Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56537 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fungi Gotalia
"Film bukal merupakan alternatif sediaan konvensional yang membutuhkan polimer pembentuk film dengan sifat mekanik dan mukoadesif yang baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi hasil ftalatisasi pati singkong dan karakter film yang dihasilkan dari eksipien tersebut.
Pembuatan eksipien dilakukan dengan memodifikasi pati singkong secara fisik dan kimia yaitu pragelatinisasi sempurna dan ftalatisasi pada kondisi berair dan basa (pH 8-10). Hasil modifikasi berupa serbuk pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) dengan derajat substitusi 0,0541 ± 0,0019 dan menunjukkan perbedaan karakter fisik, kimia, dan fungsional dengan pragelatinisasi pati singkong (PPS). PPSFt digunakan sebagai eksipien dalam formulasi film bukal, dengan konsentrasi 4,5 dan 6% b/b.
Hasil menunjukkan film F2 memiliki karakter waktu mukoadesi ex vivo (57,1 ± 20,3 menit), kekuatan tensil (0,84 ± 0,02 N/mm2), dan profil pelepasan obat lebih baik dibanding film F1 dan F4, serta memiliki kecenderungan perubahan fisik, ditinjau dari persen absorpsi (139,37 ± 5,55%) dan kehilangan lembab (6,47 ± 0,34%) yang cukup rendah. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa PPSFt dapat membentuk film bukal mukoadesif untuk tujuan pelepasan obat segera.

Buccal film is an alternative for conventional dosage form which needs filmforming polymer with good mechanic and mucoadhesive characteristic. The aim of the study was to observe the potential of cassava starch phthalatization and characteristics of produced films.
Excipient was made by modifying starch physically and chemically, such as complete pregelatinization and phthalatization in aqueous medium with alkaline condition (pH 8-10) resulting in pregelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) powder had 0.0541 ± 0.0019 as its substitution degree and showed to have different physical, chemical, and functional characters, compared to pregelatinized cassava starch (PCS). PCSPh was used as excipient for formulation of buccal films in 4.5 and 6% w/w concentration.
Films F2 had ex vivo mucoadhesion time of 57.1 ± 20.3 minutes, tensile strength of 0.84 ± 0.02 N/mm2, and better drug release profile than F1 and F4, and also low physical change tendency, observed from percentage moisture absorption (139.37 ± 5.55%) and moisture loss (6.47 ± 0.34%). Based on the results, we suggest that PCSPh could produce mucoadhesive buccal films for immediate drug release profiles.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1936
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Sari Setio Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk memperluas pemanfaatan pati sebagai eksipien penyalut enterik dan film transdermal melalui pembuatan PPSFt (pragelatinisasi pati singkong ftalat) dengan cara gelatinisasi dan esterifikasi menggunakan ftalat anhidrida dalam suasana basa dan medium berair. PPSFt yang diperoleh dikarakterisasi derajat subtitusi (DS), gugus fungsi, sifat termal, dan kelarutannya. PPSFt yang dihasilkan memiliki DS 0,0541 dan lebih larut pada medium basa. Tablet inti ketoprofen dibuat dengan metode granulasi basah kemudian disalut dengan larutan 5% penyalut PPSFt (F1), PPSFt-HPMCP 4:1 (F2) and PPSFt­ HPMCP 3:2 (F3) hingga kenaikan bobot tablet sekitar 6%. Tablet salut tersebut menunjukkan penampilan, kekerasan, dan keregasan yang baik. Tablet salut F2 dan F3 tidak hancur selama 1 jam dan tidak melepaskan ketoprofen lebih dari 10% selama dua jam dalam medium asam (pH 1,2).
Film transdermal PPSFt menunjukkan sifat mekanis yang baik, termasuk ketahanan pelipatan, elongasi dan kekuatan peregangan. Uji disolusi in vitro menunjukkan pelepasan ketoprofen dari seluruh formula film 71,78 - 107,07 % dalam waktu 4 jam melalui mekanisme difusi terkendali. Uji penetrasi in vitro menunjukkan bahwa penetrasi ketoprofen dari film sebanyak 72,77- 108,04% dalam waktu delapan jam dengan kecepatan penetrasi 0,865 - 2,311 mglcm 2.jam. Dapat disimpulkan bahwa PPSFt merupakan eksipien yang baik untuk digunakan sebagai penyalut tablet enterik dan pembentuk film transdermal.

