Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Christine
"PT. ATZ adalah salah satu perusahaan yang bergerak di penyediaan jasa angkutan distribusi dan logistik Gasa penyediaan gudang) yang berpusat di Jakarta. Perusahaan ATZ mempunyai beberapa cabang di Bandung, Surabaya, Medan, Lampung, Bali dan Semarang. Hingga saat ini PT.ATZ memiliki kurang lebih 125 orang karyawan tetap· dan sejumlah pekerja outsource supir kurang lebih 110 orang. PT ATZ memulai usaha pada tahun 1991 hanya di bidang penyewaan mobil-mobil kecil untuk orang-orang bisnis dan bergerak di lingkup Jakarta saja kemudian berkembang hingga pada tahun 2000 rnemasuki bisnis distribusi dan logistik. Namun dengan perkembangan bisnis yang dilakukan tidak tampak adanya peningkatan performance perusahaan. Guna mendukung perfomance perusahaan, maka dibutuhk:an karyawan yang memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaannya. Sedangkan yang terjadi di PT ATZ adalah proses perekrutan yang diiaksanakan selama ini masih berdasarkan gambaran jabatan dan keahlian yang dibutuhkan pada tahun 1991. Namun gambaran jabatan dan keahlian tersebut tidaklah Iagi sesuai dengan perkernbangan bisnis PT ATZ. Keahlian dan kompetensi yang diperlukan haruslah berkembang juga sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan PT ATZ. Maka yang harus dilakukan adalah dengan memperoleh karyawan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan PT ATZ saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan sistem seleksi yang tepat. Di mana sistem seleksi tersebut bertujuan untuk merekrut karyawan yang berkompetensi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Menurut penulis, sistem seleksi yang sesuai untuk diterapkan oleh PT ATZ adalah sistem seleksi berbasis kompetensi. Karena dengan menggunakan sistem seleksi berbasis kompetensi ini, PT ATZ tidak hanya dapat memperolah karyawan yang berkompetensi sesuai dengan kebutuhan masing-masing jabatan namun juga dengan kompetensi dapat mempercepat proses pembelajaran dan adaptasi karyawan di dalam perusahaan sehingga dapat memperoleh kinerja superior guna mendukung visi dan misi PT ATZ."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mertha Lidyawati
"ABSTRAK
Dalam kompetisi perbankan nasional yang semakin meningkat, Bank X harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal yang mampu menjalankan fungsi terbaiknya dalam mendukung pencapaian visi, misi, strategi dan target perusahaan. Bank X sebagai lembaga penyedia layanan jasa menjadikan peran Customer Service sebagai ujung tombak pelayanan terhadap pelanggan. Sedemikian pentingnya Customer Service dalam langkah operasional Bank X, maka dirasakan sangat mendesak untuk membangun pelatihan-pelatihan yang berbasis kompetensi. Mencoba menjawab kebutuhan tersebut maka disusun tugas akhir mengenai ?Rancangan Silabus Program Pelatihan Berbasis Kompetensi bagi Customer Service di Bank X?. Dari analisa terhadap program yang dimiliki oleh Bank X, didapatkan hasil bahwa terdapat 3 (tiga) kompetensi yang belum dikembangkan secara optimal yaitu Orientasi Pengembangan Diri, Kemampuan Adaptasi dan Kerjasama Kelompok. Oleh karena itu, disusun silabus pelatihan untuk mengembangkan ketiga kornpetensi tersebut yang berdurasi 16 jam dengan metode kuliah, studi kasus dan simulasi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat dihasilkan sistem pelatihan berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Customer Service di Bank X."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T33710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Dwi Kurniati
"Pengertian kompetensi menurut Peraturan Ketua LAN Nomor 9 Tahun 2005, adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan kerja, karakteristik, sikap dan perilaku yang mutlak widyaiswara untuk mampu melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Kegiatan widyaiswara yang ada selama ini tidak lepas dari kegiatan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Cilandak yang tertuang dalam POA BBPK Cilandak. Tugas widyaiswara adalah memberikan pendidikan dan pelatihan dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Setiap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari widyaiswara merupakan bagian dari penerapan kompetensi yang sesuai dengan standar kompetensi yang ada untuk setiap jenis jabatan. Namun, dari hasil rekapitulasi evaluasi widyaiswara tahun 2006 yang dinilai oleh peserta latih, diperoleh hasil bahwa metoda pengajaran kurang menarik (20,59%), kurang kreatif dan inovatif (8,82%), modul sulit dimengerti (5,88%), perlu pengetahuan yang up to date (2,94%), agar lebih banyak praktek (5,88%), metode kurang sistematis (11,76%), widyaiswara tidak tepat dalam penyampaian materi (26,47%), dan widyaiswara kurang memanfaatkan waktu (17,65%). Disamping itu juga dari hasil telaah dokumen terhadap tingkat keterlibatan diperoleh data selama tahun 2006, yaitu hanya 15,24% widyaiswara dilibatkan dalam kegiatan diklat yang diselenggarakan di BBPK Cilandak. Oleh karena itu, perlunya dukungan berupa sistem informasi widyaiswara yang bertujuan menyimpan data widyaiswana untuk diolah dalam suatu sistem aplikasi, sehingga dihasilkan informasi berupa indikator pelaksanaan tugas yang berbasis kompetensi, dan penyajian informasi dalam bentuk tabel dan grafik.
