Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222302 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulia Purwarini
"Infeksi Menular Seksual (IMS) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan pada tahun 2008, 340 juta penduduk dunia terinfeksi IMS, dan di Asia Tenggara kasus IMS 40% dari kasus di dunia, hal ini karena pengendalian IMS yang lemah. Kasus IMS banyak terjadi pada pekerja seks komerial (PSK) dan LSL (laki-laki berhubungan Seks dengan laki-laki). Meningkatnya kasus IMS akan meningkatkan kasus HIV (WHO, 2009). Prevalensi IMS di Indonesia pada waria lebih tinggi (19,3%) daripada LSL (1,1%) (WHO, 2008), penelitian Pisani dkk di Jakarta tahun 2004 menunjukkan prevalensi HIV pada waria 22%, PSK laki-laki 36% dan LSL 2,5%. Banyaknya kasus IMS pada waria, dapat di intervensi melalui petugas kesehatan untuk mencegah penularan HIV/AIDS dengan melakukan seks aman. Intervensi ini diharapkan dapat mengubah perilaku PSK waria Namun bagi PSK waria yang mengobati sendiri/tidak mengobati belum pernah diketahui konsistensi penggunaan kondom.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pencarian pengobatan IMS dengan penggunaan kondom seminggu terakhir pada PSK waria dengan gejala IMS setahun terakhir. Penelitian ini menggunakan data STBP tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel PSK waria yang mengalami gejala IMS setahun terakhir sejumlah 214 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PSK waria yang mencari pengobatan IMS kepada bukan tenaga kesehatan sebesar 28,5%, sedangkan yang berobat kepada petugas kesehatan sebesar 71,5%. PSK waria yang konsisten menggunakan kondom sebesar 25,2% dan yang tidak konsisten sebesar 74,8%. Hubungan pencarian pengobatan dengan penggunaan kondom menunjukkan bahwa PSK waria yang mencari pengobatan kepada bukan petugas kesehatan mempunyai peluang konsisten menggunakan kondom 1,57kali dibandingkan yang mencari pengobatan kepada petugas kesehatan (OR=1,57, 95% CI: 0,76-3,28). Hubungan tersebut secara statistik tidak bermakna (p=0,23).
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dilakukan pelatihan komunikasi efektif bagi petugas kesehatan agar dapat melakukan konseling dengan baik, menyediakan kondom gratis, memeriksa anal dan oral waria yang berobat, menyediakan obat yang efektif untuk IMS/HIV, bekerjasama dengan kelompok waria untuk mengadakan penyuluhan tentang IMS/HIV, memberikan pendidikan moral dan seks bagi remaja baik secara formal maupun informal.

Sexually transmitted Infection (STI) still become a world health problem. Worldwide, an estimated 33.4 million people are living with HIV. In South East Asia region accounts for nearly 40% of world's burden of STI's, due to poor controlling. This mostly happened in sex workers and their clients, men who have sex with men . The increasing number of STI will increase the number of HIV (WHO, 2009).
The objection of this study is to know the association between health seeking behavior for STI and condom use for anal sex within last week in transvestites sexual commercial worker (SCW) that had been complaining STI's symptom during last year. This study uses data from HIV/STI Integrated Biological Behavioral Surveillance among Most-at-Risk Groups (MARG) in Indonesia, 2007. The study design is cross- sectional with 214 transvestites who had been complaining for STI's symptom within last year.
Result of this study shows that 28,5% of the transvestites SCW self medication/did not do anything for the STI's symptom and 71,5% seek to health worker. Only 25,2% of them constantly used condoms, and 74,8% were not. The association between health seeking behavior and condom use shows that transvestites SCW who did self medication/did not do anything for STI's symptom had opportunity consistently condom use 2,26 times than those who came to health worker (OR=2,26, 95% CI: 0,98-5,24). This association is statistically not significant (p=0,06).
Based on the results, we suggest doing some effective communication training for health care workers how to do a good counseling, to provide condom freely, to give anal and oral examination for treated transvestites, to provide effective drug for STI/HIV, to assist transvestites group in arranging seminar about STI/HIV, to give formal or informal moral and sex education to adolescence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30829
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Febri Lestari
"Gonore masih menjadi salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) terbanyak di seluruh dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan terjadi 82 juta infeksi baru gonore .Prevalensi Gonore dan IMS lainnya tinggi pada populasi berisiko seperti pada Wanita Pekerja Seks (WPS). Menurut hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2018-2019 diketahui sebanyak 11,4% WPS terinfeksi gonore. Penggunaan kondom secara konsisten terbukti mengurangi risiko IMS, namun demikian prevalensi penggunaan kondom pada kelompok WPS masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsistensi penggunaan kondom oleh semua pasangan WPS dengan status infeksi gonore pada WPS di 6 Kabupaten/Kota. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulai Mei-Juni 2023 dengan menggunakan data STBP 2018/2019. Sampel penelitian ini sebanyak 1.026 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti melakukan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji cox regression. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang semua pasangannya tidak konsisten menggunakan kondom berisiko 1,42 kali untuk terinfeksi gonore dibandingkan responden yang pasangannya konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi menjual seks, ketersediaan kondom dan konsumsi alkohol (PR=1,42;95%CI=0,98-2,08;p value=0,07). Disarankan agar pemberlakuan peraturan daerah terkait kewajiban penggunaan kondom di tempat hiburan dan lokalisasi ditegakkan dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaannya.

