pcDNA3.1 HAMPER-1 with single dose 50 Dg. The immunization schedule was carried out at week 2, 4 and 6 and serum samples were collected at before each inoculation. Serum samples were analyzed by peptide ELISA technique.
The result of statistic test with ANOVA test showed that there are difference significant level between pcDNA3.1 wildtype and pcDNA3.1 HA-MPER-1 (p=0,014) in fourth serum of BALB/c mice. Although, in this research there was no specific antibody response MPER-gp41 in BALB/c mice immunized DNA vaccine HA-MPER-1."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42313
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasanah
"Masih tingginya prevalensi infeksi HIV di Indonesia dan anjuran WHO untuk melakukan pengembangan vaksin HIV-1 dalam penanganan penyebaran infeksi, menjadikan pentingnya dilakukan pengembangan vaksin HIV untuk tujuan preventif maupun kuratif HIV-1 berdasarkan subtipe AE_CRF01 isolat Indonesia. MPER gp41 sebagai salah satu target dalam pengembangan vaksin HIV telah diketahui dapat menginduksi produksi antibodi netralisasi HIV terhadap MPERgp41. Namun dalam implementasinya, MPER memiliki imunogenisitas yang rendah. Pada penelitian terdahulu telah berhasil dibuat vaksin DNA HA-MPER2 yang mengandung gen HA H5N1 sebagai antigen yang akan mempresentasikan epitop MPER gp41 HIV-1. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya respon antibodi spesifik MPER gp41 HIV-1 pada mencit BALB/c yang diimunisasi vaksin DNA HA-MPER2, kemudian dibandingkan dengan kelompok mencit yang diimunisasi vaksin DNA HA-MPER1, vaksin DNA HA dan vaksin DNA wildtype. Penelitian diawali dengan membuat sel E. coli TOP 10 kompeten, transformasi plasmid rekombinan, verifikasi hasil isolasi plasmid dengan analisa gel agarosa 0,8% dan sekuensing. Kemudian dilakukan preparasi vaksin DNA sebelum penyuntikan dengan dilarutkannya plasmid dalam PBS 1x dan ditambahkan DMRIE-c (perbandingan molar 1:2). Pengujian ELISA dilakukan terhadap serum antibodi (pengenceran 1/50) dengan menggunakan peptida ELDKWAS 12,5 μg/ml sebagai antigen. Hasil uji ELISA menunjukkan adanya respon antibodi spesifik terhadap MPER gp41 HIV-1 dengan titer antibodi dalam jumlah rendah.

The high prevalence of HIV infection in Indonesia and WHO recommendation to develop HIV-1 vaccine in the handling of infection spreading signifies the importance of HIV-1 vaccine development for preventive and curative purpose based on AE_CRF01 subtype of Indonesian isolate. MPER gp41 as one of the target of HIV vaccine development had been known to induce production of neutralizing antibody against HIV MPER gp41. However, in the implementation, MPER had low immunogenicity. Previous work on HIV vaccine development at IHVCB-UI had succesfully produced DNA HA-MPER2 vaccine prototype which contained HA H5N1 gen as a scaffold that would present MPER gp41 HIV-1 epitope. This research was conducted to prove the existence of specific antibody response towards HIV MPER gp41 in BALB/c mice immunized by HA-MPER2 DNA vaccine in comparison with BALB/c mice immunized by HA DNA vaccine and the pcDNA3.1 vector DNA. The research was initiated by generation of E. coli TOP 10 competent cells, followed by transformation of competent cells, and plasmid isolation. The result would be verified by 0.8% agarosa gel analysis and sequencing, followed by DNA vaccine preparation by dissolving plasmid in PBS 1x and adding DMRIE-c (molar comparation 1:2). The ELISA test was conducted towards antibody serum (dilution 1/50) by using 12.5 μg/ml ELDKWAS peptide as an antigen. The result showed the presence of specific antibody response towards HIV MPER (ELDKWAS) gp41 that was observed in low titer."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42194
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Siswanti E