Metodologi yang digunakan adalah berdasarkan system development life cycle (SDLC) yang terdiri dari tahap pre-analisis sistem, analisis sistem, perancangan sistem dan ujicoba sistem. Pengujian sistem hanya dilakukan di laboratorium dengan menggunakan data simulasi. Pengumpulan data dan informasi dengan teknik wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Unit kerja yang menjadi obyek penelitian adalah widyaiswara BBPK Cilandak. Informan yang memberikan data dan informasi adalah Kepala BBPK Cilandak, Koordinator Widyaiswara, staf bagian kepegawaian, dan sekretaris widyaiswara.
Dalam pelaksanaannya masih ditemui kendala diantaranya adalah sulitnya melengkapi input data karena rnemerlukan koordinasi dengan bagian kepegawaian. Selain itu, belum tersedia basis data untuk penelusuran spesialisasi yang dimiliki widyaiswara dan data diklat yang pernah diikuti widyaiswara. Pemanfaatan komputer belum optimal, hanya dipergunakan untuk mengetik, ketepatan waktu pengiriman dan kelengkapan laporan rendah, serta belum ada Standard Operating Procedure (SOP) untuk peningkatan kornpetensi widyaiswara. Untuk itu perlu dirancang suatu model sistem informasi widyaiswara berbasis kompetensi yang dilengkapi dengan basis data spesialisasi, data diklat yang pernah diikuti, dan data pengalaman mengajar/mendidik/melatih.
Sebagai hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya prototipe Sistem Informasi Widyaiswara Berbasis Kompetensi (SIWBK) di BBPK Cilandak yang diharapkan dapat menyediakan informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan. Komponen proses dalam SIWBK ini terdiri dari matriks dimensi kompetensi, analisis hasil penilaian rating kompetensi, yang kemudian dilakukan perhitungan indikator kompetensi dalam bentuk persentase. Kegiatan pengukuran kompetensi atau assessment centre dilakukan setiap triwulan dengan tanggung jawab pelaksana adalah tim penilai (assessor) yang memenuhi kriteria penilaian yang ditetapkan. Agar pelaksanaan sistem informasi ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan, dibutuhkan komitmen dan kebijakan pendukung dari pimpinan, termasuk mekanisme umpan balik serta monitoring dan evaluasi.

Understanding of competency according to rule of Chief of LAN RI Number 9 year 2005, is a package of knowledge, skills, characteristic and attitude whose absolutely provide by widyaiswara in their capability to do their task and responsibility professionally. Until now, all widyaiswara activities were part of BPPK Cilandak activities as noted in POA BPPK Cilandak. Widyaiswara's task is to provide education and training in learning process in the class and outdoor. Every main task and function of widyaiswara is part of applying competency as followed competency standard available for every position. However, the result from evaluation of widyaiswara recapitulation in year 2006 valued by trainees, showed that teaching method was less attractive (20,59%), less creative and innovative (8,82%), module not understandable (5,88%), the knowledge was not up-to-date (2,94%), less practical (5,88%), method was not systematic (11,76%), less effectiveness in teaching (26,47%), and less efficient (17,65%). Also from observed report resulted that in year 2006, only 15,24% of widyaiswara that involved in diklat activities held at BPPK Cilandak. Therefore, needed support in form of information system for widyaiswara to collect all data of widyaiswara, and get process by an application system to get information in form of indicator task working based on competency, and presented in form of table and graphic.
