Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149018 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuke Rustan
"Penelitian mengenai black stain pada permukaan email gigi masih jarang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membedakan kuantitas Actinomyces di saliva anak dengan dan tanpa black stain pada permukaan email gigi. Subyek dipilih dari anak usia 4-11 tahun dengan dan tanpa black stain. Sampel saliva diambil dengan menginstruksi kepada subyek untuk meludah ke dalam container steril dan dimasukkan ke dalam plastik steril yang mengandung Oxoid Anaerob Gas pack untuk menjaga kondisi anaerob. Di laboratorium dilakukan pengenceran berseri dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah mengandung Actinomyces Isolate Agar. Cawan petri dimasukkan ke dalam anaerob jar dan diinkubasi. Hasil biakan di cawan petri, dilakukan lagi pemeriksaan pewarnaan gram, lalu dihitung dengan metode colony forming unit. Hasil penghitungan dilakukan analisa dengan uji-t dua kelompok tidak berpasangan dengan batas kemaknaan p ≤ 0.05 dan disimpulkan bahwa kuantitas Actinomyces di saliva anak dengan dan tanpa black stain di permukaan email gigi berbeda tidak bermakna.

Studies about black stain at the surface of tooth enamel is infrequently did. The aim of this study is to differentiate the quantity of Actinomyces on saliva of children with and without black stain at the surface of tooth enamel. Subject is chosen from children aged 4-11 years old with and without black stain. Saliva taken by instructing subject to expectorate into a steryl container and inserted into a steryl plastic with Oxoid anaerob Gas pack to keep the anaerob condition when transported to laboratorium. In Laboratory, serial dilution was done and sample was inserted into a plate which contains Difco Actinomyces Isolate agar. Put the plate into an anareob jar and incubated in incubator. From the plate, subculture identification was did to identify the morphology of Actinomyces. The colony of Actinomyces on the plate was count with colony counter using the colony forming unit method. The result was analyzed with t-test two group unpaired with p ≤ 0.05 and concluded that the quantity of Actinomyces on children?s saliva with and without black stain of the enamel surface is differ unmeaningful."
Depok: Program Spesialis Universitas Indonesia, 2012
T31183
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satya Sadana Vranken
"Latar Belakang: Streptococcus mutans dan Candida albicans merupakan dua mikroba rongga mulut yang mengalami koagregasi dan membuat biofilm dual-spesies, menjadi suatu mekanisme untuk membantu keselamatan mereka. Actinomyces naeslundii juga dapat dijumpai dalam lingkungan oral dan telah dibuktikan dapat menjadi inhibitor biofilm tersebut. Spent medium mengandung metabolit sel, sehingga filtrasi medium tersebut dapat menuju pada perolehan protein tanpa adanya sel mikroba.
Tujuan: Mengevaluasi efek protein yang disekresikan Actinomyces naeslundii terhadap biofilm koagregasi Streptococcus mutans dan Candida albicans.
Metode: Analisa kualitatif dengan observasi inverted microscope dan observasi koloni mikroba dalam agar BHI, serta SDA. Analisa kuantitatif melalui uji statistik dan observasi data uji biomassa dengan Crystal Violet Assay dan viabilitas dengan Total Plate Count, yang dilakukan dalam agar BHI dan SDA. Eksperimen dilakukan dengan variabel independen waktu inkubasi 3 jam (fase inisial), 24 jam (fase pre-maturasi), dan 48 jam (fase maturasi), serta konsentrasi protein 1%, 10%, dan 100%.
Hasil: Perbedaan bermakna secara statistik hanya ditemukan pada komparasi biomassa berdasarkan waktu inkubasi 3 jam-48 jam pada konsentrasi protein 1% dan 3 jam-48 jam, serta 34 jam-48 jam dengan konsentrasi protein 10%. Tidak ada perbedaan bermakna secara statistik pada biomassa berdasarkan konsentrasi protein, maupun viabilitas berdasarkan waktu inkubasi atau konsentrasi protein.