This present study was intended to expand utilization of starch as enteric-coating and transdermal film-forming excipient by producing pragelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) from gelatinitation and esterification process using phthalic anhydride in base condition of aqueous medium. The obtained PCSPh was characterized, including degree of substitution (DS), functional group, thermal properties and solubility. The produced PCSPh possessed DS of 0,0541 and higher solubility in base medium. Core tablets of ketoprofen were prepared by wet granulation method and then coated with coating solution, containing 5% of PCSPh (F1), PCSPh-HPMCP 4:1 (F2) and PCSPh-HPMCP 3:2 (F3), until the increasing weight of tablets were up to 6%. The coated tablets possessed good appearance, hardness and friability. Tablets F2 and F3 were also remain undisintegrated for 1 hour and retain the dissolution of ketoprofen less than 10% for two hours in acid medium (pH 1,2).
Transdermal film which were produced from PCSPh showed good mechanical properties, including folding endurance, elongation and tensile strenght. The in-vitro drug release study showed that 71,78 - 107,07% of ketoprofen has been released from transdermal film in 4 hours by diffusion-controlled mechanism. In-vitro penetration study showed that 72,77 - 108,04% of ketoprofen able to penetrate through skin membran with the flux of 0,865-2,311 mg/cm2.hour. Therefore, it can be concluded that PCSPh had good characteristics to be applied as excipient for enteric-coated tablet and transdermal film.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31448
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"Tokotrienol merupakan produk nutrasetika yang berwujud cair dan bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu cara untuk mengubah bahan aktif berupa cairan menjadi bentuk padat. Pada penelitian ini, tokotrienol yang berwujud cair dikonversi menjadi bentuk serbuk melalui mikroenkapsulasi menggunakan pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) sebagai polimer penyalut. PPSFt dibuat melalui gelatinisasi pati singkong yang dilanjutkan dengan esterifikasi menggunakan asam ftalat anhidrida. PPSFt yang diperoleh kemudian digunakan sebagai polimer penyalut pada mikroenkapsulasi tokotrienol melalui metode semprot kering. Karakterisasi PPSFt yang dilakukan antara lain derajat substitusi, kelarutan dan indeks mengembang di berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat substitusi PPSFt adalah 0,0541. Kelarutan PPSFt lebih tinggi dalam medium basa dibandingkan medium asam. PPSFt mengembang 2 kali lipat selama 5 menit. Evaluasi mikrokapsul yang dihasilkan meliputi bentuk dan morfologi, ukuran, efisiensi penjerapan, dan uji pelepasan bahan aktif. Mikrokapsul yang diperoleh berbentuk serbuk bermassa ringan dengan morfologi sferis hingga tak beraturan, memiliki ukuran 1-60 μm, dan efisiensi penjerapan 93-94%. Pelepasan tokotrienol dari mikrokapsul dalam medium fosfat pH 7,4 - etanol 96% (1:1) mencapai 90% selama 2 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokotrienol dapat dibentuk menjadi serbuk melalui mikroenkapsulasi menggunakan PPSFt sebagai polimer penyalut.

