Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wardatul Hikmah
"Skripsi ini membahas tentang Kamikaze, taktik perang khusus yang diorganisir AL Jepang pada akhir Perang Pasifik, dan kemudian diterapkan juga oleh AD Jepang. Dalam taktik ini, pesawat-pesawat Jepang yang dimuati bom dengan sengaja menabrak kapal-kapal Sekutu. Tidak ada kemungkinan selamat bagi pilot yang melakukannya. Taktik ini juga dikenal sebagai taktik bunuh diri. Pemerintah militer Jepang melakukan sejumlah propaganda untuk mendapatkan lebih banyak pilot Kamikaze. Diketahui bahwa para pemuda Jepang mau menjadi pilot Kamikaze lebih untuk kepentingan dirinya dulu, barulah untuk kepentingan negaranya. Metode pengumpulan data skripsi ini ialah kualitatif, dan skripsi ini ditulis dengan pendekatan deskriptif analisis historis.

This thesis tells about Kamikaze, the special war tactics that was organized by Japanese Navy at the end of Pacific War, and also applied by Japanese Army later. In this tactics, Japanese planes that were filled by bomb deliberately crashing into Allied ships. There was no survival chance for the pilots of those planes. This tactics was also known as suicide tactics. Japanese military government did some propagandas in gaining more Kamikaze pilots. It is known that Japanese youth wanted to be Kamikaze pilots for their own sake first, and then for its country sake. The data in this thesis were collected by qualitative method, and written from historic analytical descriptive approachment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42119
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cindar Dianisya
"ABSTRAK
Keadaan negara Jepang yang terdesak karena serangan dari Amerika pada Perang Dunia II, membuat Jepang terpaksa melaksanakan strategi terakhirnya, yaitu serangan dengan Kamikaze. Tidak adanya regenerasi dari pilot Kamikaze yang sudah gugur, memaksa pihak militer Jepang untuk membuat ideologi-ideologi agar bisa mendoktrin para pemuda Jepang untuk mau menjadi pilot Kamikaze. Segala cara dilakukan pihak militer demi menyukseskan perekrutan pilot Kamikaze, seperti dengan cara memanfaatkan propaganda pada ideology, sistem pendidikan, dan menggunakan media-media yang ada di Jepang untuk menyebarkan ideologi mereka mengenai serangan dengan Kamikaze.

ABSTRACT
The situation of the Japanese state which was pressed due to attacks from America in World War II, made Japan forced to carry out its final strategy, an attack with Kamikaze. The absence of regeneration from the fallen Kamikaze pilot forced the Japanese military to make ideologies in order to indoctrinated Japanese youth to became Kamikaze pilots. All methods were carried out by the military to succeed in recruiting Kamikaze pilots, such as using propaganda on ideology, the education system, and media in Japan to spread their ideology about attacks with Kamikaze.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Mossadeq Bahri
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi
"Studi pustaka mengenai keberadaan Kengyaonooke dalam masyarakat tani di Jepang masa setelah Perang dunia ke-2, telah dilakukan sejak bulan Oktober 1991. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang struktur masyarakat pertanian modern Jepang. Pengumpulan data, untuk mencapai tujuan penulisan, dilakukan melalui metode kepustakaan dengan jalan menelusuri referensi-referensi yang terkait dengan tema permasalahan. Sedangkan teori yang dipakai sebagai kerangka pemikiran adalah teori yang dikemukakan oleh Tadashi Fukutake. Hasil studi pustaka ini menunjukkan bahwa ciri utama dari masyarakat pertanian modern Jepang adalah kengyaonooka. Kengyaonooke adalah usaha tani yang dikerjakan secara paruh waktu, dimana satu orang atau lebih dari anggota keluarga petani mempunyai pekerjaan non-pertanian. Kengyconooka dalam perkembangannya mengalami pembagian kategori; kategori pertama, daiisshukengyoonooka, mempunyai pendapatan pokok dari sektor pertanian, dan kategori kedua, dainishukengyoonnoka, mempunyai pendapatan pokok dari sektor non-pertanian. Pesatnya perkembangan industri dan meningkat_nya permintaan akan tenaga kerja membuat jumlah dainishu-kengyoonooka melebihi jumlah daiisshukengyoonooka. Dainishukengyoonooka, yang merupakan bentuk usaha tani paruh waktu yang lebih menitik-beratkan pada pendapatan non-_pertanian, ternyata tetap mempertahankan lahan pertaniannya. Bahkan pertanian di Jepang tidak akan hilang selama orang Jepang masih menganggap pertanian sebagai bekal hidup di masa pensiun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Susanti
"Orang Korea yang tinggal di Jepang saat ini, sebagian besar adalah keturunan orang Korea yang datang ke Jepang pada saat penjajahan Jepang di Korea. Dalam bahasa Jepang mereka disebut Zainichi yang berarti ada (tinggal) di Jepang. Orang Korea melalui pengalaman historis penjajahan Jepang mengalami penderitaan termasuk diskriminasi, kemudian generasi mudanya mulai berbaur dengan masyarakat Jepang dan mereka mempunyai keinginan untuk terus tinggal di Jepang. Hal ini membuat identitas orang Korea menarik untuk dibahas, apakah masih sebagai orang Korea atau orang Jepang, atau tidak keduaya.
