Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lavi Masuari Araroi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S8608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Fithri Anni Bahar
"Masalah persampahan merupakan masalah yang kompleks dan saat ini masih menjadi masalah serius di kota-kota besar di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula aktifitas masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan timbulan sampah. Pemerintah daerah kewalahan dalam menangani masalah sampah karena peningkatan timbulan sampah tidak dibarengi dengan pertambahan sarana dan prasarana maupun daya tampung TPA.
Penelitian ini dilakukan untuk menyusun rencana pengelolaan sampah di Kota Depok tahun 2005-2025. Ruang lingkup penelitian ini adalah hanya terfokus pada pengelolaan sampah domestik tidak membahas tentang sampah Rumah Sakit atau sampah medis mulai dari rumah tangga sampai ke TPA. Pengembangan rencana pengelolaan tersebut dilakukan dengan melihat unsur masukan, proses dan keluaran. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Depok pada bulan Mei-Juni 2004.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah produksi sampah saat ini 3.700 m3/hari sumber 88,3% merupakan sampah domestik dan sisanya bersumber dari pasar, toko, jalan dan sebagainya. Sebagian besar 72,97% merupakan sampah organik dan sisanya terdiri dari kayu, beling dan sebagainya. Sampai tahun 2004 cakupan pengelolaan sampah baru mencapai 48% dan sisanya dikelola sendiri oleh masyarakat.
Perencanaan pengelolaan jangka panjang atau 20 tahun ke depan, menekankan pada penanganan sampah di hulu. Maksudnya pemilahan atau recycling dilakukan di tingkat rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga diberi informasi tentang pemilahan sampah basah dan kering dengan wadah yang berbeda.
Pada pemukiman tidak teratur pelayanan sampah dilakukan dengan gerobak dari rumah ke rumah (75%), selanjutnya sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Container dan di sana akan tereduksi sebesar 15%. Diharapkan sampah di TPS akan minimal dengan adanya kerjasama dengan pemulung dan para pemulung telah memiliki gudang tempat menyimpan barang bekas. Untuk pemukiman teratur pelayanan sampah tidak menggunakan gerobak tapi langsung dilayani oleh dump truk yang akan mengangkutnya ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Cipayung.
Hasil penghitungan, retribusi yang sesuai (mencapai impas) untuk tahun 2005 sampai 2025 adalah Rp. 5.500,- per bulan per kepala keluarga. Diharapkan dari perencanaan ini akan menghasilkan kebutuhan sarana dan prasana, pembiayaan dan sebagainya.
Dalam memasyarakatkan pengelolaan sampah di hulu diperlukan pendekataan pendidikan kesehatan, baik pendekatan pendidikan individu, dengan sasaran individu melalui murid-murid sekolah. Pendidikan kelompok dengan sasaran kelompok, misalnya kelompok pengajian, kelompok arisan dan sebagainya, serta pendidikan kepada masyarakat luas, dengan sasaran masyarakat bias dilakukan melalui pemutaran film layar tancap, pemutaran slide, penyebarluasan brosur, pamflet, striker dan sebagainya.
Ada beberapa saran yang perlu dilakukan adalah pengelolaan sampah di hulu perlu dikembangkan sehingga dapat meminimalkan sampah baik di TPS maupun TPA. Perlu dilakukan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat tentang cara pemilahan sampah basah dan kering sehingga masyarakat peduli terhadap lingkungan. Untuk pemerintah daerah perlu memberdayakan pemulung dalam pengelolaan sampah terutama di TPS.

Waste problem is still be the complex problem and till recently being a serious problem in the big city in Indonesia. In a procession with addition of population, their activity also being more complex and causes the waste in the environment. The region government face difficulties to handling the waste problem because the waste in heaps, and unfortunately do not accompanied with the facility and quantity of tools.
