Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkya Dian Maharani
"Skripsi ini merupakan sebuah telaah atas buku karya Jose Luiz Bermudez berjudul Thinking without Words. Manusia dalam kehidupan selalu menggunakan pikiran, kegiatan berpikir pun memiliki relevansi dengan bahasa. Namun, pada umumnya bahasa selalu dianggap sebagai sesuatu yang terdiri dari kata-kata yang menghasilkan kalimat. Hal itu merupakan pandangan ilmu linguistik terhadap bahasa. Maka, berpikir secara nonlinguistik berusaha untuk membuktikan bahwa bahasa tak hanya terlingkup oleh kata-kata dan pikiran adalah hal yang sebenarnya ?melampaui? pengetahuan terhadap kata-kata.

This undergraduate thesis is a analysis of Thinking without Words by Jose Luiz Bermudez. In life, human always use thinking, that thinking as relevance activity with language. But, in common, there assume for language as a thing consist by words and producing sentence. That is point of view by linguistic. Therefore, nonlinguistic thought have different point to understand language. Thinking on a Nonlinguistic proves that language not just words zone and thinking is something beyond knowlwdge of words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1629
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Davis, Hayley C.
Richmond: Curzon, 2001
410 DAV w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jossy Darman
"Ihwal tema-rema telah diteliti oleh banyak ahli bahasa, baik untuk bahasa Jerman maupun untuk sejumlah bahasa lain. Struktur tema-rema menarik perhatian para ahli ilmu bahasa karena analisis struktur kalimat secara tradisional kurang memuaskan. Yang dimaksud dengan analisis kalimat secara tradisional ialah pembagian kalimat dalam subjek dan predikat, atau subjek, predikat, dan objek. Istilah subjek, predikat, objek adalah istilah formal atau gramatikal. Bila masih ada keraguan di antara ahli bahasa akan tepatnya menerapkan kategori gramatikal tersebut pada bahasa secara universal, ujaran dalam semua bahasa dapat dipandang secara universal dari segi fungsional atau komunikatifnya, yaitu pengujar memberi keterangan (rema) tentang sesuatu (tema). Ujaran atau secara formal kalimat di bawah ini memiliki persamaan. Pengujar membubuhi keterangan kepada Ani (1.1) dan kepada mobil (1.2).
(1.1) Ani Mama sayang!
(1.2) Mobil itu menabrak sebuah pohon.
Dalam (1.1) seorang anak (2-3 thn) sebagai pengujar yang bernama Ani memberi keterangan tentang dirinya sendiri, yaitu bahwa ibunya harus menyayanginya. Dalam (1.2) pengujar berceritera tentang mobil yang menabrak pohon.
Pada hakikatnya bahasa adalah ciri khas manusia yang digunakan untuk berkomunikasi. Desco dan Szepe (1974:81) berpendapat bahwa topik-komen termasuk sistem semiotis yang universal. la menulis:
'topic-comment' is a substantive universal of semiotical order, i.e. covers an area where language falls into the same class with zoo-semiotical systems ...
Mirip dengan pendapat Desco dan Szepe, Lutz (1981:8) menulis: Jeder Aeusserung - in anscheinend jeder Sprache der Welt - liegt eine Thema-Rhema-Struktur zugrunde.
Istilah topic-comment digunakan sebagai padanan kata untuk tema-rema, tetapi ada juga ahli bahasa yang membedakan kedua dikotomi tersebut.
Dengan meneliti struktur tema-rema yang ada dalam tiap ujaran kita meneliti bahasa dalam fungsi dasarnya, yaitu sebagai alat komunikasi. Meskipun secara umum diakui bahwa semua bahasa memiliki struktur tema-rema, realisasinya dalam ujaran berbeda. Untuk mengetahui seluk beluk struktur tema-rema suatu bahasa, perlu diteliti mekanisme apa yang terkandung dalam struktur tema-rema. Dua ujaran berikut ini mengandung kata-kata dengan bentuk dan makna yang sama, namun maksud komunikatif pengujarnya dalam kedua ujaran di bawah ini berbeda.