Tocotrienol is an oily nutraceutical product that has cholesterol-lowering effect. Microencapsulation is an approach to convert an oily liquid substance into a solid powder form. In this study, the liquid tocotrienol was microencapsulated using pregelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) as coating polymer, thus the pulverized tocotrienol was obtained. PCSPh was prepared by gelatinization of cassava starch and followed by esterification using phthalic anhydride. The obtained PCSPh was used as coating polymer in two formulas of microcapsules by spray-drying method. PCSPh was characterized in terms of substitution degree, solubility, and swelling index in various pH.The characterization results showed that the substitution degree of PCSPh was 0,0541. In addition, PCSPh was highly soluble in alkaline medium and 2-fold swelled in 5 minutes. Microcapsules were characterized in terms of size, morphology, entrapment efficiency, and dissolution profile. The evaluation results showed that microcapsules were white-yellowish powder with spherical-amorf shape and 1-60μm in diameter. The entrapment efficiency of tocotrienol were 93-94%. The release studies in phosphate medium pH 7,4 - ethanol 96% (1:1) showed that 90% of tocotrienol was released from microcapsules during 2 hours. This results revealed that tocotrienol could be pulverized by microencapsulation using PCSPh as coating polymer."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1951
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Redho Meisudi
"Pragelatinisasi pati singkong ftalat merupakan pati singkong termodifikasi secara fisika dan kimia yang berpotensi dimanfaatkan sebagai polimer penyalut mikrokapsul. Pada penelitian ini dilakukan sintesis dan karakterisasi pragelatinisasi pati singkong ftalat yang diaplikasikan sebagai polimer penyalut mikrokapsul. Pragelatinisasi pati singkong ftalat dihasilkan dari gelatinisasi pati singkong yang dilanjutkan esterifikasi dengan asam ftalat anhidrida pada medium berair. Pragelatinisasi pati singkong ftalat yang dihasilkan diformulasi menjadi mikrokapsul dengan metode mikroenkapsulasi tautan silang antarmuka menggunakan agen penaut silang tereftaloil klorida (formula 1) dan mikroenkapsulasi semprot kering (formula 3). Ketoprofen digunakan sebagai model obat untuk mengetahui efisiensi penjerapan dan pelepasan obat mikrokapsul.
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa pragelatinisasi pati singkong ftalat memiliki derajat substitusi 0,054 dengan kelarutan lebih besar pada medium basa serta kekuatan gel 31,9 gf. Hasil evaluasi mikrokapsul formula 1 memiliki bentuk bulat berdiameter 35-40 μm dengan morfologi permukaan tak beraturan. Efisiensi penjerapan mikrokapsul formula 1 adalah 74,41% dengan indeks mengembang lebih kecil pada medium asam. Uji disolusi pada medium fosfat pH 7,4 menunjukkan bahwa selama 90 menit telah dilepaskan seluruh ketoprofen dari mikrokapsul formula 1 dan formula 3. Pada medium asam klorida pH 1,2 ketoprofen yang dilepaskan dari mikrokapsul formula 1 dan formula 3 berturut-turut adalah 48,11% dan 35,85% selama 120 menit. Hal ini menunjukkan bahwa pragelatinisasi pati singkong ftalat dapat dimanfaatkan sebagai polimer penyalut mikrokapsul.

Pregelatinized casava starch phthalate was a physically and chemically modified cassava starch, that could be used as a coating polymer of microcapsules. In this research, pregelatinized casava starch phthalate was synthesized, characterized and applied as coating polymer of microcapsules. Pregelatinized casava starch phthalate was produced from cassava starch gelatinization, followed by esterification with phthalic acid anhydride in an aqueous medium. Pregelatinized casava starch phthalate microcapsules were prepared using interfacial cross-linking with terephthaloyl chloride (formula 1) and using spray drying (formula 3). Ketoprofen was used as model for loading efficiency and release studies. The characterization results showed that the substitution degree of pregelatinized casava starch phthalate was 0.054. In addition to having high solubility in alkaline medium and the gel strength of pregelatinized casava starch phthalate was 31,9 gf.
