Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103838 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azizatul Munawaroh
"Berdasarkan hasil penilaian kinerja tahun 2011 Kantor Pelayanan Percontohan A (KPP A) mendapatkan nilai yang rendah dibandingkan 31 Kantor Pelayanan sejenis. Berdasarkan analisis penyebab rendahnya hasil penilaian kinerja ini dikarenakan stres kerja dan motivasi berprestasi yang rendah. Untuk mengetahui dan membuktikan kebenaran dugaan tersebut, peneliti mengukur korelasi antara stres kerja dan motivasi berprestasi (nAch) dengan kinerja pada pegawai KPP A. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan aspek responsibility for people pada stres kerja dan nAch yang berkorelasi terhadap kinerja. Dari hasil intepretasi data maka bisa ditarik kesimpulan bahwa motivasi berprestasi (nAch) Pegawai KPP A rendah. Oleh karena itu, program intervensi yang disusun untuk dapat memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan achievement motivation training yang dapat dilakukan oleh pihak internal organisasi.

Based on the results of performance assessment in 2011 Pilot Services Office A (KPP A) gain value that is lower than other 31 offices similar services. Based on assessment results analysis causes of low performance is due to the stress of work and low motivation. Correlation was used to determine the relationship between variables. Correlation analysis result showed that work stres aspect of responsibility for people and need for achievement are correlated to performance. The interpretation result can be concluded that the motivation of employees KPP A low achievers. Therefore, intervention program develop to address the matter is achievement motivation training that will be arranged by internal division of the organization."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30691
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Budiyanto
"Sub Bagian Umum Kepegawaian ini merupakan bagian yang sangat vital, untuk itu seharusnya pegawainya mampu menunjukkan performance kerja yang terbaik. Performance kerja yang baik akan muncul apabila pegawai tersebut memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Namun demikian hanya beberapa orang saja yang menunjukkan perilaku yang diharapkan. Banyak pegawai yang justru menunjukkan perilaku yang sebaliknya, hal ini bisa dilihat dari beberapa indikasi seperti tingginya jumlah absensi, seringnya pegawai terlambat datang atau pulang lebih awal dan banyaknya pegawai yang melakukan aktivitas lain di luar tugas dinas.
Beberapa fenomena tersebut di atas mengindikasikan lemahnya motivasi berprestasi. Mereka tidak memiliki tanggung jawab yang memadai sebagai seorang pegawai, perilaku mereka tidak menunjukkan adanya keinginan untuk mencapai suatu target tertentu, mereka juga tidak ada usaha untuk dapat mengungguli apa yang telah dicapai oleh pegawai lain. Lemahnya motivasi pegawai dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : atasan yang kurang peduli, beban kerja yang tidak merata, placement pegawai yang kurang tepat, kesejahteraan pegawai yang tidak terpenuhi, dan ketidakharmonisan hubungan dengan atasan atau rekan kerja yang tidak baik.
Permasalahan di atas itu dapat mempengaruhi produktivitas kerja yang nantinya akan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu akan diupayakan satu alternatif pemecahan masalah yang ada, bagaimana cara meningkatkan motivasi berprestasi pegawai Sub Bagian Umum Kepegawaian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan cara memberikan suatu pelatihan yaitu Achievement Motivation Training (AMT). Hal ini dilakukan untuk merubah sikap dan perilaku pegawai yang kurang mendukung terhadap pencapaian produktivitas kerja yang tinggi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rovazio Okiiza
"ABSTRAK
Berdasarkan indeks reformasi birokrasi tahun 2014, target pada Renstra instansi
PQR tahun 2015-2019, dan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2014,
diperoleh hasil bahwa kualitas pelayanan publik di instansi PQR yang diukur
melalui kinerja pelayanan (service performance) pegawai masih rendah dan belum
memenuhi harapan organisasi. Berdasarkan analisis, penyebab rendahnya kinerja
pelayanan ini disebabkan oleh tiga kemungkinan yang terefleksikan dalam
konstruk: orientasi tujuan belajar (learning goal orientation), motivasi pelayanan
publik (public service motivation) dan kepuasan kerja (job satisfaction). Dari hasil
perhitungan regresi, dari ketiga penyebab tersebut, hanya orientasi tujuan belajar
dan motivasi pelayanan publik yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pelayanan. Dari hasil ini diinterpretasikan bahwa penyebab rendahnya kinerja
pelayanan publik pegawai instansi PQR disebabkan oleh orientasi tujuan belajar
dan motivasi pelayanan publik yang rendah pada pegawai. Oleh karena itu, progam
intervensi yang disusun untuk memperbaiki kualitas pelayanan publik di instansi
PQR adalah Awareness Enhancement and Public Service Motivation Training

ABSTRACT
Based on the index of bureaucratic reform in 2014, the target in the Strategic Plan
2015-2019 of institutions PQR, and Community Satisfaction Index Survey 2014,
showed that the quality of public services in institutions PQR measured by the
service performance of employees is still low and does not meet organization
expectations. Based on the analysis, the causes of low performance of these services
due to three possibilities which were reflected in the constructs: learning goal
orientation, public service motivation and job satisfaction. From the results of the
regression analysis, the cause of the third, only learning goal orientation and
motivation of public service that significantly influence the services performance.
