Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126299 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Permatasari
"Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Adanya kompleksitas patologi obesitas menyebabkan peningkatan permintaan terhadap pengukuran kuantitatif menggunakan indikator biologis. Leptin (Ob) sebagai salah satu indikator biologis menunjukan kadar yang lebih tinggi pada anak obesitas. Anak obesitas juga diketahui memiliki tumbuh kembang gigi yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar leptin saliva dan tingkat tumbuh kembang gigi anak obesitas. Seluruh subjek dinilai kadar leptin saliva menggunakan ELISA dan tingkat tumbuh kembang gigi menggunakan foto panoramik. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif sangat lemah tidak bermakna antara kadar leptin saliva dan tingkat tumbuh kembang gigi (r=0.190, p=0.334). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar leptin saliva dan tumbuh kembang gigi.

Obesity is a disorder or disease characterized by accumulation of fatty tissue in the body in excess. The complexity of obesity pathologies has driven an increased demand for quantitative measurement of biomarkers. Leptin (Ob) as one of biomarkers was reported to be higher in obese children. Obese children were also reported had accelerated tooth development. This study aimed to investigate relationship of salivary Leptin concentrations and tooth development obese children. All subjects are assessed salivary Leptin concentrations using ELISA and tooth development using panoramic examination. An insignificant very weak positive correlation was found between salivary Leptin concentrations and tooth development (r=0.190, p=0.334). This study established that salivary Leptin concentrations and tooth development was insignificant correlation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31162
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Diarti
"ABSTRAK
Obesitas merupakan kondisi patologis akibat terjadinya penimbunan lemak yang
berlebih dibandingkan dengan keadaan normal. Leptin (Ob) merupakan salah satu
hormon yang dapat menggambarkan jumlah jaringan lemak di dalam tubuh
sehingga dapat dijadikan sebagai indikator biologis untuk mengukur tingkat
obesitas. Anak obesitas diketahui memiliki pertumbuhan tulang kraniofasial yang
lebih cepat. Salah satu pengukuran pertumbuhan tulang kraniofasial dapat
dilakukan dengan menghitung besar sudut gonial. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kadar hormon leptin saliva dengan sudut gonial
anak obesitas. Seluruh subyek dinilai kadar hormon leptin saliva menggunakan
metode ELISA dan penghitungan besar sudut gonial dilakukan dari interpretasi
foto panoramik. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif sangat
lemah tidak bermakna antara kadar hormon leptin saliva dan sudut gonial (r= -
0.02, p=0.490). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi
yang bermakna antara kadar hormon leptin saliva dan sudut gonial.

ABSTRACT
Obesity is a pathological condition resulting from the occurrence of excess
bodyfat compared to normal circumstances. Leptin (Ob) is one of the hormones
that could describe the amount of fatty tissue in the body so it could be used as
biological indicators to measure the degree of obesity. Obese children were
known to have a faster craniofacial bone growth. The measurement of craniofacial
bone growth could be conducted by calculating the gonial angle. This study aimed
to investigate relationship of salivary leptin hormone concentrations with gonial
angle in obese children. All subjects were assessed by ELISA method for the
salivary leptin hormone concentrations and measurement of the gonial angle by
using interpretation of a panoramic radiographs. An insignificant very weak
negative correlation was found between salivary leptin hormone concentrations
and gonial angle (r= -0.02, p=0.490). This study concluded that between salivary
leptin hormone concentrations and gonial angle has insignificant correlation."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Atzmaryanni
"ABSTRAK
Leptin merupakan polipeptida dari sebuah gen obese,dan disintesis terutama oleh
sel adiposa. Obesitas merupakan penyakit multifaktoral yang disebabkan interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Leptin merupakan indikator biologis
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat obesitas. Anak obesitas
mempunyai indeks karies yang rendah. Mikroorganisme utama penyebab karies
adalah Streptococcus mutans. Tujuan penelitian melihat perbedaan kadar leptin
saliva dan jumlah koloni S. mutans pada anak obesitas dan anak normal. Kadar
leptin dinilai menggunakan ELISA dan jumlah koloni menggunakan pembiakan
bakteri di TYS20B. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara
kadar leptin dan jumlah koloni S. mutans pada anak obesitas dan anak normal

