Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elphina Rolanda
"Penggunaan antibiotik dalam masyarakat sangat tinggi. Sampai saat ini, masih terdapat berbagai masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan antibiotik. Gentamisin sulfat, antibiotik aminoglikosida dengan profil bioavailabilitas buruk dan efek samping, memerlukan jalan keluar untuk menjadikan antibiotik ini memiliki aktivitas lebih baik lagi dan aman. Liposom, sebagai karier pengantaran obat telah terbukti sukses meningkatkan aktivitas antibakteri banyak senyawa obat dari berbagai kelas antibiotik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) larutan gentamisin sulfat terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 15,63 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 62,5 ppm. Konsentrasi bunuh minimum (KBM) larutan gentamisin sulfat terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 15,63 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 62,5 ppm sedangkan konsentrasi bunuh minimum suspensi liposom gentamisin sulfat terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 7,81 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 3,91 ppm. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa enkapsulasi liposom meningkatkan aktivitas antibakteri gentamisin sulfat terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.

The use of antibitotic in society is very high. Until this moment, there are various problem caused by the use of antibiotics. Gentamicin sulfate, an aminoglycoside antibiotic which has poor bioavailabily profe and side effect, requiring a way out to make it?s activity better and more safe. Liposome, as a carrier for drug delivery system, have been successfully improve the activity of many antibacteria compound from different classes of antibiotics.
The result of this research shown that the the minimum inhibitory concentration (MIC) for gentamicin sulfate solution againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 15.63 ppm and 62.5 ppm when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Minimum bactericidal concentration (MBC) for gentamicin sulfate solution againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 15.63 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 62.5 ppm while the minimum bactericidal concentration for gentamicin sulfate liposomal suspension againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 7.81 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 3.91 ppm. Thus, the conclusion that can be drawn is liposome encapsulation improved gentamicin sulfate?s antibacteria activity againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinny Chairunisa
"Siprofloksasin HCl, antibiotik golongan fluorokuinolon dengan profil bioavailabilitas yang buruk dan potensi efek samping, memerlukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan efikasinya. Liposom, sebagai pembawa obat telah terbukti meningkatkan aktivitas antibakteri dan menurunkan toksisitas banyak senyawa antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek enkapsulasi liposom pada aktivitas antibakteri siprofloksasin HCl terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hidrasi lapis tipis dan ekstrusi bertingkat untuk preparasi liposom siprofloksasin HCl dan metode dilusi cair untuk penentuan konsentrasi hambat minimum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) larutan siprofloksasin HCl terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 62,5 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 125 ppm. Untuk konsentrasi bunuh minimum (KBM) larutan siprofloksasin HCl terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 62,5 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 125 ppm sedangkan konsentrasi bunuh minimum suspensi liposom siprofloksasin HCl terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 31,25 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 62,5 ppm. Berdasarkan hasil uji in vitro tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa enkapsulasi liposom dapat meningkatkan aktivitas antibakteri siprofloksasin HCl terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.

Ciprofloxacin HCl, a fluoroquinolone antibiotic which has poor bioavailability profile and many side effects, requires a way to enhance its activity and effication. Liposomes as drug carriers had been proven to improve the activity and decrease the toxicity of various antibiotics. This study aimed to determine the effect of liposome encapsulation on antibacterial activity of Ciprofloxacin HCl against Pseudomonas aeruginosa and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. The method used in this study was a thin layer hydration method and stepwise extrusion for preparation of ciprofloxacin HCl liposome and liquid dilution method for determination of minimum inhibitory concentration.