Gonorrhea is still one of the most sexually transmitted infections (STIs) worldwide. WHO estimate 82 million new infections of gonorrhea occured in 2020. According to the results of the Integrated Biological and Behavioral Survei (STBP) 2018/2019, it was found that 11.4% of FSW were infected with gonorrhea. Consistency of condom use has been shown to reduce the risk of STIs, however, the prevalence of condom use in the FSW group is still low. This study aims to determine the relationship between the consistency of condom use by FSW’s partners and the status of gonorrhea infection in FSW in 6 districts/cities. This study used a cross-sectional study design which was conducted from May to June 2023 using STBP 2018/2019 data. The sample for this study was 1,026 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. This study conducted univariate analysis, bivariate analysis with the chi square test and multivariate analysis with the Cox regression test. The results showed that respondents whose partners did not consistently used condoms had a 1.42 times risk of getting infected with gonorrhea compared to respondents whose partners consistently use condoms after adjusted by age, marital status, education level, location of selling sex, availability of condoms and alcohol consumption (PR:1.42, 95%CI:0.98-2.08, p value:0.07). It is suggested that regional regulations related to the obligation to use condoms in entertainment venues and localization be enforced by involving community leaders in their implementation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Putri Larassita Parwangsa
"Pendahuluan : Sebagian besar LSL merupakan orang-orang yang menjalankan prinsip hidup bebas dimana 88% gaya seksual pada LSL tidak aman yaitu memiliki pasangan seks multipel. Kecenderungan perilaku seksual berisiko dengan banyak pasangan yang dilakukan oleh kelompok LSL ini dapat dikaitkan dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam rangka pencegahan penularan HIV dan IMS pada kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui hubungan Pasangan Seks Multipel dengan Perilaku Penggunaan Kondom pada kelompok LSL di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan cross sectional design. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 5 Kota Besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2015.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang tidak konsisten menggunakan kondom di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015 yaitu sebesar 67,55%, proporsi LSL yang memiliki pasangan seks multipel yaitu sebesar 83,80%, dan pasangan seks multipel memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kondom dengan nilai PR sebesar 1,571 (95% CI 1,171 – 2,108) setelah dikontrol variabel riwayat IMS.
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini yaitu LSL yang memiliki pasangan seks multipel berisiko 1,571 kali lebih besar untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak memiliki pasangan seks multipel setelah dikontrol variabel riwayat IMS.

Background : Most MSM are people who live the principle of free life where 88% of sexual styles in MSM are unsafe, namely having multiple sex partners. The tendency of risky sexual partners with multiple partners conducted by MSM groups can be associated with consistent behavior of condom use in the context of preventing HIV and STI transmission in MSM groups. This study aims to find out the relationship of Multiple Sex Couples with Condom Use Behavior in MSM groups in 5 Big Cities in Indonesia in 2015.
Methods : This study used a cross sectional design. The location of this study was carried out in 5 major cities in Indonesia, namely Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, and Denpasar using secondary data. Secondary data in this study were obtained from data from the Biological and Behavior Integrated Survey (STBP) in 2015.
Results : The results showed that the proportion of MSM who were inconsistent in using condoms in 5 big cities in Indonesia in 2015 was 67.55%, the proportion of MSM who had multiple sex partners were 83.80%, and multiple sex partners had a significant relationship with condom use behavior with a PR value of 1.571 (95% CI 1.171 - 2.108) after being controlled by STI History.
Conclusion : The conclusion of this study is that MSM who have multiple sex partners have a risk of 1.571 times greater behavior that is not consistent in using condoms compared with MSM who do not have multiple sex partners after being controlled by STI History.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khumaidi
"

