Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195375 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Malikul Hadis Latif
"Unit Penambangan Batubara Tanjung Enim dari PT Tambang Batubara Bukit Asam memproduksi Batubara sebanyak 8,9 Juta ton per tahun (6,4 juta m³ /tahun) dan tanah penutup sebanyak 37,5 juta m³ /tahun. Dari jumlah tersebut sistem Bucket Wheel Excavator (BWE) hanya memproduksi batubara 2,7 juta ton/ tahun (2 juta m³ /tahun) dan tanah penutup 10.28 juta m³ /tahun), selebihnya adalah hasil produksi dari sistem Buldozer, Shovel, Loader dan Dump Truck yang dikerjakan oleh pihak ke 3 yaitu Subkontraktor I Perusahaan Jasa Penambangan.
Produktivitas dari BWE ini dirasakan rendah, karena pada musim penghujan BWE tidak dapat bekerja dengan efisien. Dibandingkan dengan pekerjaan yang disubkontrakkan kepada pihak ke 3, ongkos produksinya lebih tinggi, padahal seharusnya pekerjaan dengan menggunakan BWE yaitu alas yang dirancang khusus untuk pekerjaan penambangan seharusnya biayanya lebih rendah. Untuk itu dilakukan analisis untuk mencari kombinasi yang lebih baik dalam menggunakan peralatan penambangan untuk peningkatan perolehan batubara dan tanah penutup.
Pertama kali dilakukan pengumpulan data mengenai berbagai peralatan yang dapat dipakai untuk manambang batubara. Kemudian dilakukan perhitungan biaya produksi penambangan batubara dengan berbagai kombinasi alat produksi pada berbagai kondisi cuaca dan lapangan. Akhirnya diperoleh kombinasi peralatan yang mernbentuk biaya tolal terendah.
Dari hasil-hasil analisa diperoleh kombinasi I, II, III memberikan biaya yang terendah.

Tanjung Enim Coal Mining Unit of Bukit Asam Coal Mining Company mines coal in amount 8.9 million of tons per year (6.4 million m³ per year) and covering land in amount of 37.82 million m³ per year. From this total amount, the Bucket Wheel Excavator (BWE) system only produces 2.7 million of tons (2 million m³ per year) and the covering land in amount of 10.28 million m³ per year).
The productiveness of the BWE system is considered low, as the system could not work efficiently during the rainy season. The production cost of the BWE system is also higher than the works that are carried out by using shovel, bulldozer, loader and dump truck equipments and are subcontracted to a third party. The system of BWE, equipment designed specially for mining works, is supposed to cut down the mining costs. Therefore, an analysis is carried out to seek a better combination of using mining equipments and improving acquisition of coal and covering land amount in the mining activities.
First, data on various equipments used for coal and covering land mining should be collected. Then, there should be a calculation on production costs of the coal and covering land mining by using combination of production equipments in various weather and field condition. The found combination will lead to the lowest total cost.
The analysis resulted that combination I, II & III would show the lowest total cost.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isworo Pujotomo
"Batubara kualitas rendah merupakan bahan bakar fosil yang cadangannya cukup besar dan tersebar di seluruh dunia. Sekitar 60 % batubara Indonesia masuk dalam kategori ini.
Dibandingkan bahan bakar fosil lain, batubara berdampak negatip terhadap lingkungan terutama dari segi buangan cerobongnya. Buangan cerobong PLTU batubara yang dapat mengganggu ekosistem dan kesehatan manusia antara lain SO2 (dioksida sulpur), abu, NOx (oksida nitrogen) dan CO2 (dioksida karbon).
Dengan teknologi pencucian batubara aliran pusar bubur kental magnetit, kadar abu dan sulpur batubara lignit masing - masing berkurang 51,21% dan 24,14% serta nilal kalor meningkat 25,54 %. Biaya pembangkitan listrik PLTU mulut tambang 200 MW dengan bahan bakar lignit cuci Rp.410,41 / kWjam dan dengan batubara lignit Rp. 353,59 / kWjam. Perbedaan biaya pembangkitan sebesar kurang lebih Rp 57,- / kWjam merupakan biaya cuci batubara lignit dan dapat dianggap sebagai biaya pengurangan polusi abu, sulpur dan biaya peningkatan nilal kalor batubara lignit.
