Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102064 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Prima
"Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Konservasi Sumber Daya Air dan berdasarkan Audit Energi Gedung Kantor Pusat Pertamina tahun 2010, maka perlu dilakukan upaya-upaya pelestarian sumber daya air dengan penghematan serta peningkatan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya air (PDAM dan air tanah) di Kantor Pusat Pertamina. Salah satu upaya yang akan diterapkan adalah penggunaan kembali air berpolutan rendah atau daur ulang air (water recycling) yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan bentuk pemanfaatan dan bentuk pengolahan daur ulang air limbah yang sesuai kebutuhan dalam rangka mendesain Instalasi Daur Ulang air limbah yang efektif dan efisien di Kantor Pusat Pertamina. Penelitian dilakukan dengan menganalis potensi air limbah yang dapat didaur ulang, menganalisis aspek kebutuhan dan aspek teknis serta pembiayaan berdasarkan kondisi pemanfaatan dan karakteristik air limbah.Berdasarkan analisis potensi dan analisis aspek kebutuhan dan aspek teknis, air daur ulang dimanfaatkan untuk penggunaan cooling tower Gedung Utama. Instalasi Daur Ulang menggunakan kombinasi pengolahan filter karbon aktif, ultrafiltrasi (UF), dan ultraviolet (UV) yang dapat menghasilkan air daur ulang dengan kapasitas produksi 109 hingga 127 m3/hari atau 60 hingga 70 persen dari potensi sebesar 182 m3/hari yang bersumber dari Gedung Utama, Gedung Annex, Gedung Perwira, dan kantin Kantor Pusat Pertamina. Air daur ulang ini dapat mengurangi konsumsi PDAM sebesar 24 − 28%. Instalasi Daur Ulang Kantor Pusat Pertamina layak secara ekonomi dengan harga produksi air daur ulang sebesar Rp. 9.126 per m3 dibandingkan harga air PDAM sebesar Rp. 12.550 per m3. Penghematan yang diperoleh Kantor Pusat Pertamina sebesar Rp. 41.113.800 sampai Rp. 47.966.100 setiap bulannya dengan payback period selama 16 sampai 19 bulan.

Based on Regulation No. 7/2004 about Conservation of Water Resources and Energy Audit of Pertamina Head Office Building in 2010, it is indispensible to conserve water resources by increasing effectiveness and efficiency of water uses (PDAM and groundwater) at the Pertamina Head Office. One effort is the reuse of low pollutant water reuse or the recycling of effluent from the Waste Water Treatment Plant (WWTP).
The research is aimed to plan the use and configuration of wastewater recycling system in order to design an effective and efficient wastewater recycling plant in the Pertamina Head Office. The study was conducted by analyzing the potential of the wastewater which can be recycled, aspects of the water needs, technical aspects as well as the financial aspect based on the water utilization target and wastewater characteristics. Based on the analysis of the potential and the analysis of needs and the technical aspects, recycling water will be used for cooling tower of the Utama Building. The wastewater recycling installation will use a combination of activated carbon filter, ultrafiltration (UF), and ultraviolet (UV) which can produce recycled water with capacity of 109 to 127 m3/day or 60 to 70 percent of the potential of 182 m3/day wastewater originating from Utama Building, Annex Building, Perwira Building, and cafeteria. This recycled water can reduce PDAM consumption by 24 to 28 percent. Wastewater recycling plant in the Pertamina Head Office is economically viable at a price of recycled water production amounted to Rp. 9.126 per m3 compared to PDAM water price of Rp. 12.550 per m3. Savings gained by Pertamina Head Office will range from Rp. 41.113.800 to Rp. 47.966.100 per month with a payback period for 16 to 19 months."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1965
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwica Wulandari
"Instalasi Pengolahan Air Limbah Kantor Pusat Pertamina telah beroperasi sejak 1988. Pengolahan air limbah berjalan dengan menggunakan sistem activated sludge extended aeration. Selama masa pengoperasian ditemukan masalah pada proses pengolahan seperti karakteristik effluent yang tidak memenuhi baku mutu sehingga harus dilakukan evaluasi untuk meningkatan efisiensi pengolahan. Evaluasi ini dilakukan dengan menghitung parameter-parameter kinerja pada kondisi eksiting dan berdasarkan kriteria desain pada literatur. Selain itu, diperhitungkan juga kondisi perencanaan dengan debit air limbah dari beberapa gedung tambahan.