ABSTRACT
Leptin, product of the ob gene, is a peptide hormone and synthesized mainly by
adipose cells Obesity is a multifactoral disease caused by genetic factors and
environmental factors. Leptin as one of biological indicators which can used to
measure the level of obesity. Children with obesity has low caries index. The
main microorganisms that cause caries is Streptococcus mutans. This study aimed
to see differences in salivary leptin levels and the number of S. mutans colonies in
obese children and normal children. Leptin levels assessed using ELISA and total
of colonies using bacterial cultures in TYS20B. The results showed significant
differences between leptin levels and total of colonies of S. mutans in obese
children and normal children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyaningrum Sekar Ardiasti
"ABSTRAK
Obesitas adalah keadaan patologis akibat penimbunan jaringan lemak berlebih.
Leptin merupakan indikator biologis untuk mengukur obesitas. Streptococcus mutans
merupakan bakteri penyebab karies. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan
pembentukan biofilm S. mutans in vitro antara anak obesitas dan anak normal (kajian
kadar leptin saliva). Sampel plak dan saliva didapatkan dari 20 anak obesitas dan
normal, dinilai sampel plak untuk uji biofilm dan ELISA untuk menilai kadar leptin
saliva. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna
pembentukan biofilm S. mutans in vitro antara anak obesitas dan normal (p=0.14)
dengan kadar leptin saliva yang lebih tinggi secara signifikan pada anak obesitas
dibandingkan anak normal (p=0.003).

ABSTRACT
Obesity is pathological condition caused by accumulation of fatty tissue in excess.
Leptin as biological indicator to measure obesity. Streptococcus mutans is etiology of
dental caries. This study aimed to examine difference of biofilm formation S. mutans
in vitro between obese and normal children (Review by Salivary Leptin Level).
Plaque and saliva samples were collected from 20 obesity and normal children, in
value biofilm formation by biofilm test and ELISA to assess salivary leptin level. The
study showed no significance difference in biofilm formation S. mutans in vitro
between obesity and normal children (p=0.14) with significance difference in salivary
leptin in obese compared normal children (p=0.003)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidy Diandra Ciptaninggita
"Latar Belakang: Stunting merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi dengan prevalensi paling tinggi. Kondisi ini terjadi di berbagai negara salah satunya di Indonesia dengan prevalensi terbesar berada di NTT. Dampak dari stunting bermacam-macam seperti meningkatkan resiko penyakit non-communicable pada saat dewasa, serta meningkatkan resiko obesitas pada saat dewasa. Pertumbuhan dipengaruhi oleh berbagai hormon, salah satunya adalah leptin. Leptin dapat diproduksi dalam jumlah sedikit pada kelenjar saliva mayor. Namun, penelitian yang menunjukan hubungan stunting dengan kadar leptin masih terbatas khususnya dalam penelitian yang menggunakan saliva sebagai sampel. Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar leptin pada saliva anak usia 6-8 tahun pada anak-anak berkategori stunting dan non-stunting serta menganalisis korelasinya. Metode: Penelitian ini menggunakan 84 sampel saliva anak usia 6-8 tahun di NTT yang dikategorikan menjadi stunting dan non-stunting. Saliva diteliti menggunakan BioEnzy© ELISA kit untuk melihat kadar leptin lalu dilakukan kuantifikasi menggunakan ELISA reader dengan panjang gelombang 450 nm. Dari pembacaan tersebut didapatkan nilai absorbance dan konsenterasi sampel saliva. Selanjutnya konsenterasi leptin sampel saliva dianalisis secara statistik menggunakan SPSS untuk mengetahui nilai komparasi dan korelasi dengan status stunting dan non-stunting. Hasil: Rata-rata kadar leptin saliva anak-anak 6-8 tahun stunting ditemukan lebih tinggi daripada anak-anak non-stunting. Terdapat hubungan linear negatif sedang yang bermakna antara kadar leptin saliva anak 6-8 tahun dengan status stunting (r = -0,287, p < 0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan dan hubungan antara kadar leptin pada saliva anak usia 6-8 tahun dengan status stunting dan non-stunting. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata kadar leptin pada saliva yang lebih tinggi pada anak-anak berstatus stunting daripada non-stunting.