Methodology used for this scheme was based on system development life cycle (SDLC) which is consist of pre-analysis system, analysis system, planning system and trial system. Testing system done only in laboratory using simulation data. Data and information collected by interviewing, observation, and documents analysis. The object of this study was widyaiswara of BPPK Cilandak. Data and information also collected from Chief of BPPK Cilandak, Widyaiswara coordinator, Staff from human resource, and widyaiswara secretary.
There is obstacles like data input hardly complete because of less coordination among staffs and database for determination widyaiswara specialization is not available. Also usage of computers still not optimal yet; low in accuracy and delivery report; and no SOP to increase competency of widyaiswara. Therefore, there's a need to develop a scheme of information system for widyaiswara based on competency and complete with data base of specialization, kind of diklat they've been in, and data of teaching/training experience.
The result of this study was created a prototype of Information System for Widyaiswara Based on Competency (SIWBK) at BPPK Cilandak which can provide accurate, punctual and relevant information. The components involved in the process consist of matrix of competency dimension, study analysis of competency rating which needed in measurement of competency indicator in percentage. Competency assessment conducts every three months with assessor team as the person in charge. To make the system goes well, a commitment and support policy, including feedback mechanism, monitoring and evaluation will needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Dwi Kurniatati
"Pengertian kompetensi menurut Peraturan Ketua LAN Nomor 9 Tahun 2005, adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan kerja, karakteristik, sikap dan perilaku yang mutlak dimiliki widyaiswara untuk mampu melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara professional. Kegiatan widyaiswara yang ada se1ama ini tidak lepas dari kegiatan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Cilandak yang tertuang dalam POA BBPK Cilandak. Tugas widyaiswara adalah memberikan pendidikan dan pelatihan dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Setiap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari widyaiswara merupakan bagian dari penerapan kompetensi yang sesuai dengan standar kompetensi yang ada untuk setiap jenis jabatan.
Namun, dari hasil rekapitulasi evaluasi widyaiswara tahun 2006 yang dinilai oleh peserta latih, diperoleh hasi1 bahwa metoda pengajaran, kurang menarik (20,59%), kurang kreatif dan inovatif (8,82%), modul sulit dimengerti (5,88%), perlu pengetahuan yang up to date (2,94%), agar lebih banyak praktek (5,88%), metode kurang sistematis (11,76%), widyaiswara tidak tepat &lam penyampaian materi (26,47%), dan widyaiswara kurang memanfaatkan waktu (17,65%). Disamping itu juga dari hasil telaah dokumen terhadap tingkat keterlibatan diperoleh data selarna tahun 2006, yaitu hanya 15,24% widyaiswara dilibatkan dalam kegiatan dildat yang diselenggarakan di BBPK Cilandak. Oleh karena itu, perlunya dukungan berupa sistem informasi widyaiswara yang bertujuan menyimpan data widyaiswara diolah dalam suatu sistern aplikasi, sehingga dihasilkan informasi berupa indilcator pelaksanaan tugas yang berbasis kompetensi, clan penyajian informasi dalam bentuk Label dan grafik.
Metodotogi yang digunakan adalali berdasarkan system development life cycle (SDLC) yang terdiri dari tahap pre-analisis sistem, analisis sistem, perancangan sistem dan ujicoba sistem. Pengujian sistem hanya dilakukan di laboratorium dengan menggunakan data simulasi. Pengumpulan data dan informasi dengan teknik wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Unit kerja yang menjadi obyek penelitian adalah widyaiswara BBPK Cilandak. Informan yang memberikan data dan informasi adalah Kepala BBPK Cilandak, Koordinator Widyaiswara, staf bagian kepegawaian, dan sekretaris widyaiswara.
Dalam pelaksanaannya masih ditemui kendala diantaranya adalah sulitnya meiengkapi input data karena memerlukan koordinasi dengan bagian kepegawaian. Selain itu, belum tersedia basis data untuk penelusuran spesialisasi yang dimiliki widyaiswarni dan data diklat yang pemah diikuti widyaiswara. Pemanfaatan komputer belum, optimal, hanya dipergunakan untuk mengetik ketepatan waktu pengiriman dan kelengkapan laporan rendah, serta belum ada Standard Operating Procedure (SOP) untuk peningkatan kompetensi widyaiswara. Untuk itu perlu dirancang suatu model sistem informasi widyaiswara berbasis kompetensi yang dilengkapi dengan basis data spesialisasi, data diklat yang pernah diikuti, dan data pengalaman mengajari/mendidik/ melatih.