Kesimpulan: Protein Actinomyces naeslundii dapat reduksi biomassa biofilm koagregasi Streptococcus mutans dan Candida Albicans pada fase inisial pembentukan biofilm, tanpa reduksi jumlah koloni mikroba. Diasumsikan terjadi reduksi komponen matriks EPS, tanpa reduksi sel mikroba.

Background: Streptococcus mutans and Candida albicans are oral microbes that can coaggregate into a dual-species biofilm, creating a mechanism to help their survival. Actinomyces naeslundii can also be discovered in the oral microflora, and proven to act as an inhibitor towards said biofilm. Spent medium contains cell metabolites, so that if filtered, said medium can lead to protein acquisition without the presence of microbes.
Purpose: To examine the effect of proteins secreted from Actinomyces naeslundii towards the coaggregated biofilm of Streptococcus mutans and Candida albicans.
Methods: Qualitative analysis through inverted microscope and direct observation of microbial colonies on BHI and SDA agar mediums. Quantitative analysis was done statistically and by observing data discovered from biomass evaluation with Crystal Violet assay and viability testing with Total Plate Count on BHI and SDA agar. The experiment was carried out with the independent variables being the incubation period of 3 hours (initial phase), 24 hours (pre-maturation phase), and 48 hours (maturation phase), along with protein concentrations of 1%, 10%, and 100%.
Results: Statistically significant difference during biomass comparison of 3 and 48 hours with 1% protein concentration, as well as 3 and 48 hours, 24 and 48 hours with 10% protein concentration. No other statistical differences were found.
Conclusion: Actinomyces naeslundii protein can reduce the biomass of coaggregated Streptococcus mutans and Candida albicans biofilm during the initial stage of biofilm formation, without reducing microbial colonies. It is assumed that there is reduction in EPS matrix components, without microbial cell reduction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella
"Dental black Stain adalah suatu substansi eksogen berwarna hitam yang melekat erat pada email di sepertiga servikal mahkota gigi geligi. Bakteri kromatogen seperti Actinomyces dan Prevotella melaninogenica yang mengikat ferum yang berasal dari saliva dan eksudat gingiva dicurigai sebagai penyebab perlekatan stain hitam ini pada email gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar ferum dalam saliva pada anak dengan dental black stain dan kadar ferum dalam saliva pada anak tanpa dental black stain di Jakarta. Subyek penelitian berusia 4-11 tahun, sebanyak 30 orang anak yang terdiri dari15 anak dengan dental black stain dan 15 anak tanpa dental black stain. Sampel penelitian berupa kadar ferum yang terdapat didalam saliva. Kadar ferum diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan rerata antara kadar ferum dalam saliva anak dengan dental black stain dan kadar ferum dalam saliva anak tanpa dental black stain di Jakarta, namun dari hasil analisa statistik menunjjukan perbedaan tidak bermakna diantara kedua kelompok (p>0.05). Kesimpulan penelitian ini terdapat perbedaan tidak bermakna antara kadar ferum dalam saliva pada anak dengan dental black stain dan kadar ferum dalam saliva pada anak tanpa dental black sta"
Jakarta: Program spesialis Universitas Indonesia, 2012
T31180
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Clarissa Eunike
"Latar belakang: Black stain sering ditemukan pada anak dan tingkat rekurensinya tinggi. Dibutuhkan bahan antibakteri untuk mematikan bakteri Actinomyces penyebab black stain.
Tujuan: Menganalisis perbedaan viabilitas bakteri Actinomyces sp. setelah berkumur dengan chlorine dioxide dan klorheksidin.
Metode Penelitian: Bakteri Actinomyces didapat dari plak black stain anak sebelum dan sesudah berkumur chlorine dioxide dan klorheksidin. Kemudian dilakukan uji viabilitas dengan MTT assay.
Hasil: Terdapat perbedaan selisih viabilitas bakteri Actinomyces sp. sebelum dan sesudah berkumur dengan chlorine dioxide dan klorheksidin.
Kesimpulan: Penggunaan obat kumur chlorine dioxide menyebabkan penurunan viabilitas bakteri Actinomyces sp. yang lebih besar dibandingkan dengan klorheksidin.