The result of this research showed that the minimum inhibitory concentration (MIC) for ciprofloxacin HCl solution againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 62,5 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 125 ppm. Minimum bactericidal concentration (MBC) for ciprofloxacin HCl solution againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 62,5 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 125 ppm while the minimum bactericidal concentration for ciprofloxacin HCl liposomal suspension againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 31,25 ppm and when againts Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 62,5 ppm. Thus, the conclusion that can be drawn is liposome encapsulation improved ciprofloxacin HCl’s antibacteria activity againts Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nuraini
"Pada beberapa daerah didunia, Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen yang dominan terutama dilingkungan rumah sakit. Meropenem merupakan antibiotik golongan karbapenem yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa. Seiring penggunaan meropenem sebagai terapi menyebabkan munculnya Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap meropenem. Liposom, sebagai karier pengantaran obat telah terbukti sukses meningkatkan aktivitas antibakteri banyak senyawa obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek enkapsulasi liposom terhadap aktivitas antibakteri meropenem pada Pseudomonas aeruginosa dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hidrasi lapis tipis untuk enkapsulasi liposom meropenem dan metode dilusi cair untuk penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) larutan meropenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 3,91 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 250 ppm. Konsentrasi bunuh minimum (KBM) larutan meropenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 3,91 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 250 ppm sedangkan konsentrasi bunuh minimum suspensi liposom meropenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 7,81 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 500 ppm. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa enkapsulasi liposom menurunkan aktivitas antibakteri meropenem terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.

In some areas in the world, Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is the predominant pathogen in the environment, especially hospitals. Meropenem is an antibiotic belonging to the carbapenem class that has antibacterial activity against Pseudomonas aeruginosa. Concomitant use of meropenem in the treatment led to the emergence of Pseudomonas aeruginosa resistant to meropenem. Liposome, as a carrier for drug delivery system, have been successfully improve the activity of many antibacteria compound. The purpose of this research is to determine the effect of liposome encapsulation on antibacterial activity of meropenem against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa and Pseudomonas aeruginosa. The method used in this research is thin layer hydration method for liposome encapsulation meropenem and liquid dilution method for determination of minimum inhibitory concentration (MIC). The result of this research shown that the minimum inhibitory concentration (MIC) for meropenem solution against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 3,91 and 250 ppm when against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Minimum bactericidal concentration (MBC) for meropenem solution against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 3,91 ppm and when against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 250 ppm while the minimum bactericidal concentration for meropenem liposomal suspension against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 7,81 ppm and when against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 500 ppm. Thus, the conclusion that can be drawn is liposome encapsulation decrease antibacterial activity of meropenem against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azra Fathiya Iskandar