Hasil dari evaluasi ini yaitu efisiensi pengolahaan sudah mencapai 77% untuk penghilangan Biochemical Oxygen Demand (BOD) namun tidak sesuai dengan kriteria desain dimana efisiensi dari proses activated sludge extended aeration adalah 85%- 95%. Selain itu, konsentrasi ammonia pada effluent tidak memenuhi baku mutu. Pada kondisi eksisting, parameter kinerja adalah Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS) dengan nilai 178 mg/L, Food to microorganism ratio (F/M ratio) 0,84, kebutuhan udara pada bak aerasi sebesar 2190 m3/hari, sludge retention time selama 7 hari, dan nilai resirkulasi lumpur 86 m3/hari. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan untuk kondisi perencanaan yang sesuai dengan kriteria desain untuk mencapai nilai parameter kinerja MLSS 2.500 mg/L, F/M Ratio 0,06, kebutuhan udara pada bak aerasi sebesar 2.196 m3/hari, sludge retention time selama 24 hari dan nilai resirkulasi lumpur 0,15 m3/hari.

The Waste Water Treatment Plant(WWTP)consists of physical and biological process usingan activated sludge - extended aeration system. During the operation time, there are several troubleshoots in treatment process such as the effluent quality which doesnt meet the standard, therefore the WWTP needs to be evaluated. Performance evaluation of treatment unitswasconductedbased on design criteria in severalreferences and existing condition. The evaluation also considers influent flow rateoriginating from additional buildings.
The evaluation indicated a Biochemical Oxygen Demand ( BOD) removal eficiency of up to 77%.This does not meet design criteria in the referenceswhere removal eficiency of activated sludge ranges from 85% to 95%. In addition, ammonia concentration in effluent does not meet the effluent standard. In existing condition, performance parameters are Mixed Liquor Suspended Solids(MLSS) of 178 mg/L, Food to microorganism ratio (F/M ratio) of 0,84, aeration air demand of 2190 m3/day, sludge retention time of 7 days, and recycled sludge of 86 m3/day. Performance parameters need to be improvedfor furhter planning condition,are Mixed Liquor Suspended Solids(MLSS) 2500 mg/L, Food to microorganism ratio (F/M ratio) 0,06, aeration air demand 2916 m3/hari, sludge retention time 24 days, and recycled sludge 0,15 m3/hari.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42469
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mitria Widianingtias
"Salah satu strategi untuk mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya air yang diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2013 yaitu dengan meningkatkan penghematan air serta pengendalian penggunaan air tanah dengan cara mendorong penggunaan teknologi daur ulang air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui merencanakan bentuk pemanfaatan dan pengolahan daur ulang air limbah yang sesuai untuk diterapkan di Depok Town Square. Sumber air bersih yang digunakan di Depok Town Square adalah air tanah dalam (artesis) yang memasok ± 30% kebutuhan air yaitu rata-rata sekitar 3.038 m3/bulan dan air PDAM yang memasok ± 70% kebutuhan air yaitu rata-rata sekitar 6.992,75 m3/bulan. Sumber air limbah yang didaur ulang berasal dari effluen IPAL Depok Town Square dengan kualitas effluen untuk parameter ammonia sebesar 21,60 mg/l, parameter BOD sebesar 43,78 mg/l, parameter COD sebesar 164,48 mg/l, TSS sebesar 49,0 mg/l, TDS sebesar 1.050 mg/l, besi sebesar 0,22 mg/l, mangan 0,8 mg/l, kekeruhan sebesar 10,6 NTU, kesadahan sebesar 46 mg/l, dan fecal coliform sebesar > 16.000 jml/100 ml. Berdasarkan analisa tingkat kebutuhan air dan potensi daur ulang, bentuk pemanfaatan air daur ulang yang sesuai untuk diterapkan di Depok Town Square adalah untuk flushing toilet, siram tanaman, cleaning, dan cooling tower sehingga bentuk pengolahan daur ulang yang sesuai adalah unit ultrafiltrasi diikuti dengan unit desifeksi klorin dan bak penampung.

