Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12368 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Limbeng, Julianus
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas tentang strategi bertahan seni pertunjukan Jaipong, yaitu Lingkung Seni Sinar Budaya di Bekasi. Jaipong sebagai sebagai sebuah seni pertunjukan Sunda yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki berbagai tantangan dalam kesinambungannya, khususnya di kota Bekasi, sehingga ada beberapa kelompok seni pertunjukan Jaipong yang mati. Namun ada juga yang hingga saat ini masih tetap eksis meskipun telah terjadi perubahan-perubahan disana. Lingkung Seni Sinar Budaya adalah salah satu kelompok seni pertunjukan Jaipong yang tetap hidup.
Dari sisi historis, Jaipong memang telah memiliki pergeseran fungsi, baik dari sisi pertunjukannya sendiri maupun masyarakat pendukungnya. Sebuah kesenian yang lahir dan erat kaitannya dengan ritus pertanian (sakral), dimana sistem mata pencaharian masyarakat pada masa itu memang didominasi masyarakat agraris, menjadi kesenian yang erat hubungannya dengan fungsi hiburan (sekuler) dengan pendukungnya yang lebih spesifik yang disebut dengan Bajidor. Dari fungsi penghormatan kepada Dewi Sri (yang dianggap sebagai Dewi Kesuburan) hingga penghormatan terhadap nilai-nilai ekonomi atau fungsi-fungsi ekonomi.
Fungsi ekonomi dilihat sebagai faktor yang sangat penting dalam keberlangsungan seni pertunjukan Jaipong. Jika dilihat kaitannya seni pertunjukan tersebut dengan lingkungannya, maka faktor ekonomi dapat dilihat sebagai sebuah nilai baru yang kemudian dijadikan sebagai dasar seluruh aktivitas pelaku seni pertunjukan Jaipong. Faktor ekonomi ini pulalah yang kemudian mempengaruhi bentuk seni pertunjukan tersebut. Ketika seni pertunjukan tersebut dapat memberikan nilai ekonomi bagi para pelakunya, maka seni pertunjukan tersebut tetap dapat bertahan. Ini menunjukkan bahwa seni pertunjukan tradisional pun sebenarnya telah masuk dalam ranah pasar. Ia dipandang sebagai sebuah komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif menangani masalah ekonomi rumah tangga. Namun dalam konteks Lingkung Seni Sinar Budaya, strategi bertahannya tidak hanya dilihat dari sisi perubahan seni pertunjukannya saja, tetapi juga dilihat bagaimana hubungan mutualisme simboiosis yang dilakukan dengan berbagai struktur sosial yang ada, dengan memanfaatkan faktor kelebihan dan kekurangan masing-masing.

ABSTRACT
This dissertation describe survival strategic performing arts of Jaipong Lingkung Seni Sinar Budaya Bekasi. Jaipong, who know Sundanese performing arts has been many challenges in his continuity, in case in Bekasi. Within the las ten years, several Jaipong group. However the Lingkung Seni Sinar Budaya could stay afloat with many changes.
From the historical side, Jaipong have change of function, both from the side of his own (performing), as well as from the community supporters. Jaipong was born and intimately connected with the rite of agriculture, a rite that is considered sacred in peasant community, but now turned into common art, with supporters of a more specific who called Bajidor. The function of the veneration of the goddess, Dewi Sri, who is considered as the goddess of fertility, and now Jaipong respect for the value of economic value or economic function.
Economy function is seen as a very important factor in the existence of the Jaipong, then the economic factors can be seen as new value, the value that affects the action of perpetrators. Economic factor that are the basis of managing the Jaipong as a performing arts. When the perfoming arts can provide economic impact for the its actor, the Jaipong can stay afloat. This shows that the traditional performing arts has entered the realm of the market. Jaipong viewed as a commodity of value economic, which can be used as an alternative to deal with the problem of household economy. In the Jaipong Lingkung Seni Sinar Budaya context, its survival strategy not only as seen from changes caused by economic factors only, but also how to relationship mutualisme symbiosis conducted with various social structures that exist in their environment. By leveraging the advantage and disadvantage of each to live in its environtment."