"Latar Belakang: Osteomielitis merupakan proses inflamasi yang disebabkan oleh organisme piogenik, salah satunya bakteri. Bakteri yang paling umum ditemukan sebagai penyebab osteomielitis adalah bakteri Staphylococcus aureus. Tatalaksana osteomielitis dilakukan dengan penggabungan antara tindakan bedah dan penggunaan antibiotik. Saat ini, mulai dikembangkan penggunaan antibiotik secara lokal karena adanya keterbatasan apabila diberikan secara sistemik. Bone graft digunakan sebagai material pembawa antibiotik dan menjadi alternatif dari penggunaan PMMA (Polymethylmethacrylate). Pembuatan biphasic kalsium sulfat dan kalsium fosfat bertujuan untuk mengatasi kekurangan masing-masing fasa. Tujuan: Mengetahui daya hambat antibakteri material gipsum-monetite pembawa gentamisin terhadap bakteri Staphylococcus aureus (ATCC 25923). Metode: Kemampuan daya hambat antibakteri diuji menggunakan metode Kirby-Bauer yaitu dengan menghitung zona inhibisi yang terbentuk di sekitar pelet. Terdapat 4 kelompok komposisi pelet biphasic gipsum-monetite yang digunakan, yaitu 100:0, 90:10, 80:20, dan 60:40. Pelet direndam dalam larutan gentamisin dan dilakukan pengujian pada media agar Mueller-Hinton. Zona inhibisi diukur setelah waktu inkubasi selama 24 dan 48 jam, serta penurunan zona antara kedua waktu tersebut. Selanjutnya, hasil tersebut akan diuji menggunakan uji statistik One-Way ANOVA dan T-Test Dependen. Hasil: Terbentuk zona inhibisi di sekitar pelet biphasic gipsum-monetite untuk seluruh kelompok. Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA didapatkan adanya perbedaan yang tidak bermakna antar setiap kelompok komposisi terhadap zona inhibisi yang terbentuk setelah inkubasi 24 dan 48 jam. Sedangkan, berdasarkan hasil uji T-Test Dependen didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara zona inhibisi 24 dan 48 jam pada setiap kelompok. Kesimpulan: Pelet biphasic gipsum-monetite dapat digunakan sebagai material pembawa antibiotik dan tidak terdapat pengaruh antara komposisi gipsum dan monetite terhadap daya hambat antibakteri. Zona inhibisi yang terbentuk mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu inkubasi

Background: Osteomyelitis is an inflammatory process caused by pyogenic organism, such as bacteria. The most common bacteria found as a cause of osteomyelitis is Staphylococcus aureus. The management of osteomyelitis is carried out by combining surgery and the use of antibiotics. Antibiotic is currently being developed for localised uses due to limitations when administered systemically. Bone graft is used as a carrier for antibiotics and as an alternative to PMMA (Polymethylmethacrylate). Preparation of biphasic calcium sulfate and calcium phosphate is used to overcome the deficiency of each phase. Objectives: Determine the antibacterial inhibition of gentamicin-carrying gypsum-monetite material against Staphylococcus aureus (ATCC 25923). Methods: The capability of antibacterial inhibition was tested using the Kirby-Bauer method by calculating the inhibition zones formed around the pellets. There were 4 groups of biphasic gypsum-monetite pellet used, 100:0, 90:10, 80:20 and 60:40 respectively. The pellets were soaked in gentamicin solution and tested on Mueller-Hinton agar media. The zone of inhibition was measured after 24 and 48 hours of incubation, including the decrease in the zone. Furthermore, these results will be tested using One-Way ANOVA statistical tests and Dependent T-Test. Results: Zone of inhibition were formed around the biphasic gypsum-monetite pellets for the entire group. Based on the results of the One Way ANOVA test, it was found that there was no significant difference between each composition group in the inhibition zone formed after 24 and 48 hours of incubation. Meanwhile, based on the results of the Dependent T-Test test, it was found that there was a significant difference between the 24 and 48 hour inhibition zones in each group. Conclusion: Biphasic gypsum-monetite pellets can be used as material for carrying antibiotics and there is no effect between the composition of gypsum and monetite on antibacterial inhibition. The inhibition zone formed decreased with increasing incubation time."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Sakura Lisa
