Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199326 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Sari Wulandari
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan upaya memverifikasi wilayah pakai bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah karena penelitian kebahasaan di Kabupaten Cilacap sudah pernah dilakukan pada tahun 1993 sehingga adanya perbedaan situasi kebahasaan di Kabupaten Cilacap setelah lebih dari 20 tahun dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan batas wilayah pakai antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa dan mengetahui faktor-faktor penyebab adanya perbedaan wilayah pakai antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Kabupaten Cilacap. Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan analisis kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah adanya perbedaan batas wilayah pakai antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Kabupaten Cilacap. Wilayah pakai bahasa Sunda ada di bagian utara, barat, dan selatan Kabupaten Cilacap, sedangkan wilayah pakai bahasa Jawa ada di bagian tengah hingga timur Kabupaten Cilacap. Faktor penyebab perbedaan batas wilayah pakai bahasa Sunda dan bahasa Jawa, yaitu 1 jumlah titik pengamatan yang berbeda dengan penelitian tahun 1993, yaitu 67 titik pengamatan dalam penelitian ini dan 42 titik pengamatan dalam penelitian tahun 1993 dan 2 migrasi penduduk dari arah barat Kabupaten Cilacap, yaitu dari Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut.

ABSTRACT
This study verified the language territory of Sundanese and Javanese in Cilacap Regency Central Java Province. The study of language mapping in Cilacap regency has ever been conducted in 1993 therefore, this study investigated the difference of language situation after more than 20 years of the latest research in this area. This study was aimed at determining the border of language region of Javanese and Sundanese and revealing the underlying factors causing the difference of language territory. This study employed qualitative method and quantitative analysis. The result of this study revealed that there was the difference of language territory border of Sundanese and Javanese in Cilacap Regency. The language territory of Sundanese concentrated in the north, west, and south of the regency, meanwhile the language territory of Javanese concentrated in the centre until the east of the regency. There were two underlying factors that caused the difference of language territory border. Firstly, there was a difference in the number of the points of obervation between this study, which was 67 points and the study in 1993, which was 42 points. Secondly, there was human migration from the west part of Cilacap Regency. They were from Ciamis Regency, Banjar City, Pangandaran Regency, Tasimalaya Regency, and Garut Regency. "
2017
T47526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyoningsih
"Remaja dengan KTD berisiko mengalami stress baik bio, psiko, social cultural maupun spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk memahami arti dan makna pengalaman keluarga merawat anak remaja dengan KTD. Desain penelitian fenomenologi diskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada 8 partisipan. Data dianalisis dengan teknik Colaizzi. Penelitian menghasilkan 8 tema: faktor yang mendukung terjadinya KTD, stress yang dirasakan keluarga, mempersiapkan perkawinan, mencegah terulangnya KTD, kualitas layanan, dukungan sosial, mencari bantuan, dan unavoidable acceptance.

Adolescent with unintended pregnancy have physical stress, psychological stress, social stress, and financial stress. This study aims to understand the meaning of familiy experience in caring adolescents with unintended preganancy. This study used descriptive phenomenology research design. Data was collected through indepth interview on the 8 participants. Data were analyzed by Colaizzi techniques. The study produced eight themes: the factors that contribute to KTD, perceived family stress, preparing for marriage, prevent recurrence of KTD, quality of service, social support, seeking help, and the unavoidable acceptance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Yohana Apriana
"Wilayah Kabupaten Cilacap khsusunya wilayah selatan Kecamatan Adipala berpotensi terhadap bahaya gempabumi. Gempabumi sebesar 6,2 magnitudo pernah mengguncang Cilacap pada tanggal 25 Januari 2014. Studi mengenai kerentanan dan bahaya gempabumi akan sangat membantu untuk penilaian resiko maupun program mitigasi. Tujuan dari Penelitian ini adalah menganalisis tipologi kawasan rawan bencana gempabumi di wilayah selatan Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode matriks pembobotan kestabilan wilayah yang berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang menunjukan skor akhir untuk Wilayah Selatan Kecamatan Adipala adalah 31-54 yang mana masuk kedalam semua kategori kestabilan yaitu stabil, kurang stabil dan tidak stabil. Menurut nilai kestabilan tipologi, wilayah Selatan Kecamatan Adipala diklasifikasikan menjadi Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, dan Tipe E. Dimana Tipe A merupakan tipe yang paling stabil karena jauh dari zona sesar dan disusun oleh batuan yang keras sedangkan Tipe E adalah tipe yang paling tidak stabil yang mana disusun oleh batuan lunak serta berada tepat pada zona sesar.

