Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Sebuah metode untuk mengukur kualitas desain berdasarkan hasil implementasinya dalam Java source codes diusulkan dalam penelitian ini. Metode yang diusulkan menggabungkan Metrics for Object-Oriented Software Engineering (MOOSE), properti kualitas desain software dan konsep Analytic Hierarchy Process (AHP). Sebagai studi kasus, metode ini diterapkan pada sejumlah aplikasi ERP yang bersifat open source yaitu Adempiere, OpenBravo, Plazma, FreedomERP, dan JAllInOne. Pengukuran MOOSE dilakukan dengan bantuan tool CKJM 1.8. Hasil ukur MOOSE dikelompokkan dalam properti kualitas yaitu efficiency, understandability, reusability, testability dan maintainability. Kombinasi MOOSE dan AHP yang dihasilkan dapat menjadi alat bantu dalam menentukan peringkat kualitas software dari aspek orientasi objek.

A method for measuring the quality of the design is based on the results of its implementation in the Java source codes proposed in this study. The proposed method combines Metrics for Object-Oriented Software Engineering (MOOSE), property and the concept of software design quality Analytic Hierarchy Process (AHP). As a case study, this method is applied to a number of applications that are open source ERP is Adempiere, Openbravo, Plazma, FreedomERP, and JAllInOne. MOOSE measurements done with the aid tool CKJM 1.8. MOOSE measuring results are grouped in quality properties that are efficiency, understandability, reusability, testability and maintainability. MOOSE and AHP combination that have been produced can be a useful tool in determining the quality ratings of aspects of object oriented software."
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Radithya Rayhanadhya Rafee
"Kehamilan, persalinan, dan masa nifas seharusnya menjadi pengalaman positif dengan fokus utama pada kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi. Namun, tahapan ini masih menghadapi risiko tinggi, terutama di negara-negara dengan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Dua metode persalinan yang umum adalah persalinan pervaginam dan seksio sesarea (sesar), di mana persalinan sesar meningkat prevalensinya meskipun memiliki risiko lebih tinggi. Tren peningkatan persalinan sesar, yang dipicu oleh preferensi untuk menghindari rasa sakit, bertentangan dengan anjuran medis yang merekomendasikan persalinan pervaginam kecuali ada komplikasi. Studi ini bertujuan meningkatkan desain meja bersalin untuk mendorong ketertarikan ibu untuk memilih persalinan pervaginam, menggunakan metodologi Quality Function Deployment (QFD) dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian mengidentifikasi 20 spesifikasi teknis meja bersalin yang terbagi menjadi 4 kelompok prioritas. Backrest (16,127%), kekuatan rangka (11,610%), dan mekanisme hi-lo (8,020%) merupakan spesifikasi dengan bobot tertinggi sehingga diyakini dapat meningkatkan nilai jual. Korelasi antar spesifikasi teknis dan arah perbaikan juga telah dipetakan untuk penetapan target yang lebih baik. Penggunaan kombinasi QFD dan AHP memungkinkan pengembangan spesifikasi yang konsisten dan prioritas atribut berdasarkan kebutuhan pengguna.

Pregnancy, childbirth, and the postpartum period should be positive experiences with a primary focus on the health and well-being of both mother and baby. However, these stages still face high risks, particularly in countries with inadequate healthcare facilities. Two common childbirth methods are vaginal delivery and caesarean section (C-section), with the prevalence of C-sections increasing despite their higher risks. The rising trend of C-sections, driven by the preference to avoid pain, contradicts medical recommendations that suggest vaginal delivery unless complications arise. This study aims to improve the design of delivery tables to encourage mothers to choose vaginal delivery, using the Quality Function Deployment (QFD) and Analytic Hierarchy Process (AHP) methodologies. The research identified 20 technical specifications for delivery tables, divided into four priority groups. Backrest (16.127%), frame strength (11.610%), and Hi-Lo mechanism (8.020%) are the specifications with the highest weights, believed to enhance sales value. Correlations among technical specifications and directions for improvement have also been mapped for better target setting. The use of QFD and AHP in combination allows for the development of the delivery bed specifications and prioritization of attributes based on users’ consistent judgment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirsa Diah Novianti
"Industri kecil merupakan kegiatan ekonomi yang mendominasi struktur perekonomian Indonesia. Sektor ini memiliki peran yang strategis, baik secara ekonomi maupun sosial politis. Namun dibalik peran positifnya, masih banyak kelemahan struktual yang menghimpit industri kecil ini, sehingga diperlukan upaya pengembangan agar industri kecil dapat memperoleh kepastian berusaha untuk menyambung hidupnya.
lndustri konveksi merupakan salah satu industri kecil dominan di Kota Depok yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun serta telah banyak mengalami kemajuan. Namun, masih terdapat permasalahan fundamental yang harus diidentifikasi dan dipecahkan, sehingga diperlukan perhatian dan pemikiran yang lebih serius. Pemda Depok telah mencanangkan empat alternatif untuk mengembangkan industri konveksi yaitu peningkatan kemampuan produksi, peningkatan mutu produk, peningkatan aspek pemasaran dan peningkatan hubungan kemitraan. Karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya, maka seluruh alternatif tidak dapat dikembangkan secara bersamaan, sehingga perlu diprioritaskan altematif mana yang akan terlebih dahulu harus dikembangkan. Dari hasil Analytic Hierarchy Process, didapatkan bahwa alternatif yang menjadi prioritas adalah peningkatan aspek pemasaran. Dalam upaya menindaklanjuti keputusan tersebut, maka dibuat perencanaan strategis dengan menggunakan matriks APFM (Action Planning for Failure Modes).
Untuk mendapatkan pola perbaikan kinerja yang kontinu, diperlukan suatu indikator kinmja, yakni dengan penetapan Key Performance Indicator (KPD). Penetapan KPI dapat dijadikan panduan dalam memonitor perkembangan dan perbaikan secara kontinu serta secara efektif mengendalikan manajemen operasional dan mengatur visi strategis. Berdasarkan KPI yang telah ditetapkan, peran dari pihak terkait, yang terdiri atas Pemerintah, stakeholders, peneliti dan akademis yang bergerak dalam bidang pengembangan industri kecil, akan membina dan memonitor industri konveksi dalam tiga fase pengembangan sehingga industri konveksi dapat bersaing.

