Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Hasbi
"Kepatuhan berolahraga mempunyai peran penting dalam manajemen terapi penderita diabetes melitus. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel 122 responden diambil secara acak proposional. Analisa data menggunakan Chi Square dan regresi logistik berganda. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga adalah jenis kelamin (p = 0.026), pengetahuan (p = 0.013). persepsi manfaat (p = 0.016), persepsi hambatan (p = 0.002), dan dukungan keluarga (p = 0.00). Faktor yang paling dominan adalah dukungan keluarga (OR = 10.047). Diharapkan pelayanan kesehatan mengembangkan pengelolaan pelayanan berbasis keluarga dan komunitas untuk meningkatkan kepatuhan pasien diabetes militus.

Adherence play important role at therapeutic management of patients with DM. The Purpose this study was to identifies the factors Associated with adherence to exercise at patients with diabetes mellitus. This research was Quantitative research design with cross sectional approach. Sample was 122 respondents gained with proposional random method. Data were analyzed using chi square and multiple regression.Factors associated with adherence to exercise was gender (p = 0026), knowledge (p = 0.013). perception of benefit (p = 0.008), perceived barriers (p = 0.002), and family support (p = 0.00). family support was strong Associated with adherence to exercise (OR = 10.047). Expected health care service develop the management of health service based on family and community to improve adherence at patients with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30747
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Tumonglo
"Pasien diabetes melitus tipe 2 berisiko tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif yang dapat berkembang menjadi penyakit Alzheimer dan memperburuk manajemen mandiri pasien, termasuk manajemen pengobatan mandiri. Akan tetapi, tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan primer tidak rutin melakukan pemeriksaan fungsi kognitif. Selain itu, belum diketahui faktor lain yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif. Maka dari itu, diperlukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 agar menjadi dasar dalam pengambilan langkah tindak lanjut yang tepat. Penelitian potong lintang ini dilakukan untuk menilai prevalensi penurunan fungsi kognitif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Sebanyak 101 subjek penelitian diperoleh menggunakan metode consecutive sampling. Data diperoleh melalui observasi rekam medis, wawancara, dan pengukuran langsung. Instrumen asesmen fungsi kognitif yang digunakan adalah The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau MoCA-INA. Subjek penelitian dengan skor MoCA-INA di bawah 26 dinyatakan mengalami penurunan fungsi kognitif. Prevalensi tinggi (81,2%) penurunan fungsi kognitif ditemukan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki penurunan subdomain fungsi eksekutif atau visuospasial, bahasa, dan memori tunda. Faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan adalah usia (r=-0,351, p=0,001), waktu tempuh pendidikan (r=0,320, p=0,001), durasi menderita diabetes melitus (r=-0,374, p<0,001), durasi konsumsi metformin (r=-0,405, p<0,001), aktivitas fisik (p=0,005), dan diet (p=0,039).

Diabetes mellitus type 2 patients are at high risks of developing cognitive function impairment that can progress to Alzheimer’s disease and impair patients’ self-management, including self-medication management. However, primary care physicians do not routinely assess cognitive function. On the other hand, the other factors affecting cognitive function impairment have not been known. Therefore, analysis of factors affecting cognitive function is needed to take appropriate follow-up steps. This cross-sectional study aimed to assess prevalence of cognitive function impairment among diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta and analyze the affecting factors. A total of 101 study subjects were selected by the consecutive sampling method. Data were obtained by medical record observation, interview, and direct assessment. The instrument used to assess cognitive function was The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) which was translated to Bahasa Indonesia or MoCA-INA. Study subjects with MoCA-INA score below 26 were stated as having cognitive function impairment. A high prevalence (81,2%) of cognitive function impairment was found in diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta. Diabetes mellitus type 2 patients was found to have impairments in executive or visuospatial function, language, and delayed recall subdomains. Factors affecting cognitive function of diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta were age (r=-0,351, p=0,001), years of education (r=0,320, p=0,001) duration of diabetes mellitus (r=-0,374, p<0,001), duration of metformin consumption (p<0,001), physical activity (r=-0,405, p=0,005), and diet (p=0,039)."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70499
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira
"Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) sering terjadi akibat kurangnya pengontrolan pola makan dan aktivitas olahraga penderita DM di rumah sehingga menyebabkan kadar gula darah tidak normal. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pola makan dan aktivitas olahraga penderita DM di rumah di Kecamatan Turikale, Maros, Sulawesi Selatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel penderita DM di Kecamatan Turikale, Maros, Sulawesi Selatan sebanyak 111 responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner tentang kesesuaian pola makan dan aktivitas olahraga penderita DM di rumah dengan anjuran (r Alpha = 0,723).
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita DM di rumah dalam menerapkan pola makan (62,2%) dan aktivitas olahraga (56,8%) masih belum sesuai dengan yang dianjurkan. Berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan untuk dilakukan program senam DM dan kampaye makanan sehat, gizi seimbang bagi penderita DM oleh Puskesmas secara berkala untuk menurunkan angka kematian akibat komplikasi DM.