Abstrak

Latar Belakang: Wanita pekerja seks merupakan salah satu populasi kunci penularan human immunodeficiency virus (HIV)  melalui jalur hubungan seksual. Salah satu faktor yang menjadikan  pekerja seks sebagai populasi kunci penularan HIV adalah perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual berisiko pada wanita pekerja seks dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara negosiasi penggunaan kondom dan konsusmis alkohol terhadap perilaku seksual berisiko HIV pada wanita pekerja di Kupang.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik purposive sampling dengan melibatkan 125 wanita pekerja seks. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen yakni : safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) dan the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara negosiasi penggunaan kondom dan perilaku seksual berisiko (p-value : 0,003) dan konsumsi alkohol dengan perilaku seksual berisiko (p value : 0,037).

Kesimpulan: Negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol  berdampak  pada perilaku seksual berisiko HIV.  Upaya untuk meningkatkan  kemampuan negosiasi penggunaan kondom melalui pelatihan komunikasi efektif  dengan melibatkan teman sebaya perlu ditingkatkan. Intervensi untuk menurunkan konsumsi alkohol juga diperlukan.

Kata kunci: konsumsi alkohol, negosiasi penggunaan kondom, perilaku seksual berisiko, wanita pekerja seks


Abstract

Background : Female sex worker is one of the key populations of transmission human immunodeficiency virus (HIV) through sexual intercourse. One of the factors that make sex workers as the key population of HIV transmission is risky sexual behavior. Risky sexual behavior in female sex workers is influenced by several factors including negotiation of condom use and alcohol consumption.

Objective : The study aimed to determine the relationship between condom negotiation, alcohol comsumption and HIV risk sexual behavior among female sex worker in Kupang .

Method : Cross-sectional was used in this study. Purposive sampling technique involving 125 female sex workers. This study utilized theree instruments: safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) and the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Results : There was a significant relationship between condom negotiation and risky sexual behavior (p-value : 0,003) and alcohol use and risky sexual behavior (p-value : 0,037).

Conclusion : Negotiation of condom use and alcohol consumption affect to HIV risk sexual behavior. Efforts to improve the ability to negotiate condom use through effective communication training involving peers need to be improved. Interventions to reduce alcohol consumption are also needed

Keywords: alcohol consumption, condom negotiation, female sex worker, risky sexual behavior

"
2019
T53070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Fitrianti
"ABSTRAK
Infeksi menular seksual dapat menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas terutama di negara sedang berkembang. Berdasarkan data STBP di Indonesia, kelompok LSL memiliki prevalensi HIV meningkat tajam 2,5 kali dibandingkan hasil STBP sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis jenis pasangan seksual dengan konsistensi penggunaan kondom pada LSL di 6 kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross Sectional. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 827 orang. Hasilnya LSL yang mempunyai pasangan waria (44%) paling konsisten dalam menggunakan kondom, LSL yang mempunyai pasangan lakilaki (39,5%) merupakan kelompok LSL yang tidak konsisten dalam penggunaan kondom, dan LSL yang mempunyai pasangan wanita paling banyak yang tidak pernah menggunakan kondom (51,5%). LSL yang mempunyai pasangan laki-laki 8,06 kali lebih konsisten dalam penggunaan kondom dibandingkan pasangan wanita.LSL yang mempunyai pasangan waria 8,58 kali lebih konsisten dalam penggunaan kondom dibandingkan pasangan wanita. Variable confounding pengetahuan, penggunaan pelumas, akses, dan sumber informasi (teman sebaya, konselor, pertunjukan, media social, dan internet) memiliki hubungan yang bermakna terhadap penggunaan kondom secara konsisten. Saran dari penelitian ini yaitu memaksimalkan pelaksanaan program pencegahan HIV yang sudah ada dan penggunaan media massa dan pendekatan yang inovatif.