This research have an objective to arranged a plan to processing wastes on Depok City in 2005 - 2025, and focused on handling and processing domestic wastes, and waste of Hospital or medicine wastes was excluded. The process involved from home to the Final Collecting Place (TPA). Developing a processing plan efforted with watch closely the input, the process and the output. This research located on Depok City and have done on Mei until] Juni 2004.
Results of this research shows that waste production quantity right now is 1700 M31day, 88,3 % domestic wastes dan 11,7 % remaind from store, market, road and so on. The big portion of this waste (72,97%) is organic waste and and the rest is woods, porcelain etc. Until 2004, the waste processing only reach 48%, and the rest is processed by the community with traditional process.
Long term processing planning or 20 years forward, focused on handling waste from upper course. Sortation and recycling start from household. The mothers give the information how to sortation the wet waste and the dry waste on the different container.
On the uncoordinated district, waste service doing with cart from one home to another (75%), on the next stage, the wastes brought to the throwing place (TPS). On the TPS, the waste being reduction until 15%. Cooperation with the waste collector (pemulung), can minimizing the wastes on TPS, and also the waste collector already have a storehouse to collect the exuse things. On the arranged district, waste service do not use the cart, but directly serviced by the dump truct, and carried to The Final Collecting Place (TPA) on Cipayung.
Calculation result, the precise retribution ( reach impass) to 2005 until 2025 Rp. 5.500,- per month per head of household. From this plan, we hope that the need for facility and retribution can be realize.
Acoording to socialitation the waste processing from upper course, we need an health educational approach, as an individual being the target trough the student. Group educational which the group per se be the target, and education for the community, through the arisan, group based on religion (pengajian), and so on. Education for community can be effort with dostribution of pamflet, movie, brosur, sticker, etc.
There are some advise to be done, waste processing from upper course need to be more explorated to minimizing wastes both in TPS or TPA. Elucidation and education to the community must be take as a routine programmed, give the information how to separating the dry waste and wet waste, so the community really care and aware about health and environtment. To the region government, we still need to resources the waste collector, specially on TPS.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dika Puspita Sari
"Kota Depok menghadapi persoalan sampah yang kompleks. Jumlah timbulan sampah terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitasnya. Pemerintah Kota Depok telah menyusun kebijakan untuk menangani permasalahan sampah itu, yaitu dengan menerapkan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (SIPESAT) sejak tahun 2006. Namun demikian, pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah tersebut masih menemui sejumlah kendala. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi desain perubahan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Depok. Penelitian ini termasuk SSM-based Action Research dengan kategori problem solving interest. Penggunaan kerangka proses kebijakan sebagai hierarki yang dikemukakan oleh Bromley (1989a) menunjukkan adanya peran institution atau aturan (kebijakan) yang menjadi pedoman para aktor di setiap level dalam menjalankan perannya sehingga mencapai sistem pengelolaan sampah yang terpadu. Pemerintah Kota Depok perlu melakukan penguatan kebijakan melalui perubahan kebijakan pengelolaan sampah berdasarkan hierarki proses kebijakan tersebut, yaitu penyusunan Perda tentang pengelolaan sampah pada tingkat kebijakan, penyusunan SOP-UPS dan optimalisasi peran Satgas Kebersihan pada tingkat organisasional, dan pembentukan sistem keterlibatan masyarakat pada tingkat operasional.

