Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102340 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Hidayat
"Obyek wisata Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu obyek wisata di Propinsi Lampung yang memiliki potensi sumberdaya alam dan keanekaragaman jenis fauna langka dan jumlah pengunjung yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kawasan konservasi lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah biaya perjalanan ke obyek wisata Way Kambas, biaya waktu, pendapatan individu, tingkat pendidikan dan waktu luang mempengaruhi jumlah permintaan kunjungan wisata ke Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan menggunakan OLS, untuk menduga kesediaan membayar dan analisis biaya perjalanan (Travel Cost Analysis) dalam menghitung manfaat Wisata Taman Nasional Way Kambas. Hasil penelitian menunjukkan lima variabel berpengaruh terhadap jumlah permintaan pariwisata ke Taman Nasional Way Kambas yaitu biaya perjalanan, biaya waktu, pendapatan individu, pendidikan dan waktu luang. Distribusi manfaat biaya perjalanan terdiri dari biaya transportasi (48,67%), biaya akomodasi (2,1%), biaya konsumsi (27,6%), biaya sewa (7,79%), biaya tiket masuk (8,04%) dan biaya dokumentasi (5,81%). Penelitian ini merekomendasikan pengembangan obyek wisata Taman Nasional Way Kambas perlu ditingkatkan lagi selain dalam pengelolaan juga dalam pengoptimalan potensi yang dimiliki.
Way Kambas National Park is one of the tourist destinations in Lampung province that has the beauty of natural resources and endangered fauna species diversity. It also has the highest number of visitors compared to other conservation areas. The objective of this study was to determine whether the travel cost to Way Kambas, time cost, individual income, educational level and leisure excursions affect the number of visit to the Way Kambas National Park in East Lampung regency by using the travel cost method. The analytical tool used in this study is multiple linear regression using OLS, to estimate willingness to pay and travel expenses (Travel Cost Analysis) in calculating the benefits of Way Kambas National Park. The results showed that five variables affect the amount of tourism demand to the Way Kambas National Park. The variables are the cost of travel, time costs, individual income, education level and leisure time. Distribution of travel costs benefits consist of transportation costs (48.67%), accommodation costs (2.1%), the cost of consumption (27.6%), rentals (7.79%), admission fee (8.04% ) and documentation fee (5.81%). The study recommends that the Way Kambas National Park need to be developed in terms of the management as well as in optimizing its potential."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T31091
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aca Sugandhy
"ABSTRAK
Pelestarian dan pemanfaatan kekayaan hayati kawasan fungsi lindung diperlukan bagi keseimbangan Iingkungan dan keberlanjutan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara pengelolaannya adalah dengan penetapan Taman Nasional.
Indonesia adalah negara kepulauan yang dinilai mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) baik di ekosistem daratan maupun lautan. Potensi kaanekaragaman hayati tersebut termasuk yang ada di kawasan taman nasional sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan obat-obatan dan ekowisata (ecotourism). Segara bioregional Indonesia terbagi dalam tujuh biogeografik region yaitu bio-regional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Dalam Setiap bio-regional tersebut telah ditetapkan sejumlah taman nastonal.
Taman nasional adalah satu kawasan nasional yang ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Sebagai salah satu dari kawasan fungsi lindung yang merupakan subsistem dari suatu ruang wilayah mempunyal peran yang sangat strategis bagi pembangunan berkelanjutan.
Obyek penelitian adalah Taman Nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 yaitu kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dlkembangkan sebagal pariwisata alam; merupakan kawasan yang dapat dibagl ke dalam zona Inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lainnya.

ABSTRACT
The conservation and utilization of biodiversity in the preservation area are needed for the environmental balance and sustainable development to meet the basic need and society welfare. One of the management effort is to designate the national park.
Indonesia is an archipelagic country which has domain the most richness of the biodiversity resources (mega biodiversity country) not only in the terrestrial ecosystem but also in the marine environment. The biodiversity potential includes those in the national park, is not USBU yet in an optimal way not only in direct use but also in an indirect way for meeting the need such as foods, clothes, shelters, medicines and ecotorism. Indonesia bio-region consist of seven biogeography region l.e. bioregional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan lrian Jaya. In each bioregion consist of numbers of national park.
