Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Afifi
"Pers Islam dalam sejarah pers nasional masih masuk dalam kategori "pinggiran". Dalam setting sosiologi, kenyataan ini cukup mengherankan, mengingat sekitar 80 % penduduk Indonesia beragama Islam. Mengapa pers yang dengan simbol-simbol Islam atau yang jelas-jelas menyebut dirinya pers Islam tidak mampu berkembang menjadi kekuatan yang signifikan, baik dari segi pengaruh politik maupun bisnis.
Penelitian ini bertitik tolak dari dua pandangan tentang segmentasi berdasarkan agama (segmentasi religius). Ada yang berpendapat tidak ada segmentasi Islam. Hal ini didukung oleh kenyataan banyaknya pers Islam yang gagal dan tidak mampu berkembang. Pendapat lainnya menyebutkan, segmentasi religius itu ada dalam pasar media. Pendapat ini memandang umat Islam di Indonesia adalah populasi, yang di dalamnya terdapat segmen-segmen.
Pemikiran yang menyebutkan bahwa Islam di Indonesia langsung disebut sebagai "segmen", bukan populasi, menyebabkan berkembangnya pendapat bahwa tidak akan ada media Islam yang memenuhi persyaratan sebagai pers Industri. Artinya media itu tidak akan untung karena pembaca "Islam" itu tidak cukup prospektif.
Penelitian ini menjawab pertanyaan mendasar tentang segmentasi religius : Apakah segmentasi religius itu benar-benar ada dalam pasar media di Indonesia, bagaimana keberadaannya dan sejauh mana posisinya dalam segmentasi media massa secara umum ? Bagaimana karakteristik produk (isi) pers Islam ? Bagaimanakah bentuk pasar sasaran dan segmentasi yang dilakukan pers Islam ? Apakah pers Islam telah membidik pasamya dengan jelas, dengan menetapkan segmen yang tepat ?. Bagaimana strategi segmentasi yang digunakan ? Bagaimanakah model dari segmentasi religius yang dilakukan pers Islam ? semua pertanyaan tersebut diharapkan dapat mendiskripsikan pers Islam secara komprehensif ?
Penelitian ini dilakukan berdasarkan kerangka konseptual tentang Pers sebagai Institusi Bisnis, Pers dan Khalayak, Segmentasi sebagai Strategi Bisnis Pers, Segmentasi Religius sebagai Strategi Menembus Pasar Muslim, Pers Islam di Indonesia, dan Masyarakat Muslim sebagai Khalayak Pers Islam.
Penelitian ini dilakukan dengan metode yang memiliki perspektif/pendekatan kualitatif. Perspektif ini dikenal sebagai pendekatan subjektif (dtasosiasikan juga dengan istilah-istilah hurnanisttk, interpetif, fenomenologis, konstruktivis, naturalistik, interaksionis^ induktif, holistik, eksploratori, mikro, interpretif, kontemporer dan dinamis. Perspektif yang digunakan berlandaskan pada phenomenologi yang menuntut pendekatan holistik, mendudukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi ganda dan melihat obyeknya dalam suatu konteks natural bukan parsiaf. Pendekatan ini tidak bermaksud melakukan generalisasi secara universal, hasilnya sangat tergarttung pada konteks penelitian dilakukan.
Media-media yang menjadi objek kajian ini adalah : Harian Republika, Pelita, majalah Sabili, Ummi, Amanah, Aku Anak Sa/eh, Suara Muhammadiyah, Media Dakwah, dan Tabloid Fikri. Pemilihan media-media tersebut didasarkan atas pertimbangan eksistensi dan pengaruhnya sebagai pers Islam di Indonesia.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh beberapa temuan, diantaranya : walaupun yang dibidik pers Islam secara umum adalah masyarakat muslim, ada perbedaan segmen pembaca yang dibidik berdasarkan "tingkat keberagamaan" masyarakat muslim itu sendiri. Ada yang membidik kelompok masyarakat muslim yang telah memilikt komitmen keagamaan yang tinggi, dalam arti menjalankan ajaran Islam secara ketat (disebut juga sebagai Islam Kaffah/menyeluruh). Ada juga yang membidik kelompok sebaliknya, masyarakat yang penghayatan dan pengamalan keagamaannya masih "pas-pasan" (belum mendalam). Ada juga yang tidak terlalu memperhitungkan persoalan tingkat keberagamaan tersebut.
