Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158881 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S9508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsanto Narendro
"ABSTRAK
PT. Inhutani I Administratur Industri Bekasi yang merupakan salah satu
industri dari PT Inhutani I dan didirikan pada tanggal 7 Desember 1979. Tujuan
dari didirikan industri ini adalah untuk memenuh anjuran pemerintah dalam
rangka industrialisasi di bidang perkayuan untuk menciptakan integrated wood
industry, untuk menaikkan added value (nilal tambah) dari bahan baku kayu bulat
menjadi hasil industri olahan berupa: Daun Pintu, Kayu Gergajian, Finger Joint
Stick (FIS), Dowel Kusen dimana mereka adalah jenis-jenis produk utama yang
diproduksi oleh PT. Inhutani 1. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BIJMN ) tidak terlepas dari persaingan ketat dan para kompetitornya.
Ketiga jenis produk yang diproduksi tersebut harus mampu bersaing di
pasaran serta dapat memberikan keuntungan yang cukup bagus bagi perusahaan
karena mereka adalah jenis produk utama yang diproduksi oleh PT, Inhutani 1.
Apabila hal tersebut dapat dicapai berarti akan meningkatkan keuntungan/ laba
perusahaan.
Adapun permasalahan yang cukup mendasar dan dapat diindentifikasi di
perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan ingin mencari suatu metode analisis yang tepat untuk
memprediksi/ memperkirakan penghasilan penjualan produk perusahaan yang
dapat diperoleh di masa depan berdasarkan faktor-faktor dan lingkungan
eksternal yang dianggap mempengaruhi penghasilan penjualan produk
tersebut.
b. Perusahaan ingin mengetahui faktor-faktor Iingkungan eksternal apa saja yang
betul-betul mempengaruhi Penghasilan Penjualan produk-produk kayu
tersebut
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan
pada penghasilan penjualan produk kayu perusahaan dan memprediksi
penghasilan penjualan produk perusahaan yang dapat diperoleh di masa depan.
maka dípilih suatu metode analisa statistik yang dapat memenuhi keperluan
tersebut. Adapun metode analisa statistik yang dipilih ialah : Multiple Regression
Model atau persamaan model regresi dimana faktor-faktor yang diharapkan
memiliki pengaruh dan kontribusi secara signifikan terhadap Penghasilan
Penjualan Produk diterjemahkan sebagai variabel-variabel independen sedangkan
Penghasilan Penjualan Produk kayu ini sendiri ditejemahkan sebagai variabel
dependen. Setelah melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan
dengan penjualan produk kayu perusahaan maka diperoleh suatu keterangan/
informasi bahwa penjualan produk-produk kayu tersebut lebih banyak terserap
oleh Industri Perkayuan Furniture dalam negeri. Sedangkan kemungkinan adanya
produk-produk kayu tersebut diserap oleb industri perumahan yaitu Real Estate
Indonesia ( REI ) ternyata kecil sekali bahkan hampir tidak ada, hal ini
disebabkan oleh jalur distribusi dari kerja sama yang kurang terjalin dengan balk.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka Industri Furniture dalam negeri dan
lndustri Paumahan (Real Estate indonesia) dijadikan sebagai variabel-variabel
independen dan diíkutsertakan kedaiam perhitungan model regresi dengan tujuan
untuk membuktikan kebenaran hasil wawancara dan pengaruhnya terhadap
Penghasilan Penjualan Produk Kayu Perusahaan.
Disamping kedua variabel independen yang telah disebutkan sebelumnya maka
diikutsertakan beberapa variabel independen berupa indikator-indikator makro
ekonomi yaltu : Consumer Price Index (CPI), Indeks Harga perdagangan Industri
Perkayuan, dan Produk Domestik Bruto (GDP) yang dianggap turut memberikan
pengaruh dan kontribusi terhadap Penghasilan Penjualan Produk Kayu
Perusahaan.
Saran-saran yang diusulkan berdasarkan hasil model regressi yang dibuat
adalah sebagai berikut:
1. Gunakan Multiple Regression model tersebut sebagai sebuah alat analisis
yang dapat memberikan hasil analisa yang akurat untuk mendukung suatu
pengambilan keputusan karena memiliki beberapa keuntungan yang sangat
bermanfaat antara lain:
Dapat membantu pihak manajemen untuk menentukan bagaimana sesuatu
yang telah diketahui dengan sesuatu yang belum diketahui dapat memiliki
hubungan keterkaitan yang erat.