Sebagai hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya prototipe Sistem Informasi Widyaiswara Berbasis Kompetensi (SIWBK) di BBPK Cilandak yang diharapkan dapat menyediakan infonnasi yang akurat, tepat waktu dan relevan. Komponen proses dalam SIWBK ini terdiri dari matrils dimensi kompetensi, analisis basil penilaian rating kompetensi, yang kemudian dilakukan perhitungan indikator kompeteasi dalam bentuk persentase. Kegiatan pengukuran kompetensi atau assessment centre dilakukan setiap triwulan dengan tanggung jawab pelaksana adalah tim penilai (assessor) yang memennhi kriteria penilaian yang ditetapkaa Agar pelaksanaan sistem infomiasi ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan„ dibutuhkan komitmen dan kebijakan pendukung dari pimpinan, termasuk mekanisme umpan balik serta monitoring dan evaluasi.

Understanding of competency according to nile of Chief of LAN RI Number 9 year 2005, is a package of knowledge, skills, characteristic and attitude whose absolutely provide by widyaiswara in their capability to do their task and responsibility professionally. Until now, all widyaiswara activities were part of BPPK Cilandak activities as noted in POA BPPK Cilandak. Widyaiswara's task is to provide education and training in learning process in the class and outdoor. Every main task and function of widyaiswara is part of applying competency as followed competency standard available for every position.
However, the result from evaluation of widyaiswara recapitulation in year 2006 valued by trainees, showed that teaching method was less attractive (20,59%), less creative and innovative (8,82%), module not understandable (5,88%), the knowledge was not up-to-date (2,94%), less practical (5,88%), method was not systematic (11,76%), less effectiveness in teaching (26,47%), and less efficient (17,65%). Also from observed report resulted that in year 2006, only 15,24% of widyaiswara that involved in diklat activities held at BPPK Cilandak. Therefore, needed support in form of information system for widyaiswara to collect all data of widyaiswara, and get process by an application system to get information in form of indicator task working based on competency, and presented in form of table and graphic.
Methodology used for this scheme was based on system development life cycle (SDLC) which is consist of pre-analysis system, analysis system, planning system and trial system. Testing system done only in laboratory using simulation data. Data and information collected by interviewing, observation, and documents analysis. The object of this study was widyaiswaxa of BPPK Cilandak. Data and information also collected from Chief of BPPK Cilandak, Widyaiswara coordinator, Staff from human resource, and widyaiswara secretary.
There is obstacles like data input hardly complete because of less coordination among staffs and database for determination widyaiswara specialization is not available. Also usage of computers still not optimal yet; low in accuracy and delivery report; and no SOP to increase competency of widyaiswara. Therefore, there's a need to develop a scheme of information system for widyaiswara based on competency and complete with data base of specialization, kind of diclat they've been in, and data of teaching/training experience.
The result of this study was created a prototype of Information System for Widyaiswara Based on Competency (SIWBK) at BPPK Cilandak which can provide accurate, punctual and relevant information. The components involved in the process consist of matrix of competency dimension, study analysis of competency rating which needed in measurement of competency indicator in percentage. Competency assessment conducts every three months with assessor team as the person in charge. To make the system goes well, a commitment and support policy, including feedback mechanism, monitoring and evaluation will needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abdullah
"Perkembangan usaha menuntut perusahaan menambah sekaligus meningkatkan kualitas SDM nya. PT. XYZ mengalami pertumbuhan usaha yang cukup pesat dan cepat sejak berdirinya pada tahun 1994. Manajemen SDM sebagai mitra stratejik perusahaan dituntut untuk menyediakan dan membina SDM dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan.
PT. XYZ melakukan pembukaan beberapa kantor cabang baru tiap tahunnya, dan tiap kantor cabang akan membutuhkan seorang branch manager baru. Manzqemen SDM memiliki komitmen untuk melakukan promosi dari dalam (promotion from within), akibatnya banyak pejabat jenjang dibawah branch manager dipromosikan menjadi branch manager dalam waktu yang lebih cepat dari yang seharusnya.
Hal tersebut menyebabkan permasalahan kesenjangan antara tanggungjawab dan wewenang jabatan yang diemban oleh branch manager dengan kapasitas individunya yang cenderung lehih rendah. Hal ini lerlihat pada hasil penilaian kinerja yang berbasis kompetensi, kesesuaian golongan jabatan individu dengan golongan jabatan yang disyaratkan, beberapa keluhan dari pihak internal (bawahan) dan pihak ekstemal (pelanggan).
