Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189808 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeffri
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S9991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandra Anisa Suryandari
"Skripsi ini menggambarkan pengenaan PPN atas jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian dari jasa angkutan udara luar negeri dengan sistem transit dan jasa angkutan udara ke beberapa kota dengan gabungan jasa angkutan udara dalam negeri dan luar negeri. Dalam penelitian ini juga dianalisis pengenaan PPN berdasarkan legal character PPN dan prinsip destinasi. Hasil penelitian ini adalah atas jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian dari jasa angkutan udara luar negeri dan atas jasa angkutan udara ke beberapa kota dengan gabungan rute dalam negeri dan luar negeri tidak dikenakan PPN. Perlakuan perpajakan atas jasa tersebut belum sesuai dengan legal character PPN dan prinsip destinasi.

This undergraduate thesis aims to describe the imposition of VAT on domestic air transport services that are part of international air transport services with transit systems and multi-city flight with combination of domestic and international air transport services. In this research also analyzed the imposition of VAT based on the legal character of VAT and destination principle. The results of this research are above the domestic air transport services that are part of international air transport services not subject to VAT. Multi-city flight with a combination of domestic and international air transport is also not subject to VAT. Tax treatment for air transport services is not in accordance with the legal character of VAT and destination principle.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ana Nurul Khayati
"Perkembangan perbankan syariah akhir-akhir ini semakin pesat baik melalui pembukaan badan usaha perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah maupun pembukaan unit-unit usaha syariah pada bank-bank konvensional. Adapun kegiatan bank umum syariah antara lain adalah menyalurkan dana melalui pembiayaan dengan skema murabahah, yaitu pembiayaan dengan prinsip jual bell. Dalam penerapan skema murabahah tersebut terdapat proses pemesanan barang dari bank kepada pemasok, untuk selanjutnya barang tersebut akan menjadi obyek pembiayaan antara bank dengan nasabah. Penyerahan barang langsung dilakukan oleh pemasok kepada nasabah. Demikian halnya dengan dokumen kepemilikan dan faktur pajak atas barang yang dibiayai tersebut atas nama nasabah. Prinsip jual beli dalam pembiayaan murabahah antara bank syariah dengan nasabah tersebut yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PT Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan salah satu bank syariah terkena imbas pengenaan PPN atas pembiayaan murabahah yang dikelolanya. Sedangkan dalam pelaksanaannya penyaluran pembiayaan ini identik dengan penyaluran kredit, yaitu sebagai jasa perbankan yang seharusnya dikecualikan dari pengenaan PPN. Tesis ini dimaksudkan untuk mengkaji dapatkah transaksi murabahah sebagai salah satu kegiatan usaha perbankan syariah dikategorikan sebagai objek PPN sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000? serta apakah akibat pengenaan PPN terhadap transaksi pembiayaan murabahah serta bagaimana solusinya? Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Sesuai basil penelitian, penetapan utang PPN atas pembiayaan murabahah oleh Direktorat Jenderal Pajak dirasakan kurang tepat karena kegiatan utama BSM adalah penyediaan dana melalui penyaluran pembiayaan dan tidak melakukan aktivitas perdagangan, BSM tidak melakukan penyerahan barang kepada nasabah dan PPN langsung dikenakan oleh supplier. Pengenaan PPN tersebut akan berdampak pada penurunan pendapatan,fungsi intermediary tidak optimal, produk bank syariah tidak kompetitif, dan tidak adanya equal treatment. Untuk itu BSM perlu melakukan penyempurnaan akad pembiayaan murabahah dengan pola bagi hasil atau menggunakan skema finance lease untuk penyaluran pembiayaannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Haryanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S9091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Himawan Satyaputra
"Industri jasa angkutan udara makin menunjukkan tingkat pertumbuhan yang demikian pesat. Peningkatan jumlah arus manusia dan barang seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi makro, merupakan lahan pasar potensial bagi industri jasa angkutan udara. Meskipun di sisi lain, pertumbuhan pesat tadi mengakibatkan kompetisi diantara perusahaan jasa angkutan udara. Makin ketatnya kompetisi, memaksa sebuah perusahaan jasa angkutan udara harus merorientasi strategi yang tepat untuk memenangkan "perang" persaingan pasar jasa angkutan udara. Kondisi ini dihadapi juga oleh PT Garuda Indonesia, sebuah BUMN jasa angkutan udara. Dengan menggunakan studi kepustakaan terhadap berbagai referensi yang ada, riset lapangan ada salah satu teori tentang karakteristik jasa angkutan udara yang menarik yaitu model berbentuk molekuler. Dari teori model molekuler, kita akan memahami makna hakiki dan implikasi dari karakteristik khas jasa angkutan udara. Salah satu hipotesis adalah "faktor kepercayaan konsumen" adalah kunci yang mempengaruhi perilaku konsumen. Artinya, citra terhadap sebuah perusahaan jasa angkutan udara. Untuk memperoleh gambaran penelitian yang proporsional, maka penelitian membandingkan berbagai persepsi konsumen terhadap PT Garuda Indonesia dan pesaing utamnya yaitu PT Sempati Air dan Singapore Airlines. Hasil pengolahan persepsi tadi menggambarkan citra terhadap jasa, usaha/perusahaan, dan manajemen/pimpinan dari ketiga perusahaan jasa angkutan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra Garuda Indonesia dimata konsumen agak tertinggal dibanding pesaingnya. Dalam rangka meningkatkan citra Garuda Indonesia tersebut, maka perlu dilakukan berbagai pembenahan baik ke dalam maupun keluar. Sebagai BUMN, Garuda Indonesia menghadapi masalah klasik yaitu masih banyaknya campur tangan pemerintah ke dalam manajemen. Oleh karena itu manajemen Garuda Indonesia harus memperoleh keleluasaan, reenqineering organisasi, membenahi manajemen sumber daya manusia, menangani pembentukan citra pada tingkat direksi, dan upaya perbai.kan pemasaran lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maramis, Eddy
"ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah
harga. Tidaklah mudah untuk rnenetapkan suatu strategi penentuan harga. Kesalahan umum
yang sering terjadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga
untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas
ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi
sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang
pokok bahkan tidak dapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi
kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek.
Kebijakan harga juga dapat merupakan salah satu senjata yang tersedia bagi manajer
untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk
bauran produk berdasarkan produk lini, diferensiasi, dan lain-lain.
Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oíeh faktor
internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu IATA (International
Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordìnasìkan
penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang
dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang
ada.
Didalam penulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa
angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalah rute
Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesìa dipilih disini karena surnber
permintaan pasar Jakarta - Singapura adalah berasal dari Indonesia dan Garuda Indonesia
menguasai pangsa pasar yang terbesar, aitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik
adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi
yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang pembangunan dan
ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang
lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi path bisnis karena misi
yang diembannya tersebut.
Lingkup strategi penetapan harga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya
pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar. kualitas produk; analisis atas misi,
tujuan, strategi barga yang tepat; serta ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemenntah
yang akan memngkazkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar.
Telah dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarah operasional Garuda
Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia
seperti: strategi penetapan harga, pangsa pasar GA dan SIA, dan nilal kurs dollar Singapura.
Ditemukan bahwa ada dua cara strategi harga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan
kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan
pulang.
Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi harga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 1 1,5%.
Sedangkan bila dilakukan strategi menaikan harga, maka pendapatan Garuda akan turun lebih
sedikit yaltu 7,9% tetapi parigsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.
Pada sektor Singapura - Jakarta, strategi harga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.
Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,
dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.
Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -
Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. Hal ini cukup logis karena
sebagian besar penumpang melakukan perjalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.
Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi
sensitif terhadap penurunan harga.
Dengan mengetahul hal ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas
strategi bisnis Garuda dalam melakukan aktivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah
untuk rneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat
dilakukan strategi kenaikan harga. Jika obyektifdari strategi barga adalah untuk memperbesar
pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda melakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar
tersebut.
Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Garuda akan memiliki citra yang baik bagi
penumpang. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka
panjang akan tercapai. Jadi keuntungan yang akan diperoleh Garuda adalah keuntungan untuk
jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan
mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,
maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang
terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga
yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan rnelakukan strategi harga
bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata
untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen
Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata terrnasuk dengari penerbangan lanjutan dan sebagian
dikombinasikan dengan bisnis.
"
1995
T4519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maramis, Eddy; Syahnun
"ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah
harga. Tidaklah tnudah untuk menetapkan suatu strategi penentuan barga. Kesalahan umum
yang sering teiadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga
untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas
ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi
sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang
pokok bahkan tidak clapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi
kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek.