Hasil prediksi atau Forecast yang dihasilkan cukup meyakinkan bagi si
pemakai karena dapat dibuktikan berdasarkan hubungan saling terkait
antara sesuatu yang telah diketahui dengan sesuatu yang belum diketahui.
Pihak manajemen akan memiliki kcpercayaan yang cukup kuat dengan
keputusan yang akan dibuat berdasarkan hasil kuantitatif dan model
regressi yang dibuat.
2. Pihak manajemen sebaiknya melakukan peningkatan kualitas produk-produk
kayu yang diproduksinya agar produk-produk tersebut dapat diserap lebih
banyak oleh Pasar industri Perkayuan Furniture Indonesia yang diketahui
membenkan pengaruh / kontribusi yang cukup besar bagi Penghasilan
Penjualan Produk Kayu Dalam Negeri.
3. Pihak manajemen sebaiknya membuka jalur distribusi dan jalinan kerja sama
dengan pihak REI ( Real Estate indonesia) agar dapat memasarkan produk
produk kayunya baik berupa produk kayu buiat maupun produk kayu olahan.
Hal ini bertujuan agar Penghasilan Penjualan Produk Kayu dapat ditingkatkan
dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
4. Gunakan Multiple Regression Model untuk mendukung suatu pengambilan
keputusan bagi pihak manajemen
5. Gunakan prediksi perolehan penjualan keseluruhan sebagai bahan acuan
penentuan target penjualan keseluruhan di masa depan.
6. Gunakan persamaan model regressi yang diperoleh sebagai suatu model
simulasi (simulation model).
7. Dengan adanya model simulasi tersebut rnaka pihak manajemen dapat
memperkiraknrj Penghasilan Penjualan Produk Kayu Dalam negeri yang dapat
diperoich di masa depan.
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Elrin
"Dalam menentukan harga jual suatu produk merupakan salah satu strategi yang sangat penting untuk dapat berkompetisi dengan para competitors, perilaku customers sudah sangat selektif dalam melakukan pemilihan untuk melakukan pembelian atas suatu produk, bagi mereka akan timbul beberapa pertimbangan-pertimbangan mengenai kualitas suatu produk serta harga yang pantas untuk produk tersebut.
PT.IQL mempraktekkan suatu metode yang unik dalam menentukan harga jual, yaitu menggunakan " system index " yaitu harga jual barang ditentukan hanya dengan mark-up harga pembelian raw materials semata. Misalnya index 2, artinya mark-up 2 kali lipat dari harga beli raw material. Sedangkan strategi penentuan harga jual jasa ditetapkan dengan membandingkan harga pasar tertinggi dan terendah.
Kebijakan manajemen dalam menentukan harga jual seperti diatas dapat dimaklumi, karena tidak adanya informasi mengenai harga pokok barang dan jasa yang dijual. Keinginan manajemen untuk dapat memperoleh informasi harga pokok produksi tidak pernah dapat terealisasi.
Manajemen tidak mengetahui berapa sebenarnya biaya yang dikonsumsi suatu produk hingga siap untuk dijual, tidak tertutup kemungkinan setelah dilakukan penghitungan secara detail dan akurat didapatkan hasil bahwa biaya untuk memproduksi suatu unit produk atau jasa lebih besar daripada biaya pembelian raw materials itu sendiri. Jika, penentuan harga jual per produk hanya mark-up 2 kali lipat dari raw material, maka produk tersebut dijual dibawah cost (harga pokok).
Menentukan harga jual hanya dengan mengandalkan informasi harga beli raw materials saja merupakan suatu hal yang tidak tepat serta memiliki banyak kelemahan, karena produk yang dijual melalui proses produksi dan konsekuensinya timbul biaya-biaya lain diluar harga beli raw materials itu sendiri.
Disisi lain, committed resources pada PT.1OL yang akan menjadi fixed cost memiliki nilai yang cukup besar, sehingga dengan aplikasi metode activity based costing akan menghasilkan informasi cost per unit produk lebih akurat dan detail, Setiap decision makers pasti membutuhkan informasi yang akurat mengenai cost suatu produk agar keputusan yang diambil juga menjadi valid dan updated. Activity based costing merupakan salah satu tool yang dapat digunakan sebagai supporting dalam pengambilan keputusan termasuk strategi penetapan harga jual.