"Aterosklerosis bersama trombosis merupakan dua faktor penting terjadinya infark miokard. Beberapa faktor resiko konvensional seperti hipertensi diabetes mellitus, obesitas dislipidemia, merokok serta riwayat keluarga berperan untuk terjadinya infark miokard, tetapi ternyata 25% - 50% kejadian infark miokard tak bisa diterangkan dengan faktor resiko tersebut, Faktor resiko kejadian iskemik akut lainnya telah ditemukan berdasarkan studi epidemiologis yaitu: fibrinogen, penghambat aktivator trombosit I, lipoprotein a, antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus, lekosit dan viskositas darah Antibodi antifosfolipid yang antara lain terdiri dari antibodi antikardiolipin (ACA) dan antikoagulan lupus (LA), mempunyai hubungan erat dengan trombosis. Antibodi antikardiolipin yang terdiri dari isotype IgG, IgM, dan IgA, merangsang terjadinya trombosis dengan menghambat aktivasi protein C, mengikat fosfolipid membran trombosit serta menghambat produksi prostasiklin oleh sel endotel, sehingga timbul peningkatan agregasi trombosit, vasospasme, peningkatan aktivasi koagulasi dan akhirnya menimbulkan trombus. prospektif terhadap 46 penderita infark Telah dilakukan penelitian miokard usia muda ( laki laki < 55 tahun, perempuan < 65 tahun) di Rmah Sakit Jantung Harapan Kita, untuk melihat kadar ACA. Didapatkan peninggian ACA pada 13 penderita (28,3% ), dimana pada 8 penderita isotype IgG yang tinggi, 5 penderita isotype IgM yang meninggi dan tidak ada satupun yang meninggi keduanya. Tidak terdapat perbedaan antara kelompok ACA tinggi dan ACA normal dalam usia, faktor resiko, kadar HDL, LDL dan trigliserid, sedang nilai kolesterol total dan IgG ACA serta IgM ACA berbeda bermakna (p<0,05) Dalam pemantauan kejadian reinfark miokard, angina pektoris tak stabil atau meninggal yang dilakukan selama 10 16 bulan, didapatkan pada kelompok ACA normal 3 orang ( 9,7% ) dan pada kelompok ACA tinggi 3 orang (28,3%) Hasil ini menunjukkan kadar ACA yang lebih tinggi pada penderita infark menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk terjadinya reinfark dan kematian, dan dapat menunjukkan prognosis pasca infark (RR = 2,54, p>0,05). Selanjutnya, untuk mendapat informasi lebih baik perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan pemeriksaan titer ACA dilakukan secara serial."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Tresna Amalia Ilmi
"Infeksi human papillomavirus tipe 16 (HPV16) dapat menyebabkan kanker servikk, penyebab kematian no 2 di dunia. Salah satu pencegahannya adalah dengan imunisasi. Vaksin komersil saat ini merupakan vaksin viral like particles (VLP) diproduksi pada sistem ekspresi yeast dan baculovirus. Sebagai upaya penyediaan vaksin dengan harga lebih ekonomis telah dilakukan pengembangan vaksin DNA dan protein rekombinan L1 HPV16 yang diekspresikan di prokariota. Antigenitas vaksin DNA dan L1 rekombinan diujikan dalam peneltian ini. Penelitian dimulai dari pemindahan L1 dari pUC L1 HPV16 ke pCDNA3.1, ekspresi L1 rekombinan dalam prokariota, pengamatan pembentukan VLP oleh L1 rekombinan dengan transmission electron microscope (TEM), pengujian antigenitas kombinasi vaksin DNA dan protein rekombinan pada BALB/c. Hasil menunjukkan pcDNA3.1 L1 berhasil diperoleh yang dibuktikan dengan analisis enzim restriksi dan sekuensing. L1 rekombinan berhasil membentuk VLP, vaksin komposisi 12,5 μg pcDNA3.1 L1 dikombinasikan 2 μg L1 rekombinan menginduksi titer antibodi endpoint tertinggi pada pengambilan serum terakhir yaitu 23.55 (p<0.05) dibandingkan vaksin 12,5 μg pcDNA3.1 L1 (2.775) dan 2 μg L1 rekombinan (10.45) yang diberikan secara terpisah setelah 3 kali imunisasi. Sebagai kesimpulan pCDNA3.1L1 berhasil diperoleh, protein L1 rekombinan dapat membentuk VLP dan pemberian kombinasi pcDNA3.1 L1 dan L1 rekombinan menginduksi respon kekebalan tubuh lebih bagus dibandingkan pemberian secara terpisah.