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang identitas orang Korea yang majemuk. Untuk mendapatkan gambaran identitas orang Korea yang majemuk, skripsi ini menggunakan studi kasus pengalaman hidup tiga orang Korea generasi ketiga yang lahir dan dibesarkan di Jepang.
Skripsi ini menggunakan teori Stuart Hall yang melihat individu memiliki berbagai macam identitas (lebih dari satu) dalam berhubungan dengan dunia sosial yang berbeda yang ditinggali. Dari pengalaman hidup ketiga orang Korea, didapatkan bahwa mereka akan memposisikan dirinya sebagai orang Jepang jika berada dalam lingkungan masyarakat Jepang dan pada saat-saat tertentu mereka akan mengambil identitas sebagai orang Korea, misalnya dalam kehidupan keluarga, keikutsertaan dalam organisasi yang berhubungan dengan Korea, dan lain-lain. Jadi dalam kehidupannya mereka mengambil identitas yang berbeda pada waktu yang berbeda.
Dalam kemajemukan identitas, ketiga orang Korea yang dibahas (Lee Jae-Soo, Tokumizu Mitsuo, dan Yu Hwa-Mi) memiliki kecenderungan yang berbeda. Lee Jae-Soo lebih merasa sebagai orang Korea Utara (Zainichi Chousenjin), Tokumizu Mitsuo lebih merasa sebagai orang Jepang, dan Yu Hwa-Mi lebih merasa sebagai orang Korea (kelompok etnis) yang tinggal di Jepang, Zainichi Korian (tidak sebagai orang Korea Utara atau Korea Selatan, dan juga tidak sebagai orang Jepang). Dalam hal ini orang Korea memiliki identitas sebagai orang Jepang, Zainichi Chousenjin (orang Korea Utara), Zainichi Kankokujin (orang Korea Selatan), dan Zainichi Korian (mengacu pada Korea sebagai kelompok etnis di Jepang). Pemuda Korea yang menamakan dirinya Zainichi Korian merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan identitas mereka sebagai kelompok etnis di Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ben Haryo Himawanto
"Tesis ini membahas mengenai kesetiaan warganegara Amerika keturunan Jepang (juga dikenal sebagai Japanese American) selama Perang Dunia Ke II. Pada saat terjadinya Perang Dunia II, Pemerintah Amerika sedang berperang dengan Kekaisaran Jepang. Fakta sejarah menunjukkan bahwa selama peperangan tersebut berlangsung, tidak ada warganegara Amerika keturunan Jepang yang terbukti di pengadilan telah melakukan pengkhianatan terhadap negara Amerika (Bailey 1978:27). Bahkan, Nisei Battalion, yaitu batalion tentara Amerika yang seluruhnya terdiri atas prajurit keturunan Jepang, bertempur secara berani di pihak Amerika, dan menjadi batalion yang paling banyak menerima tanda jasa dari pemerintah Amerika selama Perang Dunia Ke II. Padahal, di masa Perang Dunia Ke II berlangsung, pemerintah Amerika menginternir ratusan ribu warga Japanese American di kamp-kamp interniraa Dan kondisi masyarakat Amerika di masa itu masih sangat diskriminatif terhadap kaum imigran kulit berwama, termasuk para keturunan Jepang.