The Cilacap Regency area, particularly the southern region of the Adipala District, is susceptible to earthquake hazards. An earthquake with a magnitude of 6.2 once shook Cilacap on January 25, 2014. Studies on vulnerability and earthquake hazards are highly beneficial for risk assessment and mitigation programs. The aim of this research is to analyze the typology of earthquake-prone areas in the southern region of Adipala District, Cilacap Regency. This research uses the regional stability weighting matrix method, guided by the Regulation of the Minister of Public Works No. 21 of 2007 concerning Spatial Planning Guidelines, which indicates that the final scores for the Southern Region of Adipala District range from 31 to 54, encompassing all stability categories: stable, less stable, and unstable. According to the stability typology values, the southern region of Adipala District is classified into Type A, Type B, Type C, Type D, and Type E. Type A is the most stable type, being far from fault zones and composed of hard rocks, whereas Type E is the least stable type, composed of soft rocks and located directly on fault zones."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yoga Murpadinata
"Kabupaten Cilacap termasuk ke dalam daerah rawan gempa bumi. Pada tanggal 25 Januari 2014 pernah terjadi gempa dengan magnitudo 6,5 di Cilacap. Peristiwa gempa bumi yang terjadi didominasi oleh gempa yang bersumber dari Megathrust selatan Jawa yang dekat dengan Cilacap. Wilayah penelitian, yang berada di Selatan Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap (Desa Ujungmanik, Kubangkangkung, dan Sidaurip), sebagian tersusun atas endapan lempung yang rentan dengan amplifikasi. Adanya kehadiran sesar membuat daerah semakin rawan terhadap gempa bumi. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak dan keterdapatan sarana prasarananya, maka diperlukan analisis tipologi dan kestabilan kawasan rawan gempa bumi sebagai langkah mitigasi. Analisis ini menggunakan empat parameter utama yaitu data litologi batuan, data sesar, data kemiringan lereng, dan data PGA permukaan. Seluruh parameter tersebut dilakukan skoring sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Gempa Bumi. Hasil skoring tiap parameter digabung untuk menghasilkan sebuah peta tipologi dan sebaran kestabilan wilayah kawasan rawan gempa bumi. Hasil penelitian didapat bahwa wilayah penelitian memiliki kestabilan yang stabil, kurang stabil, dan tidak stabil dengan range skor 33-55 dan dibagi menjadi 5 tipe tipologi kawasan rawan bencana gempa bumi yaitu Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, dan Tipe E.

Cilacap Regency is included in an earthquake-prone area. On January 25, 2014, an earthquake with a magnitude of 6.5 occurred in Cilacap. The earthquake events that occurred were dominated by earthquakes originating from Megathrust South Java which is close to Cilacap. The research area in the South of Kawunganten District, Cilacap Regency (Ujungmanik, Kubangkangkung and Sidaurip Villages) is partly composed of clay deposits that are susceptible to amplification. The presence of faults makes the area more vulnerable to earthquakes. With a large population and the availability of infrastructure, typology and stability analysis of earthquake-prone areas is needed as a mitigation measure. This analysis uses four main parameters, rock lithology data, fault data, slope data and surface PGA data. All these parameters are scored in accordance with Minister of Public Works Regulation Number 21 of 2007 concerning Spatial Planning Guidelines in Earthquake Prone Areas. The scoring results for each parameter are combined to produce a typology map and distribution of regional stability in earthquake-prone areas. The research results showed that the research area had stable, less stable and unstable stability range score 33-55 and divided into 5 typological types of earthquake-prone areas, namely Type A, Type B, Type C, Type D, and Type E."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sofiatul Hardiah
"Tulisan ini membahas ketimpangan multispesies yang terjadi pada tiga lanskap antroposen di Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sejak perubahannya dari perairan menjadi daratan sedimentasi, ekosistem alam Kampung Laut menghadirkan lanskap mangrove, sawah sedimentasi, dan kebun Nusakambangan. Lanskap-lanskap itu menawarkan daya tarik bagi petani untuk bercocoktanam maupun pelaku industri untuk berinvestasi. Namun, ini berpotensi menjadi magnet ketimpangan sosial-ekologis antarpetani maupun antarspesies non-manusia. Pendekatan antroposen tambal sulam (patchy anthropocene) menawarkan analisis terhadap struktur yang tersemat pada lanskap antroposen dengan fokus pada ketimpangan sosial yang nampak pada aktivitas manusianya. Berbeda dari studi kepingan antroposen yang pernah ada, tulisan ini mengeksplorasi struktur yang tersemat di antara lanskap-lanskap antroposen yang menimbulkan ketimpangan multispesies. Tulisan ini mengumpulkan data melalui teknik pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan dokumentasi visual. Tulisan ini berargumentasi bahwa akumulasi kekerabatan dan mode kapital lingkungan pada pengelolaan lanskap-lanskap antroposen menghasilkan ketimpangan yang multispesies. Kekerabatan dan kapitalisasi spesies adalah struktur lanskap utama yang memberikan akses berupa modal sosial-ekonomi kepada petani tertentu sekaligus memungkinkannya mengontrol petani lainnya, sementara akses itu juga dikontrol oleh konstruksi global tentang krisis iklim. Rezim karbon menempatkan mangrove sebagai lanskap sekaligus spesies non-manusia yang mendominasi mode produksi sekaligus memicu ketimpangan multispesies terhadap lanskap sawah sedimentasi dan kebun Nusakambangan yang berlangsung secara tumpang tindih dalam proses antroposen di Kampung Laut.