From these results be interpreted that the reasons for poor performance of public
services in institution PQR caused by low learning goal orientation and low public
service motivation. Therefore, intervention program of Awareness Enhancement
and Public Service Motivation Training is structured to improve the quality of
public services in institutions PQR."
2016
T45813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia D.A. Ekaputri
"Bertentangan dengan kualitas secara umum yang dimiliki anak berbakat yang membuatnya diharapkan untuk menampilkan produktivitas dan pemenuhan diri, penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya justru menemukan setidaknya 15-50 persen jumlah siswa berbakat dalam suatu kelas mengalami fenomena underachievement. Fenomena ini dijelaskan sebagai adanya ketidaksesuaian antara potensi yang dimiliki dengan prestasi yang ditunjukkan dimana prestasi berada lebih rendah daripada potensi yang dimiliki. Underachievement biasanya dimulai pada pertengahan Sekolah Dasar, akan tetapi baru pada Sekolah Menengah Pertama atau kala anak berbakat menginjak usia remaja gejalanya menetap dan lebih terlihat. Penyebab underachievement sendiri lebih mengarah pada kurangnya motivasi berprestasi yang menyebabkan perilaku-perilaku yang tidak mendukung pencapaian prestasi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Tuckman (1999) mengajukan tripartite model of motivation for achievement yang terdiri dari 3 komponen attitude, drive, dan strategy. Model ini dinilai sesuai untuk menjelaskan mengenai gambaran motivasi berprestasi pada anak berbakat berprestasi kurang karena Tuckman lebih memfokuskan pada "will", daripada "skill" yang tentunya telah dimiliki oleh anak-anak berbakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran motivasi berprestasi berdasarkan tripartite model of motivation for achievement, antara attitude, drive, dan strategi yang dimiliki remaja berbakat berprestasi kurang. Attitude dioperasionalisasikan ke dalam konsep self efficacy, drive dioperasionalisasikan ke dalam konsep incentive value, dan strategy dioperasionalisasikan ke dalam konsep self regulation. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif melalui wawancara langsung kepada 5 orang subyek cukup menarik. Keunikan tiap subyek terlihat dimana 2 dari 5 orang subyek menunjukkan karakteristik orang dengan self efficacy tinggi, dua lainnya menunjukkan self efficacy yang rendah, sedangkan satu orang subyek menunjukkan self efficacy menengah. Hasil pada komponen selanjutnya adalah kelima subyek memiliki incentive value berupa motivasi ekstrinsik dan intrinsik yang mendorong usahanya mencapai prestasi yang baik. Terakhir, pada gilirannya kelima subyek mengaplikasikan strategi-strategi efektif yang dapat membantunya dalam mencapai prestasi yang baik. Akan tetapi, peneliti menemukan masalah pada strategi dimana walaupun subyek melakukan strategi-strategi pembelajaran yang dianggap efektif, namun usaha mereka seringkali terganggu oleh hal-hal lain di luar pembelajaran sehingga prestasi yang diharapkan pun belum dapat terwujud.