The evaluation results showed that the formula 1 were an irregular spherical shape of microcapsules and 35-40 μm in diameter. The loading efficiency of formula 1 was 74.41% and it had low swelling index in acidic medium. The release studies in phosphate medium pH 7.4 showed that all of ketoprofen was released from microcapsules of formula 1 and formula 3 during 90 minutes. In addition, the release of ketoprofen in chloride medium pH 1.2 from microcapsules of formula 1 and formula 3 were 48.11% and 35,85%, respectively, during 120 minutes. The results revealed that pregelatinized casava starch pthalate could be used as a coating polymer of microcapsules.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43574
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Charla Artha Gangga
"Pada penelitian ini dikembangkan polimer baru yang akan digunakan sebagai bahan penyalut, yaitu pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt). Modifikasi PPSFt dibuat dengan cara gelatinasi sempurna pati singkong, kemudian diesterifikasi dengan asam ftalat anhidrida pada suasana basa. PPSFt selanjutnya dikarakterisasi dan digunakan sebagai bahan penyalut pada tablet salut lapis tipis (TSLT) ekstrak meniran untuk memperbaiki penampilan, menutupi rasa dan bau yang tidak menyenangkan. Karakterisasi yang dilakukan antara lain derajat substitusi (DS), analisis gugus fungsi, sifat termal, kelarutan.
Hasil karakterisasinya diperoleh polimer dengan DS 0,054; gugus karbonil ester pada 1716,70 cm-1; temperature glass transition pada 156,58 oC, dapat terdispersi dalam air dingin dibandingkan pati singkong. Tablet inti ekstrak meniran yang telah disalut dievaluasi antara lain kenaikan bobot, keregasan, morfologi permukaan, tebal lapisan dan waktu hancur.
TSLT yang telah disalut dengan PPSFt 5% mengalami kenaikan bobot 3,93% dengan keregasan 0,02%. Morfologi permukaan TSLT yang diamati menggunakan scanning electron microscope menunjukkan permukaan yang halus dengan ketebalan lapisan 133-158 μm. TSLT dapat hancur dalam waktu 5,56 + 0,439 menit. Selain memiliki penampilan yang jauh lebih baik daripada tablet inti, bau dan rasa yang tidak menyenangkan dari ekstrak meniran telah tertutupi dengan proses penyalutan tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PPSFt dapat digunakan sebagai polimer penyalut.

This study describes a new approach pregelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) as polymer for film-coated tablets (FCT) containing meniran extract. PCSPh was produced by mechanical processing to rupture all parts of granules, and then chemical modification was carried out by substituting phthalate group into starch hydroxyl group. The obtained PCSPh were characterized, including substitution degree (SD), analysis of functional group, thermal properties and solubility.
It was found that SD of PCSPh was 0,054; carbonyl ester at 1716,70 cm-1; temperature glass transition at 156,58 oC and enhancement of cold-water solubility. PCSPh was used as polymer coatings for tablet containing meniran extract for masking unpleasant appearance, odor and taste. The obtained FCT were evaluated, including percentage weight increase, friability, FCT surface, coating thickness and disintegrating time.
The result showed that FCT with PCSPh 5% as polymer coatings had percentage weight increase 3,93% and friability 0,02%. The surface morphology of FCT using scanning electron microscope was smooth and showing 133-158 μm coating thickness. FCT also disintegrated within 5,56 + 0,439 minutes. The result revealed that PCSPh 5% as polymer coatings able to masking unpleasant appearance, odor and taste. We suggests that PPSFt may be considered as polymer coatings for FCT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42007
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Srifiana
"Mikrokapsul merupakan partikel kecil mengandung zat aktif yang dikelilingi oleh suatu bahan penyalut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mikrokapsul yang mengandung ketoprofen dengan menggunakan dua metode yaitu koaservasi dan semprot kering kemudian mengkarakterisasi mikrokapsul tersebut. Pragelatinisasi pati singkong (PPS) digunakan sebagai bahan penyalut pada metode koaservasi dan pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) digunakan sebagai bahan penyalut pada metode semprot kering. Mikrokapsul yang diperoleh dari kedua metode tersebut kemudian dikarakterisasi meliputi rendemen proses, bentuk dan morfologi, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, indeks mengembang, analisis gugus fungsi, dan profil pelepasan obat. PPSFt yang digunakan memiliki derajat subsitusi sebesar 0.0541 dan larut dalam medium basa. Mikrokapsul yang dibuat dengan metode koaservasi memiliki bentuk yang tidak sferis dan berongga dengan efisiensi penjerapannya sebesar 20.27% ± 1.82. Sementara itu, mikrokapsul yang dibuat dengan metode semprot kering memiliki bentuk yang hampir sferis dengan permukaan cekung dan memiliki efisiensi penjerapannya sebesar 80.22% ± 9.18.