Dalam melakukan penelitian digunakan applied research terhadap obyek yang diteliti, input yang diperoleh berdasarkan data-data dan hasil wawacancara dengan karyawan-karyawan yang telibat langsung pada obyek yang diteliti.
Dari hasil penelitian dan analisa ternyata beberapa produk saat ini dijual dibawah cost (harga pokok) dan beberapa produk menghasilkan profit margin yang tinggi. Tetapi secara keseluruhan perusahaan masih memperoleh profit margin sebesar ± 10.63% dari net sales. Walaupun perusahaan memperoleh profit margin, nyatanya profit margin tersebut berasal dari saling subsidi antara produk yang menghasilkan profit dengan produk yang dijual dibawah harga pokok.
Setelah harga pokok diketahui, maka manajemen merencanakan untuk menaikkan harga jual produk pada awal tahun 2006 ini, dengan ketentuan;
? Jika, harga jual suatu produk saat ini dibawah harga pokok, maka harga jual harus dinaikkan dengan mark-up minimal 25% diatas harga pokok baru.
? Jika, harga jual suatu produk sudah dijual diatas harga pokok tetapi marginnya masih dibawah 25%, maka harga jual baru harus disesuaikan dengan minimal margin 25%.
? Jika, harga jual produk saat ini sudah melebihi 25% dari mark-up harga pokok, maka harga jual lama tetap dipertahankan.
Jika rencana manajemen diatas diaplikasikan, hasil penelitian dan analisa menunjukkan bahwa harga jual baru menjadi tidak kompetitif bila dibandingkan dengan competitors. Karena " players " dalam bisnis dari obyek yang diteliti sangat banyak, maka competitors yang dimaksud dalam penelitian ini hanya competitors yang menghasilkan produk barang dan jasa sepadan dari sisi kualitas dengan produk dan jasa obyek yang diteliti (apple to apple).
Hasil penelitian ini dirasakan masih memiliki beberapa kelemahan untuk diperbaiki dikemudian hari, yaitu; beberapa alokasi supporting activities menggunakan asumsi-asumsi, sehingga jika asumsi tidak tepat berdampak pada kekeliruan informasi harga pokok."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Larasati
"Penempatan produk menjadi sangat diminati sejak Reeses Pieces melakukan penempatan produk pada film E.T di tahun 1982. Alasan para pengiklan menggunakan penempatan produk diantaranya tidak terdapat zapping atau pengindaran iklan.
Penempatan produk juga terdapat pada film ?Twilight?, yaitu film adaptasi dari novel dengan penjualan terbaik karangan Stephanie Meyer ini terdapat 23 merek yang melakukan penempatan produk. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana kesadaran khalayak terdapap penempatan produk dalam film?Twilight?. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kesadaran penonton.
Metodologi penelitian menggunakan paradigma positivis, pendekatan kuantitatif, bersifat deskriptif (univariat). Teknik pengumpulan data dengan kuesioner, dengan mengambil sampel sejumlah 100 responden dengan metode sampel acak sederhana.
Hasil penelitian ini yaitu penonton sadar dengan adanya penempatan produk dalam film ?Twilight? dalam tingkatan top of mind, brand recall, dan brand recognition, dan terdapat tiga merek yang terdapat di brand unaware.

Many marketers interest to uses product placement to promote their brand since 1982 when Reeses Pieces appears in E.T. One of the reason is because there is no zapping or avoiding advertising in product placement.
The movie ?Twilight? is adapted from a bestseller novel written by Stephanie Meyer, and the movie includes 23 product placements. This research inquires the awareness of the audience towards product placement in the movie ?Twilight?? The aim of this research is to find out the awareness of the audience.
Positives paradigm is used with descriptive quantitative methods and survey methods to collect the sample. The data collection technique uses questionnaire with 100 responden.