Background: Black stain is often found in children and the recurrence rate is high. Antibacterial agent is needed to kill Actinomyces sp. causing black stain.
Aim: To compare Actinomyces sp. bacterial viability differences before and after rinsing with chlorine dioxide and chlorhexidine.
Method: Actinomyces sp. was obtained from black stain plaque in children before and after rinsing with chlorine dioxide and chlorhexidine. Bacterial viability was measured using MTT assay.
Results: Significant differences in Actinomyces sp. bacterial viability was found when rinsing with chlorine dioxide and chlorhexidine.
Conclusion: Using mouthrinse containing chlorine dioxide resulted in reducing Actinomyces sp. bacterial viability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariq Noorkhakim
"Dental black stain merupakan diskolorisasi gigi berupa garis pigmen hitam atau kumpulan titik hitam pada sepertiga servikal mahkota gigi. Plak pada gigi dengan dental black stain memiliki kadar kalsium dan fosfat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan plak pada gigi tanpa dental black stain. Komposisi kalsium dan fosfat pada saliva dicurigai merupakan penyebab tingginya kadar kalsium dan fosfat plak pada gigi dengan dental black stain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar kalsium dan fosfat pada saliva anak dengan dental black stain dengan saliva anak tanpa dental black stain. Subjek penelitian berusia 4-8 tahun, sebanyak 30 anak yang terdiri dari 15 anak dengan dental black stain dan 15 anak tanpa dental black stain. Pengukuran kadar kalsium dan fosfat dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium dan fosfat pada saliva anak dengan dental black stain lebih tinggi secara bermakna jika dibandingkan dengan saliva anak tanpa dental black stain.

Dental black stain is discoloration of the teeth which appears as black pigmented line or collection of black dots on the cervical third of the tooth crown. Plaque on tooth with dental black stain has calcium and phosphate concentrations that were higher when compared to plaque on tooth without dental black stain. Calcium and phosphate composition in saliva suspected as the cause of calcium and phosphate level elevation in dental black staion plaque. This study aims to determine the level diffrence of calcium and phosphate in the saliva of children with dental black stain and without dental black stain. The subjects were children aged 4-8 years, as many as 30 children which consist of 15 children with dental black stain and 15 children without dental black stain. The samples were calcium and phosphate levels which obtained from children’s saliva. The levels of calcium and phosphate were measured using UV-Vis spectrophotometer. The results showed that the levels of calcium and phosphate in the saliva of children with dental black stain were significantly higher when compared to the one without dental black stain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Lavine
"Latar belakang: Black stain merupakan salah satu tipe stain ekstrinsik yang
dapat mengenai gigi sulung dan puncaknya terjadi pada masa kanak-kanak lalu
menurun prevalensinya saat pubertas dan mencapai dewasa. Salah satu etiologi
dari black stain adalah bakteri Actinomyces dalam jumlah yang melebihi batas
normal pada anak. Obat kumur klorheksidin merupakn salah satu agen bakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Actinomyces viscosus. Obat kumur
chlorine dioxide dapat membunuh mikroorganisme patogen spektrum luas seperti
bakteri, sedangkan penggunaan bahan alam sebagai salah satu alternatif obat