Background: Stunting is a form of malnutrition with the highest prevalence. This condition occurs in various countries, one of which is Indonesia, with the greatest prevalence in NTT. The impact of stunting varies, such as increasing the risk of non-communicable diseases as adults and increasing the risk of obesity as adults. Growth is influenced by various hormones, one of which is leptin. Leptin can be produced in small amounts in the major salivary glands. However, research showing the relationship between stunting and leptin levels is still limited, especially in studies using saliva as a sample. Objectives: Analyzing the differences between salivary leptin levels in children aged 6-8 years in the stunting and non-stunting groups and analyzing the correlation between salivary leptin levels in children aged 6-8 years with stunting. Method: This study used 84 saliva samples of children aged 6-8 years in NTT who were categorized as stunting and non-stunting. Saliva was examined using the BioEnzy© ELISA kit to see leptin levels and then quantified using an ELISA reader with a wavelength of 450 nm. From the readings, the absorbance and concentration values of the saliva samples were obtained. Furthermore, the leptin concentration of saliva samples was analyzed statistically using SPSS. Results: The average salivary leptin level of stunted children aged 6-8 years was found to be higher than the non-stunted children. There was a significant negative linear correlation between salivary leptin levels in children aged 6-8 years and stunting status (r = -0.287, p <0.05). Conclusion: There is a significant difference between leptin levels in the saliva of children aged 6-8 years with stunting and non-stunting status. There is also a significant correlation between leptin levels in the saliva of children aged 6-8 years with stunting and non-stunting status. This can be seen from the average leptin level in saliva which is higher in stunted children than non-stunted children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berthauli Ester Nurmaida
"ABSTRAK
Penyakit ginjal kronis merupakan suatu keadaan kerusakan ginjal yang bersifat menetap, dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus atau ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan homeostasis. Perawatan untuk penyakit ginjal kronis stadium akhir dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Gambaran klinis rongga mulut anak penyakit ginjal kronis tahap akhir dapat berupa gingivitis dan periodontitis. Adanya peningkatan produksi leptin merupakan suatu tanda adanya kondisi inflamasi persisten pada penderita penyakit ginjal kronis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar leptin saliva antara anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan anak sehat yang menderita gingivitis. Subjek penelitian sebanyak 20 orang berusia 11-16 tahun, 10 anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan 10 anak sehat. Sampel saliva yang diambil dilakukan pengukuran kadar leptin saliva dengan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara kadar leptin saliva anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan anak sehat dengan rerata pada anak penyakit ginjal kronis hemodialisis 61,300 4,151 pg/ml dan anak sehat 57,200 3,173 pg/ml. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kadar leptin saliva anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan anak sehat.
ABSTRACT Chronic kidney disease is known as insufficiency of renal function and an irreversible reduction of glomerular filtration rate that happens over years. Gingivitis is a common oral findings, especially in children with chronic renal failure. The production of leptin is a sign of active humoral immune response in the oral cavity. The purpose of this research is to analyze the difference of salivary leptin between hemodialysis children and health children, both having gingivitis. Twenty children aged 11 16 years old with gingivitis were taken as subjects, consisting of 10 hemodialysis children and 10 health children. The level of salivary leptin was measured with ELISA methods. The result showed a significant difference of salivary leptin levels between hemodialysis children 61,300 4,151 pg ml and health children 57,200 3,173 pg ml. In conclusion there is a significant difference of salivary leptin levels in hemodialysis children with gingivitis and health children with gingivitis."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Soetjiningsih
Jakarta: Elsevier, 1998
612.65 SOE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irenia Tamany
"Pada penelitian ini dilakukan kepada pada Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) yang mempunyai tujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan tingkat stress yang diintervensi video modeling dan modul pedagogi visual berkunjung ke dokter gigi melalui analisis kadar immunoglubulin A saliva. Studi ini merupakan penelitian cross- sectional-eksperimental klinis dan laboratoris dilakukan pengambilan saliva sebelum dan setelah intervensi untuk diukur kadar salivary immunoglobulin A (SIgA). Subjek adalah 16 anak GSA berusia 6-10 tahun yang telah memiliki diagnosa dari dokter anak atau psikiater, tidak memiliki kelainan pada penglihatan dan pendengaran, maupun pernah menjalani koreksi pada penglihatan dan pendengaran sehingga tidak mengganggu kemampuan melihat dan mendengar, dapat mengikuti instruksi sederhana, belum pernah berkunjung ke dokter gigi. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi Video modeling dan kelompok intervensi Modul PV-BDG, masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak GSA. Analisis data menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk. Terdapat kenaikan kadar SIgA setelah intervensi Video PV- BDG. Rata-rata kadar SIgA setelah intervensi Video modeling dan modul PV-BDG adalah 35,35±22,67 dan -38,67±11,07. Video modeling lebih efektif dalam menurunkan stress pada saat perawatan gigi yang diukur dari perubahan kadar salivary immunoglobulinA