(1.3) Amir ialah anak terpintar di kelas V.
(1.4) Anak terpintar di kelas V ialah Amir.
Dengan (1.3) pengujar membicarakan Amir dan dengan demikian Amir menjadi titik tolak ujarannya atau tema, dan ialah anak terpintar di kelas V ialah informasi yang diberikan pengujar tentang Amir. Dengan (1.4) pengujar membicarakan anak terpintar di kelas V. Bagian ujaran itu menjadi titik tolak ujaran atau tema, dan Amir merupakan penjelasan yang diberikan pengujarnya tentang tema. Jadi, bergantung pada sudut pandangan pengujar apakah Amir atau anak terpintar di kelas V yang menjadi titik tolak ujarannya. Pengujar cenderung memilih sebagai tema sesuatu yang diketahui atau dikenal pendengar. Dikenal tidaknya tema bergantung pada konteks bahasa dan situasi. Ujaran tidak bersifat mekanis, artinya tiap ujaran harus dilihat dalam konteks bahasa dan situasi. Bila Amir telah disebut sebelumnya pengujar lebih cenderung memilih Amir daripada anak terpintar di kelas V sebagai tema. Situasi juga penting. Misalnya, bila pada upacara tertentu kepala sekolah memberi hadiah kepada anak terpintar dari tiap kelas, maka pengujar mengambil tema anak terpintar di kelas V."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Theresia
"Penelitian ini mengkaji tema utama dan tema tambahan yang terkandung di dalam novel Malhaneun Dol karya Moon Soon Tae melalui gagasan-gagasan yang ada di dalam novel ini. Malhaneun Dol penting untuk diteliti karena mampu menggambarkan suasana masyarakat desa pada saat Perang Korea dan akibat yang terjadi setelahnya. Metode yang digunakan adalah close reading atau membaca dekat yaitu dengan membaca tekun suatu karya untuk menelitinya lebih lanjut. Dengan latar belakang yang juga penulis pertimbangkan, dapat ditemukan bahwa tema utama dalam novel ini adalah balas dendam yang sia-sia. Tema tambahan dalam novel ini adalah suasana sosial perang, keadaan psikologis perang dan penghormatan kepada orang tua.

The research is focused on a study of main theme and supporting theme in the Malhaneun Dol novel written by Moon Soon Tae through its supporting ideas. Malhaneun Dol is important to be researched because this novel can describe the villagers’ atmosphere at Korean War and the time after that. The research method that applied in this thesis is close reading that we have to read a work to understand it more deeply. Historical background is considered and we can find that the main theme of the novel is a shameful revenge. The supporting themes are social atmosphere and psychological state at war, and filial piety."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfika Wijayanti
"Sesuai dengan pedoman yang tercantum pada Kurikulum 2004, pengajaran kemahiran menulis Bahasa Inggris di SMA di Indonesia dilakukan dengan menggunakan ancangan genre. Ancangan genre adalah ancangan pengajaran kemahiran menulis yang berfokus pada penulisan teks yang berterima dalam konteks sosial-budaya. Namun, pengajaran kemahiran menulis yang menggunakan ancangan ini mengabaikan proses revisi yang dibutuhkan pada pembuatan suatu tulisan, sehingga tulisan yang dibuat siswa belum baik. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan memadukan penggunaan ancangan genre dengan ancangan proses. Ancangan proses adalah ancangan pengajaran kemahiran menulis yang banyak memberikan perhatian pada proses revisi yang dibutuhkan dalam pembuatan suatu tulisan.