Complications of Diabetes Mellitus DM are often caused by lack of dietary control and exercise activities Those situations lead to an uncontrolled increase of blood sugar level This study aimed to reveal the diet and exercise activities in outpatient DM sufferer at Turikale District Maros South Sulawesi The study design was a descriptive cross sectional approach involving 111 DM patients that were recruited by purposive sampling technique The instrument used was a questionnaire about the suitability of diet and exercise activities along with the recommendation r Alpha 0 723
Results of this study showed the majority of diabetic patients still have not implemented the diet 62 2 and sports activities 56 8 as recommended DM activity program and healthy food campaign with balanced nutrition for people with diabetes need to be programmed by the health center regularly to reduce mortality due to complications of uncontrolled diabetes
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiya Aini
"Kualitas tidur yang buruk pada pasien diabetes melitus akan berdampak pada kualitas hidupnya. Kualitas tidur yang buruk disebabkan oleh tanda gejala serta komplikasi diabetes melitus yang mengakibatkan gangguan tidur pada penderitanya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien diabetes melitus.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 106 pasien diabetes melitus di Puskesmas Cimanggis Depok yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pengisian kuesioner. Kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki kualitas tidur yang buruk dan dari beberapa faktor yang diteliti hanya kondisi cahaya saat tidur (p=0,007), insomnia (p<0,001) dan restless leg syndrome (p=0,019) yang berhubungan dengan kualitas tidur. Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat agar memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi gangguan tidur yang dialami pasien diabetes melitus agar kualitas tidurnya semakin baik.

Poor sleep quality may negatively impact on the quality of diabetic patient‟s life, resulting from the signs, symptoms, and complications of diabetes experienced by the patients. This study aimed to identify factors associated with sleep quality among patients living with diabetes.
This descriptive study used cross sectional design, involving 160 respondents in the Cimanggis Health Center who were selected by using consecutive sampling technique. Data were collected by questionnaires to measure the respondent‟s sleep quality.
The study revealed that the majority of respondents had poor sleep quality according to the Pittsburgh Sleep Quality Index. The study further showed that lighting (p = .007), insomnia (p < .001), and restless leg syndrome (p = .019) were significantly associated to sleep quality. Interventions to enhance sleep quality can be suggested to patients by nurses as part of diabetes nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Rani Ayu Rohana
"Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dalam 20 tahun terakhir ini terus menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Prevalensi Diabetes Melitus di Puskesmas Ratu Jaya juga masih mengalami peningkatan yaitu sebanyak 1378 pada tahun 2022 menjadi 1571 kasus pada tahun 2023. Kejadian diabetes dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang dapat diubah seperti pola makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, obesitas, penggunaan alkohol, aktivitas fisik kurang dan faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga yang menderita diabetes. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan perilaku aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ratu Jaya Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi (cross-sectional) dengan data sekunder dari hasil skrining faktor risiko PTM dan didapatkan sampel sebanyak 5435 responden. Analisis data yang dilakukan terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square (CI 95%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 190 (3,5%) responden diabetes dan 1207 (22,2%) responden yang kurang beraktivitas fisik. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku aktivitas fisik (p=0,011; OR=1,52 (95% CI 1,11-2,09) dengan kejadian diabetes melitus. Oleh karena itu perlu meningkatkan peran masyarakat dalam pengaplikasian perilaku hidup sehat guna mencegah dan mengendalikan perilaku aktivitas fisik dan penyakit diabetes melitus.