Infection with human papillomavirus type 16 (HPV16) can cause cervical cancer, the second cause of death in the world. One way to prevent it is with a barrier. The current commercial vaccine is a viral like particle (VLP) vaccine produced on yeast and baculovirus expression systems. As an effort to provide a vaccine at a more economical price, a DNA vaccine and a recombinant L1 HPV16 protein that are expressed in prokaryotes have been developed. The antigenicity of recombinant DNA and L1 vaccines was tested in this study. The research started with the transfer of L1 from pUC L1 HPV16 to pCDNA3.1, expression of recombinant L1 in prokaryotes, assessment of VLP formation by recombinant L1 with transmission electron microscopy (TEM), testing the antigenicity of a combination of DNA vaccines and recombinant protein on BALB/c. The results showed that pcDNA3.1 L1 was successfully obtained, as evidenced by restriction enzyme analysis and sequencing. The recombinant L1 succeeded in forming a VLP, the composition of the vaccine 12.5 µg PCDNA3.1 L1 combined 2 µg L1 recombinant induced the highest endpoint antibody titer (10.45) which was given 23.55 (p <0.05) compared to the 12.5 µg vaccine PCDNA 3.1 L1 (2,775) and 2 µg L1 recombinant (10.45) given by 3 times. As a conclusion, pCDNA3.1L1 was successfully obtained, recombinant L1 protein can form VLP and provide a combination of recombinant pcDNA3.1 L1 and L1 induce an immune response better than administration separately."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulya Rahma Dhairyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.M.B. Sunarti
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Dalam upaya mencari vaksin dengue yang aman, efisien dan ekonomis maka diperlukan peta epitop yang lengkap sehingga dapat diketahui fraksi virus yang bersifat imunogen kuat. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan panel antibodi monoklonal. Karena dengue tipe 2 merupakan salah satu tipe yang banyak dihubungkan dengan kasus - kasus berat dan fatal di Indonesia maka dalam penelitian ini akan dicoba untuk membuat antibodi monoklonal terhadap virus dengue tipe 2 galur NGC dengan jalan memfusikan sel mieloma mencit P3U1 dengan splenosit mencit yang sebelumnya diimunisasi dengan virus dengue tersebut.
Proses fusi dibantu dengan penambahan polietilen glikol 4000 50 % dan sel disebar pada sumur mikrotiter. Seleksi sel hibrid dilakukan dengan cara menam bahkan medium yang mengandung hiposantin, aminopterin dan timidin. Selanjutnya dilakukan pemilahan antara hibrid yang mensekresi antibodi dan tidak dengan cara ELISA. Karakterisasi supematan hibrid terpilih dilakukan dengan cara ELISA dan HI dengan ke - 4 tipe virus dengue sedangkan reaktiiiasnya terhadap virus ensefalitis Jepang diuji dengan cara ELISA.