Depok: 2012
D1330
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Gema Kumara
"[ABSTRAK
Tari Jaipong merupakan fenomena menarik dalam perkembangan seni pertunjukan tari Sunda. Tidak hanya sebagai hiburan atau pertunjukan semata, melainkan juga gagasan estetis yang diusungnya. Bagi Susanne K. Langer, karya seni adalah bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat indera dan pencitraan, dan yang diekspresikan adalah perasaan manusia. Dalam tari-tarian pokok utama yang diciptakan adalah gesture. Seni sebagai penciptaan bentuk yang menyimbolkan perasaan manusia. Simbol mengekpresikan perasaan, serta ide-ide melalui abstraksi. Dengan kata lain dalam tarian yang diabstraksikan adalah gerak dengan maksud tertentu yang menjadi sebuah ‘gerak virtual’. Dengan demikian, Jaipong hadir sebagai simbol seni yang utuh menghadirkan abstraksi atas konsep perempuan sunda kekinian.

ABSTRACT
Jaipong dance is an interesting phenomena in the development of Sundanese dance performances. Jaipong is not only an entertainment, in fact Jaipong is also intriguing for the aesthetic idea within it. Susanne K. Langer defines a work of art as a form of expression that is created for our perception through sense and imagery with human feelings as expressed object. In the dance, the main point is the gesture created. Art as a form that symbolizes the creation of human feelings. Symbols that express feelings and ideas through abstraction. In other words, what is abstracted in dance is purposeful movement that becomes a ‘virtual gesture’. Thus, Jaipong is present as a whole symbol of art presenting an abstraction of the contemporary Sundanese women concept., Jaipong dance is an interesting phenomena in the development of Sundanese
dance performances. Jaipong is not only an entertainment, in fact Jaipong is also
intriguing for the aesthetic idea within it. Susanne K. Langer defines a work of art
as a form of expression that is created for our perception through sense and
imagery with human feelings as expressed object. In the dance, the main point is
the gesture created. Art as a form that symbolizes the creation of human feelings.
Symbols that express feelings and ideas through abstraction. In other words, what
is abstracted in dance is purposeful movement that becomes a ‘virtual gesture’.
Thus, Jaipong is present as a whole symbol of art presenting an abstraction of the
contemporary Sundanese women concept.]"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfisyah Nurhayati
"Studi ini mengkaji tentang Jatinegara dalam kaitannya dengan; (1) dinamika nilai-nilai kesenian jaipong (local knowledge) yang terarah pada kehidupan kesenian dalam konteks sosial-budaya masyarakat urban yakni Jakarta, sebagai kota metropolitan; (2) fenomena pergulatan siasat perempuan seni tradisi jaipong dalam wacana seksualitas dan kekuasaan; (3) strategi dan siasat apa yang digunakan dalam mendialogkan kepentingan perempuan seni tradisi jaipong dengan kekuasaan.
Untuk mendapatkan validitas data dan tidak keluar dari tradisi keilmiahan serta dapat mengambarkan apa yang terjadi sebenarnya - sebagai sebuah realitas - maka dengan metode etnografi yang tidak hanya etic tetapi emic dalam hal ini tentukan. Dalam metode penelitian etnografi salah satunya pengamatan terlibat atau partysipant observation (Spradley, 1979). Penelitian dengan teknik wawancara, saya lakukan tidak terstruktur untuk mendapat data yang sebenar-benarnya dan tanpa tekanan. Sedang dalam analisis data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Seluruh data dianalisis secara kualitatif agar mempermudah menjawab permasalahan penelitian.
Dalam kajian ini saya menggunakan pendekatan antropologi kekuasaan, kekuasaan disini mengacu pendapat Foucault (1978:92), bahwa kekuasaan sebagai sebuah model strategis canggih dalam masyarakat tertentu dibentuk dari kekuasaan-kekuasaan mikro yang terpisah-pisah. Kekuasaan ada diinana-mana dan datang dari mana-mana. Kekuasaan berbagai hubungan yang imanen, permainan perjuangan dan pertarungan tanpa henti mengubah, memperkokoh, memutarbalikkan, suatu sistem bisa terbangun atau justru peminggiran dan pengucilan dan sebagai strategi tempat hubungan-hubungan kekuatan itu berdampak. Sehingga kristalisasi dalam lembaga terwujud dalam kerangka negara, perumusan hukum dan hegemoni sosial.
Jaipong Jatinegara hadir sebagai pertunjukan yang berfungsi hiburan. Bentuk dan struktur pertunjukan tidak jauh beda dengan jaipong di daerah lain, akan tetapi lebih mendekati sebagai sanggar tradisional (semacam diskotik) tetapi terbuka. Setiap malam mereka tampil kecuali malam Jumat atau hari-hari besar Islam. Bahkan pada bulan Ramadhan mereka tetap tampil sampai dini hari. Kehidupan kota Jakarta di sekitar Pisangan Lama, yang notabene kehidupan padat dan kumuh, akan tetapi justru membuat mereka dapat menikmati hidup. Kehidupan malam menyelimuti kawasan Jaipong Jatinegara yang terkesan dengan hiburan malam. Mulai dari pasar, Pekerja Seks Komersial (PSK), baik waria maupun PSK di bawah umur menjadi pemandangan yang rumit. Alasan ekonomi dan pengangguran menjadi alasan utama mereka untuk ramai-ramai datang ke kota.