Menghadapi permasalahan di atas, ada tiga alternatif pemecahan masalah yang dapat ditempuh oleh PT. XYZ dalam rangka menutup kesenjangan kompetensi yang ada sesuai dengan kondisi perusahaan. Pertama adalah program pelatihan dan pengembangan yang didasarkan pada profil kompetensi branch manager yang telah diterapkan pada penilaian kinerja.
Program pelatihan dan pengembangan meliputi kelompok kompetensi behavior, management dan leadership Kedua adalah formalisasi couching and counseling yaitu pembuatan rencana kegiatan coaching and counseling yang lebih terpadu dan disepakati pelaksanaannya oleh pihak atasan dan bawahan. Ketiga adalah program pengembangan karir yaitu suatu program yang terencana, integratif dan komprehensif menyiapkan dan mengembangakan SDM yang ada untuk jabatan - jabatan tertentu pada masa depan. Hal ini adalah program jangka panjang dan efektifitasnya baru dapat dirasakan dalam beberapa tahun mendatang.
Mengingat kondisi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat, ketersediaan sarana dan dukungan komitmen pengembangan dari manajemen, maka alternatif pertaama merupakan alternatif yang disarankan oleh penulis. Penulis juga mengajukan masukan tentang silabus program pelatihan dan pengembangan, jadual pelaksanaan, alokasi dana (anggaran) dan matriks program pelatihan dan pengembangan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Pujiantoro
"Analisis pemetaan kompetensi dan penilaian kebutuhan Diklat di Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan satu kegiatan yang strategis dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan. kinerja seluruh pegawai LAN. Kegiatan ini merupakan suatu upaya untuk melakukan analisis terhadap kebutuhan organisasi dalam hal ini adalah kebutuhan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan pejabat eselon III dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk menganalisis pemetaan kompetensi dan penilaian kebutuhan Diklat LAN dilakukan dengan mengelompokkan berbagai standar kompetensi menjadi suatu model kompetensi dengan mengacu pada management competencies clock yang dikemukakan oleh Kolb yang kemudian menjadi dasar (dimensi) di dalam menganalisis .kebutuhan Diklat. Standar kompetensi tersebut adalah kompetensi afektif, kompetensi perseptual, kompetensi simbolik, dan kompetensi perilaku yang dikategorikan sebagai kompetensi khusus, selain itu juga digunakan standar kompetensi umum yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara, dan kompetensi teknis untuk lebih mendukung hasil penelitian ini. Responden berasal dari para pemegang jabatan eselon III di lingkungan LAN Pusat yang berjumlah 32 jabatan
Analisis Kebutuhan Diklat terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pertama, analisis kesenjangan; kegiatan ini membandingkan antara kompetensi saat ini (aktual) dengan kompetensi yang seharusnya dimiliki (ideal) dimiliki oleh para pemangku jabatan eselon III. Kedua analisis masalah-masalah Diklat, merupakan pemilahan antara masalah-masalah yang dapat diatasi dengan Diklat dan masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan Diktat. Dan kegiatan ketiga yaitu identifikasi kebutuhan Diklat.
Berdasarkan analisis kesenjangan kompetensi, maka dapat diketahui secara umum terdapat kesenjangan kompetensi aktual dengan kompetensi ideal baik untuk kompetensi umum, kompetensi khusus maupun kompetensi teknis. Hasil penelitian menggambarkan bahwa: (1) Tingkat Pencapaian Kompetensi umum : untuk . eselon III. LAN, adalah 86%; (2) Tingkat Pencapaian Kompetensi Khusus adalah 85%, dan (3) Tingkat Pencapaian Kompetensi Teknis adalah 86%.
Berdasarkan pemetaan kompetensi, maka secara umum dapat digambarkan bahwa kompetensi aktual pejabat strukutral eselon III di lingkungan LAN tersebut berada pada tingkat comfort dari 4 tingkatan penguasaan kompetensi menurut entegrys corporation ' (introductory, exploratory, comfort, dan mastery). Meskipun secara umum berada pada tingkat comfort, tetapi berada pada level kategori yang berbeda yaltu kategori rata-rata (average performer) dan kategori tinggi (high performers).