Penelitian ini mengambil kelebihan-kelebihan yang dimiliki ancangan proses dan ancangan genre serta menggunakannya pada pengajaran kemahiran menulis teks genre naratif, eksposisi analitis, dan laporan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa pada ketiga teks genre tersebut. Penelitian dilakukan pada 32 orang siswa kelas XI yang di setiap akhir sesi pengajaran satu genre teks diberikan kuesioner untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai keefektifan penggunaan ancangan proses genre pada pemelajaran menulis genre teks. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis buram pertama yang ditulis siswa, buram ketiga yang ditulis siswa, dan hasil uji kuesioner mengenai pendapat siswa tentang keefektifan penggunaan ancangan proses genre.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan ancangan proses genre dapat meningkatkan rerata nilai tulisan pada tiap genre yang diajarkan dan siswa mengganggap penggunaan ancangan proses genre efektif untuk membantu pemelajaran menulis.

In congruence with the guidelines of the 2004 curriculum, the teaching of English writing skills in high schools throughout Indonesia uses the genre approach. The genre approach is a way to teach writing skills which concentrates on the writing of texts that are in accordance with the sociocultural context of the society. However, the teaching of writing skills using this approach ignores the revision process that is crucial when writing, thus making the result unsatisfactory. One method to surmount this matter is to integrate the genre approach with the process approach. The process approach is a method to teach writing that pays attention to the revision process which is fundamental towards the creation of fine writing.
This thesis employs the advantages of both the process and genre approaches and applies the process genre approach towards the teaching of narrative text, analytical exposition, and report, which is ultimately aimed at improving the writing proficiency of students. The subjects of this study were 32 year-11 students. They were given questionnaires at the end of every writing session. The questionnaires are used to gather the students? opinion about the effectiveness of using the process genre approach in the study of writing. Data analysis in this study is done by examining the outcome of the students? first and third drafts, as well as the questionnaires.
The findings show that the use of the process genre approach in teaching writing can significantly increase the students? average scores of every writing genre. Moreover, the students consider this practice effective in assisting to write narrative text, analytical exposition, and report."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T26648
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Muta`ali
Idea Press, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Waridin
"Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran pemakaian ungkapan fatis dalam acara temu wicara televisi. Telaah tentang ungkapan fatis dalam acara temu wicara televise termasuk ke dalam bidang kajian analisis wacana dan pragmatik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif hanya digunakan sebagai pendukung dalam mengenalisis data, misalnya untuk menentukan persentase sampel penelitian dan menghitung frekuensi penggunaan ungkapan fatis.
Acara temu wicara yang dijadikan sumber data adalah News Dot Com yang ditayangkan oleh Metro TV tanggal 18 Maret dan 25 Maret 2007, Empat Mata yang ditayangkan oleh Trans7 tanggal 15 Maret dan 20 Maret 2007, Ceriwis yang ditayangkan Trans TV tanggal 27 Februari dan 10 Maret 2007, dan Kick Andy yang ditayangkan oleh Metro TV tanggal 22 Maret dan 29 Maret 2007. Total waktu acara adalah 361,6 menit atau 6,03 jam. Dari delapan episode acara temu wicara televisi yang dijadikan sumber data ditemukan 1012 ungkapan fatis. Data yang diambil sebagai sampel berjumlah 282 ungkapan fatis atau 27,8% dari 1012 populasi.
Terdapat ungkapan fatis yang sudah tercatat oleh peneliti terdahulu dan ungkapan fatis yang belum tercatat oleh peneliti terdahulu. Jenis kata dan partikel fatis yang sudah tercatat peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah ya, sih, dong, kok, nah, kan, deh, lho, -lah, ah, halo, toh, dan yah. Jenis kata fatis yang belum tercatat peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah oke, aja, em, baik, gitu, bentar, eh, amin, nih, hai, mah, lha, tahu, wong, alah, dan bo. Kata fatis yang cenderung digunakan dalam acara temu wicara televisi adalah kata fatis ya dengan frekuensi pemakaian 72 kali.