kumur virgin coconut oil (VCO) dengan kandungan asam laurat dan monolaurin
yang tinggi dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif. Tujuan:
Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek agen antibakteri klorheksidin,
chlorine dioxide dan VCO terhadap waktu pembentukan, klasifikasi dan viabilitas
bakteri Actinomyces penyebab black stain pada anak yang dilakukan pada 3 kali
kunjungan. Metode penelitian: Penelitian dilakukan pada 15 anak yang dibagi
menjadi 3 kelompok berkumur oil pulling dengan klorheksidin 0,1%, chlorine
dioxide 0,1% dan VCO 25%. Hasil: Obat kumur klorheksidin 0,1%, chlorine
dioxide 0,1% dan VCO 25% dapat memperpanjang waktu pembentukan black
stain kembali. Terdapat kecenderungan penurunan nilai klasifikasi (Gasparetto et
al.) pada obat kumur klorheksidin 0,1%, chlorine dioxide 0,1% dan VCO 25%
dari kunjungan 1, 2 dan 3. Obat kumur klorheksidin 0,1%, chlorine dioxide 0,1%
dan VCO 25% efektif dalam menurunkan viabilitas bakteri Actinomyces yang
banyak dikaitkan sebagai faktor etiologi black stain. Kesimpulan: Obat kumur
VCO 25% dapat direkomendasikan sebagai salah satu alternatif obat kumur
berbahan dasar herbal yang dapat menghambat koagregasi dan pembentukan plak

Background: Black stain is one type of extrinsic stain that can affect the
deciduous teeth and peak occurs in childhood then decreases its prevalence at
puberty and reaches adulthood. One of the etiologies of black stain is Actinomyces
in numbers that exceed the normal limits in children. Chlorhexidine mouthwash is
one of the bacterial agents that can inhibit bacterial growth of Actinomyces
viscosus. Chlorine dioxide mouthwash can kill broad-spectrum pathogenic
organisms such as bacteria, while the use of natural ingredients as an alternative
virgin coconut oil (VCO) with high lauric acid and monolaurin content can kill
gram-positive and gram-negative bacteria. Aim: The study was conducted to
investigate the effect of antibacterial agent of chlorhexidine, chlorine dioxide and
VCO on formation time, difference of classification and viability of Actinomyces
that cause black stain on children performed on 3 visits. Methods: The study was
conducted on 15 children divided into 3 groups of gargling oil pulling with 0.1%
chlorhexidine, 0.1% chlorine dioxide and 25% VCO. Result: 0.1% chlorhexidine
0.1% chlorine dioxide and 25% VCO can extend the formation time of black stain.
There is tendency to decrease the classification value (Gasparetto et al.) on 0.1%
chlorhexidine, 0.1% chlorine dioxide and 25% VCO from 3 visits. 0.1%
chlorhexidine, 0.1% chlorine dioxide and 25% VCO are effective in reducing
Actinomyces viability, which is widely associated as an etiology factor.
Conclusion: 25% VCO mouthwash can be recommended as an alternative to
herbal based mouthwash that can inhibit coaggregation, plaque and black stain
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ameliana Nuraeni
"Dental black stain adalah diskolorasi ekstrinsik berwarna hitam di sepertiga servikal mahkota gigi permukaan bukal atau lingual. Logam yang diduga dapat menyebabkan dental black stain adalah ferum dan magnesium. Salah satu faktor risiko yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya dental black stain adalah konsumsi susu UHT yang mengandung ferum dan magnesium. Tujuan penelitian adalah mengukur kadar ferum dan magnesium dalam plak dan saliva anak dengan dental black stain. Sampel penelitian adalah plak black stain dan saliva anak dengan dental black stain. Hasil penelitian menunjukkan kadar ferum 30,50% (plak) dan 7,68 ppm (saliva) serta kadar magnesium 0,23% (plak) dan 1,59 ppm (saliva).