Hasil : Splenosit mencit Balb C betina yang sebelumnya diimunisasi dengan virus dengue tipe 2 galur NGC difusikan dengan 2,3 x 10 6 P3U1 dengan perbandingan 2 : 1. Seleksi dari 532 sumur mikrotiter yang berisi hasil fusi memperlihatkan pertumbuhan hibrid pada 383 sumur yang berisi 2 - 15 klon. Daripadanya hanya 201 sumur yang dapat ditapis dan setelah proses kloning - sub kloning dipilib 15 klon yang bereaksi kuat dengan D2 NGC.
Hasil uji dengan ke - 4 serotipe virus dengue dan virus ensefalitis Jepang menunjukkan adanya 1 klon yang bersifat spesifik tipe dan 6 klon yang Flavivirus sub group reactive. Dua klon tidak diuji secara lengkap karena jumlahnya kurang. Sebanyak 6 Mon tidak memenuhi kriteria penggolongan antibodi monoklonal yang diajukan oteh Henchal. Ditemukan juga 1 Mon yang merupakan sekretor labil.
Kesimpulan : Hasil yang didapatkan tidak memenuhi harapan. Adanya kontaminasi dihubungkan dengan sedikitnya jumlah antibodi monoklonal spesifik tipe yang dapat ditemukan. Klon yang berhasil ditemukan berupa Mon yang bersifat spesifik tipe, Flavivirus sub group reactive dan klon yang tidak dapat diklasifkasikan. Ditemukan pula klon yang termasuk sekretor labil .Rendahnya harga serapan yang didapatkan dari tampilan ELISA memerlukan beberapa cara untuk memperbaikinya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rahmat
"Latar Belakang : Sebuah virus influenza baru berasal dari babi, muncul di Amerika Utara pada tahun 2009, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan mengakibatkan pandemi influenza A 2009. Virus ini diklasifikasikan sebagai subtipe H1N1 menurut antigenisitas dari hemaglutinin (HA) dan protein neuraminidase (NA). Pandemi influenza tahun 2009 yang disebabkan virus H1N1 telah berakhir. Namun, kemungkinan terjadinya gelombang pandemi (H1N1) 2009 kedua sulit diprediksi. Vaksin DNA merupakan pendekatan baru yang sangat menjanjikan untuk vaksinasi. Vaksin ini dapat merangsang respons imun dengan batas yang sangat luas termasuk respons antibodi, respon sel T sitotoksik dan sel T helper. Dalam penelitian ini, plasmid DNA yang mengekspresikan antigen HA dan NA dari virus H1N1 diinjeksikan pada mencit Balb/C dengan berbagai komposisi dan lokasi injeksi. Imunisasi dilakukan pada mencit Balb/C untuk mengobservasi respon antibodi yang dihasilkan.
Metode : Plasmid DNA yang mengekspresikan HA dan NA dan digunakan untuk imunisasi mencit Balb/C pCDNA 3.1 diperbanyak dalam E.Coli Top 10 dan dipurifikasi atau dimurnikan dengan menggunakan Qiagen Plasmid Purification. Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok imunisasi, yaitu : kelompok pertama diimunisasi dengan vaksin pcDNA3.1-HA/pcDNA3.1, kelompok kedua diimunisasi dengan vaksin pcDNA 3.1-HA/pcDNA 3.1-NA yang dicampurkan, kelompok ketiga diimunisasi dengan vaksin pcDNA 3.1-NA/pcDNA3.1, kelompok keempat diimunisasi dengan vaksin tunggal pcDNA 3.1-HA yang disuntikan pada paha kiri dan pcDNA 3.1-NA pada paha kanan, kelompok kelima diimunisasi dengan kontrol pCDNA3.1. Respons antibodi spesifik terhadap HA diukur dengan metode ELISA.
Hasil : Kelompok mencit Balb/C yang diimunisasi dengan vaksin pcDNA 3.1 HA/pcDNA 3.1 dan pcDNA 3.1-HA/ pcDNA 3.1-NA menunjukkan kenaikan titer abtibodi yang signifikan setelah diimunisasi primer dan booster ke-3.