Peningkatan biaya pembangkitan ini dapat dihindari dengan langsung menggunakan batubara lignit sebagai bahan bakar PLTU mulut tambang tanpa dicuci.

Low quality coal is a fossil fuel, largely deposited and spread in the world. Approximately 60 percent of Indonesian's coal deposits belong to this category.
Compared to other fossil fuels, coal has a negative environmental impact especially from chimney emissions. Chimney emissions of coal-fired power plant, disturbing ecosystems and human health are such as S02 (sulphur dioxide), ash, NO, (nitrogen oxide) and CO2 (carbon dioxide).
Using dense medium cyclone technology, ash and sulphur of lignite coal decreased 51,21% and 24,14% calorific value increased 25,54 %. Generating cost of a 200 MW mine-mouth washed lignite coal fired power plant is Rp. 410,41 / kWh and that of a 200 MW mine-mouth lignite coal fired power plant is Rp. 353,59 /kWh. The generation cost difference of about Rp. 57,- / kWh, is the cost of washing lignite coal and can be assumed ash and sulphur reduction cost and calorific value increasing cost.
Increased generation cost can be avoided by directly using lignite coal as mine-mouth fired power plant fuel without washing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murad Leksmono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1979
S16482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Andreas Hotmanri
"Penurunan harga batubara dunia mempengaruhi penurunan harga batubara Indonesia. Hal tersebut meningkatkan persaingan yang terjadi di industri kontraktor pertambangan batubara. PT Saptaindra Sejati, merupakan salah satu kontraktor tambang bataubara yang ada di Indonesia, berupaya untuk meningkatkan daya saing. Kinerja operasional merupakan salah satu hal yang dapat ditingkatkan sehingga kegiatan operasional penambangan batubara dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Mengacu pada penelitian Anh et al. (2012), Iriani dan Hadiputra (2010) dan Psomas et al. (2012), ISO 9001:2008 merupakan sistem manajemen mutu yang memiliki pengaruh positif terhadap kinerja operasional suatu perusahaan, dan PT Saptaindra Sejati telah menerapkan ISO 9001:2008 sejak tahun 2011. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh implementasi ISO 9001:2008 terhadap kinerja operasional penambangan PT Saptaindra Sejati, dengan metode survei kuesioner yang diberikan kepada level jabatan department head dan section head di departemen engineering, production dan plant. Pengolahan data survei kuesioner dengan menggunakan SPSS versi 22 menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif antara penerapan ISO 9002:2008, melalui kedelapan prinsipnya, dengan kinerja operasional penambangan batubara. Namun dari delapan prinsip tersebut, prinsip keterlibatan karyawan masih belum optimal dilaksanakan. Oleh karna itu perlu dilakukan penilaian kuantitatif keterlibatan karyawan dalam aktifitas manajemen mutu."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Septi Anggraeni
"Penelitian ini membahas permasalahan suatu perusahaan kontraktor tambang dalam menentukan jumlah dan biaya alat training yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan training operator. Untuk memperoleh solusi optimal pada permasalahan ini diperlukan suatu sistem penjadwalan training operator dengan metode yang tepat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah algoritma Differential Evolution (DE). DE membantu penelitian yang memiliki fungsi tujuan meminimumkan total biaya pembelian alat training ini untuk memperoleh solusi yang optimal.
Solusi yang dihasilkan memberikan penurunan jumlah alat yang dibeli sebesar 36,7% yaitu 19 alat dari 30 alat dengan biaya yang juga mengalami penurunan sebesar 69,6% yaitu $3.702.163,20 dibandingkan dengan penjadwalan yang dilakukan perusahaan.