Dental black stain is a black extrinsic discoloration at the cervical third buccal or lingual surface of the tooth crown. Metals that may cause dental black stain are ferum and magnesium. The risk factor that suspected as the cause of dental black stain is the consumption of UHT milk which contains ferum and magnesium. The purpose of this study is to measure the levels of ferum and magnesium in plaque and saliva of children with dental black stain. Samples were black stain plaque and saliva of children with dental black stain. The results showed ferum levels 30.50% (plaque) and 7.68 ppm (saliva) as well as magnesium levels 0.23% (plaque) and 1.59 ppm (saliva)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghassani Shyfa Febrianti
"Latar Belakang: Kejadian stunting di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Menurut beberapa penelitian terdahulu, stunting dapat menyebabkan kelainan email dan keterlambatan erupsi gigi permanen. Telah dilaporkan adanya hubungan antara status gizi stunting dengan penurunan kadar IGF-1, serta hubungan antara kadar IGF-1 dengan pertumbuhan gigi terkait dengan perkembangan email dan erupsi gigi. Pengukuran kadar IGF-1 biasanya dilakukan dengan menggunakan IGF-1 darah. Diketahui bahwa saliva mengandung biomarker yang terkandung di dalam darah, termasuk IGF-1, dalam kuantitas yang lebih rendah. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar IGF-1 saliva dengan kelainan email dan waktu erupsi gigi pada anak stunting usia 6-8 tahun. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium dengan menggunakan 40 sampel saliva yang diambil dari sediaan biologis tersimpan dari penelitian tahun 2019 pada populasi siswa/i sekolah dasar (SD) kelas 1-2 Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur yang telah dikelompokkan berdasarkan status gizi stunting dan normal. Sampel saliva diuji menggunakan ELISA kit human IGF-1 untuk melihat kadar IGF-1. Kelainan email dinilai dengan cara menghitung jumlah gigi yang mengalami kelainan pada mahkota serta waktu erupsi gigi dinilai dengan menghitung jumlah gigi permanen yang telah erupsi. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Hasil: Kadar IGF-1 saliva pada anak status gizi normal 7,50 ng/ml dan pada anak stunting 5,64 ng/ml. Proporsi IGF-1 terhadap total protein pada anak status gizi normal 1,04×10-2 dan pada anak stunting 8,96×10-3. Rata-rata jumlah gigi yang mengalami kelainan mahkota pada anak berstatus gizi normal 2,94 gigi dan pada anak dengan status gizi stunting 1,17 gigi. Terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah gigi dengan kelainan mahkota antara anak bestatus gizi normal dan stunting (p < 0,05). Rata-rata jumlah erupsi gigi permanen pada anak berstatus gizi normal 8,29 gigi dan pada anak stunting adalah 8,04 gigi. Tidak terdapat perbedaan signifikan jumlah erupsi gigi permanen antara anak berstatus gizi normal dan berstatus stunting (p > 0,05). Terdapat korelasi positif lemah yang tidak signifikan antara kadar IGF-1 dengan status gizi anak usia 6-8 tahun (r = 0,147), korelasi positif lemah yang tidak signifikan antara kadar IGF-1 dengan jumlah kelainan mahkota gigi anak usia 6-8 tahun (r = 0,219), terdapat korelasi positif lemah yang tidak signifikan antar kadar IGF-1 dengan jumlah erupsi gigi permanen anak usia 6-8 tahun (r = 0,074). Kesimpulan: Pada anak stunting usia 6-8 tahun yang secara tidak signifikan memiliki kadar IGF-1 saliva lebih rendah dan waktu erupsi lebih lambat dibandingkan anak normal tetapi erlihat frekuensi kelainan email yang lebih tinggi. Pada kelompok sampel demikian, tidak terlihat hubungan antara kadar IGF-1 saliva dengan kelainan email dan keterlambatan waktu erupsi gigi permanen.

Background: The incidence of stunting in Indonesia is still relatively high when compared to the standards set by the World Health Organization (WHO). According to several previous studies, stunting can cause enamel defects and delayed tooth eruption. It has been reported that there is a relationship between stunting nutritional status and decreased IGF-1 levels, as well as a relationship between IGF-1 levels to enamel development and tooth eruption. Measurement of IGF-1 levels is usually done using serum IGF-1. Saliva contains biomarkers that is circulating in the blood, including IGF-1, but in much lower quantities. Objective: Analyzing the relationship between IGF-1 levels in saliva with enamel defects and the time of tooth eruption in stunted children aged 6-8 years. Method: This research was a laboratory observation study using 40 saliva samples taken from stored biological samples from a 2019 study on a population of elementary school students class 1-2 Nangapanda District, Ende, East Nusa Tenggara which has been grouped based on stunting and normal nutritional status. Saliva samples were tested using the human IGF-1 