Ada dua grup yang ikut berkontestasi dalam sesaknya kehidupan kota, yaitu Mekar Munggaran dan Lestari Warga Saluyu. Jaipong ini hadir sejak dekade akhir 60-an sampai sekarang mereka mampu bertahan dengan penuh perjuangan. Jaipong hiburan yang telah berakar pada masyarakat Sunda terutama daerah Pantura Jawa Barat, mencerminkan kehidupan mereka dalam masa transisi. Perubahan terus bergulir tidak terelakkan. Grup jaipong juga menerima modemisasi dengan baik, yaitu dengan menambah alat musik organ dan gitar serta melantunkan lagu-lagu dangdut. Perempuan sebagai pusat pertunjukan tradisi ini adalah sinden dan penari yang berjurnlah tidak kurang dari 9-11 orang. Salah satu yang menjadi ciri utama jaipongan adalah goyang pinggul yang terkenal dengan `goyang Karawang' yaitu 3 G (gitek, gaol dan goyang) serta uyeg gerak tubuh yang lebih sensual. Gelinjang kaki dan permainan tangan lincah dibarengi dengan paras wajah yang telah dirias dengan cantik, maka menambah kemeriahan sebuah pertunjukan jaipong. Tubuh sinden dan penari jaipong dengan baju yang ketat serta transparan menambah kemolekan tubuh yang sintal.
Kehidupan sinden dan penari tidak lepas dari jantung pertunjukan jaipong yaitu bajidor. Dengan cengkraman ekonomis bajidor mempengaruhi hidup sinden atau penari. Wacana hegemoni terus dilakukan oleh laki-laki tersebut akan tetapi kenyataan bahwa para perempuan jaipong ini tidak selalu pasif atau sub-ordinat, budaya patriarkhal yang melingkupi kehidupan masyarakat secara umum membuat posisi 'demikian tidak menguntungkan perempuan jaipong. Agama yang dianut mereka, termasuk negara menunjukkan. wacana hegemoni terus di pupuk oleh pihak penguasa. Hal ini didukung pula oleh konstruksi ilmu pengetahuan yang berkembang ikut serta melegitimasi, seperti aliran feminisme yang dianut oleh,beberapa pemikir, akademisi, dan LSMINGO. Ikut meramaikan perkembangan dunia perempuan. Konstruksi gender dan kekuasaan yang masih timpang dan tidak setara masih terus berkembang.
Studi ini setidaknya memberikan pradigma baru pandangan terhadap perempuan seni tradisi jaipong. Di mana mereka menyandang stigma atau sterotipe sebagai pelacur atau perempuan nakal dsb, dengan melihat siasat dan strategi yang digunakan oleh perempuan jaipong, melalui politik tubuh dan seksualitasnya terutama pada saat di panggung pertunjukan dimainkan, Manipulasi tubuh, Citra fisik tubuh dan Hasrat penonton (Body Manipulatins, Pchycal Image & Audiens Need) oleh penari dan sinden sebagai ajang negosiasi dan kontestasi akan hegemoni kekuasaan. Gerak tari erotis dengan musik yang ajeg didukung raut muka menggairahkan dan mendesah, para penari/sinden dapat menguasi kekuatan bajidor, dengan demikian kekuasaan akan bergerak pindah dan bergulir.
Perempuan jaipong bertarung dan berjuang untuk dapat mendominasi para penonton, jaipong sebagai arena kontestasi sangat menguntungkan bagi perempuan seni tradisi ini.