This research discusses a mining contractor company's problem in determining the amount and cost of purchasing training equipment that must be issued to conduct the operator training. Getting the optimal problem solution require a right method of operator training scheduling system.
The method used in this research that has the objective function to minimize the total of the purchasing training equipment cost is Differential Evolution (DE) algorithm. DE assist it to obtain the optimal solution.
The solution reduce 36.7% amount of equipment purchased from 30 to 19 equipment and 69.6% equipment purchasing cost as much as $3,702,163.20 compared to the company scheduling result.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52084
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Prayudi
"Kerja gilir memberikan keuntungan dalam mendukung produktivitas perusahaan. Namun disisi lain, kerja gilir juga dapat mengakibatkan kelelahan dan gangguan tingkat kewaspadaan sopir truk hauling yang bekerja gilir. Resiko terjadinya kecelakaan kerja akan semakin meningkat bila terjadi gangguan pada tingkat kewaspadaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kewaspadaan sopir truk hauling kerja gilir dan faktor yang mempengaruhinya, serta hubungan pola kerja gilir dengan gangguan tingkat kewaspadaan.
Metode penelitian adalah studi "comparative cross sectional' dengan mengambil seluruh sopir truk hauiing di perusahaan sebanyak 145 orang sebagai responden. Data penelitian didapatkan nielalui kuesioner, serta pengukuran tes Kraepelin yang dilakukan setelah shift kerja pada kelompok sopir shift Siang dan malam.
Hasil penelitian dianalisis dengan SPSS 11.5. Didapatkan prevalensi tingkat kewaspadaan buruk pada 56.6% sopir truk hauling. Faktor yang paling kuat herhubungan dengan tingkat kewaspadaan buruk adalah lama kerja (p=0.45), dengan OR 2.9. Sedangkan faktor lain yang mempunyai hubungan tidak bermakna tetapi mendekati secara berurutan adalah training (p=0.06 dan OR=0.47), berat badan (p=0.10 dan OR=1.9), jumlah anak (p=0.14 dan OR=1.9 ) dan umur anak terkecil (p=0.19 dan OR=0.53).
Dalam hubungan dengan faktor lama kerja, maka tingkat kewas )adaan berkaitan dengan "general performance" dimana proses adaptasi memegang peranan penting. Semakin lama bekerja maka sopir semakin beradapatasi sehingga tingkat kewaspadaan semakin baik.
Faktor training dengan nilai OR= 0.47 dengan IK < 1 menunjukkan bahwa training yang jarang menjadi faktor yang protektif untuk terjadinya tingkat kewaspadaan buruk. Hal ini menjadi kontradiktif dan perlu evaluasi lebih lanjut terutania berkaitan dengan materi, cara 1 metode pemberian training dan waktu training serta kompetensi trainernya.
Faktor berat berlebih dan kegemukan menjadikan pekerja mengeluarkan tenaga berlebih untuk melakukan aktilhas sehingga mudah terjadi kelelahan yang pada akhimya menyebabkan kantuk dan penurunan kewaspadaan.
Jumlah anak dan umur anak terkecil mempengaruhi tingkat kewaspadaan karena faktor pengasuhan yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua sehingga mengganggu jadwal istirahat pekerja.
Dalam penelitian ini tidak dapat dibuktikan adanya pengadaan berrnakna dari tingkat kewaspadaan sopir truk hauling terhadap pola kerja shift (shift siang dan shift malam).

Shift work provides benefit in supporting a company's productivity. However. shift work also might cause fatigue and alertness disturbance of hauling truck drivers who work on shift. The risk of work accident would be significantly increased in line with decreasing level of alertness. The aims of this study are to know the alertness level of the hauling truck drivers who work on shift and the influencing factors, also to identify the relationship of shift work with alertness level.
The research method is comparative cross sectional study by taking 145 hauling truck drivers as the study respondents. The data of this study was obtained from questionnaire and measurement of Kraepelin test which was done after the completion of shift work of day and night drivers.