National park is a national area designated as an ecosystem and biodiversity conservation area. As one of the preservation area in a subsystem of the regional spatial structure it has a very strategic role for sustainable development.
As an object chosen for this study, a national park according to the Government of Indonesia Law Number 5 year 1990 is ah area which meet the criteria interalia as follows: appropriate size of land to maintain the sustainability of the natural ecological process; it has a unique and specific natural resources; it has one or more untouched ecosystem; it has an original natural conditions which are potential for developing the ecotourism. Internally national park area can be divided into various zone based on the function and it's structure of the ecosystem."
Depok: 2006
D720
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Anggraeni
"Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah yang berada di bagian selatan Pulau Sumatera. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan di kawasan tersebut belum banyak mengeksplorasi keragaman tumbuhan termasuk tumbuhan paku dan likofit. Tujuan penelitian yang telah dilakukan adalah mengetahui dan menjelaskan keragaman tumbuhan paku dan likofit di stasiun penelitian Way Canguk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stasiun Penelitian Way Canguk memiliki 60 jenis tumbuhan paku dan 4 jenis likofit. Keragaman tersebut didominasi oleh suku Polypodiaceae dan Pteridaceae. Kunci identifikasi dan deskripsi jenis disajikan.

Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP), is a lowland tropical forest lies in southtern part of Sumatra. There were few botanical research conducted in this area, which includes research on diversity of ferns and lycophytes. This research was conducted to describe diversity of ferns and lycophytes in Way Canguk Research Station. Specimens were collected from several accessible location. Sixty species of ferns and four species of lycophytes have been recorded during this research. Most of the specimens were dominated by species of Polypodiaceae and Pteridaceae. Identification key to species and species description are provided.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hernita Wahyuni
"Penelitian ini berangkat dari banyaknya konflik yang terjadi pada pengelolaan taman nasional. Manfaat taman nasional dalam menjalankan fungsinya sebagai kawasan konservasi adalah dapat dinikmati oleh semua orang, sehingga termasuk dalam kriteria pemanfaatan public goods. Namun, pada sisi lain dalam areal taman nasional juga memiliki potensi sumber daya alam lain yang bersifat komersil, seperti tambang, sumber air, pariwisata, dll., sehingga menarik minat pihak lain untuk memanfaatkannya maka terjadilah kompetisi; barang dengan kriteria ini termasuk common pool resources. Jadi berdasarkan hal tersebut maka taman nasional memiliki kriteria pemanfaatan ganda. Kriteria semacam ini, memicu terjadinya konflik. Wilayah kajian untuk penelitian ini adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), yang merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang menuai konflik pengelolaan paling banyak. Hal ini karena TNGHS terletak pada wilayah strategis yang melintasi 2 propinsi (Jawa Barat dan Banten) serta 3 kabupaten (Bogor, Sukabumi dan Lebak), disamping itu banyaknya potensi sumber daya alam yang dimilikinya (emas, geothermal, sumber air, dan wisata alam). Masalah pokok yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan interactive governance untuk menciptakan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan di TNGHS; serta bagaimana pengelolaan yang berkelanjutan dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat pengelolaan di TNGHS.
Kerangka teori yang digunakan adalah teori interactive governance (Kooiman, 2008) yang diintegrasikan dengan konsep sustainability (Bossel, 1999) dalam pengelolaan sebuah taman nasional untuk mewujudkan pengelolaan berkelanjutan (sustainable governance) dalam bentuk 'governance of governance' (Pieters, G.B., et.al, 2012). Pendekatan penelitian ini dilakukan melalui aplikasi action research berbasis Soft System Methodology (Checkland dan Scholes, 1990) dengan model siklus ganda (McKay dan Marshal, 2001).
Hasil dari penelitian ini secara teoritis menyebutkan bahwa sistem dan struktur dari penerapan aktivitas interactive governance di area taman nasional mengarah pada governability, dimana stakeholder sebagai aktor strategis dengan kepentingan beragam mempunyai tujuan dalam mengurangi konflik dalam bentuk networks, partnership dan bentuk interaksi negosiasi lainnya. Aktivitas interactive governance-nya sendiri mengalir dalam siklus konsep sustainability sehingga menghasilkan pengelolaan berkelanjutan (sustainable governance) di TNGHS dengan beberapa persyaratan fundamentalis yaitu : sistem eko-governmetalis pada manajemen kawasan, struktur komunitas regulatoris pada manajemen kelembagaan, dan pengelolaan demokratis rasional pada manajemen sumber daya alam.