ABSTRACT
Sexually transmitted infections can cause a burden of morbidity and mortality, especially in developing countries. Based on STBP data in Indonesia, MSM have a HIV prevalence that has risen sharply 2.5 times compared to the previous STBP results. The purpose of this study was to analyze the types of sexual partners with the consistency of condom use in MSM in 6 cities in Indonesia. This study uses the Cross Sectional research method. The number of samples studied was 827 people. The result is MSM who have a transgender partner (44%) are most consistent in using condoms, MSM who have male partners (39.5%) are MSM groups who are inconsistent in condom use, and MSM who have the most female partners who have never use condoms (51.5%). MSM who had male partners 8.06 times were more consistent in condom use than female partners. LSL who have a transgender partner were 8.58 times more consistent in condom use than female partners. Variable confounding knowledge, use of lubricants, access, and sources of information (peers, counselors, shows, social media, and the internet) have a significant relationship to consistent condom use. Suggestions from this research are maximizing the implementation of existing HIV prevention programs and the use of mass media and innovative approaches.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"ABSTRAK
Konsistensi penggunaan kondom pada Penasun masih rendah. Menurut
Laporan STBP 2013, konsistensi penggunaan kondom pada Penasun sebesar 17%
pada pasangan tetap, 17% pasangan tidak tetap dan 16% pasangan komersial.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan penggunaan kondom pada
Penasun di 4 Kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data STBP Penasun
tahun 2013. Cara pengambilan sampel STBP Penasun adalah Responden Driven
Sampling (RDS). Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariabel.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi penggunaan kondom pada saat
berhubungan seks sebesar 18% pada pasangan tetap, 17% pada pasangan tidak
tetap, 17% membeli seks dan 5% menjual seks. Determinan penggunaan kondom
pada 4 pasangan berbeda, namun tidak memiliki kondom selalu ada pada semua
jenis pasangan. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tetap adalah
tidak memiliki kondom, tidak merasa berisiko, pengetahuan rendah, tidak
mengakses LASS, tidak menikah dan merasa kondom tidak bermanfaat dalam
mencegah HIV merupakan determinan dari perilaku penggunaan kondom Penasun
pada pasangan tetap. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tidak tetap
adalah tidak memiliki kondom dan tidak menikah merupakan determinan
penggunaan kondom Penasun pada pasangan tidak tetap. Determinan penggunaan
kondom pada Penasun yang membeli seks adalah tidak memiliki kondom
merupakan determinan penggunaan kondom Penasun saat membeli seks

ABSTRACT
Consistent condom use in IDUs remains low. According to the report IBBS
2013, the consistent use of condoms in 17% IDU steady partner, 17% of couples
are not fixed and 16% commercial partner. This study aims to look at the
determinants of condom use among IDU in four cities in Indonesia. This study
uses IBBS IDU 2013. How sampling IBBS IDU is Respondent Driven Sampling
(RDS). Analysis of univariate, bivariate and multivariable.
The results showed the proportion of condom use during sex by 18% on a
regular partner, 17% on casual partners, 17% and 5% purchase sex sell sex.
Determinants of condom use on four different couples, but does not have a
condom always exist in all types of couples. Determinants of condom use on a
regular partner is not having a condom, do not feel at risk, low knowledge, no
access LASS, not married and feel condoms are not useful in preventing HIV is a
determinant of condom use behaviors of IDUs in couples staying. Determinants of
condom use in casual partners is not to have condoms and abstaining from
marriage is the determinant of condom use in casual partners of IDUs. The
Determinants of condom use among IDU who buy sex is not having a condom is a
determinant of the use of condoms when buying sex IDU"
2016
T46541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Ayu Prameswari
"Penggunaan Kondom secara konsisten merupakan salah satu cara untuk mencegah penyakit menular seksual pada populasi kunci. Rata-rata pembeli jasa seks pada populasi yang menjual seks paling banyak adalah pada WPSL, kemudian diikuti oleh WPSTL, LSL, dan penasun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan tentang HIV-AIDS, risiko, dan pencegahannya dengan konsistensi penggunaaan kondom pada wanita pekerja seks langsung di 9 kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data STBP 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh WPSL yang ada di 9 Kota yang menjadi tempat pelaksanaan survei. Sampel penelitian yang diteliti adalah WPSL yang berusia >15 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan kondom pada WPSL di 9 Kota di Indonesia pada tahun 2013 adalah 36,3% dan prevalensi WPSL yang memiliki pengetahuan baik adalah 55,9%. WPSL yang memiliki pengetahuan baik tentang HIV-AIDS, risiko, dan pencegahannya berisiko 3,2 kali untuk memiliki perilaku konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol faktor konfounding. Faktor konfonding dalam hubungan pengetahuan HIV, risiko dan pencegahannya dengan konsistensi penggunaan kondom dalam penelitian ini adalah pendidikan (OR=1,732), persepsi (OR=1,305), jumlah pelanggan (OR=0,737), ketersediaan kondom (OR=1,826), akses kondom gratis (OR=1,970), dan menawarkan kondom (OR=31,523). Dibutuhkan penelitian lanjut dengan faktor-faktor tambahan yang diduga menjadi determinan perilaku penggunaan kondom secara konsisten.