Sucheng Chan (1991: xis) mengatakan bahwa para imigran dari Asia membuat mekanisme survival untuk dapat mempertahankan hidup di Amerika. Untuk dapat menyesuaikan dengan masyarakat Amerika, mereka harus berusaha untuk berasimilasi kedalam masyarakat Amerika yang pada masa itu didominasi oleh golongan WASP (White Anglo Saxon Protestant). Jika dilihat dari teori asimilasi Milton M. Gordon, mama kaum kulit berwarna ini di masa itu tidak akan bisa terasimilasi secara sepenuhnya kedalam masyarakat Amerika, karena tatanan masyarakat di masa itu tidak memungkinkan asimilasi secara menyeluruh.
Dengan menggunakan metode perpustakaan, yaitu dengan meneliti fakta-fakta sejarah yang ada, make penulis berkesimpulan bahwa kesetiaan yang ditunjukkan oleh warganegara Amerika keturunan Jepang (juga dikenal dengan istilah Japanese American) di waktu itu adalah salah satu contoh dari mekanisme untuk survival sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Chan diatas. Tekad ini, diwujudkan dalam usaha mereka untuk berasimilasi dengan masyarakat Amerika, yaitu dengan cara menjadi orang Amerika yang setia. Hal ini misalnya tercermin dalam pemyataan James Sakumoto, salah satu ketua JACL (Japanese American Citizens League) , bahwa kaum Nisei (warganegara Amerika Serikat keturunan Jepang generasi ke dua) harus berusaha untuk "make their contribution to the greatness of American life". (Takaki 1989:223). Mengingat tatanan masyarakat di masa itu yang tidak memungkinkan mereka untuk terasimilasi secara sepenuhnya, maka menurut penulis, bukan proses asimilasinya itu sendiri yang menyebabkan mereka bersetia kepada pemerintah Amerika. Yang terjadi adalah justru sebaliknya, bahwa kesetiaan yang mereka tunjukkan adalah bagian dari usaha mereka untuk berasimilasi dengan masyarakat Amerika, sebagai sebuah mekanisme survival yang mereka tempuh demi melestarikan kelangsungan hidup mereka di tanah Amerika.

This thesis investigates the loyalty of the Japanese-Americans during World War II, where the American Government is at war with the Empire of Japan. It is established as a historical fact that no Japanese-American was ever proven to be guilty of treason against the United States of America (Bailey 1978:27). In fact, the Nisei Battalion, a Battalion of US Soldiers which were composed entirely of Japanese-Americans, fought bravely at the side of the US, and went on to be the most decorated combat unit during World War II. Ironically, at the same time during World War II, the American Government interned hundreds of thousands of Japanese-Americans in concentration camps. And the American (WASP) society at that time behaves in a very discriminatory manner towards the colored minority, including the Japanese Americans.
Sucheng Chan (1991:xiv) said that the Asian immigrants who chose to stay in the USA had to fashion their own mechanism to ensure their own survival. To be accepted by the Americans, they must make a strong effort to be assimilated into the American society, which, at that time, are still dominated by the WASP community. However, if we use Milton M. Gordon's theories of assimilation in American life, we can conclude that the conditions of those days does not permit the colored minority to be fully assimilated into the American society.