Result of this research is the audience aware of the product placement in the movie ?Twilight? in brand awareness stages top of mind, brand recall, and brand recognition and there is three brand in stage brand unaware."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prijo Susilo
"Dalam rangka mendorong ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) khususnya ke negara-negara kuota, maka Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah kebijakan berupa penyempurnaan sistem pengelolaan kuota ekspor TPT. Kuota ekspor TPT merupakan syarat bagi eksportir untuk mengekspor TPT ke negara pengimpor sesuai perjanjian bilateral. Peranan TPT kuota yang dominan (59%) dalam ekspor TPT Indonesia pada tahun 1989, menjadi mengkhawatirkan karena cenderung menurun (32 % pada tahun 1998). Dalam periode sama kondisi ekspor TPT nasional yang juga melambat peningkatannya, bersamaan dengan krisis ekonomi nasional dan situasi pasar global, apakah dengan perubahan sistem pengelolaan kuota ekspor TPT tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berkenaan dengan penulisan tesis ini, akan dianalisis kebijakan peningkatan ekspor melalui perubahan sistem pengelolaan kuota ekspor TPT studi kasus pada Kanwil Depperindag DKI Jakarta. Dalam membahas permasalahan yang diteliti dilandasi dengan kerangka teori antara lain Peran Pemerintah dan Kebijakan Publik. Sedangkan metodologi penelitian menggunakan tipe eksplanasi dengan metode pengumpulan data melalui kajian dokumen dan wawancara dengan beberapa pakar/informan guna memperoleh data dan informasi untuk dianalisis dengan Uji AHP.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan dan disarankan sebagai berikut :
Alokasi kuota ekspor TPT dan prosedur pengalihan kuota Tetap secara langsung, setelah perubahan sistem pengelolaannya, menjadi lebih efisien dan menjamin kepastian berusaha serta memperlancar pelaksanaan upaya peningkatan ekspor TPT.
Alternatif strategi terbaik adalah kebijakan substitusi impor dengan prioritas sebesar 2.4746, jadi lebih diperlukan dibandingkan dengan alternatif pengurangan/pengakhiran proteksi secara drastis ataupun bertahap. Untuk itu debirokratisasi dan deregulasi. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hariadi
"Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang merupakan suatu studi kelayakan dari aspek lingkungan, dalam prakteknya disusun setelah suatu kegiatan berjalan, sehingga tidak sesuai dengan maksud dari penetapan kebijakan tentang AMDAL tersebut. George C. Edward III mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan prosedur operasi standar.
Penelitian terhadap pelaksanaan kebijakan tentang AMDAL ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif, yang memberikan gambaran pelaksanaan kebijakan tentang AMDAL (PP No. 51 Tahun 1993) di Komisi AMDAL Daerah DKI Jakarta dan pembahasan atas pelaksanaan kebijakan tersebut secara kualitatif dengan mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan di atas.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa komunikasi tentang isi kebijakan telah dilaksanakan dengan baik melalui kegiatan periodik berupa penyegaran kepada para instansi terkait dan konsultasi regional pelaksanaan AMDAL se-Jawa yang dikoorfinir oleh Pemerintah Pusat. Dari faktor sumber daya diperoleh bahwa sumber daya manusia pelaksana kebijakan ini tidak mencukupi baik dari mutu maupun jumlahnya. Sebagian besar anggota Komisi yang aktif secara formal belum memiliki dasar-dasar tentang AMDAL, dan minimnya jumlah tenaga pelaksana di lapangan dalam melakukan pengawasan. Sedangkan dari sumber daya kewenangan diketahui bahwa kewenangan yang dimiliki oleh Komisi maupun oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah tidak memadai untuk dapat melaksanakan kebijakan ini dengan baik. Kewenangan tersebut berada pada instansi pembina dan pemberi izin.
Dari faktor disposisi/sikap aparat diketahui bahwa sikap aparat yang bertugas pada instansi pembina dan pemberi izin kurang mendukung dengan tidak mewajibkan penyusunan AMDAL sebagai salah satu syarat perizinan. Dari faktor prosedur operasi standar, telah dikeluarkan lnstruksi Gubernur Nomor 84 Tahun 1997 yang mewajibkan penyusunan AMDAL sebagai persyaratan perizinan daerah. Instruksi ini juga kurang membantu pelaksanaan kebijakan tentang AMDAL selain karena dikeluarkan setelah kebijakan tentang AMDAL berjalan selama empat tahun, juga karena sikap kurang mendukung dari aparat pelaksana pada mstansi-instansi terkait."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Univeristas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poilitk, 1993
S6725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Amalia
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S9797
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>