One of the strategies to achieve water resource management policies set out in the West Java Governor Regulation No. 14/2013 is to increase water savings as well as control the use of ground water by encouraging the use of recycled wastewater. This study aims to determine planning the utilization and processing of recycled waste water suitable to be applied in Depok Town Square. Clean water sources used in Depok Town Square is ground water (artesian) which supplies ± 30% of the water needs with an average of about 3.038 m3/month and PDAM that supply 70% of water needs with an average of about 6.992,75 m3 /month. Source of recycled wastewater is the effluent of Depok Town Square?s WWTP with quality for ammonia 21,60 mg/l, BOD 43,78 mg/l, COD 164,48 mg/l, TSS 49,0 mg/l, TDS 1.050 mg/l, iron 0,22 mg/l, manganese 0,8 mg/l, turbidity 10,6 NTU, hardness 46 mg/l, and fecal coliform >16.000 MPN/100 ml. Based on the analysis of the level of need and potential for water recycling, recycled water utilization suitable to be applied in Depok Town Square is for toilet flushing, garden watering, cleaning, and cooling towers. Therefore suitable recycling processing is ultrafiltration followed by disinfection and reservoir tank."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ibtida Prasetyaningtyas
"CNOOC SES Ltd. yang merupakan perusahaan minyak lepas pantai dengan pusat produksi di Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu memanfaatkan desalinasi air laut sebagai sumber air bersih dengan teknologi reverse osmosis. Peningkatan kebutuhan air secara pesat dan penurunan kualitas sumber menuntut adanya usaha untuk mendukung penyediaan air bersih yang berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan daur ulang air limbah domestik. Alternatif ini dapat menjadi pemenuhan kebutuhan air di lokasi tersebut untuk mensubstitusi penggunaan air laut dengan tujuan mencegah pencemaran, konservasi air serta menghemat biaya pengolahan. Dari neraca air diperoleh masing-masing konsumsi sebesar 59,3 m3/hari, 144 m3/hari, dan 34,3 m3/hari. Dari hasil pemeriksaan di laboratorium diperoleh kulitas efluen IPAL eksisting untuk beberapa parameter seperti BOD5 21,0 mg/l; TDS 243 mg/l; TSS 12,3 mg/l; COD 42,5 mg/l; amonia 6,87 mg/l dan fecal coliform lebih dari 1600 MPN/100 ml. Beberapa potensi daur ulang limbah cair domestik di Pulau Pabelokan diantaranya untuk penggelontoran toilet, penyiraman taman, serta tower pendingin (cooling tower). Target kualitas air daur ulang mengacu pada kualitas air kelas dua berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, sehingga parameter yang harus diturunkan adalah BOD5, COD dan amonia. Untuk mencapai target kualitas tersebut dibutuhkan pengolahan lanjutan sebagai pengolahan daur ulang dengan alternatif unit ultrafiltrasi dan reverse osmosis. Berdasarkan metode pembobotan dengan aspek teknis dan biaya unit yang dipilih adalah ultrafiltrasi dengan pretreatment filter karbon aktif serta ultraviolet sebagai unit disinfeksi.