Background : A new influenza virus originated in pigs, appeared in North America in 2009, quickly spread throughout the world and cause pandemic influenza A 2009. The virus is classified as H1N1 subtype according to the antigenicity of the hemagglutinin (HA) and neuraminidase protein (NA). The 2009 influenza pandemic caused by the H1N1 virus has ended. However, the possibility of a wave of H1N1 pdm 2009 is difficult to predict. DNA vaccines are a very promising new approach to vaccination. This vaccine can stimulate an immune response with a very broad limits, including antibody responses, cytotoxic T cell responses and T helper cells. In this study, Plasmid DNAs espressing HA and NA antigen of influenza A H1N1 virus were injected into Balb/C mice with various compositions and site of injection. Immunization performed on Balb / C mice was performed to observe specific antibody response towards.
Methods : Plasmid DNAs expressing hemagglutinin and neuraminidase were used for Balb/C mice immunization transformed into a plasmid pCDNA3.1. Plasmid pCDNA 3.1 that express hemagglutinin and neuraminidase propagated in E. coli Top 10 and purified using Qiagen Plasmid Purification. Mice were divided into 5 groups of immunization, namely: the first group was immunized with pcDNA 3.1-HA/pcDNA 3.1 vaccine, the second group was immunized with pcDNA 3.1-HA/pcDNA 3.1-NA vaccine, The third group was immunized by pcDNA 3.1-NA/pcDNA 3.1 vaccine, fourth group were injected by pcDNA 3.1-HA vaccine in the left thigh by and pcDNA 3.1-NA vaccine in the right thigh and the fifth group immunized with the control pCDNA3.1.vaccine. HA-specific antibody responses measured by ELISA method.
Results : The group of Balb / C mice which were immunized with pcDNA 3.1- HA/pcDNA3.1 and pcDNA 3.1-HA/pcDNA3.1-NA vaccines show an significantly increase antibody titer after primary immunization and third booster.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Elitha Sundari
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis di dunia. DENV merupakan virus RNA rantai tunggal yang mengkode tiga protein struktural, tujuh protein non-struktural, dan dua daerah yang tidak ditranslasikan (UTR). Protein non-struktural 1 (NS1) DENV diketahui memiliki peran yang sangat penting dalam patogenesis infeksi DENV dan sebagai pengembangan vaksin dengue yang menjanjikan. Saat ini, pengembangan vaksin baru dengan DNA yang diimunisasikan memberikan perspektif baru karena aman, stabil, dan imunogenik. Pada penelitian sebelumnya, kami telah berhasil mengonstruksi vaksin rekombinan DNA yang mengkode protein NSI dari DENV-2 (pUNS1) dan diekspresikan secara in-vitro. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis lebih lanjut untuk melihat kemampuan pUNS1 dalam menginduksi respons imun humoral dengan imunisasi in-vivo. Sebanyak 16 mencit Balb/c yang berumur 4 minggu diimunisasi sebanyak 3 kali dengan 100 μg pUNS1 atau pUMVC4.a dalam interval waktu 1 minggu. Pengambilan sampel darah mencit dilakukan sebelum imunisasi dan dilakukan terminasi 1 minggu setelah imunisasi terakhir. Titer antibodi dari serum masing-masing mencit diukur dengan ELISA in-house. Titer IgG total, antibodi subkelas IgG2a dan IgG2b dari kelompok mencit yang diimunisasi dengan rekombinan pUNS1 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara serum pre-imunisasi dengan terminasi. Hal ini membuktikan kemampuan pUNS1 dalam menginduksi respons imun humoral terhadap NS1 DENV-2 secara in-vivo