Setelah dilakukan TNA test dengan mengunakan teori McCann, maka secara umum kompetensi berada pada daerah yang menyatakan bahwa Diklat telah cukup, walaupun ada beberapa kompetensi berada pada daerah dimana Diklat diperlukan tetapi. tidak mendesak. Berdasarkan hasil TNA test ini maka dapat dildentifkasi kebutuhan Diklat yang bertujuan untuk .meningkatkan kompetensi yang. kurang tersebut, yaitu:
1. Kelompok Diklat Kepemimpinan.Tingkat III yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi umum berkenaan dengan peningkatan pengetahuan dan sikap para pejabat struktural. Dalam penelitian ini teridentifikasi kebutuhan Diklat yang harus dilakukan yaltu untuk meningkatkan kompetensi umum berkomunikasi dalam bahasa Inggris, kompetensi umum membangun jaringan kerja networking, dan kompetensi mendayagunakan teknologi informasi.
2. Kelompok Diklat Kepemimpinan yang didesain secara . khusus, ..berdasarkan 'kebutuhan (analisis jabatan) yang memperhatikan karakteristik kekhasan (uniqueness) di lingkungan LAN berupa Diklat kepemimpinan eksekutif/manajerial untuk LAN. Dalam penelitian ini teridentifikasi kebutuhan Diklat yang harus dilakukan yaitu untuk meningkatkan kompetensi -..khusus dalam dimensi perencanaan, bekerjasama dengan orang lain, pendelegasian wewenang, keterampilan kewirausahaan, mengumpulkan dan menganalisis informasi - serta data kuantitatif, mengatasi ambiguitas.dan implementasi kebijakan.
3. Kelompok Diklat Teknis berupa peningkatan keterampilan teknis untuk masing-masing pejabat eselon III di lingkungan LAN. Dalam penelitian ini teridentifikasi kebutuhan Diklat Teknis yang harus dilakukan yaitu teknik negosiasi, bahasa. asing; system thinking, dan merancang kebijakan.

Analysis Mapping of Competency and Assessment Requirement of Education and Training in National Institute of Public Administration (LAN) represent one strategic activity in order to improve, repairing and improving performance all LAN officers. This Activity represent an effort to analyze to organizational requirement in this case is requirement of knowledge, and ability skill of III echelon functionary in executing its duty.
To analyze mapping of competency and assessment requirement of education and training in LAN conducted by grouping various competencies standard become an competency model by relate at Clock Competencies Management told by Kolb which later; then become base in analyzing requirement of education and training. The Standard competency is affective competence, perceptual competence, symbolic competence, and behavioral competence which categorized as special competence, besides is also used by general competencies standard which released by National Board Personnel (BKN), and technical competencies to be more support result of this research. Responder comes from all III echelon position owners in LAN amounting to 32 positions.
Analysis Requirement of Education and Training consist of three activities that is first, difference analysis, this activity compare between competencies in this time with competency, which ought to have owned by all of III echelon position. Second, analysis is problem of Education and Training, representing between problem of able to overcome with education and training problems which cannot overcome with education and training. And third activity that is identifying requirement of training and education.
Pursuant to interest difference analysis, hence can know in general there are actual competencies difference with ideal competencies good to general competencies, special competencies and also technical competencies. Result of research depict that: (1). Storey; Level Attainment of General Competencies for the echelon of III LAN is 86°Io; (2) Storey; Level Attainment of Special Competencies is 85%, and (3) Storey; Level Attainment of Technical Competencies is 86%.
Pursuant to mapping of competencies, hence in general can be depicted that III echelon structural functionary actual competencies in the LAN institutional reside at comfort storey; level from 4 level domination of competencies according to corporation Entergy's (introductory, exploratory, comfort, and mastery). Though in general reside at comfort storey; level, but residing at different category level that is mean category (performer average) and high category (performers high).
After conducted by TNA test with McCann theory, hence in general competencies reside at area expressing that educational and training have enough, despite of some competencies reside at area where education and training needed by but do not insist on. Pursuant to result of TNA test this hence can identify by requirement of education and training with aim to increase less the interest, that is:
1.Group Education and Training Leadership Mount III with aim to increase general competencies with reference to make-up of attitude and knowledge all structural functionary. In this research is identified by requirement of educational and training which must be done that is to increase general competencies communicate in English, general competencies develop; build network work networking, and information technology competencies.
2.Group Education and Training Leadership which is design peculiarly, pursuant to requirement job analysis paying attention specification characteristic (uniqueness) in LAN of training and education leadership of executive for the LAN. In this research is identified by requirement of education and training which must be done that is to increase special competencies in planning dimension, work along with others, authority delegation, skill of business, collecting and analyzing information and also quantitative data, overcoming policy implementation and ambiguities.