Kebijakan barga juga dapat merupakan saLah satu senjata yang tersedia bagi manajer
untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk
bauran produk berdasarkan produk uni, diferensiasi, dan lain-lain.
Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oleh faktor
internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh fakior eksternal yaitu IATA (International
Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordinasikan
penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang
dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang
ada.
Didalam perulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa
angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalab rute
Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesia, dipilib disini karena sumber
permintaan pasar Jakarta - Singapura adalab berasal clad Indonesia dan Garuda Indonesia
menguasal pangsa pasar yang terbesar, yaitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik
adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi
yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintab di bidang pembangunan dan
ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perigangkutan udara dan bidang
Lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi pada bisnis karena misi
yang diembannya tersebut.
Lingkup strategi penetapan barga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya
pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar, kualitas produk; analisis atas misi,
tujuan, strategi barga yang tepat; seda ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemerintab
yang akan meningkatkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar.
Telab dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarab operasional Garuda
Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia
seperti: strategi penetapan barga, pangsa pasar GA dan STA, dan nilai kurs dollar Singapura.
Ditemukan bahwa ada dua cara strategi barga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan
kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan
pulang.
Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Ganada sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 11,5%.
Sedangkan bila dilakukan strategi inenaikan barga, maka pendapatan Garucla akan tunan lebih
sedikit yaitu 7,9% tetapi pangsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.
Pacla sektor Singapura - Jakarta, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.
Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,
dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.
Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -
Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. fiai ini cukup logis kareria
sebagian besar penumpang melakukan peijalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.
Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi
sensitif terhadap penurunan harga.
Dengan mengetahui hat ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas
strategi bisnis Ganada dalam melakukan aictivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah
untuk tneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat
dilakukan strategi kenaikan barga. Jika obyckiif dan strategi barga adalah untuk memperbesar
pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda metakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar
tersebut.
Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Ganada akan memiliki citra yang balk bagi
penumparig. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka
panjang akan tercapal. Jadi keuntungan yang akan diperoleb Garuda adalah keuntungan untuk
jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan
mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,
maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang
terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga
yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan strategi harga
bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata
untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen
Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata termasuk dengan penerbangan lanjutan dan sebagian
dikombinasikari dengan bisnis.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marojahan, Tumpal
"ABSTRAK
Studi ini membahas Strategi Harga Dalam Transportasí Udara dengan mengam
bil studi kasus pada perusahaan PT. Garuda Indonesia pada rute Jakarta - Tokyo.
PT. Garuda Indonesia adalah salah satu perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia
yang melayani rute domestik maupun internasional.
Tujuan studi ini adalah untuk menghasilkan model standar praktis bagi Manajer
Penentu Harga (Pricing Manager) dalam menentukan strategi harga khususnya rute
Jakarta-Tolcyo dan umumnya untuk rute yang lain.
Untuk merumuskan dan memecahkan masalah yang timbul dalam strategi penetapan
harga, dilakukan pendekatan-pendekatan baik secara ekonomi maupun statistik. Kondisi
permintaan pada sisi konsumen dan suplai pada sisi produsen akan membentuk suatu
posisi harga yang sebenarnya pada pasar. Demikian juga adanya efek perlakuan terha
dap harga seperti pemotongan harga, kenaikan harga maupun perubahan kwalitas
produk dapat mempengaruhi harga. Faktor tersebut di atas adalah merupakan faktor
internal. Artinya dengan sumber daya yang ada pada perusahaan, faktor tersebut dapat
dikontrol oleh perusahaan sendiri.
Tetapi ada faktor luar yang mempengaruhi harga tersebut seperti harga pada
pesaing, peraturan pemerintah setempat (dimana harga ditetapkan), perubahan pada
selera konsumen maupun faktor ekonomi makro seperti kurs mata uang, inflasi dan
sebagainya yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.
Untuk menganalisis korelasi faktor-faktor tersebut terhadap harga, maka dilaku
kan pendekatan statistik yakni analisis korelasi dan kausal (regressi) maupun analisis
trend terhadap data sejarah.
Dari hasil analisis korelasi dan regressi terhadap data sejarah operasionil Garuda
dan JAL pada tahun 1992 dan 1993 untuk rute Jakarta-Tokyo pp, faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan Garuda adalah penetapan strategi harga, pangsa pasar
Garuda, nilai kurs Yen dan pangsa pasar JAL.