This paper discusses the multispecies inequality that occur in three anthropocene landscapes in Kampung Laut, Cilacap Regency, Central Java. Since its transformation from water to sedimentation land, Kampung Laut's natural ecosystems have featured mangrove landscapes, sedimentation rice fields, and Nusakambangan gardens. These landscapes offer an attraction for farmers to cultivate and industry players to invest. However, this has the potential to become a magnet for social-ecological inequality between farmers and non-human species. The patchy Anthropocene approach offers an analysis of the structures embedded in anthropocene landscapes with a focus on the social inequalities evident in human activities. Unlike previous patchy anthropocene studies, this paper explores the embedded structures among anthropocene landscapes which results in multispecies inequalities. It collects data through the techniques of participant observation, in-depth interviews, and visual documentation. This paper argues that the accumulation of kinship and environmental capital modes in the management of anthropocene landscapes results in multispecies inequality. Kinship and species capitalization are the landscape structures that provide access to socio-economic capital to certain farmers while allowing them to control others, while that access is also controlled by global constructions of the climate crisis. The carbon regime positions mangroves as both a landscape and a non-human species that dominates modes of production and triggers multispecies inequalities in the overlaying landscapes of sedimented rice fields and Nusakambangan gardens in the anthropocene of Kampung Laut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Shomami
"ABSTRAK
Nama suatu tempat dapat berubah dari masa ke masa karena penamaannya bergantung pada pertimbangan manusia yang mendiami tempat tersebut. Penamaan sebuah tempat dapat menggambarkan suatu harapan masyarakat setempat, peristiwa sejarah peradaban, dan identitas masyarakat yang hidup pada tempat tersebut Rais, 2008 . Sebelum berubah menjadi nama yang digunakan saat ini, dahulu Cilacap bernama Tlatjap yang memiliki artian tanah yang menjorok kelaut. Kemudian nama ini berubah penulisannya menjadi Cilacap yang masih digunakan hingga saat ini. Secara etimologis, awalan Ci- yang memiliki arti lsquo;air rsquo; dan kata tlatjap atau lacap yang berarti lsquo;tanah yang menjorok ke laut rsquo; dalam bahasa Sunda. Selain bahasa Sunda, terdapat pula kata cacab lsquo;mencebur di air rsquo; dalam bahasa Jawa. Hal ini kemudian menjadi indikasi adanya pengaruh kebudayaan Sunda dan/atau Jawa. Penelitian ini membatasi pemaknaan berdasarkan makna semantis yaitu; makna kategorial, makna asosiatif, dan makna emotif Nystr m, 2016 . Sebanyak dua puluh nama desa digunakan sebagai percontoh yang mana desa-desa ini merupakan wilayah tutur bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Temuan makna penamaan pada penelitian ini berkaitan dengan bentang alam, hasil bumi, sejarah, tokoh, dan harapan masyarakat. Penelitian ini membuktikan bahwa nama bukan hanya berfungsi sebagai rujukan, melainkan berkaitan dengan berbagai makna yang dapat memengaruhi perkembangan suatu tempat.
ABSTRACT
Place names may change over time because naming reflects human perceptions and preferences. The naming of places can describe a local community rsquo s expectations, historical events, and the identity of communities that live there Rais, 2008 . Before taking its current name, Cilacap was named Tlatjap meaning lsquo promontory land that juts out into the sea rsquo . Later the name was spelled Cilacap which version is used up to this day. Etymologically, the affix Ci means lsquo water rsquo and the Sundanese word tlatjap or lacap means lsquo lands that juts out into the sea rsquo . In addition to this, there is also Javanese cacab meaning lsquo jump into the water rsquo . This later became the indication of Sundanese and or Javanese cultural influences in the Cilacap naming. This research restricts itself to naming based on semantic meaning ie categorical meanings, associative meanings, and emotive meanings Nystr m, 2016 . A total of twenty villages were surveyed in an area where Sundanese and Javanese spoken are spoken. The findings show that name meanings are related to the landscape, crops, history, figures, and community expectations. The implications of the research are likely to be of interest to those requiring data on place naming, and also those interested in the relation between human activity, development and culture."
2018
T49428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Muchamad Alaudi
"Kecamatan Cilacap Selatan merupakan kecamatan yang memiliki risiko besar untuk mengalami kejadian bencana tsunami. Letak wilayah tersebut berdekatan dengan celah seismik dalam area megathrust segmen Jawa Barat-Jawa Tengah yang apabila pecah diprediksikan menghasilkan tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak gemba bumi megathrust segmen Jawa Barat-Jawa Tengah terhadap Kecamatan Cilacap Selatan melalui model tsunami yang dibuat. Model dibuat berdasarkan persamaan air dangkal (shallow water equations) pada perangkat lunak COMCOT v1.7. Dua skenario multi-faults dan single-fault dibuat dengan magnitudo acuan yang sama sebesar 8.7 Mw di mana hasil pengamatan dari kedua skenario menunjukan waktu tiba tsunami diestimasi membutuhkan waktu 43 menit, ketinggian genangan berkisar 0,5 – 24 meter, total luas area inundasi berkisar 1128,14 – 1145,4 hektar, dan ketinggian maksimum tsunami berkisar 11,476 – 13,054 meter. Kemudian, peta rawan bahaya tsunami untuk kedua skenario dibuat berdasarkan area inundasi tersebut dan dibandingkan dengan peta rawan bahaya tsunami oleh DLR & GTZ.