Fenomena tersebut dapat memperkuat argumen bahwa Islam di Indonesia bukan segmen melainkan populasi. Di dalam populasi tersebut terdapat segmen-segmen pembaca muslim yang didasarkan "tingkat keberagamaan". Beberapa pers Islam yang membidik segmennya secara tepat dengan karakteristik isi yang sesuai, relatif disebut berhasil, yaitu Harian Republika, majalah Sabili, Aku Anak Saleh dan tabloid Fikri.
Pers Islam yang tergolong gagal dam menjalankan industrinya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : segmentasi yang dilakukan terlalu umum, jalur distribusi yang digunakan hanya jalur distribusi umum, padahal jalur tersebut memiliki tingkat kompetisi yang ketat, dan gaya bahasa/ungkapan/sajian isi yang digunakan tidak sesuai dengan karakter segmen yang dipilih.
Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk praktisi pers Islam direkomendasikan agar melaksanakan segmentasi secara lebih tajam berdasarkan pemetaan kondisi keberagamaan masyarakat muslim yang ada. Segmentasi yang tajam merupakan salah satu kunci keberhasilan pers Islam. Hal ini telah dibuktikan dengan keberhasilan beberapa pers Islam dalam merumuskan segmentasi secara tepat dan menyajikan isi media sesuai dengan karakter pembacanya.
Untuk para peneliti media, khususnya yang tertarik mengkaji fenomena pers spesifik, dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengkaji beberapa hal yang belum terungkap dalam penelitian ini, seperti kecenderungan/orientasi isi pers Islam secara lebih mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhenald Kasali
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1998
658.8 RHE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maria S. Bono W.
"ABSTRAK
Persaingan di dalam dunia pers sangat dibutuhkan karena merupakan tantangan bagi penerbit untuk meningkatkan kwalitas dari produknya. Persaingan ini juga terjadi pada majalah wanita. Dimana dengan semakin banyaknya majalah wanita yang beredar, pembaca dituntut untuk semakin kritis dalam mengalokasikan dananya untuk dapat memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Majalah Sarinah dalam menghadapi persaingan tersebut, melaksanakan segmentasi pasar, dimana dalam menentukan pasarnya majalah Sarinah membaginya berdasarkan karakteristik demografi, geografi dan psikografis. Berdasarkan karakteristi k demografis, pembaca majalah Sarinah terdiri dari pria dan wanita dengan usia sekitar 20 40 tahun dengan tingkat pendidikan SLTP, SLTA, Ak/PT. Sedangkan pekerjaan ditentukan berdasarkan pekerjaan pembacanya. Untuk penghasilan dan pengeluaran pembaca berkaitan dengan harga dari majalah Sarinah dan kebutuhan sehari-hari serta jumlah anggota dalam keluarga dan status perkawinannya. Hal ini disebabkan karena harga majalah Sarinah relatif mahal, dengan biaya produksi yang cukup tinggi, mengakibatkan Sarinah hanya dapat dijangkau untuk pembaca sehubungan majalah dari kelas sosial menengah ke atas dengan penghasilan rata rata menengah dan tinggi. Dilihat dari karakteristik geografis, majalah Sarinah telah menyebar keseluruh kota di Indonesia, dengan DKI Jakarta sebagai daerah pemasaran yang' terbesar (42%). Saluran distribusi yang dipergunakan majalah Sarinah dalam menyampaikan produknya merupakan saluran distribusi yang umum dipergunakan oleh media lainnya, yaitu melalui distributor, agen, sub-agen, pengecer serta loper majalah. Dari karakteristik psikografis, motivasi pembaca untuk membeli majalah Sarinah turut mempengaruhi tingkah laku pembeliannya, yang mendapat rangsangan dari luar maupun dari dai am diri pembaca. Rangsangan dari luar berasal dari produk ma jalah Sarinah sendiri, yang terdiri dari bahasa,foto serta artikel/rubrik yang disajikan,dan kegiatan promosi yang dilakukan. Rangsangan dari diri pembaca dapat dilihat dari keputusan membeli, yang meliputi yang mempengaruhi pembaca untuk membeli majalah dan manfaat yang diperolehnya. Sedangkan sumbangan yang diberikan majalah Sarinah pada hobby, pengetahuan serta pekerjaan sangat kecil, karena majalah Sarinah lebih banyak bersifat menghibur khususnya dalam kaitannya dengan kebutuhan wanita. Untuk lebih menekankan pada bidang tertentu majalah sarinah hanya menyajikan secara garis besarnya saja."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Wahyuli
"ABSTRAK