CNOOC SES Ltd, which is an offshore oil company with production center location in Pabelokan Island, uses seawater as the source of clean water by desalination water using reverse osmosis technology. The rapid increase in water demand and water resource degradation require efforts to support sustainable provision of clean water and one of them is domestic waste water reuse. Water reuse is an alternative to provide the water needs to substitute the use of sea water in order to prevent pollution, water conservation and save on processing costs. Effluent wastewater qualities from laboratory tests for several parameters such as BOD5 is 21,0 mg/l; TDS is 242 mg/l; TSS is 12,3 mg/l; COD is 42,5 mg/l; ammonia is 6,87 mg/l; and fecal coliform is over 1600 MPN/ 100 ml. The potential of water reuse in Pabelokan Island are for toilets flushing, gardens watering, and cooling water. Consumptions of water reuse obtained from water balance are 59,3 m3/day, 144 m3/day, and 34,3 m3/day. The quality target of water reuse refers to water quality class two based on Government Regulation No. 82 of 2001, so the parameter should be derived are BOD5, COD and ammonia. Ultrafiltration and reverse osmosis are tertiary treatments alternatives used as water reuse treatment. Weighting parameter consists of technical and cost aspects, the unit chosen as water reuse treatment is ultrafiltration with activated carbon filter as pretreatment and ultraviolet as disinfection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1964
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Putra Sonsang
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S41859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan metode daur ulang limbah cair yang dihasilkan dari
proses produksi polimer polipropilen dan menganalisa potensi manfaat yang dihasilkannya. Industri
mengkonsumsi 27 m3
/jam air tanah, setengahnya diproses lebih lanjut menjadi air demineral. Lebih dari
setengah air demineral ini digunakan untuk proses pendinginan dalam unit pembuatan pellet plastik. Proses ini
menghasilkan efluen yang mengandung bahan-bahan terlarut dan partikulat, terutama debu polimer. Efluen
selama ini dibuang ke laut setelah sekedarnya melalui pemisahan padatan. Daur ulang efluen kembali ke unit
proses pembuatan pelet diharapkan menghasilkan penurunan konsumsi air secara keseluruhan. Standar mutu air
terutama pH, konduktivitas, silikon dioksida dan TSS harus dipenuhi untuk tujuan ini. Hasil analisa
laboratorium terhadap efluen menunjukkan bahwa kecuali pH yang nilainya sedikit menurun, ketiga parameter
lainnya meningkat secara nyata. Memperhatikan karakteristik efluen tersebut, suatu percobaan dilakukan untuk
mengevaluasi kelayakan teknik filtrasi untuk menangani efluen dengan kualitas yang dapat diterima. Filter
terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran saringan mulai dari 13, 100, 125, 200, 250, dan 325 µm dengan
diameter 24 cm digunakan untuk menyaring efluen pada suhu 30, 40, dan 70 oC. Hasilnya memperlihatkan
bahwa ukuran saringan dan suhu tidak secara nyata mempengaruhi nilai pH dan konduktivitas, tetapi
menurunkan kandungan silikon dioksida dan TSS. Ukuran saringan 325 µm menghasilkan silikon dioksida di
atas 0,1 mg/L (melewati standar), sedangkan ukuran selainnya memenuhi standar. Semakin kecil ukuran saringan semakin rendah kandungan TSS dalam efluen, tetapi hanya filter-filter dengan ukuran saringan 13, 100,
dan 125 µm yang dapat memenuhi standar TSS dengan nilai mendekati nol. Ukuran saringan 13 m
menghasilkan efluen dengan nilai konduktivitas terendah yaitu 8,74 ± 0,06 µS/cm, tetapi nilai ini terlalu dekat dengan standar yaitu kurang dari 10 µS/cm. Ini menunjukkan adanya kebutuhan bagi limbah yang sudah
ditangani tersebut untuk dicampur dengan air demineral segar agar dapat digunakan secara aman. Rasio air limbah terolah dengan air demineral segar 5:1 merupakan nilai kompromi yang optimum agar standar konduktivitas terpenuhi sekaligus mendapatkan potensi penghematan dari proses daur ulang ini. Sejumlah manfaat dihasilkan dari daur ulang ini, meliputi penghematan pemakaian air (43%), pemakaian bahan kimia (43%), listrik (42%) yang kesemuanya setara dengan 39% reduksi biaya produksi air demineral dan juga manfaat berkurangnya beban buangan limbah padat ke lingkungan sebesar 14 kg/hari."