The region of South Cilacap is known to experience natural disasters in the form of tsunamis. Their geographic location is near seismic gap zones in megathrust areas segmented in West-Central Java. It is predicted that the spit of the West-Central Java segment would lead to a tsunami. This research is conducted to analyze the effects of a megathrust earthquake in the West-Central Java segment in regards to the area of South Cilacap through the model tsunami. This model is based on the shallow water equations in the software COMCOT v1.7. Two scenarios, multi-faults and single-fault, is made with a reference magnitude of 8.7 Mw in which the results show that the arrival time of tsunamis is estimated to take 43 minunies, inundation height ranging from 0,5 – 24 meters, total inundation area ranges from 1128,14 – 1145,4 hectares, and the maximum tsunami height ranges from 11,476 – 13,054 meters. Then, tsunami hazard maps for both scenarios were made based on the inundated areas and compare it with the tsunami hazard maps produced by DLR & GTZ."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Mahromatul Ulya
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika sosial keluarga sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup dalam menghadapi dampak perubahan bentang alam yaitu sedimentasi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menerapkan teknik observasi, pengamatan terlibat, dan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data. Keluarga sebagai unit sosial terkecil setelah individu menjadi satu alat kebertahanan yang cukup kuat dalam menjalani proses adaptasi di Desa Klaces. Salah satu caranya yaitu dengan memanfaatkan sumber daya, baik yang tersedia di darat maupun di laut, menjadi sumber mata pencaharian. Pemanfaatan (SDA) ini juga didukung dengan pengelolaan (SDM) yang mendukung guna mendatangkan keuntungan di sektor ekonomi. Demi menjaga kestabilan hubungan kerja sama, masyarakat Desa Klaces juga menjadikan hubungan jaringan sosial berasaskan kekeluargaan sebagai landasan bertahan hidup. Tujuannya adalah untuk mengikat hubungan kerja sama antar keluarga, contohnya dengan memberikan bantuan dalam bentuk barang atau jasa yang diharapkan suatu waktu akan dibalas sesuai yang diberikan.

This thesis aims to understand family social dynamics as one way to survive in the face of the impact of landscape change (sedimentation). This is a qualitative research, which applies observation technique, observation involved, and in-depth interview as data collection method. The family as the smallest social unit after the individual becomes a powerful defense tool in undergoing adaptation process in Klaces Village. One way is to utilize the resources, both available on land and at sea, into a source of livelihood. Utilization (SDA) is also supported by the management (HR) is qualified to bring profits in the economic sector. In order to maintain the stability of cooperative relations, Klaces villagers also make social networking relationships based on kinship as the foundation of survival. The goal is to tie the relationship of cooperation between families, for example by providing assistance in the form of goods or services expected one time will be rewarded as given.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>