Gifted children are known to have certain qualities that would help them fulfil stereotypic expectations of productivity and self-fulfilment. Unfortunately, some research has found that 10-50 percents of gifted children are facing underachievement syndrome. This phenomenon of underachievement is defined as discrepancy between actual and expected levels of attainment. While signs of underachievement often begin by third or fourth grade, middle school or junior high usually marks the highest point of consistent underachievement. It may simply become more visible when children reach adolescence. The causes of underachievement lead to lack of achievement motivation. The problem in achievement motivation can make children behave in unconstructive ways in order to gain achievement that is relevant to the potential they possess. Tuckman (1999) presented tripartite model of motivation for achievement that includes three generic motivational factors that influence outcome attainment: attitude, drive, and strategy. This model is appropriate to describe gifted underachievers achievement motivation because its focus is on will, or the motivation to achieve the outcome that is considered separately from level of skill, that is controlled for in sampling of gifted children. The purpose of this research is to explore achievement motivation of gifted underachievers based on Tuckman`s tripartite model of motivation for achievement, which includes attitude, drive, and strategy. The factors of the model are operationalized as self-efficacy for attitude, incentive value for drive, and self-regulation for strategy. The qualitative research was conducted by interviewing five subjects that represented the appropriate characteristics of adolescent gifted underachievers. It brings interesting and unique results of all five gifted underachiever subjects. Firstly, two out of five subjects have shown characteristics of people high in self-efficacy, while two others shown the other way around. The other subject tends to show middle level of self-efficacy. Secondly, all five subjects have shown incentive value from extrinsic and intrinsic motivation that drives them to work hard for good performance. In turn, all five subjects apply effective learning strategies that can help them realize high achievement. However, research have found problem in learning strategies done by subjects where subjects are prone to obstacles outside the realm of learning that makes them underachieve."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Diatha Ika Setyari
"Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan terhadap organisasi di Bank X Syariah pada cabang "A". Berdasarkan data awal yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner diketahui bahwa motivasi kerja karyawan di Bank X Syariah perlu mendapat peningkatan. Kepuasan terhadap atasan (Supervision Satisfaction) diduga berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada organisasi tersebut. Berdasarkan perhitungan statistik melalui uji korelasi. Hasil analisis dari 20 karyawan pada level staff, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan terhadap atasan dengan motivasi kerja, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,563 dan nilai signifikansi 0,0100 (p<0,005).
Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kepuasan terhadap atasan dan pada akhirnya akan berdampak pada motivasi kerja karyawan. Pada penelitian ini intervensi yang dipilih adalah pelatihan Pemberian feedback pada atasan dengan jabatan supervisor yang berjumlah 9 orang. Hasil perhitungan uji signifikansi perbedaan pre-test dan posttest menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan belum memberikan peningkatkan yang signifikan terhadap kepuasan terhadap atasan dan motivasi kerja.

Research was conducted to increase employee motivation to the organization at Bank X Syariah, branch "A". Based on preliminary data obtained through interviews and questionnaire found that employee motivation at Bank X Syariah should receive an increase Satisfaction Supervision that expected effect on employee motivation in the organization. Based on statistical calculation by correlation test the analysis of the 20 employees at the staff level, there was a significant relationship between supervision satisfaction with work motivation, with correlation values of 0.563 and coefficient significance 0.010 (p <0.005).
Interventions in the study was designed to improve supervision satisfaction and ultimately will have an impact on employee motivation. At this Research selected intervention is giving feedback training for supervisor. The results of tests of 9 supervisor there are significant difference in the calculation of pre-test and post-test, showed that the intervention program has not provided significant to improve supervision satisfaction and employee work motivation at Bank X Syariah."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30987
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jelita Widuri Yati
"Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara persaingan bersaudara dengan motivasi berprestasi pada anak kembar. Peneliti melihat bahwa kelahiran kembar yang merupakan kelahiran yang selalu dianggap istimewa, menimbulkan masalah baru. Pada kembar identik, kedua anak kembar ini selalu dianggap sama dan dituntut untuk selalu sama. Akan menjadi suatu masalah jika salah satu anak memiliki prestasi yang lebih menonjol dibandingkan saudara kembarnya padahal mereka adalah dua individu yang berbeda.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non-eksperimental. Dalam penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur yaitu kuesioner sibling rivalry dan kuesioner motivasi berprestasi. Alat ukur tersebut dibagikan kepada 32 orang anak kembar yang berada pada tahap perkembangan remaja (11 tahun-22 tahun) dan sedang bersekolah ataupun kuliah. Partisipan tersebut terdiri dari 16 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Selanjutnya, dengan tehnik korelasi Pearson Product Moment, dilakukan perhitungan keterhubungan antara variabel l dengan motivasi berprestasi. Acuan dalam perhitungan tersebut adalah skor partisipan pada motivasi berprestasi dengan skor sibling rivalry, dan dari perhitungan tersebut didapatkan hasil korelasi sebesar 0.078.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sibling rivalry dengan motivasi berprestasi. Teori yang dikemukakan oleh Friedrich dan Rowland (dalam Widiasari, 2006) mengatakan bahwa anak kembar akan selalu berusaha sama seperti saudara kembarnya, baik dalam bidang prestasi akademis maupun non akademis. Ini berarti seorang anak dapat termotivasi untuk berusaha lebih keras agar mencapai prestasi seperti saudara kembarnya, tetapi ini juga dapat berarti bahwa salah satu dari mereka harus menurunkan prestasinya agar tetap dapat sejajar dengan saudara kembarnya yang berkemampuan lebih rendah.