ELISA kit to see the levels of IGF-1. Enamel defects were assessed by counting the number of teeth with crown defects and the time of tooth eruption was assessed by counting the number of erupted permanent teeth. The data were then analyzed using the SPSS software. Result: Salivary IGF-1 levels in children with normal nutritional status were 7.50 ng/ml and 5.64 ng/ml in stunted children. The proportion of IGF-1 to total protein in children with normal nutritional status was 1.04×10-2 and in stunted children was 8.96×10-3. The average number of teeth with crown defects in children with normal nutritional status was 2.94 teeth and in stuntedchildren was 1.17 teeth. There was a significant difference in the number of teeth with crown defects between normal and stunted children (p < 0.05). The average number of permanent tooth eruptions in children with normal nutritional status was 8.29 teeth and in stunted children was 8.04 teeth. There was no significant difference in the number of permanent tooth eruptions in children with normal nutritional status and stunting (p > 0.05). There was a weak positive correlation that was not significant between IGF-1 levels and the nutritional status of children aged 6-8 years (r = 0.147), a weak positive correlation that was not significant between IGF-1 levels and the number of dental crown defects (r = 0.219), and a correlation between IGF-1 levels and the number of permanent teeth eruption (r = 0.074). Conclusion: Stunted children aged 6-8 years old tend to show not significant lower IGF-1 level and delayed tooth eruption compared to normal children but had significant lower frequency of enamel defect. In such samples no significant relationship between salivary IGF-1 level and tooth eruption time could be seen."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adita Gayatri
"ABSTRAK
Latar belakang: Virgin Coconut Oil VCO memiliki efek antibakteri. Tujuan: Menganalisis efek pemberian VCO berbagai konsentrasi terhadap viabilitas bakteri Actinomyces sp dan Prevotella sp. Metode penelitian: Bakteri Actinomyces sp dan Prevotella sp dipaparkan dengan VCO konsentrasi 12,5 , 25 , 50 , dan 100 . Selanjutnya dilakukan uji viabilitas dengan MTT Assay. Hasil: Penurunan viabilitas Actinomyces sp bermakna pada pemberian VCO 25 dan penurunan viabilitas Prevotella sp bermakna pada pemberian VCO 100 . Kesimpulan: Pada pemberian VCO dengan berbagai konsentrasi, penurunan viabilitas bakteri Actinomyces sp lebih besar dibandingkan dengan Prevotella sp
.
ABSTRACT
Background Virgin Coconut Oil VCO has antibacterial effect. Objective To analyze effects of VCO administered in various concentrations on viability of Actinomyces sp and Prevotella sp. Methods Actinomyces sp and Prevotella sp was exposed to VCO in concentrations 12.5 , 25 , 50 and 100 . Afterwards, viability testing with MTT Assay was conducted. Results Significantly reduce viability was reached by Actinomyces sp with VCO 25 and significance was reached by Prevotella sp administering VCO 100 . Conclusion When VCO was administered in various concentrations, the decline rate in bacterial viability of Actinomyces sp was higher than Prevotella sp. "
2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edlyn Dwiputri
"Dental black stain adalah diskolorasi eksternal oleh suatu substansi eksogen berpigmentasi gelap dalam bentuk garis atau titik-titik hitam yang sejajar dengan tepi gingiva dan melekat erat pada 1/3 servikal mahkota gigi permukaan labial/bukal, lingual/palatal dan menyebar ke proksimal. Perilaku ibu yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai kesehatan gigi dicurigai mempengaruhi tingkat keparahan dental black stain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku ibu mengenai kesehatan gigi dengan tingkat keparahan dental black stain. Subjek penelitian adalah 21 anak dengan dental black stain berusia 4-8 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku ibu dengan tingkat keparahan dental black stain memiliki hubungan tidak bermakna.

Dental black stain is an external discoloration caused by an exogenous substance dark pigmented in the form of a black line or dots and firmly attached on cervical third of crown teeth on labial/buccal, lingual/palatal and spread into proximal. Mother's dental health behaviour that is consist mother's knowledge, attitudes and actions suspected of affecting the severity of dental black stain in children. The aim of this study is to determine the relationship of Mother's dental health behavior with the severity of dental black stain in children's age 4-8 years. Subjects are 21 children aged 4-8 years old with dental black stain. The results showed that there were no significant relation between mother's dental health behavior and the severity of dental black stain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>