The result of this study was analyzed with SPSS 11.5. It was found that the prevalence of "bad" alertness of the hauling truck drivers was 56.6%. The strongest, related factor with bad alertness was length of work period (p=0.05) with OR=2.9. Other factors that showed no significant ration but have close relation were training (1=0.06 and OR=0.47), body weight (p=0.10 and OR=1.9), number of children (p=-0.14 and OR=1.9) and the age of the youngest child (p=0.19 and OR=0.53).
In relation with the length of work period, alertness is related with "general performance" of which the adaptation process takes significant role. Drivers adapt well with longer period of assignment in year so that the alertness level is much better.
Training factor with OR=0.47 and IK
Excessive body weight and obesity affect drivers to work with extra energy for doing the work activities. It leads to fatigue and at the end it causes sleepiness and decrease of alertness.
Number of children and the age of the youngest child influenced the alertness. It can be explained that parental care and attention is much needed for the children and it would affect resting time of the workers.
From this study, significant difference of the alertness level amongst hauling truck drivers (day shift and night shift) could not be proven.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrizal Syaiful
"Perusahaan membutuhkan skenario yang tepat sebagai dukungan dalam meningkatkan produktivitas. Skenario yang tepat adalah yang dapat mengarahkan perusahaan kepada tujuan yang diharapkan pada awalnya.
Penulis mengadakan penelitian mengenai produktivitas PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), dengan menggunakan model perbandingan kedalam (intrafirm comparation) terhadap laporan keuangan dari tahun 1998 hingga 2001. Kemudian untuk mengetahui indikator produktivitas yang perlu ditingkatkan, penulis menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk mendapatkan bobot dari tiap indikator produktivitas dan membuat kuesioner untuk pakar keuangan tambang. Sebelumnya penulis membuat hirarki dari indikator produktivitas tersebut, sehingga ada peringkat tujuan yang paling utama, kriteria, sub kriteria dan sub-sub kriteria. Setiap peringkat akan mendapat nilai sesuai dengan kepentingannya.
Akhirnya, dihasilkan beberapa rekomendasi setelah mengetahui skenario PTBA, keadaan produktivitas saat ini, tujuan yang akan dicapai, hasil analisis dan pengukuran indikator produktivitas PTBA. Rekomendasi ini dapat dipakai oleh PTBA untuk meningkatkan produktivitas.

A company requires an appropriate scenario as a support to increase its productivity. A successful scenario is one which can direct a company?s activities to the initial expectation. Therefore, a company should have a scenario to obtain the goal that has been stated.
This study is about the productivity of PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) by using the intrafirm comparison method on the company's financial report from the year 1998 up ' to 2001. Analytical Hierarchy Process to know which productivity indicator should be increased through the weighing of each indicator and making the questioner for the mining tinancial expert. In the early times, hierarchy of productivity indicators are made to make ranking of the goal (mainly), criteria, sub-criteria and sub-sub criteria. Each rank will obtain the score related to its purposes.
Finally, it will produce some recommendations after acknowledging the PTBA scenario, current productivity status, the oblective that will be reached, the result of analysis and PTBA's indicator measurement. This recommendation can be used by PTBA to increase its productivity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T10977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Henry Ronald
"Salah satu strategi dalam meningkatkan daya saing adalah melalui pengembangan peran sistem informasi dalam perusahaan. Jika sebelumnya peranan sistem informasi hanya sebagai proses penunjang saja dalam memperoleh data dengan titik berat pada efisiensi biaya operasional, minimalisasi risiko operasi, peningkatkan produktivitas, ketepatan dan keamanan operasi dari berbagai fungsi perusahaan, maka pada saat ini peranannya telah berubah menjadi alat strategik dalam perusahaan untuk meningkatkan kemampuan bersaingnya.