The purpose of this research is to find the correlation between sibling rivalry and achievement motivation in twins. Researcher sees that the birth of twins is a special event that brings new problems. In identical twins, both child are assumed that they are sama. They're should be the same and have to be the same. This could be a big problem if one of them have a higher achievement than others. This could make them look different despite of they are different person.
This is a quantitative research with a non-experimental research design. This research uses two questionnaires which are sibling rivalrys questionaire and achievement motivation questoinaire. These questionnaires are given to 32 adolescences (11st years old until 12nd years old) and who are still a student or college student. The participant of this research consist of 16 women and 16 men. Through Pearson Product Moment correlation technique, the correlation between two variables, sibling rivalry and achievement motivation, is found. By using the scores on the two variables, we got the coefficient correlation between that variable is 0.078.
That means there are no significant correlation between sibling rivalry and achievement motivation. The theory by Friedrich & Rowland (on Widiasari, 2006) said that twins will always want to be the same with their couple's event in academics or non academics. Unfortunately, its not always causes increasing of achievement motivation because in several cases it just make a deficiency of achievement intentionally from one of the children so that his couple doesn't have lower achievement than him.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Qudsiyah
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure pada remaja jalanan. Self-esteem ialah komponen evaluasi diri, penilaian afektif yang berpengaruh pada konsep diri. Motivasi berprestasi adalah kebutuhan untuk menampilkan sesuatu dengan baik atau berjuang untuk sukses dan dibuktikan dengan ketekunan dan usaha dalam menghadapi kesulitan. Motivasi berprestasi dapat dikatakan sebagai kombinasi dari dua variabel kepribadian yaitu kecenderungan untuk mencapai kesuksesan dan kecenderungan menghindari kegagalan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran self-esteem menggunakan Rosenberg’s Self-Esteem Scale (RSES) dan pengukuran motivasi berprestasi menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Partisipan berjumlah 58 remaja jalanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan hope of success pada remaja jalanan (r=0,286; p=0,029) dan hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan fear of failure pada remaja jalanan (r=-0,437; p=0,01). Remaja jalanan yang memiliki self-esteem tinggi akan lebih termotivasi untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and achievement motivation in hope of success and fear of failure among street youth. Self-Esteem is self-evaluation components, affective appraisal which affects the self-concept. Achievement motivation is the need to perform well or the striving for success, evidenced by persistence and effort in the face of difficulties.
This study used quantitative method. Self-esteem was measured by Rosenberg’s Self-esteem Scale (RSES) and achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 58 street youth.
The result of this study showed that there is a positive significant correlation between self-esteem and hope of success (r=0,286; p=0,029) and a negative significant correlation between self-esteem and fear of failure (r=-0,437; p=0,01). Street youth with high self-esteem will be more motivated to achieve success in life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastassia Delphi Octavina
"ABSTRAK
Motivasi berprestasi merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh mahasiswa. Hal tersebut berguna untuk menjaga kehidupan akademisnya. Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi tersebut adalah faktor keluarga. Jika dikatakan faktor keluarga memiliki pengaruh terhadap motivasi berprestasi, maka pola asuh dari ayah juga dapat memiliki peran di dalam motivasi berprestasi tersebut. Pola asuh itu sendiri terdiri dari tiga tipe, yakni permisif, otoritarian, dan otoritatif (Baumrind, 2003). Sayangnya, masih terdapat pandangan yang mengatakan pola asuh hanya menjadi fokus ibu. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan di antara pola asuh ayah dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa. Teknik analisis ini akan dilakukan dengan One-Way Anova. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil F 3.059 > 3.04 dan p 0.049 < 0.05. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ayah dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa. Hasil ini sekaligus membuktikan pendapat Brooks (2011) yang mengatakan bahwa pengaruh pola asuh orang tua tidak hanya terjadi ketika anak berada di usia sekolah, tetapi juga ketika telah berada di kelompok remaja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ayah diharapkan untuk tetap terlibat dalam pengasuhan anaknya, meskipun anaknya telah menjadi seorang mahasiswa.