Frase fatis yang sudah tercatat oleh peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah terima kasih, selamat datang, dan selamat malam. Frase fatis yang belum tercatat oleh peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah apa kabar, betul sekali, bukan begitu, dan ya sudah. Frase fatis yang cenderung dipakai dalam acara temu wicara televisi adalah terima kasih/thanks dengan frekuensi pemakaian tiga belas kali. Kalimat fatis yang ditemukan dalam korpus data adalah kalimat fatis yang berfungsi menjaga keharmonisan/mempertahankan komunikasi dengan frekuensi dua kali, tanda meminta persetujuan kepada kawan bicara frekuensi penggunaannya dua kali, dan untuk mengakhiri pembicaraan frekuensi penggunaannya dua kali. Terdapat kalimat fatis yang digunakan secara terbatas pada acara tertentu.
Tiga jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Empat Mata mencakupi fungsi (1) mengalihkan perhatian pembicaraan, (2) membuka atau memulai kontak dengan kawan bicara, dan (3) mempertahankan kontak pembicaraan dengan kawan bicara. Tiga jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara News Dot Com mencakupi fungsi (1) memutus sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan, (2) mengakhiri pembicaraan, dan (3) membuka kontak atau memulai pembicaraan. Dua jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Ceriwis adalah (1) memutus sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan, (2) membuka kontak atau memulai pembicaraan. Jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Kick Andy adalah fungsi mengakhiri sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan.

This research is generally aimed at collecting description of phatic expressions employed during television talk shows. This study is concerned with the realm of pragmatic and discourse analysis. Qualitative and quantitative methods constitute mainly in this study, with the latter providing ground on which data analysis is used to measure percentage of research sample and calculate frequency of phatic expression uses.
The talk shows from which the data were gathered are News Dot Com by Metro TV on March 18th and 25th 2007, Empat Mata by Trans7 on March 15th and 20th 2007, Ceriwis by Trans TV on February 27th and March 10th 2007, and Kick Andy by Metro TV on March 22th and 29th 2007. The total time consumed by the combined talk shows on TV is on average 361,6 minutes or 6,03 hours. Of the eight episodes of the talk shows contrributing to the data source, 1012 phatic expressions were found, of which 282 of them were used as samples, or approximately 27,8% were used as samples.
Among the phatic expression samples that have been gathered, some of them have been previously recorded by the writer, forming the corpus data for his own research, while some have not. The phatic expression samples are in the form of word, phrase, and sentence. The recorded phatic words found while conducting this research are ya, sih, dong, kok, nah, kan, deh, lho, -lah, ah, halo, toh, and yah. The unrecorded phatic word samples that turned up during this study include oke, aja, em, baik, gitu, bentar, eh, amin, nih, hai, mah, lha, tahu, wong, alah, and bo. The most frequent phatic word that appeared on the TV talk shows, reaching up to the frequency of 72 times appearance is ya. Than, the phatic phrase samples.
The recorded phatic phrases that tuned up during the research are terima kasih, selamat datang, and selamat malam, while the unrecorded ones include apa kabar, betul sekali, bukan begitu, and ya sudah. The most frequent phatic phrase with thirteen times occurrence is terima kasih/thanks. Last of all, the phatic sentences. They served different purposes, which were found during the research. One that served to maintain communication flow appeared twice, another that requested consent from interlocuters appeared twice, and the other that functioned to end a conversation appeared twice. Further functions of phatic sentences have been found in relation to TV talk shows they are angaged in.
In Empat Mata the functions of phatic sentences include (1) diverting a mainstream talk, (2) starting a discussion, and (3) maintaining interest in a chat with interlocuters. In News Dot Com phatic sentences function to (1) temporarily cut off a conversation flow while at the same time maintaining it from the loss, (2) end a talk, and (3) to start or open a new talk. In Ceriwis phatic sentences serve to (1) temporarily cut off a conversation flow while at the same time saving it from the loss, and (2) to start a new discussion. In Kick Andy phatic sentences have a sole function which is to cut off a conversation flow temporarily while at the same time keeping it from the loss.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T22761
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Muta`ali
Arabic Teachers Assosiation of Indonesia, 2011
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto Widodo
"ABSTRAK
Penelitian tentang Peribahasa Jawa dalam cerpen-cerpen Jawa saat ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para pengarang cerpen Jawa memanfaatkan paribahasa Jawa untuk memikat perhatian
pembacanya.