Secara khusus dapat dinyatakan bahwa penyusunan dan pengembangan perencanaan strategi informasi merupakan upaya peningkatan peranan fungsi dan nilai sistem informasi setiap unit kegiatan manajemen dan operasional perusahaan, dalam rangka memenuhi kebutuhan di saat ini dan di masa yang akan datang serta meningkatkan nilai dari perusahaan itu sendiri
BCOI sebagai salah satu perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia, dalam menghadapi persaingan yang ada dan menjawab tantangan di masa depan memerlukan suatu perencanaan strategi informasi yang terintegrasi. Hal ini dikarenakan di dalam persaingan pada era bebas tidak memungkinkan bagi perusahaan batubara beroperasi tanpa dukungan sistem dan teknologi informasi yang handal.
Permasalahan strategi yang dihadapi oleh perusahaan saat ini adalah dengan tersebarnya lokasi kantor-kantor tambangnya di kawasan Kalimantan Timur dan Selatan, diperlukannya restrukturisasi ruang lingkup usaha untuk memudahkan perusahaan melakukan perencanaan, pengendalian dan pengawasan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada, serta peningkatan kapasitas produksi guna pemenuhan kebutuhan batubara di kawasan Asia-Pasifik. Permasalahan operasional yang dihadapi oleh perusahaan secara umum adalah kendala dalam mengakses data yang ada pada beberapa fungsi perusahaan, di samping itu diperlukannya sarana untuk menyebarluaskan informasi dalam ruang lingkup usaha.
Dalam metakukan penyusunan karya akhir ini digunakan metodologi Information Engineering atau Rekayasa Informasi yang terdiri atas perencanaan strategi informasi, analisis area bisnis, perancangan sistem konstruksi dan implementasi. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini maka analisa pembahasan dibatasi hanya pada tahap perencanaan strategi informasi. Di mana analisa dalam karya akhir ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian pokok yaitu yang menjadi kebutuhan bisnis perusahaan akan informasi dan yang mengenai sistem informasi yang ada di perusahaan pada saat ini.
Pembuatan formulasi perencanaan strategi inforrasi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Multiple Methodology yang dikembangkan oleh Earl M. James, melalui tahapan-tahapan :
? Top - Down Clarification, memperjelas seluruh strategi dan kebutuhan perusahaan dalam bentuk kebutuhan sistem informasi, yang meliputi overview model dari perusahaan, analisa goal problem, analisa Critical Success Factor dan overview model dari fungsi-fungsi dalam perusahaan.
? Bottom - Up Evaluation, evaluasi dari manfaat dan penggunaan sistem informasi yang ada saat ini, yang meliputi analisa sistem yang ada, bagaimana fungsi dari sistem yang ada tersebut dan bagaimana rentang kekurangan yang terjadi antara sistem yang ada terhadap kebutuhan strategi perusahaan.
? Inside - Out Innovation, inovasi dari peluang-peluang strategi baru yang dapat diperoleh dari kemajuan teknologi informasi yang meliputi analisa dampak teknologi dan pandangan sistem strategi.
Dari hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan dapat diidentifikasi beberapa permasalahan perusahaan BCDI yang dihadapi di dalam bidang sistem informasi meliputi peranan sistem informasi bagi manajemen dan operasional perusahaan, infrastruktur jaringan antar kantor-kantor tambang dan sumber daya manusia di dalam bidang sistem dan teknologi informasi.
Perencanaan strategi informasi yang menjadi topik dari karya akhir ini memberikan usulan kepada perusahaan BCOI yang meliputi aspek infrastruktur teknologi informasi, aspek sistem informasi dan aspek sumber daya iiiformasi.
Pada bagian akhir dari karya akhir ini, dikemukan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam nenerapan perencanaan strategi informasi, meliputi :
? Kegiatan perencanaan strategi informasi perlu dilakukan secara bertahap yaitu bahwa secara berkala perlu dilakukan penilaian terhadap hasil implementasi dan portfolia aplikasi sehingga secara dini dapat diketahui atau dilakukan kareksi-koreksi yang diperlukan terhadap perencanaan strategi informasi yang diimplementasikan.