Sistem ini diturunkan dalam beberapa aktivitas operasional yang dalam implementasinya menuntut beberapa perubahan yang menyangkut mekanisme dan regulasi yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan, struktur kelembagaan, termasuk perubahan metode, strategi dan teknik partisipatif para pihak yang terkait. Perubahan ini akan memberikan suatu cara untuk memfasilitasi, mengatur dan secara langsung meningkatkan kemampuan self-regulasi dari pihak pengelola dengan para pihak lainnya Perubahan ini diikuti dengan dengan kerjasama para pihak yang dilakukan dalam konteks partnership berbentuk kolaborasi dan kemitraan, dan hubungannya dilakukan dalam konteks networks governance berupa koordinasi, adaptasi dan pengendalian.

The background of this study is some conflicts that occur in the management of national park. Benefits of a national park and its function as one of conservation area that can be enjoyed by the society. This charachteristics of the national park, it can be called as public goods. However, a large about at natural resources that exists in the national park especially commercial natural resources, such as mining, water resources, tourism, etc., Many stakeholders attract to utilitize the resources in such a way that leads them into a competition. The later charachteristics sets the national parks as common pool resources. Based on these two features, the national park have a dual utilization charachteristics. Such atribute triggers some conflicts in its management. The object of this study is the Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP), one of the national parks in Indonesia which has the most conflict in its management. It is because GHSNP located in a strategic area across two provinces (West Java and Banten) and three districts (Bogor, Sukabumi and Lebak). In addition, high amount of the potential of its natural resources (gold, geothermal, water resources and nature) is the other reason that drive conflicts in GHNSP. The principal issues raised in this research is how the interactive governance is to create sustainable resources in GHSNP; and how the sustainable management is applied by stakeholders in the management of GHSNP.
The theoretical framework used in this study is interactive governance theory (Kooiman, 2008) which is integrated with the concept of sustainability (Bossel, 1999) in the management of a national park to achieve sustainable governance in the form of "governance of governance" (Pieters, GB, et. al, 2012). The approach conducted in this research is action research applications based on the Soft System Methodology (Checkland and Scholes, 1990) with a dual imperatives model (McKay and Marshall, 2001).
The results of this research as theoretically that the implementation of the interactive governance activities at the national park area is the systems and structures of leads to governability. There are many stakeholders as strategic actors with diverse interests have a goal to reducing conflict by networks, partnerships and the other forms of interaction negotiation. The interactive governance activities flow in a cycle sustainable concept, so it's produces sustainability governance at TNGHS. There are some fundamentalist requirements : the ecogovernmetalis system on area management, community and regulatory structure in institutional management, and the rational democratic management in the natural resources management.
Interactive governance derived in several operational activities, in which its implementation requires some changes regarding to the mechanism and regulation that is formed in the regulation, institutional structure, including changes in methods, strategies and participatory techniques of stakeholders. This change will provide a way to facilitate, regulate and enhance the ability of self-regulation of the manager. This changes was followed by the cooperation of the stakeholders in the partnership context formed in collaboration and partnership, also the relation in the context of networks governance in the form of coordination, adaptability and control.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2070
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Indrati Sedijoprapto
"Sumber Daya Alam (SDA) merupakan pendukung kelangsungan hidup kita masa kini dan yang akan datang. Salah satu SDA Hutan yang kini di kembangkan ialah Taman Nasional. Pada Taman Nasional terdapat fungsi lindung, sumber plasma nutfah, fungsi ilmiah, fungsi rekreasi, fungsi bina cinta alam dan ekosistem percontohan.
Hasil daripenelitian-penelitian maupun survei tentang Taman Nasional merupakan hal yang perlu sekali. Hasil penelitian tadi dapat merupakan masukan untuk pembinaan SDA kita demi kehidupan umat manusia. Laporan-laporan hasil survei dan penelitian Taman Nasional ini perlu ditata sehingga merupakan informasi yang diketahui, dijangkau, dimanfaatkan pada saatnya yang tepat dan disebarluaskan untuk keperluan selanjutnya. Masalahnya saat ini penyajian informasi tadi belum memadai.