Data pene1itian ada1ah peribahasa Jawa yang diambi1 dari buku karangan S. Padmosoekotjo berjudul Ngéngréngan Kasusastran jawa jilid I dan II. Data juga diambi1 dari cerpen-cerpen berbahasa Jawa yang dimuat da1am maja1ah berbahasa Jawa Panjebar Semangat.
Dengan menggunakan metode deduksi, ditemukan bahwa peribahasa-peribahasa Jawa yang me1iputi paribasan, bebasan, saloka, sanepa isbat, pepindhan dan panyandra masih banyak muncul dalam
cerpan-cerpén Jawa saat ini. Kemunculan peribahasa-peribahasa Jawa ini da1am carpen-cerpen Jawa saat ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oieh para pengarang cerpen Jawa untuk manarik perhatian
pembaca. Pemanfaatan per1bahasa-peribahasa Jawa ini untuk menarik perhatian pembaca, o1eh para pengarang ditampilkan sebagai judul cerpen, untuk merangkum paparan sebe1umnya dan juga untuk
memperje1as gambaran atau pelukisan suasana yang ingin disampaikannya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lindawati
"Dalam suatu bahasa, ujaran tanya jawab menduduki fungsi yang sangat penting. Dalam pertuturan sehari-hari, seperti di kelas, di ruang sidang, atau di tempat-tempat umum, peristiwa komunikasi sering terjadi dalam bentuk tanya jawab. Pandangan ini merupakan hal yang universal pada bahasa di dunia. Akan tetapi, Cara mengungkapkan pertanyaan atau jawaban berbeda pada satu bahasa dengan bahasa yang lainnya.
Ujaran jawaban merupakan suatu cara untuk merespon pertanyaan dalam bentuk verbal. Di samping dengan cara verbal, sebuah pertanyaan dapat juga direspons dengan gerakan tubuh, seperti mengangguk, menggeleng, dan mengangkat bahu.
Dalam bahasa Indonesia, pemakaian ujaran tanya tidak hanya digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui atau sesuatu yang tidak pasti, tetapi sering juga digunakan sebagai ujaran untuk memerintah, mengajak, dan meyakinkan seseorang.
Pentingnya masalah tanya jawab dalam suatu bahasa terlihat dari kajian kebahasaan yang sering membicarakan masalah tanya jawab Goffman <1981:.5>, menyatakan bahwa orang berkomunikasi sehari-hari pada umumnya terjadi dalam bentuk tanya jawab. Tanya jawab merupakan ujaran yang terjadi pada waktu yang berbeda, tetapi dalam satu rangkaian yang tidak terputus. Isi dari suatu pertanyaan bergantung pada apa yang dibicarakan, sedangkan isi jawaban tergantung pada pertanyaan yang mendahuluinya.
Di samping itu, Goffman juga menjelaskan bahwa dalam percakapan paling sedikit terdapat sepasang ujaran, yaitu ujaran pertanyaan dan jawaban yang diujarkan oleb dua orang dalam waktu relatif berbeda. Bagian pertama disebut dengan ujaran pertanyaan dan bagian yang diujarkan setelah pertanyaan disebut dengan ujaran jawaban. Isi atau makna dari pertanyaan ataupun jawaban sangat tergantung pada makna kata yang membentuk pertanyaan atau, jawaban itu.
Dalam Bahasa Indonesia, masalah tanya jawab juga sudah mendapat perhatian dari peneliti. Kridalaksana (1985.78), menjelaskan bahwa jawaban mempunyai hubungan yang bersifat menggantikan sesuatu yang tidak diketahui penanya atau mengukuhkan apa yang diketahui penanya. Apa yang diketahui dan apa yang ingin diketahui disebutnya anteseden. Anteseden ini selamanya berada di luar pertanyaan, dan baru diketahui setelah adanya jawaban?."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>