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus (DENV) which spread widely in tropical and subtropical regions of the world. DENV is a single-positive strand RNA virus which encodes three structural proteins, seven non-structural proteins, and two untranslated regions (UTR). The non-structural protein-1 (NS1) of DENV is known to have important role in dengue pathogenesis also promising to be developed as dengue vaccine. Lately, novel vaccine approach by DNA immunization have given new perspective for a safe, stable, and immunogenic vaccine platform. Previously, we have successfully construct DNA vaccine encoding NS1 protein of DENV2 (pUNS1) which express recombinant NS1 protein in-vitro. Thus, in this current study the ability of pUNS1 to induce humoral immune response will be further analyzed by in-vivo immunization. Sixteen Balb/c mice aged of 4 weeks were immunized 3 times with 100 μg of pUNS1 or pUMVC4.a on 1 week time interval. Blood sampling was carried out just before immunization and termination was done 1 week after last immunization. Titer from individual mice sera against DENV-2 were measure with in-house ELISA. Total IgG titers, subclass IgG2a, and IgG2b antibodies from mice group immunized with recombinant pUNS1 showed a significant difference between pre-immunization and terminated serum. This is proven the ability of pUNS1 to induce humoral immune response against NS1 DENV-2 in-vivo."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Rakhmawati
"ABSTRAK
Vaksin baru sangat dibutuhkan untuk mengendalikan tuberkulosis TB . Protein yang disekresikan oleh M.tuberculosis diketahui dapat menginduksi kekebalan protektif. Pada genom M.tuberculosis terdapat protein yang berperan dalam reaktivasi M.tuberculosis, protein tersebut bernama resuscitation promoting factor Rpf . RpfD merupakan salah satu dari keluarga Rpf yang telah terbukti imunogenik sehingga membuat RpfD cocok untuk digunakan sebagai vaksin TB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkonstruksi vaksin DNA yang menyandi gen rpfD dan menginvestigasi imunogenisitas vaksin tersebut pada mencit. Gen rpfD M.tuberculosis diamplifikasi menggunakan teknik PCR. Gen rpfD dan plasmid pcDNA3.1 kemudian dipotong dengan enzim restriksi EcoRI dan HindIII kemudian diligasi dan ditransformasikan ke E.coli DH5?. Plasmid rekombinan pcDNA3.1-rpfD yang telah diuji kebenaran urutan asam amino dan orientasinya ditransfeksikan ke dalam sel CHO-K1. Selanjutnya, mencit Balb/c diimunisasi setiap dua minggu sekali secara intramuskular dengan pcDNA3.1-rpfD. Antibodi spesifik yang terdapat di serum mencit dideteksi dengan Western Blot. ELISA digunakan untuk mengukur tingkat IL-12, IFN-?, IL-4, dan IL-10. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terdeteksi antibodi yang spesifik terhadap pcDNA3.1-rpfD. Selain itu, vaksin DNA ini juga dapat menginduksi produksi IL-12 dan IFN-? tetapi tidak pada IL-4 dan IL-10.

ABSTRACT
Novel vaccines are needed to control tuberculosis TB . Proteins secreted by M.tuberculosis are known to induce the protective immunity. In the M.tuberculosis genome, there is protein for which a possible role in reactivation of M.tuberculosis, this protein called resuscitation promoting factor Rpf . RpfD is one of the Rpfs family which proved to be immunogenic as make it suitable to be used as TB vaccine. The aim of this study was to construct the DNA vaccine encoding rpfD gene and to investigate its immunogenicity in mice. The rpfD gene of M.tuberculosis was amplified using PCR techniques. The rpfD gene and pcDNA3.1 plasmid are then digest with restriction enzymes EcoRI and HindIII then ligated and transformed to E.coli DH5 . The recombinant plasmid pcDNA3.1 rpfD that has been tested the sequences and its orientation is transfected into CHO K1 cells. Furthermore, Balb c mice were immunized every two weeks intramuscularly with pcDNA3.1 rpfD. The specific antibodies in the serum detected by Western Blot. ELISA was applied to determine the levels of IL 12, IFN , IL 4, and IL 10. The result showed that the specific antibody was detected in the serum mice. Besides that, DNA vaccine can induce IL 12 and IFN but not in IL 4 and IL 10 production."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Hutami