Dalam kajian ini terlihat dengan jelas, bahwa perempuan ini punya kekuasaan setara dengan yang dimiliki oleh laki-laki. Bagi perempuan jaipong mereka tidak pernah merasa tereksploitasi atau terpedaya, akan tetapi justru mereka sadar akan politik tubuh mereka untuk mengeksploitasi laki-laki atau masyarakat yang memarjinalkan mereka. Cultural hegemony (Gramsci,1985:169) akan terus dikontestasikan agar mendapatkan pengakuan. Begitu pula pada persoalan perempuan jaipong dengan siasat mereka dapat eksis, meskipun sulit untuk merubah pandangan masyarakat terhadap penari atau sinden. Akan tetapi dengan membuka wacana ketidakmutlakkan kebenaran masyarakat secara umum akan mengerti pembedaan yang disosialisasikan oleh masyarakat sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Maliki
"Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis implementasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan kurikulum seni budaya keterampilan di Sekolah Dasar Nasional 1 Bekasi Jawa Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan positivism. Sementara dari hasil analisis terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi dilapangan telah dilakukan dengan memperhatikan empat faktor yang di kemukakan oleh George Edward III yaitu, komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proses komunikasi, koordinasi, komitmen, tanggungjawab yang dilakukan secara terstruktur dan tersebar secara akurat, jelas dan konsisten akan mereduksi berbagai kendala yang mungkin terjadi pada tataran pemahaman, persepsi, kompetensi dan komitmen kepala sekolah, guru dan pihak manajemen sekolah lainnya yang terlibat dalam implementasi kebijakan secara menyeluruh khususnya implementasi kurikulum seni budaya keterampilan. Secara garis besar disimpulkan bahwa implementasi kebijakan kurikulum seni budaya keterampilan di Sekolah Dasar Nasional 1 Bekasi Jawa Barat bisa menjadi contoh konkrit bagi sekolah-sekolah dasar lainnya dalam penyelenggaraan implementasi kebijakan.

This study aims at analizing the implementation and the factors that affect the implementation of the policy of cultural arts and skills curriculum in elementary National school 1, Bekasi, West Java. The research uses positivism approach. While the result of the analysis are the factor that affect the implementation approaches have been made having regard to the four factors that pointed out by George Edward III that is, communication, resources, dispotition and bureaucratic structure.
Based on the result of the study revealed that the process of communication, coordination, commitmet, responsibility is done in a structured and distributed accurately, clearly and consistenlyreduces various hindrances that may occur at the level of perception, understanding, competence and commitment to the principal, teachers and other school management authorities involved in implementation of policy as whole, especially the implementation of curriculum culture, art and skills."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30787
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Tedjo
"Sebagai bagian usaha terus menerus yang dilakukan Indonesia untuk menuju modernisasi maka pemerintah berusaha untuk meningkatkan peran serta sektor swasta dalam bidang telekomunikasi berupa Kerja Sama Operasi (KSO) untuk membangun jaringan telekomunikasi di wilayah area tertentu dengan hak eksklusif tertentu.
Akan tetapi dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan, perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang teknologi tinggi mulai mengalami hambatan. Salah satu sebab dikarenakan pendanaan untuk membangun jaringan telekomunikasi berasal dari pinjaman jangka pendek balk berasal dari dalam maupun luar negeri.
Lain dari pada itu persaingan yang sengit dari para pemain di bidang telekomunikasi membuat perusahaan makin terpuruk dalam situasi yang tidak pasti ditambah dengan manajemen yang tidak memadai serta organisasi yang rapus.
Untuk menambah kondisi saat ini perusahaan berusaha mencari dan mengembangkan strategi untuk mengembalikan kesehatan perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan dapat menjadi pembuka jalan bagi krisis yang dialami perusahaan.
PT. MSN pada saat ini sedang berusaha melakukan restrukturisasi internal yang mencakup bidang keuangan, usaha serta organisasi dan manajemen.
Tujuan dari penulisan ini adalah membantu perusahaan dalam merencanakan program restrukturisasi agar dapat bertahan dalam lingkungannya serta meningkatkan daya saing.
Sebelum membuat program restrukturisasi dilakukan analisa lingkungan, analisa SWOT, analisa posisi dan analisa struktur modal sehingga diharapkan dapat membantu dalam merencanakan program perubahan dan menganalisa strategi utama yang sesuai bagi perusahaan.
Saran yang dapat diberikan pada perusahaan perlu adanya studi tentang merger dan akuisisi dengan melihat bahwa keberhasilan restrukturisasi sangat bergantung pada kemampuan manajemen untuk melakukan perubahan, terutama perubahan budaya, manajemen dan kepemimpinan (leadership) serta keinginan untuk mencapai strategic partner.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T18854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Kebudayaan. DKI Jakarta, 1994
709.598 22 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suwaji Bastomi
Semarang: IKIP Semarang, 1992
390.095 SUW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI, 1986
709.92 PET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Padangpanjang : UPT Humas & Dokumentasi Seni (STSI)
050 JPT 4:8 (2000)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
306 UNI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>