630 JTIP 20:1(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fachmi Azhar Aji
"PT X merupakaan perusahaan penetasan telur ayam yang menerapkan sistem daur ulang air limbah untuk mengurangi pengambilan air tanah dan pembuangan air limbah. Sistem daur ulang air limbah yang berkelanjutan harus layak secara teknologi, ekonomi dan sosial. Namun masalah dalam penelitian ini adalah ketiadaan informasi kelayakan dan strategi pengembangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi keberlanjutan penerapan sistem daur ulang air limbah di PT X dan merumuskan strategi pengembangannya. Metode penelitian yang digunakan diantaranya mengevaluasi efisiensi penggunaan air tanah, penurunan konsentrasi pencemar air limbah, analisis biaya manfaat, analisa persepsi & tingkat pengetahuan masyarakat kemudian pengembangan strategi dengan metode SWOT. Hasil penelitian menunjukkan sistem daur ulang air limbah mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah secara rata-rata sebesar 30,18%, performa penurunan konsentrasi pencemar untuk parameter BOD5, COD, TSS, Minyak dan lemak diatas 70% dan mampu memenuhi baku mutu yang diharapkan, dan memiliki kelayakan ekonomi dengan nilai NPV positif dan BCR>1. Selain itu mayoritas masyarakat sekitar perusahaan memiliki pengetahuan lingkungan lebih dari cukup dan perspektif positif terhadap daur ulang air limbah PT X. Strategi peningkatan kekuatan & peluang cocok diterapkan untuk pengembangan berkelanjutan. Secara umum daur ulang air limbah layak diterapkan dalam industri sejenis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sistem daur ulang air limbah yang diterapkan PT X memiliki kelayakan teknologi, ekonomi dan sosial dan dapat dikembangkan melalui peningkatan teknologi daur ulang air limbah dan pemanfaatan peluang eksternal

PT X is a poultry hatchery company that implements a wastewater recycling system to reduce groundwater extraction and wastewater disposal. The sustainable wastewater recycling system must be technologically, economically, and socially feasible. However, the problem in this research is the lack of feasibility information and development strategies. The objective of this research is to evaluate the sustainability of implementing the wastewater recycling system at PT X and formulate development strategies. Research methods include evaluating the efficiency of groundwater use, reducing pollutant concentrations in wastewater, cost-benefit analysis, analyzing community perceptions and knowledge levels, and developing strategies using the SWOT method. The research results indicate that the wastewater recycling system can improve the efficiency of groundwater use by an average of 30.18%. The performance in reducing pollutant concentrations for parameters such as BOD5, COD, TSS, oil, and fat is above 70%, meeting the expected quality standards. It is economically viable with a positive NPV and BCR > 1. Additionally, the majority of the community around the company has sufficient environmental knowledge and a positive perspective on PT X's wastewater recycling. Strengthening internal strengths and capitalizing on external opportunities are suitable strategies for sustainable development. In conclusions, wastewater recycling is feasible for similar industries. The conclusion of this research is that PT X's implemented wastewater recycling system is technologically, economically, and socially feasible and can be developed through improved wastewater recycling technology and leveraging external opportunities."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Prima
"ABSTRAK
Kombinasi saringan pasir dan karbon aktif pada MMF umum digunakan sebagai
pretreatment UF karena efektif menghilangkan padatan tersuspensi sebesar 75-
90% dan zat organik hingga 59%. Namun di RS X, UF mengalami fouling dalam
waktu singkat disebabkan tingginya konsentrasi konstituen residu di influen yang
berasal dari MMF sehingga UF membutuhkan frekuensi backwash lebih tinggi.
Kondisi ini dapat mengurangi recovery dan daur ulang air limbah menjadi tidak
layak secara ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi kemampuan MMF
eksisting dan dampaknya terhadap kemampuan UF tipe S-640 polysulfone hollow
fiber. Evaluasi dilakukan dengan mengukur dan menguji kinerja MMF sebagai
pretreatement UF melalui serangkaian percobaan pilot plant pada berbagai variasi
kualitas input terhadap periode operasi MMF. Hasil penelitian menunjukan MMF
eksisting memiliki kapasitas pengolahan maksimal 616 m3 yang dicapai selama 3
hari operasi untuk satu siklus backwash. Pada periode operasi tersebut, MMF
memiliki efisiensi penyisihan (1) tinggi untuk kekeruhan dan TSS rata-rata
sebesar 62% dan 74% dan (2) rendah untuk zat organik yang hanya sebesar 14%.