Hasil pelepasan obat menunjukkan bahwa selama 8 jam sebesar 8% ketoprofen dilepaskan dalam pH 1.2 dan sebesar 18% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsul yang dibuat dengan metode koaservasi. Sementara itu, ketoprofen dilepaskan selama 8 jam sebesar 5% dalam pH 1.2 dan 25% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsul yang dibuat dengan metode semprot kering. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mikrokapsul yang dibuat dengan kedua metode tersebut dapat menahan pelepasan obat sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sediaan lepas lambat.

Microcapsules are a small particles containing a core material surrounded by a coating or shell. The aim of this study was to prepare microcapsules containing ketoprofen by coacervation and spray drying methods, and then characterize them. Pregelatinized cassava starch (PCS) and pragelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) were used as coating materials in coacervation and spray drying microencapsulation, respectively. The obtained microcapsules were then characterized, including its yield, shape and morphology, drug-loading efficiency, particle size distribution, swelling index, functional group analysis, and drug release profile. The used PCSPh had substitution degree of 0.0541 and dissolved in basic aqueous medium. Microcapsules prepared by coacervation method were a irreguler shaped and hollow surface and the entrapment efficiency was 20.27% ± 1.82. Otherwise, the spray dried microcapsules showed a nearly-spherical-shape with biconcave surface and the entrapment efficiency was 80.22% ± 9.18.
The release study results showed that within 8 hours ketoprofen released from the coacervation microcapsules at pH 1.2 and pH 7.4 were 8% and 18%, respectively. Besides, ketoprofen released from spray-dried microcapsules within 8 hours at pH 1.2 and pH 7.4 were 5% and 25%, respectively. In conclusion, the microcapsules prepared by both methods could extent the drug released, thus it may be possible to be used for a sustained release device.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Rezki Pratiwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sediaan granul mengapung dengan sistem lepas terkendali menggunakan pregelatinisasi pati singkong propionat sebagai pembentuk matriks. PPSP dikombinasi dengan hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dengan konsentrasi tertentu, untuk mengoptimalkan kemampuannya menghambat laju pelepasan obat. Granul mengapung dibuat dengan sistem effervescent menggunakan metode granulasi basah, dan digunakan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi distribusi ukuran partikel digunakan granul ukuran 711-1180 µm sebagai sediaan. Formula PPSP dan HPMC (1:1) mampu mengembang sampai 428.86 % selama 4 jam. Formula itu mampu mengapung di dalam medium asam selama 48 jam, dan mampu menahan pelepasan obat selama 8 jam mencapai 39.63 % dengan mekanisme pelepasan obat melalui kombinasi antara proses difusi dan erosi. PPSP tidak dapat digunakan sebagai pembentuk matriks tunggal untuk menghambat laju pelepasan obat, sedangkan kombinasi penggunaan PPSP dan HPMC dapat digunakan untuk menghambat laju pelepasan obat.