Salah satu kunci keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya adalah karena kemampuannya dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen. Segmentasi pasar merupakan alat untuk mengidentifikasi baik kendala maupun peluang yang dihadapi perusahaan, yang pada gilirannya akan berfungsi sebagai pedoman dalam perumusan Strategi Marketing Mix agar aktivitas pemasaran menjadi semakin efektif. Merosotnya posisi Bata di pasaran mendorong Bata untuk menambah jajaran produknya, untuk meraih segmen baru yakni segmen kelas sosial menengah dan atas. Sehingga Bata mengeluarkan sederetan produk .baru yang salah satu diantaranya adalah sepatu olah raga Power Analisis yang dilakukan pada segmen remaja untuk melihat keberhasilan Power dalam meraih segmen baru bagi Bata menunjukkan bahwa Power kurang mampu bersaing pada segmen kelas menengah dan atas seperti yang diharapkan perusahaan. Pasar didominasi oleh merek-merek lain yang telah lebih dulu merebut hati remaja. Usaha-usaha pemasaran Power yang memang kurang agresif ternyata tak mampu mengusik minat remaja, sehingga merek tersebut makin tenggelam yang ditandai oleh penurunan penjualan tiap tahunnya. Power yang mulanya ditujukan untuk segmen menengah ke atas ternyata mendapat tanggapan yang sediki lebih baik pada segmen non sasaran, yakni pada segmen kelas sosial bawah. Secara teoritis basis segmentasi yang digunakan Bata yakni kelas sosial cukup memenuhi syarat yang diberikan Kotler yakni measurability Accesibility dan Substantiality. Hambatan utama justru ketidakberhasilan dalam mengiplementasikannya ke dalam program pemasaran. Dalam menghadapi situasi persaingan yang semakin ketat Strategi Pemasaran Power dirasakan kurang defensif terhadap persaingan, sudah saatnya Bata tidak hanya, mendasarkan starategi segmentasi atas basis kelas sosial semata. Sebagai produsen sepatu yang tergolong besar, Bata terlalu berani mengambil risiko untuk memasarkan produk tanpa melalui usaha mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui riset pemasaran."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erisa Maranata Muray
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi segmen pasar yang terbentuk pada pasar pariwisata Kalimantan tengah, memahami profil segmen yang terbentuk, memahami perbedaan karakteristik antar segmen dan mengetahui segmen mana yang paling menentukan sebagai target pasar pariwisata Kalimantan Tengah. Segmentasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan segmentasi gaya hidup dengan melakukan penilaian terhadap variabel A.I.O (Activities, Interest, Opinion). Objek penelitian penelitian ini adalah objek pariwisata di Kalimantan Tengah. Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari variabel demografi, perilaku, gaya hidup, psikografi dan pariwisata. Analisis dilakukan dengan analisis statistik yaitu analisis frekuensi, crosstab, cluster dan diskriminan. Penelitian menggunakan riset eksploratif dan riset deskriptif dengan jenis single cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability sampling yaitu convenience sampling dengan responden yang berdomisili di Jakarta. Masa aktif penelitian berlangsung dari bulan Maret- Juni 2007. Hasil dari penelitian ini adalah tipe segmen pasar pariwisata Kalimantan Tengah yang terbentuk sebanyak lima segmen yaitu Modern Snob, Outdoor Adventure Cost Conscious, Leisure Classic Traveler, Urban Hedonistic, Family Experiential Traveler. Karakteristik segmen yang paling menonjol adalah untuk Modern Snob Segment mereka sangat mengutamakan image dan prestise dalam berwisata dan memiliki daya beli yang tinggi. Outdoor Adventure Cost Conscious Segment mereka adalah orang yang menyukai petualangan yang menantang nyali namun memiliki anggaran wisata yang terbatas. Leisure Classic Traveler Segment adalah kelompok yang berwisata untuk bersantai dan memilih berwisata dengan keluarga. Urban Hedonistic Segment adalah segmen yang hanya tertarik dengan wisata di perkotaan dan hidup untuk bersenang-senang. Family Experiential Traveler Segment adalah segmen yang suka mencoba jenis wisata baru yang memberikan pengalaman baru dan suka berwisata dengan keluarga. Segmen Modern Snob, Leisure Classic Traveler, Urban Hedonistic, Family Experiential Traveler dibedakan oleh variabel arsitektur bangunan, cara hidup dan adat istiadat dan rumah adat. Segmen Outdoor Adventure Cost Conscious dibedakan oleh variabel wisata jika keamanan stabil dan rencana mengisi liburan. Segmen yang paling menentukan sebagai target pasar pariwisata Kalimantan Tengah yaitu Family-Experiential Traveler Segment karena segmen ini menunjukkan minat untuk berwisata ke Kalimantan Tengah dan memiliki minat yang selaras dengan tawaran wisata Kalimantan Tengah. Variabel pariwisata dari yang dianggap paling penting sampai yang paling tidak penting adalah: (1) daya tarik alam, (2) harga/biaya yang dikeluarkan, (3) transportasi/akses, (4) akomodasi/penginapan, (5) konsumsi, (6) citra/image dan persepsi, (7) daya tarik bangunan, (8) daya tarik budaya, (9) daya tarik sosial, dan (10) sarana pendukung.