Strategi harga reduksi untuk rute Jakarta-Tokyo dapat meningkatkan pendapatan
Garuda (22,5%) dan pangsa pasar (36,5%). Juga dengan strategi ini, Garuda dapat
mencuri (stealing strategy) pangsa pasar JAL (-28,4%). Jika Garuda melakukan
strategi kenaikan harga dengan alasan permintaan pada rute ¡ni bertambah, maka
Ganida dapat meningkatkan pendapatan (36,5%). Demikian juga pangsa pasar Garuda
akan bertambah (21,2%). Tetapi dengan strategi kenaikan harga ini, JAL mendapat
kesempatan untuk meraih pangsa pasar (65,6%). Jadi kedua perusahaan mengalami
kenaikan pangsa pasar karena permintaan path pasar ini meningkat setiap tahunnya.
Untuk rute Tokyo-Jakarta, strategi harga reduksi justru akan menurunkan penda
patan Garuda (-4,6%), tetapi secara efektif dapat meningkatkan pangsa pasarnya
(24,4%) dan mencuri pangsa pasar JAL (-69,3%). Strategi ini harus dihindarkan karena
akan merugikan Garuda sendiri.
Jika Garuda metakukan strategi kenaikan barga pada rute ini, maka Garuda dapat
menaikkan pendapatannya (42,7%) demikian juga pangsa pasar akan meningkat
(11,9%). Tetapi dengan strategi kenaikan barga, JAL akan memperoleh pangsa pasar
yang Iebih besar (81,6%). Kondisi di atas berlaku jika harga dan produk JAL dianggap
konstan.
Dari temuan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada kedua
pasar sangat sensitiv terhadap reduksi dan kenaikan harga. Hal ini cukup logis karena
sebahagian besar penumpang melakukan perjalanan pada rute tersebut untuk tujuan
parawisata.
Strategi harga diteiapkan berdasarkan objektif strategi bisniss (Business Strategy)
Garuda dalam melakukan aktivitas usahanya. Jika objektif strategi harga adalah untuk
rneningkatkan pendapatan maka untuk pasar Jakarta-Tokyo sebaiknya dilakukan strategi
harga reduksi. Tetapi untuk pasar Tokyo-Jakarta, Garuda sebaiknya menaikkan harga.
Jika objektif strategi harga adalah untuk memperbesar pangsa pasar maka sebaik
nya Garuda melakukan strategi reduksi harga untuk kedua pasar tersebut. Dengan
memiliki pangsa pasar yang besar Garuda memiliki citra yang baik pada penumpang.
Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaha berkelanjutan untuk jangka pan
jang akan tercapai. Jadi keuntungan yang akan diperoleh Garuda adalah keuntungan
untuk jangka panjang bukan pada saat sekarang.
Untuk mengetahui batasan reduksi dan kenaikan harga. yang akan ditetapkan,
perlu diketahui karakteristik sensitivitas permintaan harga pada pasar. Batasan tersebut
merupakan daerah surplus pada konsumen (consumer surplus area) yang akan diraih
semaksimal mungkin. Konsumen surplus adalah surplus yang diperoleh oleh konsumen
sehubungan dengan harga yang dibebankan pada konsumen. Konsumen surplus ini
dapat diraih perusahaan dengan cara diferensiasi produk dan harga.
Sebahagian besar Konsumen Jakarta-Tokyo pp bertujuan untuk wisata (leisure).
Untuk itu Garuda dapat melakukan strategi harga Bundel, yaitu harga gabungan tiket
pesawat, jasa hotel dan jasa sehubungan dengan parawisata lainnya untuk memberi
kemudahan bagi kebutuhan konsumen.
Pertumbuhan pasar Jakarta-Tokyo pp merupakan suatu kesempatan (opportunity)
bagi Guruda untuk meraih pendapatan maupun memperbesar pangsa pasarnya. Tetapi
strategi harga reduksi oieh pesaing dan mudahnya strategi harga ini ditiru adalah
merupakan ancaman bagi Garuda.
Oleh karena itu maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya,
melakukan strategi harga yang terkait erat dengan diferensiasi produknya. Dengan
differensiasi produk dan tingkatan harga yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat
diharapkan Garuda dapat meraih surplus pada konsumen sekaligus Garuda mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>