Penyisihan zat organik yang rendah disebabkan karbon aktif sudah mengalami
penurunan daya adsorpsi sehingga diperlukan penggantian. Dengan kondisi efluen
MMF eksisting, UF S-640 Hollow Fiber hanya memiliki efisiensi penyisihan ratarata
zat organik 50% (maks. 64%, min. 30%), kekeruhan 73% (maks. 92%, min.
64%), dan TSS 78% (maks. 94%, min. 71%). Recovery rata-rata diperoleh sebesar
52,87% (maks. 89,69% ; min.33,33% ) pada range tekanan antar membran 3,5 –
2,8 bar. Sebagai pretreatment UF, MMF eksisting membutuhkan backwash satu
kali sehari dengan volume 0,9 m3 dan penggantian media pada MMF yang
dilakukan minimal satu kali dalam 6 bulan.
ABSTRACT
The combination of sand and activated carbon filter in MMF commonly used as
pretreatment for UF cause can remove fouling contituens effectively such as
solids until 75-90% and organic matter until 59%. However in the X Hospital, UF
was going to fouling in a short time due to the high concentration of constituents
in the influent residue derived from MMF so that UF require higher backwash
frequency. This condition can reduce the recovery and wastewater recycling to be
economically unfeasible. Therefore, we need to evaluate the capabilities of
existing MMF and its impact on the performance of UF S-640 polysulfone hollow
fiber. Evaluation was conducted by measuring and testing the performance of
MMF as a pretreatment of UF pilot plant through a series of experiments on a
wide variety of quality inputs to the MMFoperation period. The results showed
that existing MMF has a maximum processing capacity of 616 m3 that was
achieved during the three days of operation for a backwash cycle. In the period of
the operation, the MMF has (1) a high average removal efficiency for turbidity
(62%) and TSS (74%) and (2) low average removal efficiency for organic matter
(14%). The removal effiency of organic matter is low due to activated carbon
adsorption decreased and need to be replaced. At the existing effluent conditions
of MMF, UF Hollow Fiber S-640 has only 50% average removal efficiency of
organic matter (max. 64%, min 30%), turbidity 73% (max. 92%, min 64%), and
TSS 78% (max. 94%, min. 71%) . The average recovery was obtained for 52.87%
(max. 89.69%; min.33, 33%) in the transmembrane pressure range from 3.5 to 2.8
bar. As a UF pretreatment, the existing MMF requires backwash at least once in
two days with a volume of 0.9 m3 and the media needs to be replaced at least once
in 6 months."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Lestari Putri
"ABSTRAK
Kualitas air Waduk Jatiluhur sebagai air baku Kawasan Industri Jababeka semakin menurun sehingga mengakibatkan beban pengolahan Water Treatment Plant (WTP) Jababeka semakin berat dan biaya pengolahan menjadi semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang penerapan daur ulang air berdasarkan perbandingan kualitas air baku dan air efluen pengolahan air limbah serta menentukan teknologi daur ulang air yang paling sesuai untuk diterapkan. Perbandingan kualitas air berupa pH, BOD, COD, TSS, dan fecal coliform dilakukan menggunakan grafik box & whisker plot dan uji statistik t-test. Perbandingan pada parameter BOD dan fecal coliform menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan, sedangkan perbandingan pada parameter pH, COD dan TSS menunjukkan hasil yang berbeda signifikan. Namun, nilai TSS pada efluen Wastewater Treatment Plant (WWTP) jauh lebih baik dibanding dengan influen WTP. Oleh karena itu, daur ulang air limbah berpeluang lebih besar untuk diterapkan. Tiga teknologi daur ulang air terpilih, yaitu reverse osmosis, ultrafiltrasi, dan activated carbon + klorinasi dibandingkan dengan beberapa parameter perbandingan, yaitu kebutuhan energi, biaya konstruksi, biaya operasional dan perawatan, kebutuhan lahan, dan efisiensi penyisihan dengan bobot sebesar 28%, 25%, 23%, 13%, dan 11% berturut-turut. Perbandingan teknologi daur ulang air dilakukan menggunakan metode ranking. Berdasarkan metode tersebut, teknologi reverse osmosis, ultrafiltrasi, dan activated carbon+klorinasi masing-masing mendapatkan skor 1,51; 2,13; dan 2,23 berturut-turut sehingga teknologi activated carbon + klorinasi menjadi teknologi yang paling sesuai untuk diterapkan.