This study is to investigate the characteristic of floating granules based on controlled release system using pregelatinized cassava starch propionate (PPSP) as the matrix forming. Pregelatinized cassava starch propionate was combined with Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) with certain concentration, to optimize its controlled release ability. The floating granules was prepared with effervescent system using wet granulation method, and theophylline was used as the drug`s model. Based on the granules distribution, floating granule`s size was 711-1180 µm. Combination between PPSP and HPMC (1:1) swelled until 428.86% for 4 hour. This formula buoyed in acid medium for 48 hours and released the drug for 39.63 % in 8 hours by mechanism of diffusion and erosion. PPSP cannot be used as single matrix former to control drug`s released, furthermore the combination between PPSP and HPMC can be used as the matrix former for controlled release dosage form."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32774
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriana Lupitaningrum
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan dengan durasi lama dan tidak boleh terputus. Salah satu obat yang telah umum digunakan pada pasien tuberkulosis adalah isoniazid. Isoniazid umumnya diberikan dalam bentuk sediaan tablet konvensional, namun sediaan ini sulit ditelan terutama oleh anak-anak, dan berakibat pada kepatuhan anak. Oleh karena itu dikembangkan sediaan film cepat hancur yang mengandung isoniazid sebagai alternatif terapi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat film cepat hancur isoniazid dengan metode solvent casting serta menganalisis pengaruh perbandingan konsentrasi poli(vinil alkohol) (PVA) dan poli(vinil pirolidon) (PVP) sebagai polimer pembentuk film terhadap film yang dihasilkan. Pada penelitian dilakukan perbandingan tujuh formula dengan variasi konsentrasi PVA dan PVP yakni F1 (20:80); F2 (40:60); F3 (45:55); F4 (50:50); F5 (55:45); F6 (60:40); F7 (80:20). Evaluasi yang dilakukan diantaranya uji organoleptis, ketebalan, keragaman bobot, kelengketan, daya tahan lipat, keseragaman kandungan, waktu hancur, disolusi, dan stabilitas selama 6 minggu. Pengujian menunjukkan F1, F2, F3, dan F4 tidak memenuhi syarat untuk uji kelengketan sedangkan formula lainnya memenuhi persyaratan di seluruh pengujian. Formula terpilih adalah F5 karena memiliki waktu hancur tercepat (12,33 ± 0,58 detik) serta jumlah obat terdisolusi terbesar (98,47 ± 0,71 %) dalam waktu 3 menit. F5 juga menunjukkan stabilitas yang baik selama penyimpanan 6 minggu pada suhu 30 ± 2˚C maupun 40 ± 2˚C. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa film cepat hancur F5 yang diperoleh menggunakan metode solvent casting merupakan film cepat hancur paling baik.

Tuberculosis is a disease that requires a long duration treatment and must not be stopped during therapy. One anti-TB that has been commonly used in tuberculosis patients is isoniazid. Isoniazid is generally given as conventional tablet dosage form, but this system is difficult to swallow especially by children, thus affect children’s compliance. Therefore, fast disintegrating film dosage form containing isoniazid were developed as an alternative therapy. The aims of this study were to obtain fast disintegrating isoniazid-containing fast disintegrating films using solvent casting method and to analyze the effect of the concentration ratio of PVA and PVP as film-forming polymers on the resulting films. In this study, a comparison of seven film formulations with variations of poli(vinyl alcohol) (PVA) and poly(vinyl pyrrolidone) (PVP) concentrations was carried out, namely F1 (20:80); F2 (40:60); F3 (45:55); F4 (50:50); F5 (55:45); F6 (60:40); F7 (80:20). Evaluations carried out included the organoleptic tests, thickness, weight variations, tackiness, folding endurance, content uniformity, disintegration time, dissolution, and stability test for 6 weeks. The study showed that F1, F2, F3, and F4 were not qualified for the tackiness test while the other formula met the requirements for all tests. The chosen formula was F5 since it demonstrated the fastest disintegration time (12.33 ± 0.58 seconds) and the highest amount of drug dissolved (98,47 ± 0,71 % within 3 minutes) during the dissolution. F5 also showed good stability during 6 weeks of storage at 30 ± 2˚C and 40 ± 2˚C. Thus, it can be concluded that the F5 fast disintegrating film obtained using the solvent casting method is the most promising fast disintegrating film"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Ester Junita
"Pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) merupakan salah satu hasil modifikasi pati singkong. Modifikasi pati dilakukan untuk meningkatkan sifat fungsional eksipien. Pada penelitian ini, telah dibuat dan dikarakterisasi PPSFt dari pati singkong. Proses modifikasi pati singkong dimulai dengan gelatinisasi sempurna dan esterifikasi dengan asam ftalat anhidrida. PPSFt yang dihasilkan dikarakterisasi sifat fisik, kimia, dan fungsionalnya. Kemudian, PPSFt diformulasikan sebagai polimer pembentuk matriks dalam tablet lepas lambat dengan ketoprofen sebagai model obat. Tablet lepas lambat dibuat dengan metode granulasi basah. Tablet lepas lambat dievaluasi dan dipelajari profil pelepasan obatnya.