Tulisan ini mempunyai hipotesis sebagai berikut:
a. bahwa banyak informasi dari hasil penelitian belum tersedia dan terjangkau oleh para peneliti.
b. bahwa informasi itu diperlukan.
Dari hasil penelitian yang diadakan:
Informasi yang tersedia di Taman Nasional-Taman Nasional rata-rata sebesar 25,6% dari seluruh penelitian yang pernah diadakan, sedang 74,4% lainnya tidak diketahui tempatnya.
Diketahui bahwa hasil survei dan penelitian tentang Taman Nasional-Taman Nasional sangat diperlukan oleh para peneliti untuk keperluan penelitian lebih lanjut. Maka perlu diadakan penataan dalam penyajian informasi tersebut, sehingga Informasi Taman Nasional tadi dapat diketahui keberadaannya, dapat dijangkau dan dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya dibutuhkan.
Langkah pertama yang harus dilakukan ialah memperoleh laporan hasil survei dan penelitian tentang Taman Nasional-Taman Nasional. Untuk memperolehnya dapat dilakukan dengan cara-cara:
Pertama : Menghubungi setiap Taman Nasional untuk mengetahui nama dan alamat peneliti yang meneliti di Taman Nasional tersebut.
Kedua : Menghubungi instansi yang memberi tugas penelitian untuk meminta laporan hasil penelitian tersebut.
Ketiga : Mengadakan kerja sama dengan instansi-instansi atau lembaga-lembaga pendidikan yang mengevaluasi penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Instansi atau lembaga pendidikan dapat menyerahkan satu copy laporan kepada "pusat informasi".
Keempat : Setelah laporan diperoleh, laporan diolah.
Langkah berikutnya ialah pengolahan yaitu: dengan menginventarisasinya, mengkatalogisasi, mengabastrak, membuat "review"nya dan akhirnya menerbitkan. Dengan adanya penerbitan, hasil olahan ini kemudian dapat disebarluaskan hingga informasi Taman Nasianal ini dapat diketahui dengan cepat.

Natural Resources are formed to support our present and future existence continuously. National Park is one of the forest natural resources which has been developed. It has numerous functions such as protection, germplasm resources, recreation, nature care and model for ecosystem.
Both survey and research results on National Parks are urgently needed. They become consumption of the development of Natural Resources for the sake of mankind.
These National Park survey and research reports have to be organized so that the information is accessible, useable and subsequently disseminated for future purposes.
At this very moment the problem is that the information is not adequately available. This thesis has the following hypotheses:
a) That information resulting from research activities are not available nor accessible to the researchers.
b) That these information are needed.
Based on this investigation it is concluded that:
· Only 25,6% of the information submitted is available, the remaining 74.4% can not be located.
· It is understood the survey and research reports on National Park are urgently needed for further activities. There for, it is necessary to organize the information, to be able to make them available whenever they are needed.
The first thing to be done is obtaining the survey and research reports on National Park. In order to obtain them:
First : Contact each National Park, to get the names and actresses of the scientists who made the investigation.
Second : Contact the agency in charge of the research project, to get the research reports.
Third : Set up cooperation with agencies or educational institutions which have assessed the performed research.
Forth : Process the reports received.