"Pembentukan enzim oleh mikroorganisme dipengaruhI oleh be berapa faktor, di antaranya komposisi medium. Nitrogen adalah salah satu makronutrien yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk melangsungkan pertumbuhan, dan memelihara kemampuan sel membentuk enzim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 7 variasi konsentrasi amonium sulfat, yaitu 0, 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%; 0,5%; dan 0,6% dalam medium Sakai & Caldo modifikasi terhadap aktivitas glukoamilase Rhizopus arrhizus UICC 2, pada fermentasi 20 jam. Pengujian aktivitas glukoamilase dilakukan dengan metoda Nishise modifikasi. Satu unit aktivitas glukoamilase setara dengan satu flmol glukosa yang dilepaska permenit. Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan metoda Somogyi-Nelson. Uji statistik menunjukkan adanya pengaruh 7 variasi konsentrasi amonium sulfat yang diberikan, terhadap aktivitas glukoamilase Rhizopus arrhizus UICC 2 pada fermentasi 20 jam. Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas glukoamilase antara konsentrasi amoniumsulfat 0,0% dengan 0,3%; 0,4%; dan 0,5%; antara 0,1% dengan 0,4%; 0,2% dengan 0,4%; serta antara 0,4% dengan 0,6%. Rata-rata aktivitas glukoamil ase tertinggi, diperoleh pada medium dengan konsentrasi amonium sulfat 0,4%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tiah Rachmatiah
"Dewasa mi gentamisin masih inerupakan obat yang penting
untuk mengatasi infeksi berat kuman gram negatif; Karena batas keamanan gentamisin sempit maka hal ml merupkrn masalah dalam penggunaannya. Telah dilakukan pengukuran kadar gentamisin dalam serum dari 16 orang penderita pasca bedah di Bagian Kebidanan 115CM. Setiap penderita disuntikkan 80 mg gen,tamisin secara intramuskuler setiap 12 jam,selama 5 hari.pengambilam--.saxpel'.'dila kukan pada saat sebeluzn d.isuntikkan,3- jam,1 jam, 13- jam,3jam.,
8 jam, 12 jam seteiah pemberian dan sesaat sebelum diberikan dosis
Penentuan kadar gentamisin dalam serum dilakukan dengan cara difusi agar menurut Sabath 1930 (26) ,yang telah
fikasi. Basil pengukuran yang diperoleb kemudian dicari kadar puncak dan dihiung waktu paruh gentamisin dalam serum, Dari penelitian ini didapatkan kadar puncak yang bervariasiantara 2,6 santpai 9,3 mcg/ml, ditemukan kadar subtera-
peutik pada 2 penderita, waktu paruh rata-rata 2,4 jam dengan variasi antara 1 1,6 sampai Li.,6 jam. Dengan cara dan dosis yang lazim digunakan saat mi di. Bagian Kebidanan RSCM tidak ada kecenderungan terjadi toksisitas a k i b a t kumulasi, tetapi pada sebagian penderita tampaknya kadar terapeutik tidak ter
capai.

Gentaniicin is still an important drug to overcome serious
infections due to gram-negative pathogens.The narrow mar
gin of safety of this drug raises proble!n in its therapeutic
uses.
Serum levels of gentanilcin were determined from 16 post
operativepatients in the Gynaecological Department of RSCM
Each patient was given intramuscular injection of 80 mg of
gentainicin every 12 hours for five days.Blood sampling was
done at the moment before injection and half, one, one and a
half, three, eight, twelve hours after administration and at
the moment before the last dose was given.
Gentaniicin level in the serum was determined using modi
fied agar diffusion assay according to Sabath 1980 (26).
From the result of the measurement the peak level was detected
and calculation of half-life inerum was done. Peak level between 2,6 and 9,3 mc/m1 were obtained from this studies in which two-patients.--showed subtherapeutic
levels.The mean of half-life was 2,4 hours ; range between
1,6 and 4,6 hours. It is concluded that this dose regimen does not likely to cause accumulation of drug. It may otherwise gives subtherapeut.ic levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Riswandha
"ABSTRAK
Lionfish (Pterois volitans) merupakan spesies predator invasif yang berhabitat asli di laut indo-pasifik yang menyerang perairan baru untuk memperoleh makanan sehingga dapat mengganggu rantai makanan dan merusak terumbu karang yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Duri yang beracun membuat Lionfish tidak dapat dimakan dan dihindari oleh predator pemangsa sehingga dapat berkembang biak secara pesat. Kandungan Fosfolipase A2 yang merupakan senyawa protein mempunyai aktivitas antibakteri terdapat di dalam racun Lionfish, yang diharapkan dapat menjadi bahan antibakteri. Proses isolasi dan purifikasi protein Fosfolipase A2 dari racun Lionfish terdiri dari beberapa tahapan yang terdiri dari ektraksi racun dengan sonikasi; pemanasan; dan purifikasi dengan purifikasi amonium sulfat bertahap. Isolat protein tersebut kemudian dianalisis dengan uji aktivitas dengan metode Marinetti; penentuan konsentrasi dengan uji Lowry; Identifikasi Protein dengan SDS-Page; dan Uji aktivitas antibakteri menggunakan difusi agar. Diperoleh hasil Fosfolipase A2 yang diisolasi dari ekstrak racun Pterois volitans dengan metode purifikasi Ammonium Sulfat pada tingkat saturasi 80% dengan lama waktu pemanasan 35 menit memiliki aktivitas spesifik enzim sebanyak 0.0206 unit/µg serta dapat menginhibisi bakteri E. coli 98.81% dan pada Salmonella sp. menginhibisi sebesar 89,28% dengan konsentrasi 3,77 µg/ml.