Referensi: 30 (1958 ? 2006)"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofwan Farisyi
"Hoist crane secara kategori termasuk barang industri kategori capital item kelompok alat berat. Sedang secara teknis termasuk ke dalam kategori peralatan pengangkat. Peralatan pengangkat adalah alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau barang berat dan titik awal ke titik tujuan dalam jarak yang relatif pendek dan terbatas.
Seiring dengan berkembangnya berbagai industri dl Indonesia maka kebutuhan akan hoist crane juga mengalami peningkatan. Walaupun karena krisis ekonomi permintaan hoist crane juga mengalami penurunan tetapi masih ada segmen pasar yang cukup potensial, yaitu segmen-segmen yang tidak begitu terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
PT Bangun Panca Sarana Abadi melihat peluang ini dan tertarik untuk masuk pasar hoist crane, Permasalahannya, PT Bangun Panca Sarana Abadi selama ini bergerak sebagal kontraktor bidang listrik dan mekanik pembangunan Pusat Listrik Tenaga Disel (yang mengalami penurunan penjualan karena krisis ekonomi) sehingga walaupun kompetensi keahlian yang dimiliki (secara teknis) masih berhubungan, PT Bangun Panca Sarana Abadi masih belum mengetahui tentang kondisi pasar hoist crane di Indonesia.
Untuk melakukan targeting terhadap pasar yang paling potensiai maka perlu dilakukan analisa segmentasi pasar hoist crane secara makro dan mikro. Karena tìngkat Persaingan dalam industri ini sangat tinggi perlu dilakukan strategi positioning terhadap Produk hoist crane agar sesual dengan image yang ingin kita tanamkan di benak konsumen. Selanjutnya untuk membidik pasar tersebut perlu dilakukan strategi komunikasi dengan menetapkan positioning statement terhadap produk hoist crane.
Penelitian ini membutuhkan data primer yang diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada para responden dan segmen industri yang dipilïh. Sedangkan data sekunder didapat penulis dari PT Bangun Panca Sarana Abadi, PT Sucofindo, majalah infocommercial, dan informasi dari media cetak yang erat kaitannya dengan topik yang penulis bahas.
Pada saat melakukan segmentasi mikro, penelitian dibatasi hanya pada dua sektor industri yaitu industri besi baja dan industri perkebunan gula. Pertimbangan untuk memilih dua sektor industri ini (1) inclustri besi baja merupakan industni yang paling banyak menggunakan hoist crane dibandingkan industni lainnya; (2) industri perkebunan memiliki prospek yang cerah pada masa krisis ini. Khusus untuk industri perkebunan penulis memilih industri gula karena dibandmgkan industri perkebunan lain, hanya industri gula yang banyak menggunakan hoist crane dalam proses produksinya.
Berapa temuan penting yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya perbedaan karakteristik dari industri besi baja dan industri perkebunan gula. Hal ini terlihat pada cara memperoleh informasi hoist crane, cara menentukan keputusan pembelian, pendapat dan keluhan terhadap agen hoist crane yang ada di indonesia.