Diabetes mellitus is a non-communicable disease that has shown an increasing incidence rate over the past 20 years. The prevalence of Diabetes Mellitus at the Ratu Jaya Public Health Center has also increased from 1378 cases in 2022 to 1571 cases in 2023. The occurrence of diabetes is influenced by various modifiable risk factors such as unhealthy eating patterns, smoking habits, obesity, alcohol use, and physical inactivity, as well as non-modifiable risk factors such as age, gender, and family history of diabetes. The purpose of this study is to examine the relationship between physical activity behavior and the incidence of diabetes mellitus in the working area of UPTD Ratu Jaya Public Health Center in 2023. This study uses a cross-sectional design with secondary data from the results of NCD risk factor screening, and a sample of 5435 respondents was obtained. Data analysis consists of univariate and bivariate analyses using the chi-square test (CI 95%). The results of the study showed that 190 (3.5%) respondents had diabetes and 1207 (22.2%) respondents were physically inactive. There is a significant relationship between physical activity behavior (p=0.011; OR=1.52 (95% CI 1.11-2.09)) and the incidence of diabetes mellitus. Therefore, it is necessary to enhance community involvement in the application of healthy living behaviors to prevent and control physical inactivity and diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Rahmatina
"Latar Belakang: Penyakit tidak menular diketahui menjadi penyebab 41 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Diabetes merupakan satu dari empat jenis utama penyakit tidak menular di seluruh dunia. Pada tahun 2018, Kota Depok memiliki prevalensi diabetes melitus sebesar 2,17% dan menjadi kabupaten/kota dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi kedua di Jawa Barat. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) Kota Depok tahun 2023 dan dilakukan analisis univariat serta bivariat menggunakan uji chi-square. Variabel independen terdiri dari faktor sosiodemografis (usia, jenis kelamin, riwayat diabetes keluarga, obesitas, obesitas sentral, dan hipertensi) serta faktor perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi sayur buah, konsumsi alkohol, dan konsumsi gula berlebih). Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 21,9% pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah usia > 45 tahun (POR 1,225; 95% CI: 1,197—1,254), jenis kelamin laki-laki (POR 1,379; 95% CI: 1,347— 1,411), memiliki riwayat diabetes keluarga (POR 0,297; 95% CI: 0,267—0,330), obesitas (POR 1,524; 95% CI: 1,487—1,562), obesitas sentral (POR 0,908; 95% CI: 0,886—0,930), hipertensi (POR 0,500; 95% CI: 0,488—0,511), merokok (PR 1,289; 95% CI: 1,244—1,335), kurang aktivitas fisik (POR 1,218; 95% CI: 1,189—1,247), kurang konsumsi sayur buah (POR 0,846; 95% CI: 0,812—0,881), dan konsumsi gula berlebih (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932). Sedangkan, faktor konsumsi alkohol tidak terbukti memiliki hubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Faktor sosiodemografis dan perilaku terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pembuatan program pencegahan dan pengendalian diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat menurunkan prevalensi diabetes di Kota Depok.

Background: Non-communicable diseases (NCDs) are known to cause 41 million deaths globally each year. Diabetes is one of the four major types of NCDs worldwide. In 2018, the city of Depok had a diabetes mellitus prevalence of 2.17%, making it the second-highest prevalence of diabetes mellitus in West Java. Objective: To identify the factors associated with type 2 diabetes mellitus among the residents of Depok City in 2023. Methods: This study is a quantitative research with a cross-sectional study design. The data used are secondary data obtained from the Non-Communicable Disease Information System (SIPTM) of Depok City in 2023 and analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Independent variables include sociodemographic factors (age, gender, family history of diabetes, obesity, central obesity, and hypertension) as well as behavioral factors (smoking, lack of physical activity, insufficient consumption of vegetables and fruits, alcohol consumption, and excessive sugar consumption). Results: This study showed a prevalence of type 2 diabetes mellitus of 21.9% among the residents of Depok City in 2023. The factors associated with the incidence of type 2 diabetes mellitus are age > 45 years (POR 1.225; 95% CI: 1.197—1.254), male gender (POR 1.379; 95% CI: 1.347—1.411), having a family history of diabetes (POR 0.297; 95% CI: 0.267—0.330), obesity (POR 1.524; 95% CI: 1.487—1.562), central obesity (POR 0.908; 95% CI: 0.886—0.930), hypertension (POR 0.500; 95% CI: 0.488—0.511), smoking (POR 1.289; 95% CI: 1.244—1.335), lack of physical activity (POR 1.218; 95% CI: 1.189—1.247), insufficient consumption of vegetables and fruits (PR 0.846; 95% CI: 0.812—0.881), and high sugar consumption (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932. However, alcohol consumption was not proven to be associated with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Sociodemographic and behavioral factors are significantly associated with type 2 diabetes mellitus. This study is expected to serve as a consideration for the development of prevention and control programs for type 2 diabetes mellitus to reduce the prevalence of diabetes in Depok City.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Munandar Rusman
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan motivasi dengan kepatuhan melakukan senam kaki pada penderita Diabetes Mellitus dengan menggunakan instrumen Behavioral Regulation in Exercise Questionnaire-2 (BREQ-2) untuk mengukur tipe motivasi dan Exercise Adherence Rating Scale (EARS) untuk mengukur kepatuhan melakukukan senam kaki. Penelitian ini bersifat cross-sectional dengan 128 responden yang berasal dari Poliklinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dan didapatkan hasil gambaran motivasi penderita DM melakukan senam kaki menunjukkan rerata skor elemen teridentifikasi (10,47) dan intrinsik (11,49) lebih tinggi dibandingkan rerata skor elemen amotivasi (5,29), external 6,83), dan terinterojeksi (3,27). Rerata skor Relative Autonomy Index (RAI) yaitu 22,62. Gambaran kepatuhan penderita DM melakukan senam kaki menunjukkan rerata skor yaitu 32,37 atau dalam persen yaitu 50%. Terdapat hubungan antara skor RAI motivasi, elemen amotivasi, elemen terinterojeksi dan elemen intrinsik dengan skor kepatuhan melakukan senam kaki pada penderita DM di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Rekomendasi dari hasil penelitian ini yaitu pentingnya meningkatkan motivasi berupa dukungan dari tenaga kesehatan terhadap pasien di Rumah Sakit dan membuat program senam kaki bagi penderita DM yang terjadwal baik di dalam lingkungan poliklinik maupun diluar lingkungan poliklinik sehingga penderita DM merasa didukung oleh lingkungannya baik. Selain itu, peneliti melihat perlu adanya suatu logbook atau buku harian bagi penderita DM yang berisi tatalaksana DM baik dari edukasi, perencanaan makan, farmakologi dan latihan fisik yang dapat diisi oleh penderita dan dapat dilihat kepatuhan dari tatalaksana DM di buku tersebut.