Small lndustry has been an economic activity that dominates economical structure in indonesia. This sector has strategic role either economically, socially or politically. Beyond its positive roles, there are many structural weaknesses that obstruct small industries. Development efforts are needed, so that small industries can gain assurance to do the utmost in living their lives.
Garment industry has been one of small dominant industries in Depok that grows and develops hierarchy after having so much improvement. Nevertheless, there are still fundamental issues which needed identification and solution, and that requires more serious attention and thoughts. Local Govemment, Depok itself; has established four alternatives to develop garment industry. There are production capability improvement, product quality improvement, marketing aspect improvement and partnership improvement. Because of time, fund and resources limitation, all altematives can not be developed at the same time. We need to make a priority of which alternative must be develop lirst. From Analytic Hierarchy Process result, we got a conclusion that marketing aspect improvement would be the prior altemative. In order to follow up the decision, strategic planning was made by using Action Planning for Failure Modes Matrix.
To gain a continuous pattern of performance improvement, it requires one performance indicator which is suitable to Key Performance Indicator determination. Key Performance indicator determination can be a guidance to monitor a continuous development and improvement. It can also control operational management effectively and arrange the strategic side. Based on KPI determination, SMEs support group role, including the govemment, practitioners in SMEs, and researchers and academics in the area of entrepreneurship and small business development, will develop and monitor garment industry in three development phase, so that garment industry being competitive."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresna Priyana Soemardi
"Garment industry has been one of small dominant industries in Depok that grows and develops hierarchy after having so much improvement. Nevertheless, there are still fundamental issues which needed identification and solution, and that requires more serious attention and thoughts. Local Government, Depok itself has established four alternatives to develop garment industry. There are production capability improvement, product quality improvement, marketing aspect improvement and partnership improvement. From Analytic Hierarchy Process result, we got a conclusion that marketing aspect improvement would be the prior alternative. In order to follow up the decision, strategic planning was made by using Action Planning for Failure Modes Matrix. Based on KPl determination, SMEs support group role, including the government, practitioners in SMEs and researchers and academics in the area of entrepreneurship and small business development, will develop and monitor garment industry in three development phases so that garment industry being competitive."
2007
JUTE-21-1-Mar2007-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tresna Priyana Soemardi
"Industri konveksi merupakan salah satu industri kecil dominan di Depok yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun serta telah banyak mengalami kemajuan. Namun, masih terdapat permasalahan fundamental yang harus diidentifikasi dan dipecahkan, sehingga diperlukan perhatian dan pemikiran yang lebih serius. Pemda Depok telah mencanangkan empat alternatif untuk mengembangkan industri konveksi yaitu peningkatan kemampuan produksi, peningkatan mutu produk, peningkatan aspek pemasaran dan peningkatan hubungan kemitraan. Karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya, maka seluruh alternatif tidak dapat dikembangkan secara bersamaan, sehingga perlu diprioritaskan alternatif mana yang akan terlebih dahulu dikembangkan. Dari hasil Analytic Hierarchy Process, didapatkan bahwa alternatif yang menjadi prioritas adalah peningkatan aspek pemasaran. Dalam upaya menindaklanjuti keputusan tersebut, dibuatlah perencanaan strategis dengan menggunakan matriks Action Planning for Failure Modes. Untuk mendapatkan pola perbaikan kinerja yang kontinu, diperlukan suatu indikator kinerja, yakni dengan penetapan Key Performance Indicator (KPI). Penetapan KPI dapat dijadikan panduan dalam memonitor perkembangan dan perbaikan secara kontinu serta secara efektif mengendalikan manajemen operasional dan mengatur visi strategis. Berdasarkan KPI yang telah ditetapkan, peran dari pihak terkait, yang terdiri atas Pemerintah, stakeholders, peneliti dan akademis yang bergerak dalam bidang pegembangan industri kecil, akan membina dan memonitor industri konveksi dalam tiga fase pengembangan sehingga industri konveksi dapat bersaing.