Perbedaan itu penting untuk melakukan targeting dan positioning. Saat targeting faktor-faktor yang dilihat adalah pertumbuhan pasar, besar pasar, daya tarik pasar, dan kemampuan dari perusahaan (misalnya: jumlah sumber daya manusia, tingkat keahliannya., dan modal yang dimiliki). Berdasalkan data tersebut maka PT Bangun Panca Sarana Abadi disarankan membidik pasar industri perkebunan gula.
Strategi positioning yang dilakukan oleh PT Bangun Panca Sarana Abadi dibuat berdasarkan karakteristik yang ada pada industri perkebunan gula. Karakteristik yang penulis peroleh pada saat melakukan segmentasi mikro di perkebunan gula yaitu faktor yang menentukan pada saat memutuskan pembelian adalah kualitas dan keandalan dari produk. Selain itu produk tersebut harus didukung oleh kemampuan teknis dan agen di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka ada dua strategi positioning yang dapat dilakukan. Pada level produk, hoist crane ini disarankan untuk diposisikan di benak konsumen sebagai produk yang berkualitas dan andal, Sedangkan pada level korporat, PT Bangun Panca Sarana Abadi (sebagai agen) disarankan untuk diposisikan sebagai perusahaan yang memiliki kemampuan teknis engineering.
Langkah selanjutnya adalah membentuk value melalui pengembangan produk (menjadi agen hoisi crane merek Kuli Hebezuege dari Jerman), pengembangan pelayanan (meningkatkan kemampuan teknis untuk pelayanan purna jual), penetapan harga (yang sedikit di bawah harga produk dengan kuaiitas yang sama), dan terakhir mempersiapkan jalur distribusi untuk mendukung penjualan dan pelayanan purna jual.
Berdasarkan strategi positioning maka dibuat strategi komunikasi dengan menetapkan positioning statement. Untuk level produk yang menunjukan kualitas tinggi maka positioning statement yang disarankan untuk dipakai adaiah ?Quality and Reliability.? Sedangkan untuk level agen penjualan hoist crane yang menunjukkan kemampuan tekriis engineering maka positioning statement yang disarankan untuk dipakai adalah ?The Real Engineering Company"."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Kartika Sari
"Selama ini tolak ukur segmentasi pasar yang umum digunakan adalah berdasarkan demografi, geografi, behavioristik, dan psikografi. Tetapi dengan semakin kompleksnya teknologi yang ada telah membuat perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan ini mendorong pakar-pakar riset pemasaran dan ahli tingkah laku manusia untuk memformulasikan pola kategorisasi segmentasi pasar yang baru berbasiskan nilai-nilai teknologi, dikenal sehagai teknografi. Teknografi membuat segmen terkategorisasi atas dasar nilai nilai keinginan, dan kemampuan untuk menginvestasikan dalam hal teknologi. Teknografi diperkenalkan oleh Forester berdasarkan penelitiannya yang dilakukan di Cambridge, Massachusetts yang menyimpulkan bahwa teknografi mempengaruhi molivasi konsumen dalam rnembeli dan menggunakan teknologi. Dengan teknogrnfi, pasar dapat terhagi-bagi alas segmen neoheartminders, traditionalist, fast forward. techno strivers, hanshakers, mouse potatoes, gadged grahers, media junkies, cyber-snobbs, x-tech, country clubbers, dan srdeline­ zitizens. CDMA (Code Division Multiple Access) yang merupakan altematif layanan jaringan telepon selular selain GSM (Global System for Mobile...