3.Technical Group Education and Training in the form of technical uplifting of skill to the each III echelon functionary in LAN. In this research is identified by requirement of Technical Education and Training which must be done by that is negotiation technique, foreign Language, thinking system, and design policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Resmini
"Upaya yang dilakukan dalam pengembangan PNS di Sekretariat Jenderal DPR RI adalah melalui kegiatan diklat yang sesuai dengan kebutuhan pegawai dan organisasi untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan. Evaluasi terhadap para peserta yang telah mengikuti diklat sangatlah penting karena training merupakan suatu investasi, harus diketahui hasilnya dan training bisa dikatakan berhasil apabila mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bagi peserta diklat, diberikan oleh instruktur yang tepat, menggunakan metode yang didesain khusus guna meningkatkan kinerja pegawai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan diklat menurut peserta yang telah mengikuti pelatihan terhadap pelaksanaan tugas pegawai di Sekretariat Jenderal DPR RI ditinjau dari aspek metode, instruktur, materi pelatihan, dan fasilitas diklat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian survey serta metode kajian yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pegawai golongan II dan III pada Sekretariat Jenderal DPR RI dengan jumlah sampel 89 orang yang diambil secara Proportionated Stratified Random Sampling yaitu pegawai yang masuk dalam pengelompokkan tertentu memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Pengertian mengenai teori pelatihan sangat beragam dari berbagai pakar. Salah satunya diberikan oleh Ivancevich (2001;383) bahwa pelatihan lebih ditujukan untuk membantu meningkatkan kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas sekarang. Atmodiwirio (2005:35) juga menjelaskan ketiga istilah pendidikan, pelatihan dan pengembangan saling berkaitan satu dengan lainnya bahkan kadang-kadang saling mengisi satu sama lainnya. Ada yang lebih tajam membedakan antara istilah pendidikan dengan pelatihan. Bahwa pendidikan mempunyai makna dan kesan yang selalu berkaitan dengan pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran yang membekali seseorang dengan ilmu pengetahuan untuk kepentingan dan kebutuhannya dikemudian hari dan mempertahankan hidupnya. Sedangkan pelatihan terkesan hanya untuk meningkatkan keterampilan seseorang pegawai negeri agar kinerjanya meningkat. Kinerja disini diartikan sebagai meningkatnya produksi/prestasi kerja yang lebih efisien dan efektif bagi dirinya sendiri maupun organisasi. Notoatmodjo (2003:101), juga menjelaskan tujuan pelatihan ini utamanya adalah meningkatkan produktivitas atau hasil kerja pegawai, atau dengan kata lain untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja tiap pegawai.
Menurut Mathis dan Jackson (2002:31), bahwa evaluasi pelatihan adalah membandingkan hasil-hasil setelah pelatihan dengan tujuan yang diharapkan para manajer, pelatih serta peserta pelatihan. Terlalu sering, pelatihan dilaksanakan tanpa pemikiran untuk mengukur dan mengevaluasinya di kemudian hari untuk melihat seberapa baik pelatihan tersebut telah dilaksanakan. Menurut Siagian (2007:202), pelaksanaan suatu program pelatihan dan pengembangan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri para peserta pelatihan dan pengembangan tersebut terjadi suatu proses transformasi.
Penelitian ini memberikan beberapa hal penting yaitu bahwa asas persamaan gender dan perimbangan merupakan faktor yang penting dalam suatu perencanaan diklat. Hal lain yang juga dianggap penting bahwa faktor keragaman latar belakang pendidikan, golongan, serta status jabatan merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam menentukan peserta suatu diklat. Ekspetasi dan persepsi dari individu yang memiliki tingkat pendidikan tertentu merupakan hal yang harus dijadikan dasar dalan rencana suatu diklat.
Hasil penelitian ini adalah sekitar 71,7 % responden menyatakan bahwa diklat yang diikuti telah cukup baik dilihat secara umum serta 13,1 % responden yang menyatakan sikap negatif. Rata-rata peserta yang pernah mengikuti pelatihan berdasarkan mean score yaitu 3,68. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum diklat sudah direncanakan secara baik. Penilaian responden jika berdasarkan aspek yang diteliti memberikan hasil sebesar 75,6 % menilai instruktur memiliki kinerja yang cukup baik, 72,5 % responden menyatakan bahwa metode diklat yang direncanakan telah memenuhi kondisi yang baik, fasilitas diklat memberikan respon yang positif juga yaitu sebesar 71,7 % responden menilai baik. Aspek yang rendah pada materi diklat yaitu sebanyak 67,0 % responden yang menilai positif, terendah dibandingkan aspek yang lain. Hal ini memberikan informasi bahwa perencanaan diklat kurang memperhatikan pada materi yang akan diberikan kepada peserta. Kesimpulan yang didapat adalah aspek yang diukur sebagai instrumen penelitian memberikan gambaran bahwa pelaksanaan diklat telah disiapkan dan direncanakan secara matang, yaitu metode, instruktur, materi dan fasilitas diklat. Persepsi responden terhadap aspek materi cenderung menilai kurang direncanakan dengan baik.