Consistency in condom usage is one of the ways to prevent sexually transmitted infection in key population. The average client of sex services in populations that provides most prostitution service is the Direct Female Sex Workers (DFSW), followed by Indirect Female Sex Workers (IFSW), MSM and IDUs. This study is conducted to identify the association between knowledge of HIV-AIDS, its risks, and its prevention with consistency of condom usage on direct female sex workers in 9 cities in Indonesia. This study used cross sectional study design and used data of IBBS 2013. Population of this study is all of DFSW in 9 cities where the survey is held. Meanwhile, the DFSW taken as samples for this study are 15 years old or above who meet the inclusion and exclusion criteria.
The result shows that the prevalence of consistency of condom usage on DFSW in 9 Cities in Indonesia is 36.3% and the prevalence of DFSW which has good knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention is 55.9%. The DFSW who has good knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention has 1=3.2 time higher chance of consistency in condom usage after the confounding factors are controlled. The confounding factors in association between knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention and consistency of condom usage are education (OR=1.732), perception (OR=1.305), number of guest (OR=0.737), condom availability (OR=1.826), free condom access (OR=1.970), and offering condom to guest (OR=31.523). Further study is needed with more factors that determine consistency of condom usage on DFSW.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati Srikandi Putri
"The number of HIV positive and AIDS cases in 2013 indicate a significant increase. Provinces with the highest number is DKI Jakarta. A shift in the pattern of the epidemic of injecting drug users to key populations. Estimated number of people living with HIV among trangender increased. Based on research by Pisani, et al (2004) group who did not use condoms during anal sex is the most widely Transgender group (59.3%). Srikandi Sejati Foundation (YSS) is an institution that accompany Transgender group in Jakarta. The purpose of this study was to determine the behavior of the use of condoms for prevention of HIV on Transgender sex workers in Jakarta in 2015. It is a quantitative study using cross sectional study design with the Health Belief Model theory approach. Sample of 217 sex workers under the auspices of YSS. Results: behavior inconsistent condom use (46.5%), the largest age group is ≤ 34 th (55.7%), 74% of respondents have had a good comprehensive knowledge, the perception of susceptibillity (84,6%), as many as 89% of respondents have the perception that the HIV is a serious illness, 86,3% of respondents have the perception that condoms are useful to prevent, 62% of respondents have a perception of low barriers, 76% of respondents have had the High Self Efficacy, and 68.5% were exposed information with high frequence about HIV / AIDS. Statistical test results indicate a relationship between the variables of age, knowledge, perception of vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, and exposure information with condom use behavior. Study suggestions that the parties continue to develop an effective intervention programs especially to holding partner / "husband" or customers Transgender sex workers.

Jumlah kasus HIV positif dan AIDS pada tahun. 2013 mengalami peningkatan yang signifikan. Provinsi dengan jumlah tertinggi yaitu DKI Jakarta. Terjadinya pergeseran pola epidemi dari pengguna jarum suntik ke penyebaran melalui hubungan seksual. Estimasi jumlah ODHA di kalangan Waria meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pisani, dkk (2004) kelompok yang tidak menggunakan kondom saat melakukan seks anal paling banyak adalah kelompok Waria (59,3%). Yayasan Srikandi Sejati (YSS) merupakan lembaga yang menaungi kelompok Waria di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku penggunaan kondom sebagai upaya pencegahan HIV pada Waria Penjaja Seks di Jakarta Tahun 2015. Merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan cross sectional dengan pendekatan teori Health Belief Model. Sampel sebanyak 217 Waria penjaja seks dibawah naungan YSS. Hasil : perilaku penggunaan kondomnya yang tidak konsisten (46,5%), kelompok umur terbesar adalah ≤ 34 th (55,7%), 74% responden telah memiliki pengetahuan komprehensif yang baik, persepsi bahwa dirinya rentan terhadap HIV (84,6%), sebanyak 89% responden memiliki persepsi bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang parah, 86,3% responden memiliki persepsi bahwa kondom bermanfaat untuk mencegah HIV, 62% responden memiliki persepsi hambatan yang rendah, 76% responden telah memiliki Self Efficacy yang Tinggi, 68,5% sudah terpapar informasi dengan frekuensi tinggi mengenai HIV/AIDS. hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel umur, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, self efficacy, dan paparan informasi dengan perilaku penggunaan kondom. saran penelitian agar pihak-pihak terkait terus mengembangkan program intervensi yang efektif serta memperkaya materi edukasi demi menanamkan persepsi-persepsi yang mempengaruhi perilaku pencegahan."
Universitas Indonesia, 2015
S61056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Landi
"Klamidia adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis, merupakan IMS dengan prevalensi tertinggi yang menginfeksi manusia terutama pada umur 15-49 tahun. Klamidia apabila tidak diobati menyebabkan kekamilan ektopik, infertilitas, servisitis, nyeri panggul kronis dan dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan infeksi mata pada bayi. Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung (WPSTL) berisiko terhadap penularan klamidia karena perilaku seksnya dan kurang pengawasan dan pelayanan kesehatan karena pada umumnya beroperasi secara tersembunyi. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Terpadu Perilaku dan Biologis (STBP) 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah WPSTL di 11 kabupaten/kota Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi klamidia sebesar 31,9%. Proporsi WPSTL yang tidak konsisten menggunakan kondom sebesar 23,2%. Hasil analisis multivariat diketahui bahwa WPSTL yang tidak konsisten menggunakan kondom berisiko 1,2 kali (PR=1,2 ; (%%CI=0,933-1,522), hasil ini secara statistik tidak bermakna. Cara pencegahan infeksi klamidia pada WPSTL antara lain dengan penggunaan kondom secara konsisten dan benar terutama pada WPSTL berusia <25 tahun dan menderita IMS lain.