ABSTRACT
Water quality of Jatiluhur Reservoir as raw water for Jababeka Industrial Estate is decreasing and resulting the processing load of Water Treatment Plant (WTP) Jababeka to be heavier and higher in processing costs. This study is aimed to assess the opportunities of applying water recycling based on comparison between raw water and effluent of wastewater and to determine the most appropriate technology to be applied. Comparisons of water quality, such as pH, BOD, COD, TSS and fecal coliform was performed using box and whisker plot graphs and statistical t-test. Comparison of BOD and fecal coliform showed results that did not differ significantly, whereas the comparison of pH, COD and TSS showed significantly different results. However, the value of TSS in effluent of Wastewater Treatment Plant (WWTP) is much better than influent of WTP. Therefore, wastewater recycling has greater opportunity to be applied. Three water recycling technology were chosen, namely reverse osmosis, ultrafiltration, and activated carbon + chlorination compared by some parameters of comparison, which are energy requirement, construction cost, operating and maintenance cost, land requirement, and removal efficiency with weights of 28%, 25%, 23%, 13% and 11% respectively. Comparison of water recycling technology was done using ranking method. Under this method, reverse osmosis, ultrafiltration, and activated carbon + chlorination get score 1,51; 2,13; and 2,23 respectively so that activated carbon + chlorination technology is the most appropriate technology to be applied."
2016
S65479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutan Hamda R
"ABSTRAK
Kebutuhan air bersih untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara
Karang cukup besar, sehingga diperlukan daur ulang untuk membantu mengatasi
kebutuhan air. Debit air yang didaur ulang sebesar 285 m3/hari. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendapatkan hasil efluen Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) PLTU sehingga didapatkan perencanaan daur ulang yang sesuai. Daur
ulang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air servis, hidran, dan
cadangan air pada PLTU Muara Karang. Hasil uji laboratorium efluen IPAL
PLTU Muara Karang yang tidak memenuhi baku mutu kelas II PP No. 82 Tahun
2001, yaitu TSS sebesar 67,5 ppm, BOD sebesar 4,76 ppm, dan COD sebesar 82,6
ppm sehingga diperlukan proses daur ulang untuk memenuhi kualitas air yang
sesuai dengan baku mutu. Terdapat tiga unit daur ulang, yaitu reverse osmosis,
ultrafiltrasi, dan mikrofiltrasi . Pemilihan unit daur ulang dari ketiga unit tersebut
ditentukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan kriteria
pemilihan berupa teknologi, ekonomi, dan lingkungan serta subkriteria
kemudahan operasional, keandalan proses, biaya konstruksi, biaya operasional
dan pemeliharaan, serta recovery product. Hasil pemilihan dengan metode AHP
menunjukkan unit daur ulang mikrofiltrasi merupakan unit yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan air servis, hidran, dan cadangan dengan total skor tertinggi.

ABSTRACT
Clean water needs of Steam Power Plant Muara Karang is large enough so water
recycle is needed to help fulfill water needs. The discharge is 285 m3/day. The
purpose of the study is to obtain the results of waste water treatment plant effluent
to find the appropriate recycling plan. The recycled water is used to meet the
needs of services, hydrants, and water reserves in Muara Karang power plant.
Laboratory test results WWTP effluent Steam Power Plant Muara Karang that
does not meet the quality standard of Grade II PP No. 82 Tahun 2001, which is
amount 67,5 ppm TSS, BOD at 4,76 ppm and at 82,6 ppm COD so recycling is
needed. Selection of three recycling units selected from the reverse osmosis,
ultrafiltration, and microfiltration were conducted with Hierarchy Analytical
Process (AHP) with the selection criteria in the form of technology, economy, and
environment and then with sub-criteria of operational convenience, reliability
process, the cost of construction, operation and maintenance costs, and recovery
product . The results of the election showed AHP recycling microfiltration unit is
the right unit to meet the needs of water services, hydrants, and backup with the
highest total score."
2014
S54595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>