By using the qualitative method, which is done by analyzing existing historical facts in the library, this writer concludes that the loyalty of the Japanese Americans at that time can be considered as one of the mechanism of survival as stated by Sucheng Chan. They tried hard to be accepted into the American society by showing their efforts to be recognized as loyal American citizens. These efforts can be seen from the statements of James Sakumoto, one of JACL (Japanese American Citizens League) leader at that time, that the Nisei (second generation American citizens) must strive to "make their contribution to the greatness of American life". (Takaki 1989:223). Therefore, This writer also concludes that it is not the process of assimilation itself which caused the Japanese-Americans to become loyal to the US government, but the loyalty that the Japanese-Americans were showing was a part of their efforts to become assimilated into the American society, and thus to ensure their survival in American soil.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T12061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Christy
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ILO mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan perburuhan di Jepang sebelum Perang Dunia II. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan sumber-sumber data sekunder. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah deskritif analitis. Dalam penulisannya, penelitian ini menggunakan pendekatan sinkronis yang tidak selalu berdasarkan kronologi waktu.
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mulai dari periode Meiji hingga awal periode Showa, sebelum Jepang mengambil peran dalam Perang Dunia II (1939-1945). Tepatnya dimulai sejak tahun 1868 hingga 1941, sebelum Perang Pasifik (1941-1945). Walaupun ILO sendiri baru resmi berdiri pada tahun 1919 setelah Perang Dunia I, namun sangatlah penting untuk terlebih dahulu melihat keadaan perburuhan di Jepang sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Dengan demikian dapat diketahui apakah ILO mempunyai pengaruh positif dalam perkembangan perburuhan di Jepang.
Dapat disimpulkan berdasarkan uraian dan analisa dalam penelitian ini bahwa keberadaan ILO turut memberikan pengaruh terhadap perkembangan positif perburuhan di Jepang sebelum Perang Dunia II. Dengan wakil buruh Jepang untuk konferensi ILO yang dipilh dari serikat-serikat buruh, pemerintah Jepang sudah mengakui keberadaan serikat-serikat buruh yang sebelumnya selalu ia represi. Selain itu, sesuai dengan konvensi ILO, pemerintah juga mulai meratifikasi legislasi-legislasi yang berhubungan dengan perburuhan serta menata administrasi perburuhan sehingga menjadi lebih terstruktur dan efisien. Hal ini turut membantu pemerintah dalam menekan radikalisme buruh. Lambat laun pemerintah Jepang mulai mentoleransi kepentingan para buruh dan menyadari bahwa perbaikan keadaan buruh pada akhirnya demi kemajuan perekonomian.

The objective of this study is to ascertain whether if the International Labor Organization (ILO) contributed a positive influence in Japan's labor development before World War II. This is a literature study, based on secondary data sources. The study's method is analytical descriptive. Furthermore, this study is using a synchronic approach which is not always based on a time chronology.
The scope of this study starts from the Meiji period until the early period of Showa, before Japan played a part in World War II (1939-1945). The precise date starts from year 1868 until 1941, before Pacific War (1941-1945). Although the ILO itself only had been founded in 1919, after World War I, it is very important to begin with studying the labor condition prior to 1919 as a comparative component. Therefore, the influence of ILO to the Japan's labor development could be assess.
Based on the description and analysis in this study, it could be concluded that the ILO existence had an influence to the positive development of labor in prewar Japan. With the labor representative for ILO conference chosen from trade unions, the Japanese government had acknowledged the existence of trade unions whom before were repressed. Moreover, in accordance to the ILO convention, the government also ratified the labor legislations and made a structured and efficient labor administration. In doing so the government could contain the labor's radicalism to a minimum. Slowly the Japanese government could tolerate the labor's concern and realized that improving the labor's condition would eventually benefit the economy and the nations interest"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13537
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal
"Karayuki-san adalah sebutan bagi wanita Jepang yang bekerja di luar Jepang, yaitu di Siberia, Manchuria, Cina, Amerika, dan terutama di Asia Tenggara, sebutan ini mulai popular pada sekitar zaman Meiji (1868-1912) sampai Zaman Taisho (1312-1926)'. Mereka hampir berasal dari seluruh Jepang. Beberapa dari mereka berasal dari Hokkaido , Kanto, Tohoku, Shikoku, Hokuriku, dan juga Kyushu, namun yang terbanyak berasal dari Kyushu bagian barat daya, yaitu dari semenanjung Shimabara dan kepulauan miskin yang bernama Aniakusa, tempat istilah karayuki -san itu berasal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>