ABSTRACT
Achievement motivation is an important thing in college student’s life. It could keep student’s academic life well. One external factor that influencing achievement motivation is familial influences. If familial factor influences college student’s achievement motivation, so that paternal parenting style could be a thing whose influence in that. There are three styles in paternal parenting styles: permissive, authoritarian, and authoritative (Baumrind, 2003). Unfortunately, there’s phenomenon said that parenting is a kind of mother business only. This research aimed for looking the relationship between paternal parenting styles and achievement motivation in college students. Analysis technique used in this research is One-way Anova. The main result showed F 3.059 > 3.04 and p 0.049 < 0.05. That result means there’s significantly relationship between paternal parenting styles and achievement motivation in college students. The result has proved Brook’s opinion (2011) that parenting influences not only in children, but also in adolescent period. Based on the result, a father is expected to be embroiled in parenting, nevertheless his child has been a college student."
2014
S54123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
LeVine, Robert A.
Chicago: The University of Chicago Press, 1969
158.1 LEV d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arista Akbar
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perilaku kepemimpinan atasan dan motivasi berprestasi bawahan pada tenaga kerja di bidang pemasaran pada bank XYZ divisi Kredit Mikro di area Cilegon. Berdasarkan informasi yang diperoleh dalam wawancara, diketahui bahwa motivasi berprestasi para tenaga kerja di bidang pemasaran masih perlu ditingkatkan dan kepemimpinan dari atasan diduga berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Untuk mengetahui apakah dugaan tersebut benar, maka peneliti melakukan pengujian statistik melalui uji korelasi antara perilaku kepemimpinan dengan motivasi berprestasi. Alat ukur kepemimpinan yang digunakan adalah Leadership Practices Inventory (LPI) yang telah diuji coba dengan koefisien reliabilitas 0,98 dan validitas seluruh item diatas 0,2. Sementara alat ukur Motivasi Berprestasi Sales (MBS) memiliki koefisien reliabilitas 0,976 dan kelesuruhan item memiliki validitas diatas 0,2.
Hasil yang ada menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku kepemimpinan dengan motivasi berprestasi dengan korelasi sebesar 0.000 dengan l.o.s 0.05. Diketahui lebih lanjut dimensi perilaku kepemimpinan enabling others to act menjadi pengaruh paling besar dengan korelasi 0.000 dengan l.o.s 0.05. Oleh karena itu, peneliti merancang intervensi untuk meningkatkan kemampuan enabling others to act untuk para atasan dari tenaga kerja pemasaran tersebut. Hasil perhitungan uji signifikansi pada evaluasi level pengetahuan menunjukkan nilai t -15,811 dengan signifikansi 0,000 yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara pre-test dan post-test. Hal ini juga memperlihatkan peningkatan pengetahuan. Diharapkan intervensi ini dapat meningkatkan kemampuan atasan agar dapat memacu motivasi berprestasi para tenaga kerja pemasaran di Bank XYZ divisi Kredit Mikro area Cilegon.

This study was conducted to find out relationship between leadership behavior and subordinate need for achievement as sales in XYZ bank Micro Credit Division in Cilegon Area. Based on initial data that were obtained from interviews, researcher found that subordinate need for achievement still need to improve and leadership behavior are assumed to affect need for achievement. To know wether that presumption is correct or not, the researcher conducted a statistical calculation through correlation test between leadership and need for achievement. Leadership instrument that used in this research is leadership Leadership Practices Inventory (LPI), which has been tested with a reliability coefficient of 0.98 and validity of all items above 0.2. While Sales Achievement Motivation measuring instrument has a reliability coefficient of 0.976 and validity of all items also above 0.2.
The results showed that there is a significant and positive correlation between leadership and need for achievement in correlation 0.000 with l.o.s 0.05. Futher result, the most significant impact of the leadership challenge dimention is the 'enabling others to act' dimention in correlation 0.000. with l.o.s 0.05. Therefore, the intervention in this study was designed to increase sales Leader's enabling others to act skill. The result of test calculation shows that there is a significantly differences between pre-test and post-test on intervention knowledge with t score -15,811 and significantcy 0,000. Accordingly, this intervention is expected to improve leader's skill taht impact subordinate's need for motivation in XYZ Bank Micro Credit Division in Cilegon Area.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>