Hasil penelitian menunjukkan derajat substitusi PPSFt sebesar 0,0541, lebih larut dalam medium basa, memiliki kemampuan mengembang yang baik, dan kekuatan gel yang tinggi yaitu 31,90 gf. Seluruh tablet lepas lambat yang diformulasikan memenuhi evaluasi keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, dan keregasan tablet. Profil pelepasan ketoprofen dari tablet lepas lambat yang mengandung PPSFt sebagai pembentuk matriks (F1, F2, dan F3) memenuhi persyaratan sediaan enterik, yaitu hanya melepaskan 3-4 % ketoprofen dalam medium asam. Dalam medium basa, ketiga formula menunjukkan profil pelepasan obat lepas lambat, yaitu profil pelepasan obat orde nol. Oleh karena itu, formula tablet lepas lambat dapat digunakan sebagai sediaan lepas lambat untuk pemakaian 16 jam (F1 dan F2) dan 32 jam (F3).

PCSPh is one of modified cassava starch. Starch modification were to improve the functional properties of excipient. In this study, PCSPh was prepared from cassava starch and then characterized. Cassava starch was carried out by gelatinization and esterification using phthalic anhydride acid. PCSPh properties were characterized physically, chemically, and functionally. PCSPh was formulated in sustained release tablet as matrix with ketoprofen as a model drug. Furthermore, sustained release tablet was prepared by wet granulation method. Drug release profile of sustained release tablet were evaluated and studied.
As results, the degree of substitution PCSPh in aqueous medium was 0.0541, more soluble in alkaline medium, have good Swelling index, and the gel strength in akuadest was 31.90 gf. All sustained release tablet were formulated have uniform size, uniform weight, good hardness and good friability. In addition, drug release of sustained release tablet used PPSPh as matrix (F1, F2, F3) was release 3-4% in HCl solution (pH 1,2). In phosphate solution, the third formula were follow zero order kinetics. This study suggested that tablet could be applied as enteric sustained release tablet and could retard drug release up to 16 hours (F1, F2) and 32 hours (F3) in phosphate solution (pH 7,4).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42278
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zaki
"Tablet cepat hancur merupakan bentuk sediaan farmasi yang sedang berkembang saat ini karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu dapat hancur di rongga mulut tanpa perlu dikunyah dan tanpa adanya bantuan air tambahan. Komponen penting dalam tablet cepat hancur adalah penghancur. Maltodekstrin dan pragelatinisasi pati singkong (PPS) merupakan eksipien yang dapat berfungsi sebagai penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tablet cepat hancur menggunakan maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong dalam berbagai konsentrasi sebagai eksipien. Pati singkong dipragelatinisasikan hingga didapat PPS. Selanjutnya PPS dicampurkan dengan maltodektrin DE 10-15 untuk dibuat menjadi tablet cepat hancur dengan metode granulasi basah. Evaluasi tablet menunjukkan bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin DE 10-15 sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula F memiliki kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu pembasahan 7,87 detik dan waktu hancur 38,55 detik.

This study developed a novel fast disintegrating tablets. Maltodextrin DE 10-15 and pregelatinized cassava starch (PCS) with various concentration were used as tablet disintegrant. The PCS was obtained from pregelatinized process. The resulting PCS was then mixed with maltodextrin DE 10-15. The resulting mixture was then formulated into fast disintegrating tablet using wet granulation method. The obtained tablets were then evaluated. The evaluation showed that formula F which contained 40% maltodextrin DE 10-15 and 10% PCS have the best characteristic as fast disintegrating tablet. Formula F exhibited 3,39 kp of hardness, 0,74% of friability, 7,87 seconds of wetting time and 38,55 seconds of disintegration time."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S787
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>