The following steps are: recording, cataloguing, abstracting, reviewing and finally publishing. As a result the publication can be disseminated to make people aware of the existence of the information on National Park.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Subagyo
"Sumatra merupakan habitat bagi tujuh spesies Felidae. Ancaman utama terhadap Felidae di Sumatra adalah hilangnya habitat dan perburuan liar. Data ekologi dan dukungan masyarakat sekitar merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan konservasi Felidae di dalam kawasan konservasi. Tujuan penelitian ini adalah mengumpulkan data ekologi dan mengetahui bagaimana dukungan masyarakat lokal terhadap konservasi Felidae di Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Data ekologi meliputi keanekaragaman spesies, kelimpahan relatif, distribusi, pola aktivitas, dan interaksi dikumpulkan dengan memasang perangkap kamera pada area seluas 480 km2 yang dibagi dalam tiga blok sampling. Untuk mengetahui bagaimana dukungan masyarakat lokal terhadap konservasi Felidae, dilakukan wawancara terstruktur terhadap 395 responden yang tinggal di 19 desa sekitar taman nasional. Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman spesies Felidae di TNWK lebih rendah dibandingkan dengan survei sebelumnya. Hanya empat spesies Felidae yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), macan dahan (Neofelis diardi), kucing batu (Pardofelis marmorota) dan kucing congkok (Prionailurus bengalensis). Dua spesies Felidae lainnya yaitu kucing emas (Pardofelis temincki) dan kucing dampak (Prionailurus planiceps) tidak ditemukan. Ekologi keempat spesies Felidae di taman nasional ini secara umum serupa dengan literatur dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Sumatra. Meskipun pengetahuan masyarakat tentang taman nasional dan Felidae tergolong rendah, namun mereka memiliki persepsi dan sikap yang positif terhadap konservasi Felidae. Data ekologi hasil penelitian ini merupakan masukan yang penting dalam pengelolaan Felidae di TNWK terutama dalam aspek perlindungan, monitoring, dan restorasi habitat. Agar dukungan masyarakat sekitar terhadap konservasi Felidae semakin baik, perlu upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang taman nasional dan Feliade melalui pendidikan konservasi, sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dengan mempertimbangkan karakteristik sosial, demografi, dan pengalaman interaksi mereka dengan taman nasional.

Sumatra is home to at least six species of wild felids. Habitat loss and poaching are the main threat to the wild felids in Sumatra. Management strategy based on solid information and local community support are important factors for the success of wild felids conservation. The purposes of this study are to collect ecological data and to reveal local communities support for wild felids conservation in the Way Kambas National Park (WKNP). Ecological data were collected by placing camera traps in an area of 480 km square which is divided into three blocks of sampling. Data of local communities support to wild felids conservation were collected using structured interviews to 395 respondents living in 19 villages around the park. The results showed that wild felids species diversity in this stydy is lower compared to those of previous surveys. Only four wild felids were found in this study i.e., sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae), clouded leopard (Neofelis diardi), marbled cat (Pardofelis marmorota) and leopard cat (Prionailurus bengalensis). Two other species i.e., golden cat (Pardofelis temincki) and flat-headed cat (Prionailurus planiceps) were not found. In general, ecology of the four species of wild felids in this park is in accordance with literature and several earlier studies in Sumatra. Despite the low level of local communitie’s knowledge both on the parks and wild felids, their perception and attitude towards wild felids conservation are positive. Ecological information resulted from this study serve as important input to develop the wild felids management plan especially in terms of species protection, monitoring and habitat restoration. To ehance the local community support toward wild felids conservation, it is essential to improve the level of local community knowledge towards national parks and wild felids conservation through conservation education, socialization, and community empowerment by considering social and demographic characteristics of the local people, including their experience in interacting with the park."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Gelgel Darma Putra Wirawan
"Walaupun usaha pelestarian alam telah meluas, namun masih terdapat perdebatan panjang apakah keberadaan kawasan konservasi, seperti Taman Nasional, berpengaruh terhadap pola penghidupan masyarakat pedesaan? Thesis ini bertujuan untuk menanggapi pertanyaan ini dengan melakukan pendugaan pengaruh penetapan Taman Nasional (TN) terhadap aktifitas perekonomian masyarakat pedesaan di Indonesia. Dua TN yaitu TN Gunung Ciremai (TNGC) dan TN Gunung Merapi (TNGM) terpilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki kesamaan karakteristik. Kedua TN tersebut berlokasi di Pulau Jawa dan ditetapkan pada tahun 2004.
Perkiraan terhadap dampak TN mengadopsi metode analisis pra-paska perlakuan-kontrol. Metode analisis ini menggunakan dua periode data crosssection, pendataan pertama pada tahun 2000 (empat tahun sebelum TN ditetapkan) dan pendataan kedua dilakukan pada tahun 2007 (tiga tahun setelah TN ditetapkan). Dua periode pendataan dilakukan terhadap group kontrol dan group yang mendapat perlakuan. Thesis ini membandingkan hasil pendugaan yang menggunakan metode OLS dan propensity-score-matching, dan menggunakan pendekatan common-support dalam pengitungan hasil regresi.