? Perlu dilakukan pemantauan perkembangan sistem dan teknologi informasi beserta penerapannya di dalam industri-industri sejenis secara berkesinambungan untuk dapat mengarnbil manfaat maksimal guna perusahaan dapat berada di posisi yang kompetitif di dalam pasar usahanya.
? Perlu dipertimbangkan penggunaan jasa konsultan yang ahli dalam proyek pengembangan manajemen sistem informasi untuk dapat memberikan masukan yang berharga tetapi perlu untuk diperhatikan bahwa konsultan tidak menentukan pilihan, hanya sebagai pembantu yang mengajukan pilihan.
? Sosialisasi program-program sistem dan teknologi informasi yang didukung dengan analisa nilai ekonomis BCOI perlu dilakukan secara intensif untuk meningkatkan dukungan dan manajemen puncak.

One of the strategies to increase competitive power is through the development role of information system in company. Neverless, before the role of information system is only as a supporting process in gaining data which focus on cost operation efficiency, operation risk minimize, productivity increase, operation exactness and safety in various company function, now the role have changed as a strategic tools in company to increase its competitive power capability.
Particularly can be express that arranging and development of information strategic planning is efforts to increase the role of function and value of information system in every management activity unit and company operation, for fulfilling the needs at present and in the future and also to increase the value of the company itself.
BCOI as one of the coal mining company in Indonesia, in facing competition that occurs and to answer the challenge in the future, needs an integration information strategic planning. It is because in free era competition, it is not possible for coal mining company to operate without the support of reliable information system and technology.
The strategy problem that the company facing at present that is with the scatter location of the mining offices in East Kalimantan and South Kalimantan, restructuring scope of business is need to facilitate company in doing planning, controlling and supervising, managing and exploiting resources that are available also increasing production capacity to fulfill the need for coal in Asia-Pacific Area. The operational problem that the company facing in general is the obstacle for accessing data that occur in some company area, beside the need for tools to spread information in scope of business.
In composing this thesis, Information Engineering methodology is use, which consists of information strategic planning, business area analysis, construction system design and implementation. In accordance with the objective of this research, the analysis and study is limited only in information strategic planning phase. The analysis can be category into 2 (two) major part which 1s the need of information for the company business and about the information system that the company have at the present.
The formulating of information strategic planning is done by using the multiple methodology approach which is developed by Earl M. James through the phases of :
? Top - Down Clarification, clarify all company strategies and needs in information
system form which consists of company overview model, goal problem analysis,
Critical Success Factor analysis and company function overview model.
? Bottom - Up Evaluation, evaluate the benefit and the use of information system that the company have at present, which consists of analysis system that currently exist, what their functions are and what gaps exist in the light of company strategic needs
? Inside -- Out Innovation, innovation for the new strategic opportunities that can be gain from the advance information technology, which consist of impact technology analysis and strategy system view.
The analysis and study that is done, gave outcome that can identified some problem that BCOI company faced in the information system area, which are the role of information system for management and company operation, network infrastructure between BCOI mining offices and human resources in information system and technology area.
Strategic information planning which have become the topic of this thesis give suggestion to BCOI company that consists of the infrastructure information technology aspect, information system aspect and information resources aspect.
At the end of this thesis, some proposal is given that needs attention in applying information strategic planning, which are:
? Information strategic planning activities must be done in phases, from time to time the outcome of the implementation and application portfolio must be evaluate, so as early as possible will be known or will be done correction that need in implementing the information strategic planning.
? Continuous observation of the system and technology development need to be done, including the implementation in similar industries, to take the maximize benefit for the company to be in its business competitive position
? Consultant expert service need to be considered in developing management information system project to give valuable input, but need to be remind that consultant do not choose option only help to give option that could be taken_
Socialization of information system and technology programs that is supported by the analysis of BCOI economic value, need to be done intensive to increase the support from top management.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairuddin Hasyim
"ABSTRAK
Seiring dengan makin meningkatnya kegiatan pertambangan batubara di Indonesia yang ditetapkan sebagai primadona ekspor tahun 2000 dan juga sebagai energi alternatif pengganti migas, diikuti pula dengan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya, maka pengelolaan lingkungan di pertambangan batubara perlu mendapat perhatian khusus.