Saran yang peneliti ajukan bahwa diklat yang baik perlu didasarkan pada penentuan kompetensi bagi pegawai yang akan dijadikan calon sebagai peserta diklat. Untuk aspek materi pelatihan perlu dilakukan peningkatan kinerja, yaitu harus mengandung unsur di bidang kepribadian, hubungan dengan orang lain dan di bidang kerja. Materi pelatihan perlu disusun berdasarkan kebutuhan dari peserta pelatihan dan disesuaikan dengan kekurangan kinerja dari peserta pelatihan saat ini guna meningkatkan kinerja dari peserta itu sendiri.

The efforts to develop civil servants capacity at the Secretariat General of DPR RI is conducted through training and education program based on the need of the organization and the employees to improve their capacity and their expertise. Evaluation on participants who took part at the program is very important since education and training program is an investment that needs to be measures and the success of a training is based on its ability to improve the knowledge, skills, and attitude of the trainees, given by proper trainer, using a specially design method for performance improvement of the employees. The aim of this study is to identify the nature of education and training implementation according to the trainees who have engaged in such training related to their employment at the Secretariat General of the DPR RI based on several aspects of method, trainer, training material, and facilities of the training.
This study uses quantitative approach and survey with descriptive analysis, supported by questionnaire as a means to collect data. The population of this study is civil servants of the Secretariat General of the DPR RI with 89 samples based on proportionated stratified random sampling from second and third level employees within a selected group with equal opportunities to be considered as a sample. The definition of education and training theories are very diverse. Ivancevich (2001: 383) came with one theory that the aim of training is to intensely assist employees to improve their ability in performing their duties. Atmodiwirio (2005:35) described three key terminologies of education, training and development that are interrelated and sometimes completing one and another. There is also a clearer differentiation of training and education. On the one hand, education has a definition and notion that always related to long live learning process. A process that gives a person some basis of knowledge for his/her own significance and needs for the future and to survive. And on the other hand, training tends to only improving the ability of a civil servant on their performance. Performance here is defined as an improvement of the product/achievement of any work with a more efficient and effective result for a person as well as for the organization. Notoatmodjo (2003:101) also gave some explanation on the main objective of a training that is to improve the productivity or work result of an employee, or in other word to improve work effectiveness and efficiency of each employee.
According to Mathis dan Jackson (2002:31), training evaluation is an attempt to compare result of training with the expectation of the manager, trainer, and trainees. It is often that training is being conducted without any consideration on the measurement and evaluation in the future to learn about the administration of the training. As indicated by Siagian (2007:202), the success of training and development program can be seen from any transformation within the participants? themselves.
This study found several important facts namely gender equality and balance as some factors necessary in planning education and training program. Other factors also considered as important and need to be considered on recruiting trainees are diversity of educational background, work level, and work status. Expectation and perception of each individual with certain level of education must also be considered as some principals in planning education and training program.
The result of the study shows that 71.7 % of the respondent stated that the training that they have been participated was fairly good since only 13.1% respondent in general gave a negative remark. The average of participant who has participated in any training program has a mean score of 3.68. It shows that in general the training was well planned. Based on respondent review on several aspect studied there is 75.6% on fairly good performance of the trainer, 72.5% respondent stated that the planned training method has been perform in good order, training facilities was given a positive response since 71.7% respondents considered it good. The low aspect is on training material with 67.0% of the respondents gave positive remark, lower than other aspects of the study. It informs us that the education and training program is lack on material support given to the trainees. The conclusion of this study is that aspects measured as research instruments has given a clear view on through implementation of education and training, including its methods, trainers, training material and training facilities. Respondents? perception on material aspect tends to be ill planned.
Recommendation proposed by the researcher is that a good education and training is based on competence of the training participant applicants. The training material aspect is conducted for the improvement of performance which contains of the personality element aspect, interaction, and in the field of work. Training material is necessary composed base on the need of the training participants and in accordance with the lack performance of the training participants to increase their performance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24460
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S8628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>