ABSTRACT
Pterois volitans is an invasive native predatory species in the Indo-Pacific-ocean that disrupt the food chain and damage coral reefs which cause ecosystem imbalances. Venomous spines made Lionfish inedible and are avoided by predator so they multiply rapidly. Phospholipase A2 which is a protein compound has antibacterial activity contained in Lionfish venom, which is expected to be an antibacterial agent. The process of isolation and purification of the protein Phospholipase A2 from the poison of Lionfish consists of several stages consisting of venom extraction by sonication; heating; and purification by gradual purification of ammonium sulfate. The protein isolates then analyzed by activity tests using the Marinetti method; determination of concentration by Lowry test; Identification of Proteins with SDS-Page; and the antibacterial activity test using agar diffusion. The results of Phospholipase A2 obtained from the extract of Pterois volitans poison by purification method Ammonium Sulfate at 80% saturation with a heating time of 35 minutes had a specific enzyme activity of 0.0206 units/µg and can inhibit E. coli bacteria 98.81% and Salmonella sp. inhibit 89.28% with a concentration of 3.77 µg/ml."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Aditya Mohammad
"Studi tentang nanomaterial sebagai bahan antibakteri semakin banyak digunakan, salah satunya adalah TiO2 yang dapat mengkonversi molekul organik menjadi air dan karbon dioksida. Modifikasi logam TiO2 menggunakan logam telah menarik banyak perhatian untuk membuat fotokatalis TiO2 aktif dalam penyinaran sinar tampak. Logam Ag dan ZnO yang di-doping ke permukaan TiO2 dalam bentuk nanowires meningkatkan aktivitas antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penambahan logam Ag dan ZnO terhadap aktivitas fotokatalisis antibakteri. TiO2 nanowires (NWs) berhasil disintesis melalui metode hidrotermal. Hasil XRD didapatkan TiO2 berbentuk nanomaterial titanate. Modifikasi logam Ag untuk sintesis material Ag/TiO2NWs melalui metode sol-imobilisasi dan logam ZnO melalui metode sonokimia berhasil di sintesis yang dikonfirmasi dengan adanya penurunan band gap pada saat sampel dikompositkan yaitu Ag/TiO2NWs sebesar 2,8 eV dan ZnO/TiO2NWs sebesar 3,1 eV serta karakterisasi SEM-EDS mengindikasikan adanya komposisi senyawa Ag dan ZnO. Aplikasi untuk melihat aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan bakteri E. coli dan S. aureus yang merepresentasikan bakteri gram-negatif dan bakteri gram-positif. Aktivitas antibakteri bekerja paling baik pada material Ag/TiO2NWs pada daerah cahaya tampak.

The study of nanomaterials as antibacterial agents is increasingly being used, one of which is TiO2, which can convert organic molecules into water and carbon dioxide. Modification of TiO2 metal using metal has attracted a lot of attention to make TiO2 photocatalysts active under visible light irradiation. Ag and ZnO metals doped on the TiO2 nanowires surface increased the antimicrobial activity. This study aims to compare the effects of adding Ag and ZnO metals on antibacterial photocatalytic activity. TiO2 nanowires (NWs) were successfully synthesized via the hydrothermal method. From the XRD results, TiO2 was obtained in the form of a titanate nanomaterial. Modification of Ag metal for the synthesis of Ag/TiO2NWs material through the sol-immobilization method and metal ZnO through the sonication method was successfully synthesized, which was confirmed by a decrease in the bandgap when the samples were composited, namely Ag/TiO2NWs of 2.8 eV and ZnO/TiO2NWs of 3.1 eV, and SEM-EDS characterization indicated the composition of Ag and ZnO compounds. Application to see antibacterial activity using the disc diffusion method. Antibacterial activity works best on Ag/TiO2NWs material, which active in the visible light region."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>