Hasil regresi akan menampilkan perkiraan dampak penetapan TN terhadap perekonomian rumah tangga pedesaan di sekitar TN. Kombinasi dari metode analisis Difference-in-Difference dan matching estimator menunjukkan bahwa penetapan TN tidak secara signifikan mempengaruhi pola perekonomian masyarakat lokal, termasuk pengeluaran untuk pangan dan non-pangan. TN juga tidak secara signifikan mempengaruhi kegiatan pertanian masyarakat. Menurunnya pengeluaran rumah tangga setelah penetapan TN kemungkinan disebabkan oleh pengaruh faktor lain, seperti tingginya pembelian input pertanian yang disebabkan oleh inflasi. Menurunnya pengeluaran rumah tangga akibat kehilangan akses ke sumberdaya alam yang terdapat dalam TN berhubungan terbalik dengan peningkatan income rumah tangga dari sektor non-pertanian dan pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan sumber daya manusia menggunakan indikator rata-rata jam kehadiran di sekolah dan sebuah binary variable apakah anak-anak belajar ataukah bekerja pada jam sekolah?
Pada akhirnya kami menyimpulkan bahwa aktivitas perekonomian masyarakat di sekitar kawasan konservasi tidak secara signifikan dipengaruhi oleh perubahan status kawasan menjadi kawasan konservasi. Walaupun penetapan kawasan konservasi pada umumnya memperkenalkan pembatasan akses masyarakat pada sumberdaya alam yang ada di dalamnya, pada kenyataannya pemangku kawasan tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk menerapkan aturan secara efektif. Selanjutnya, TN tetap memainkan peranan yang penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan bentang alam yang menguntungkan untuk kegiatan ecotourism, dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor non-pertanian. Thesis ini juga merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis efek jangka panjang dan efek yang lebih luas dari penetapan kawasan konservasi, khususnya TN.

Notwithstanding the widespread effort to conserve the nature, there is still a long debate as to whether conservation areas, such as National Parks, have an impact on rural livelihood. This paper aims to fill this gap by estimating the impact of National Park (NP) establishment on economic activities of rural households in Indonesia. Two NPs which are Gunung Ciremai NP (GCNP) and Gunung Merapi NP (GMNP) have been selected since both shared comparable characteristics. Those two NPs are located in Java Island and are established in 2004.
The estimation approach to examine the impact of NPs to rural economic activities adopted a pre-post treatment-control analysis design. This analysis utilized two periods cross-section data, the first was collected in 2000, four years prior to the NPs establishment, and the second was followed-up data collected in 2007, three years after the NP establishment, both for treatment and control groups. I compare the use of OLS regression and propensity score matching methods, and incorporate the role of 'common support.' These predictions provide an estimation of the impact of NPs establishment on rural economics.
A combination of Difference-in-Difference (DD) analysis and matching estimator shows that NPs establishment does not significantly affect expenditures of local households, both for food and non-food spending. Proximity to the NPs has insignificant impact on local farming activities. Lower total household?s expenditure in post-establishment period was probably caused by other factors such as higher spending on farming input through inflation, but still the changing was not considerably different. The risk for reduced households expenditures due to lose access to natural resources after the NPs establishment was inversely correlated with the household revenue from non-farm activities and human development. Human development was simply indicated by average hours of school attendance and a binary variable whether children are working during schooling period or not.
In general, we conclude that the current economic activities of local people at the edge of NPs are not significantly affected by NP establishment. Even though NPs establishment introduce strict rule to prohibit local people to enter and utilize resources in NPs, the NPs authorities do not have sufficient personnel and fund to implement the legislation. Furthermore, NPs play an important role to maintain biodiversity and landscape that are beneficial to ecotourism activities that in turn may improve the rural income from non-farming activities. This paper also suggests that further research is needed to examine the long term impact of NPs on adjacent household.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T39376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jatna Supriatna
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014
363.68 JAT b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jatna Supriatna
Jakara: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014
363.68 JAT b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>