Permasalahan yang muncul pada pengelolaan lingkungan di pertambangan batubara terutama berkaitan dengan kegiatan pengelolaan air limbah, pengelolaan debu, pelaksanaan reklamasi, revegetasi dan pertumbuhan tanaman. Hal ini terlihat dengan banyaknya tanggapan yang muncul di media massa.
Salah satu kegiatan dalam dokumen AMDAL adalah Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang pelaksanaannya sudah berjalan 9 tahun sejak penelitian ini dilakukan.
Kegiatan Pertambangan Batubara dengan kapasitas produksi ~ 200.000 ton/ tahun merupakan salah satu kegiatan wajib AMDAL pada Bidang Pertambangan Umum dan Energi yang juga sebagai salah satu objek Pemantauan Lingkungan (RKL dan RPL) yang dipantau oleh Direktorat Pertambangan Umum.
Pada tahun 1995/1996 di Indonesia terdapat 62 buah Perusahaan Tambang Batubara yang telah mempunyai dokumen AMDAL (RKL dan RPL), 16 perusahaan diantaranya telah dilakukan pemantauan secara rutin oleh Direktorat Teknik Pertambangan Umum melalui PIT sejak tahun 1994/1995.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pelaksanaan pengelolaan lingkungan di tambang batubara sesuai RKL dan RPL. Secara khusus untuk melihat seberapa jauh kebijakan, organisasi dan personalia, ketersediaan sarana, prasarana dan biaya berkaitan dengan pengelolaan lingkungan di tambang batubara, serta hubungannya dengan pelaksanaan RKL dan RPL.
Hasilnya diharapkan dapat memberikan masukan pada berbagai pihak terutama untuk meningkatkan kinerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossectional. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Sampel adalah total populasi yaitu 16 tambang batubara yang dipantau secara rutin sejak tahun 1994- 1996 oleh Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT).
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil jawaban kuesioner Kepala Teknik Tambang tahun 1996, isi kuesioner mencakup variabel independen berkenaan dengan kebijakan, organisasi dan personalia, prasarana, sarana, dan biaya. Data sekunder diperoleh dari laporan rutin dari pemrakarsa, dan laporan tahunan dari hasil pemantauan PIT tahun 1994-1995.
Untuk melihat besaran masalah dilakukan analisis persentase dan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen digunakan uji statistik Fisher Exact Test (2-tailed) pada a = 0,1.
Hasil yang diperoleh ; 1) pelaksanaan pengolahan air limbah, reklamasi dan revegetasi umumnya belum berjalan dengan baik, sedangkan pengelolaan debu dan pertumbuhan tanaman sudah baik. 2) Penyusunan RTKL dan penyampaian laporan rutin umumnya sudah baik. 3) Secara kuantitas tenaga yang tersedia sudah baik tetapi kualitas tenaga ahli yang tersedia masih kurang. 4) Sebagian besar perusahaan telah mempunyai sarana pengolahan air limbah dan debu serta bibit tanaman yang cukup, tetapi sarana untuk pengambilan sampel masih kurang. Umumnya biaya yang tersedia untuk pengelolaan lingkungan masih terbatas. 5) Dari hasil uji statistik terlihat bahwa Penyampaian laporan rutin (kebijakan) berhubungan dengan pengelolaan air limbah (p-value 0,063), 6) Status tenaga ahli (organisasi dan personalia) berhubungan dengan pertumbuhan tanaman dan pengelolaan air limbah (p-value 0,040 dan 0,063). Masa kerja kepala teknik tambang berhubungan dengan pengelolaan debu (p-value 0,025). 7) Kelengkapan Sarana dan prasarana berhubungan dengan pengelolaan air limbah (p-value 0,088).
Ketersediaan biaya berhubungan dengan pengelolaan debu (p-value 0,063).