Chlamydia is a sexually transmitted infection (STI) caused by the bacterium Chlamydia trachomatis, the highest prevalence of STIs that infects humans, especially at the age of 15-49 years. Chlamydia if left untreated causes ectopic pregnancy, infertility, cervicitis, chronic pelvic pain and can cause babies to be born prematurely and eye infections in infants. Indirect Female Sex Workers (IFSW) are at risk of transmission of chlamydia due to their sexual behavior and lack of supervision and health services because they generally operate in secret. This study uses secondary data on the 2015 Integrated Behavioral and Biological Survey (IBBS). The research design used was cross sectional. The study population was IFSW in 11 districts/cities in Indonesia. The results showed the prevalence of chlamydia was 31.9%. The proportion of WPSTL that is not consistent using condoms is 23.2%. The results of multivariate analysis revealed that WPSTL who were inconsistent using condoms were 1.2 times at risk (PR = 1.2; (95% CI = 0.933-1.522), this result was not statistically significant. IFSW prevention methods included using condoms consistently and correctly especially at IFSW <25 years old and suffer from other STIs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Dwi Kartika
"Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) merupakan salah satu kelompok populasi yang paling berisiko terinfeksi HIV. Promosi penggunaan kondom konsisten adalah strategi kunci untuk pencegahan HIV pada LSL. Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berasosiasi dengan penggunaan kondom konsisten pada LSL yang memiliki pasangan tetap, pasangan tidak tetap, pasangan membeli seks, dan pasangan menjual seks. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) untuk LSL di Pulau Jawa tahun 2011. Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat determinan penggunaan kondom konsisten dari faktor sosiodemografi, persepsi, isyarat untuk bertindak, dan penggunaan kondom pada seks terakhir. Penggunaan kondom konsisten pada pasangan laki-laki berkisar 37%-49% dan 28% pada pasangan perempuan dalam sebulan terakhir. Analisis multivariat menghasilkan status belum menikah, pengetahuan komprehensif, tidak ada gejala IMS, dan penggunaan kondom pada seks terakhir berasosiasi meningkatkan penggunaan kondom konsisten. Intervensi kepada LSL harus dapat meningkatkan pengetahuan komprehensif dan mempromosikan penggunaan kondom konsisten pada semua jenis pasangan seksnya.

Men Who Have Sex with Men (MSM) are population at high risk for HIV infection. Promoting consistent condom use (CCU) is a key risk reduction strategy for HIV prevention among MSM. This thesis reports the factors associated with CCU among MSM with their regular, casual, client, and sex worker partners. This thesis used cross-sectional design from Integrated Biological and Behaviour Surveillance for MSM in Java Island in 2011. Binary logistic regression analyses were conducted to assess the determinants of CCU with socio-demographic, perceived, cues to action, and past condom use factors. CCU ranged from 37 to 49% with male partners and 28% with female partner. Multivariate analyses showed that MSM who had a single status, comprehensive knowledge, no STD symptoms, and past condom use were likely to be consistent condom users. HIV interventions among MSM need to increase comprehensive knowledge of HIV and promote CCU with all types of sex partners."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>