The market segmentation comonly used are based on demographics, geographies, behavioristics, and psychographies. But, technology advancements shift the society's lifestyle. These changes drives market research expert and behaviorist to formulating new market segmentation category based on technology values, named technographics. Technographics segmentize society based on motivation, want. and ability to Invest in technology values. Technographics was introduced by Forester based on his research done in Cambridge, Massachusetts which conclude technographics influences consumer motivation in buying and using of technology. Technographics divided the market into neoheartminders, traditionalist, fast forward, techno strivers, hanshakers, mouse potatoes, gadged grabers, media junkies, cyber-snobbs, x-tech, country clubbers, dan sideline-citizens. CDMA (Code Division Multiple Access) is an alternative to GSM (Global System for Mobile communication) CDMA is relatively new in Indonesia and recent time has been deployed in several areas within Indonesia teri1ory. CDMA, with has better technology than GSM, it predicted having large market opportunity. This research is focused on figuring out the size of market..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Fauziah Syafarina
"Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada peluang pasar untuk televisi segmen religi di Jakarta? Dengan adanya SK Menpen No. 111 tahun 1990, yang memberikan ijin bagi pengelolaan bagi televisi swasta di Indonesia, maka di mulailah era TV Swasta dan komersialisasi televisi. Siaran televisi swasta pada tahun-tahun pertama menguasai rating dari 20 acara yang pallng diminati pemirsa. Sementara itu, perolehan iklan melonjak dengan tajam. Meskipun demikian televisi swasta tidak terlepas dari berbagai kelemahan mendasar. Antara Iain porsi acara religi yang tidak dikemas secara maksimal, dan porsi serta penempatan acara yang terkadang pada jam-jam tertentu, membuat acara religi tidak menjadi acara yang diminati. Padahal dalam keadaan sebenarnya banyak pemirsa yang merasa membutuhkan penyeimbang dari semua acara yang ada. Hal ini terlihat dari fenomena acara manajemen qalbu di SCTV yang menduduki rating pertama dari semua acara yang ada baik hiburan maupun infomasi. Padahal acara tersebut ditayangkan pada jam-jam utama dari televlsi, yaitu minggu siang. Sehingga persepsi bahwa acara religi tidak menang dapat kita abaikan untuk tahap awal persepsi. Oleh sebab ltu, penelitian ini di dasarkan oleh keinginan untuk mengetahui karekteristik acara televisi dan apakah ada peluang pasar untuk televisi religi di Jakarta.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang pasar untuk televisi segmen religi masih kecil, Walaupun berdasarkan penelitian cluster menunjukkan besarnya peluang dan televisi segmen religi, setelah dimasukkan kedalam strulctur model anallsis, maka peluang tersebut menjadi lcecil. Besaran nilal hasil cluster menjadi ?Semu?, blla dikaitkan dengan penggunaan televisi untuk format acara agama, hal ini terlihat dari hasil akhir penelitian. Dimana penggunaan televisi untuk format acara keagamaan akan tinggi bila format acara agama tersebut diisi oleh figur masyarakat. Selain itu masih adanya ke-engganan dari produsen untuk lebih bagus mengemas acara religi, dan bila dari produsen telah mempunyai usaha untuk memperbaiki mutu kemasan tetap ada intervensi dari pihak penyelenggara televisi. Peluang untuk televisi segmentasi religi untuk tahap awal adalah di televisi sindikasi, sehingga secara operasional tidak akan besar untuk televisi segmeni religi.
Hasil penelitian memberikan implikasi perlunya keseimbangan antara format acara hiburan, informasi dan agama di televisi, sehingga dapat memuaskan keinginan dari pemirsa yang terbagi dalam berbagai kelompok usia, tingkat sosial dan pendidikan. Temuan dari hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa keinglnan pemirsa televisi bukanlah faktor yang menentukan dalam industri televisi. Lebih kuat faktor dari advertising dan pemilik industri dibandingkan faktor pemirsa televisi. Sehingga program acara yang ada Iebih banyak menyesuaikan keinginan dari pihak-pihak pemegang modal. Oleh sebab itu, teievisi pada saat sekarang adalah suatu produk dari kapitalisme, dimana mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dan agak mengabaikan beberapa faktor etika dalam banyak program acara yang di sodorkan kepada pemirsa televisi. Segmentasi yang dapat dibidik oleh para pernilik televisi nasional untuk saat sekarang adalah segmentansi yang luas, tidak terlalu spesifik namun untuk televisi daerah khususnya di Jakarta, masih dapat mengambil segmentasi yang spesifik dan pemirsa, dimana mereka memposisikan sebagai televisi ?Life Style" yang sangat identik dengan pola Kosmopolitan dari sebagian penduduk jakarta. Hasil penelitian memberikan implikasi perlunya keseimbangan antara format acara hiburan, informasi dan agama di televisi, sehingga dapat memuaskan keinginan dan pemirsa yang terbagi dalam berbagai kelompok usia, tingkat sosial dan pendidikan, yang tidak menghilangkan karakter bangsa. Dan pemerintah harus aktif untuk memonitor dan menjadi alat sensor bagi industri televisi, sehingga televisi swasta tidak menjadi kebablasan dan muncul situasi kondusif baik bagi televisi dan produsen, namun juga untuk pemirsa televisi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>