Dari hasil etudi ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum sesuai dengan RKL dan RPL yang telah disepakati, terutama pada kegiatan pengelolaan air limbah, pelaksanaan reklamasi dan revegetasi.
Untuk terlaksananya pengelolaan lingkungan sesuai RKL dan RPL di tambang batubara perlu perhatian khusus terhadap variabel yang mempunyai daya ungkit besar seperti penyampaian laporan rutin, ketersediaan tenaga ahli, dan pengalokasian biaya.

ABSTRACT
The Implementation of Environmental Management and Monitoring Plans (RKL and RPL) in A Coal Mine (An Evaluation Study of 16 Coal Mining Enterprises in Indonesia)In line with the ever increasing coal mining activities in Indonesia, which was determined as the primadona to produce export commodity by the year 2000, therefore, environmental management in the coal mining areas need special attention. It became imperative, since coal is the energy alternative replacing oil gas and the cause of environmental pollution that followed during the mining activities.
The issue emerged in environmental management in coaltation management activities. Such can be seen in the many responses emerging in the mass media.
One of the activities in the AMDAL Document is the RKL (Environmental Management Plan) and RPL (Environmental Monitoring Plan), the implementation of which, took place some 9 years since this study was carried out.
Coal mining activities which a production capacity >200.000 tons per year constitutes one of the activities that needs an AMDAL study in the field of General and Energy Mining. It is also an object of Environmental Monitoring and Management Plans that are monitored by the General Works Directorate.
In 1995/1996 there were in Indonesia some 62 coal mining enterprises that have already AMDAL documents (RKL and RPL). Sixteen of them were monitored routinely by Technical Directorate of General Mining by way of PIT since 1994/1995.
The objectives of this study are to know the factors that influence the level of Environmental Management implementation at the coal mine, in accordance with the pre-scribed RKL and RPL. Specifically, it is to see how far the policy, organization and personalia, availability of infra-structure and cost that relate to environmental management in the coal mine and interactions with the implementation of RKL and RPL.
The result expected is to provide input to the various parties, especially to increase the activities in environmental management and monitoring.
The design of this study is cross-sectional. This study is descriptive in nature. The sample taken is the total population, namely 16 coal mines that are routinely monitored since'1994-1996 by the Mining Inspection Implementor (PIT).
The data collected covers primary and secondary data. Primary data was obtained from the responses of the 199S mining technical, chief questionnaires. The questionnaire content includes independent variables relating to policies, organization and personalia, infra-structure and facilities and cost. Secondary data was obtained from routine reports of proponent and annual report of PIT's monitoring results of 1994-1995.
To get the issues' magnitude, thence, percentage analysis was undertaken. To see the association between dependent and independent variables, the Fisher Exact Test (2-tailed) was used at alpha = 0,1.
The results obtained were:
1) The implementation of waste water processing, reclamation and revegetation, in general, do not yet run properly, whereas dust and greenery growth management is good.
2) The formulation of Annual Environmental Management Plan (RTKL) and routine report submission is good.
3) Quantitatively, available manpower is good, but the qualities of available expertise are meager.
4) The majority of enterprises have waste water and dust processing plans as well as sufficient plant seedlings, but the means of sample takings are still wanting. In general, the available fund for environmental management is still limited.
5) Statistical tests showed that routine report (policy) submission is associated with waste water management (p-value 0,063).
6) expertise status (organization and personalia) are associated with greenery growth, and waste water management (p-value 0,040 and 0,008), mining technical chief working years' duration is associated with dust management (p-value 0,025).
7) Infrastructure and facilities' completeness are associated with waste water management (p-value 0,086), availability of funds is associated with dust management (p-value 0,063).
From the results of this study, it can be concluded that environmental management and monitoring implementation is not yet in accordance with RKL and RPL already agreed upon, especially in the waste water management, implementation of reclamation and revegetation.
The realization of environmental management as stated in the RKL and RPL in the coal mine, special attention need be given to wards the variable has the greatest lever power like routine report submission, availability of expertise and fund allocation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>