"DNA vaccine is a promissing strategy in preparation for an influenza pandemic. DNA vaccine has been known for its ability to stimulate specific cytotoxic T cells CTL. C3D genetic adjuvants and Spdfull CD40L has been known to increase specific antibody responses. The purpose of this study is to determine the effect of the addition of genetic adjuvants C3D and Spdfull CD40L in H5N1 hemagglutinin DNA vaccines. Codon of DNA fragments of Hemaglutinin has been optimized and part transmembrane H5COP TM has been removed. Construction of H5COP TM DNA vaccine was using the expression vector pcDNA 3.1 and expressed in CHO cells was done to verify the vaccine construction. A group of 8 weeks BALB C mice were vaccinated intramuscularly with 3 weeks intervals of for each vaccination. Mice blood before primary vaccination and after each vaccination were collected and stored at 30°C to be analyzed. Another group of mice were vaccinated using plasmid pcDNA 3.1 wt as a control group, whereas four combinations of plasmid DNA, pcDNA 3.1 H5COP TM, pcDNA 3.1 H5COP TM C3D, pcDNA 3.1 Spdfull H5COP TM CD40L and pcDNA 3.1 Spdfull H5COP TM C3D CD40L were used for the treatment. Level of antibody response that occur from each treatment were measured using ELISA with H5COP as antigen coat for ELISA plate. The results of the ELISA test showed increased ratio of OD in baseline to third serum, with the highest ratio was H5COP TM C3D Spdfull CD40L 2.236, followed by H5COP TM C3D 1.900 , and the Spdfull H5COP TM CD40L 1.874.

Vaksin DNA merupakan strategi yang menjanjikan dalam persiapan menghadapi pandemik influenza. Vaksin DNA telah diketahui kemampuannya dalam menstimulasi sel T sitotoksik yang spesifik. Adjuvan genetik C3d dan Spdfull CD40L telah diketahui dapat meningkatkan respon antibodi spesifik. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui efek penambahan adjuvan genetik C3d dan Spdfull CD40L pada vaksin DNA Hemaglutinin H5N1. Fragmen DNA Hemaglutinin yang digunakan telah dioptimasi kodon dan dihilangkan bagian transmembrannya H5COP-TM. Vaksin DNA H5COP?TM dikonstruksi menggunakan vektor ekspresi pcDNA 3.1 dan hasil konstruksi setelah diverifikasi diuji ekspresi pada sel CHO. Mencit BALB/c berusia 8 minggu divaksinasi sebanyak tiga kali secara intramuskular dengan interval waktu 3 minggu untuk tiap vaksinasi. Darah mencit sebelum vaksinasi primer dan paska vaksinasi dikumpulkan dan disimpan pada -30°C untuk dianalisis. Mencit yang divaksin plasmid pcDNA 3.1 wt digunakan sebagai kelompok kontrol, sedangkan untuk perlakuan digunakan 4 kombinasi plasmid DNA yaitu, pcDNA 3.1 H5COP?TM, pcDNA 3.1 H5COP?TM-C3d, pcDNA 3.1 H5COP?TM Spdfull CD40L dan pcDNA 3.1 H5COP?TM-C3d Spdfull CD40L. Respon antibodi dari setiap perlakuan diukur menggunakan metode ELISA dengan antigen H5COP sebagai antigen pelapis pelat ELISA. Berdasarkan hasil uji ELISA, nilai rasio kenaikan OD baseline sampai serum ke-3, mencit yang divaksinasi dengan vaksin DNA H5COP?TM-C3d Spdfull CD40L memiliki nilai rasio yang paling tinggi 2.236 , diikuti dengan mencit yang divaksinasi dengan vaksin DNA H5COP?TM-C3d 1.900 , dan mencit yang divaksinasi dengan vaksin DNA H5COP?TM Spdfull CD40L 1.874."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T55614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>