This study examines the relationship between motivation and adherence to foot exercises in patients with Diabetes Mellitus using the Behavioral Regulation in Exercise Questionnaire-2 (BREQ-2) to measure motivation types and the Exercise Adherence Rating Scale (EARS) to measure adherence to foot exercises. It is a cross-sectional study with 128 respondents from the Internal Medicine Clinic at Fatmawati General Hospital, and the results show that the motivation of DM patients to perform foot exercises indicated higher mean scores for identified and intrinsic elements compared to mean scores for amotivation, external, and introjected elements. The mean Relative Autonomy Index (RAI) score was 22.62. The description of adherence of DM patients to foot exercises showed a mean score of 32.37 or 50% in percentage. There is a relationship between RAI motivation scores, amotivation elements, introjected elements, and intrinsic elements with adherence scores to foot exercises in DM patients at Fatmawati General Hospital. Recommendations from this study emphasize the importance of increasing motivation through support from healthcare professionals for patients in the hospital and implementing a scheduled foot exercise program for DM patients both within and outside the clinic environment to make them feel supported by their surroundings. Additionally, researchers see the need for a logbook or daily book for DM patients containing DM management including education, meal planning, pharmacology, and physical exercise which can be filled out by patients and used to assess adherence to DM management in the book."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Yudi Febrianti
"Atas rekomendasi dokter spesialis pelayanan Rujuk Balik ke puskesmas dianjurkan bagi pasien di RS yang menderita penyakit kronis termasuk diabetes melitius. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan pasien diabetes mellitus tipe 2 peserta JKN di RSU Jagakarsa untuk dirujuk balik ke FKTP.Desain potong lintang dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam digunakan dalam studi ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan pasien terhadap dokter layanan primer, persepsi pasien mengenai ketersediaan obat di fasilitas kesehatan primer, jarak tempuh terhadap fasilitas kesehatan primer dan dukungan keluarga dan teman berhubungan dengan kesediaan pasien untuk dirujuk balik. Disarankan untuk mengembangkan SOP rujuk balik di RS dan mengembangkan pojokrujuk balik.

Back referral service to primary care is provided for JKN patients including diabetes mellitus type 2 patients as recommended by the internal medicine specialist. This studyaim is to analyse the factors that related to willingness of the patients to be referred to primary care after receiving care at the hospital in Jagakarsa Hospital. This study is using quantitative method with cross sectional design, followed by qualitative method with in depth interview.
The study revealed that trust to the primary health care physician, perception on medicine availability in primary health care facility, accessiibility and support from family and friend affect patient willingness to agree with back referral service. The study suggested to develop standard procedure for back referral and initiate back referral corner in hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handono Fatkhur Rahman
"Efikasi diri dan kepatuhan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dan kepatuhan dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit di Jakarta.
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 125 pasien DM tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah Diabetes Management Self-Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), dan Diabetes Quality Of Life (DQOL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (0,0005), dan kepatuhan (0,0005) berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup dengan variabel yang paling dominan adalah kepatuhan.
Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, kepatuhan, tingkat pendidikan, dan depresi menentukan kualitas hidup pasien DM. Perlunya dikembangkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang berfokus pada efikasi diri dan kepatuhan pasien DM tipe 2.

Self-efficacy and adherence are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. This study aimed to determine the relationship between self-efficacy and adherence to the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus in an outpatient unit of a Hospital in Jakarta.
This study was a cross-sectional, with sample of 125 patients with type 2 diabetes mellitus. The Diabetes Management Self- Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), and the Diabetes Quality of Life (DQOL) were employed as instruments.
The results showed that selfefficacy (0.0005), and adherence (0.0005) were significantly associated with quality of life and the most dominant variable is adherence.
Multivariate test results indicate that the variable self-efficacy, adherence, education level, and depression determines quality of life of diabetic patients. This study suggestsis the need fornursing assessment and interventions that focus on the self-efficacy and adherence diabetes mellitus patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>