Garment industry has been one of small dominant industries in Depok that grows and develops hierarchy after having so much improvement. Never theless, there are still fundamental issues which needed identification and solution, and that requires more serious attention and thoughts. Local Government, Depok itself, has established four alternatives to develop garment industry. There are production capability improvement, product quality improvement, marketing aspect improvement and partnership improvement. From Analytic Hierarchy Process result, we got a conclusion that marketing aspect improvement would be the prior alternative. In order to follow up the decision, strategic planning was made by using Action Planning for Failure Modes Matrix. Based on KPI determination, SMEs support group role, including the government, practitioners in SMEs and researchers and academics in the area of entrepreneurship and small business development, will develop and monitor garment industry in three development phases so that garment industry being competitive."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Widodo Suwardikun
"PT Suminar Surya merupakan perusahaan swasta nasional, yang berdiri sejak tahun 1991. Perusahaan ini mempunyai potensi untuk lebih berkembang, karena memiliki kinerja yang baik dalam pelayanan jasa konstruksi. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji strategi pemasaran agar dapat memenangkan persaingan dalam bisnis jasa konstruksi, dan diharapkan pula dalam jangka panjang dapat berkembang lebih baik.
Penelitian ini di awali dengan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh, baik yang berasal dari dalam (internal) perusahaan, maupun yang dari luar (ekstemal) perusahaan, dengan maksud agar memperoleh gambaran yang obyektif tentang kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman pada perusahaan.
Untuk memperoleh data primer diajukan kuesioner dan wawancara terhadap level manajerial perusahaan tersebut, dan untuk faktor ekstemal pada tenaga ahli, terutama di luar perusahaan yang terkait dalam bidang jasa konstruksi.
Pengolahan data melalui metoda Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk mendapatkan bobot derajat kepentingan setiap faktor. Hasil uji faktor lingkungan tersebut digunakan untuk menganalisis strategi utama melalui analisis SWOT. Dengan demikian diperoleh gambaran kekuatan bisnis dan daya tar* industri untuk pengembangan strategi bersaing.
Posisi bersaing PT Suminar Surya berdasarkan hasil analisis SWOT, temyata berada pada posisi mendukung strategi agresif, dari kekuatan internal dan berbagai peluang eksternal, dan berada pada kuadran I. Strategi alternatif adalah : keunggulan biaya menyeluruh dan strategis fokus.
Penetapan strategi pada keunggulan biaya menyeluruh, agar dapat dipraktekkan pada perusahaan, untuk formulasi strategi di terapkan bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi, serta orang, lingkungan fisik dan proses)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, M. Richason Ray S.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Yul Maulana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunika Permatasari
"ABSTRAK
Perkembangan industri tambang saat ini, mendorong perusahaan untuk
melakukan peningkatan kinerja yang kompetitif dan manajemen strategi yang
baik. Strategi diturunkan dari visi dan misi akan menghasilkan indikator kinerja
yang bersifat kuantitatif sebagai alat ukur perusahaan untuk menilai kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Diperlukan adanya penilaian bobot terhadap KPI
yang selaras dengan strategi perusahaan menggunakan metode Analytic Hierarchy
Process. Didapatkan indikator kinerja prioritas yang memiliki nilai bobot tertinggi
adalah ?Sustainability Growth Rate? sebesar 18,5% (0,185). KPI ?Sustainability
Growth Rate? ini menjadi penting bagi perusahaan dalam mewujudkan strategi
perusahaan. Hasil bobot ini diharapkan dapat menggambarkan arah dan tujuan
perusahaan sesuai dengan tema strategi tahunan perusahaan.

Abstract
Development of the mining industry today, encourages companies to increase
competitive performance and a good management strategy. Strategy derived from
vision and mission will generate quantitative performance indicators as a
measurement tool to assess the overall corporate performance. Required the
assessment of the weight of the KPI is aligned with corporate strategy using the
method of Analytic Hierarchy Process. Obtained priority performance indicators
that have the highest weight value is "Sustainability Growth Rate" of 18.5%
(0.185). KPI "Sustainability Growth Rate" is important for the company in
realizing the company's strategy. The results of this weight is expected to describe
the direction of the company in accordance with the theme of the company's
annual strategy."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>