The research is conducted on children with Autism Spectrum Disorder (ASD) with aim is to determine the difference of stress level reduction which intervened by video modeling and the module of ”Pedagogi visual berkunjung ke dokter gigi” through analyis of salivary Immunoglobulin A level. This study is a cross-sectional- experimental and laboratory research that carried out salivary collection before and after the intervention to obtain the level of Salivary Immunoglobulin A (SIgA). The subjects are 16 children with ASD aged 6-10 years old who have had diagnosed by pediatrician or psychiatrist, neither have any abnormalities in vision and hearing nor have undergone correction in vision and hearing, so that they can follow simple instructions. They should also have never been visited the dentist before. Subjects are divided into 2 groups, they are the video modeling intervention group and the PV-BDG Module intervention group. Each group consists of 8 children with ASD. The data analysis utilizes Shapiro-Wilk normality test. It is found that SIgA level is increased after PV- BDG video intervention. The average level of SIgA after intervention of video modeling and PV-BDG module are 35.35±22.67 and -38.67±11.07. It is concluded that video modeling method is more effective in reducing stress level in dental care as measured by the changes of salivary Immunoglobulin Alevel."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mansyur Sutan Assin
"

Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME, Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada pagi yang berbahagia ini, kita dapat berkumpul bersama dalam acara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Endokrinologi Anak dan Remaja erat hubungannya dengan proses tumbuh-kembang anak, oleh karena itu saya akan mengajukan di sini pidato pengukuhan dengan judul : "Peranan hormon dalam proses tumbuh-kembang Anak dan Remaja". Mengingat bidangnya luas sekali, maka terlebih dahulu saya mohon maaf, bahwa saya akan membatasi diri pada aspek-aspek dan masalah-masalah terpenting saja. Begitu pula mohon maaf atas istilah-istilah yang akan saya pakai, karena masih banyak yang belum ada dalam bahasa Indonesia.

Salah satu Sasaran Utama Umum pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap ke II 1993 - 2018 (PJPT 11) adalah meningkatkan kualitas anak-anak demi masa depan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

Pada saat ini jumlah penduduk Anak dan Remaja di Indonesia (0 - 19 tahun) adalah sekitar 86 juta. Mereka inilah, ditambah dengan yang masih akan lahir, akan merupakan SDM yang, insya Allah, akan menyukseskan PJPT II nanti.

Endokrinologi Anak dan Remaja adalah bidang ilmu yang khusus mempelajari, meneliti, mengevaluasi dan memecahkan masalah dalam proses tumbuh-kembang anak yang ada kaitannya dengan hormon.

"
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0122
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>