Municipality of Depok faces complex waste problems. The amount of waste continues to grow with the increasing population and people’s activities. The Local Government has established a policy to deal with the waste problems by applying the Integrated Waste Management System (SIPESAT) since 2006. However, there are some resistances in the implementation of the waste management system. This study aims to give recommendation about policy changes of waste management policy in Municipality of Depok. This study was included SSM-based Action Research with problem solving interest categories. The use of the hierarchical policy process as proposed by Bromley (1989a) indicating the role of institutions that guiding the actors at each level to perform their roles to achieve the integrated waste management system. The Local Government needs to strengthen the policy by changes the waste management policy based on the policy process that are the making of legislation on waste management at the policy level, the arrangement of SOP-UPS and optimizing the roles of Satgas Kebersihan at the organizational level and the establishment of community involvement system at the operational level."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Budiarti
"Dalam menjalankan perannya sebagai pelayan publik, pemerintah sebagai aktor pembangunan dihadapkan pada berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai upaya menjawab permasalahan tersebut, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan atau program-program pembangunan untuk mencapai tujuan tersebut. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan pengelolaan limbah/sampah terpadu ini dibuat mengingat Kota Tangerang selatan merupakan kota mandiri pasca pemekaran daerah dari Kabupaten tangerang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskripsi. Informasi yang diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dengan narasumber yang mempunyai pengetahuan tentang kebijakan dan implementasi kebijakan. Pengelolaan sampah yang sebelumnya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Tangerang, tidak lagi merupakan urusan pemerintah kabupaten, tetapi menjadi urusan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, karena sudah mempunyai instansi sendiri yang menangani masalah sampah yaitu Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP). Penelitian ini bertujuan untuk membahas implementasi kebijakan pengelolaan sampah di kota baru tersebut. Dari hasil penelitian, implementasi kebijakan pengelolaan sampah di kota baru tersebut belum berjalan maksimal karena masih adanya berbagai kendala.

In carrying out its role as public servants, government as development actors are faced with various problems that occur in society. In an effort to answer these problems, the government issued a policy or development program to achieve those goals. Implementation of the policy in principle is the way to a policy can achieve its goals. Implementation of waste management policy/integrated waste is made considering the Tangerang City South is an independent city after the regional expansion of Tangerang Regency. This research uses qualitative research approach to the description. Information obtained by conducting in-depth interviews with sources who have knowledge of policy and policy implementation. Waste management that were previously the responsibility of the Tangerang regency government, no longer a government business distric, but the affairs of South Tangerang City government, because it already has its own agencies that deal with waste that is Department of Hygiene, Landscaping and Cemetery (DKPP). This study aims to discuss the implementation of waste management policy in the new city. From the research, implementation of waste management policy in the new town is not running maximum because there still exists a variety of conctraints."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abiyyu Tsaqib
"Pengelolaan sampah yang ada di masyarakat saat ini saat ini belum sepenuhnya tepat dari pemilahan, pengumpulan, hingga pengolahan. Kondisi ini terjadi juga di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok. Pengelolaan sampah yang tidak tepat akan berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sehingga dibutuhkan adanya penelitian untuk mengukur timbulan dan komposisi sampah, serta mengevaluasi kondisi pengelolaan sampah di Kelurahan Pancoran Mas, Depok. Timbulan dan komposisi sampah didapatkan dengan sampling sampah di 68 rumah tangga selama delapan hari berturut-turut di Kelurahan Pancoran Mas. Selain itu, evaluasi kondisi eksisting pengelolaan sampah dilakukan dengan observasi, wawancara, dan kuesioner. Berdasarkan sampling didapatkan bahwa timbulan sampah rata-rata di Kelurahan Pancoran Mas adalah sebesar 0,24 kg/orang/hari dan 2,43 l/orang/hari. Komposisi sampah terdiri atas sisa makanan 51%, plastik 18%, kertas/karton 12%, kain 4%, kayu/ranting 3%, kaca 2%, logam 1%, karet/kulit 1%, serta residu 8%. Dari hasil pengamatan didapatkan evaluasi pengelolaan sampah aspek teknis operasional yang disesuikan dengan Permen PU No. 3/PRT/M/2013 meliputi pemilahan sampah berdasarkan jenisnya dan teknologi pengolahan sampah yang belum sesuai standar. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang dapat ditingkatkan di Kelurahan Pancoran Mas meliputi sosialisasi mengenai pemilahan sampah di rumah tangga dan penyediaan sarana pemilahan sampah yang memadai. Selain itu, diperlukan adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank sampah dan penerapan teknologi kompos Takakura yang dapat dilakukan di masing-masing rumah tangga.

Waste management in the community is currently not fully appropriate, from sorting, collecting, and processing. This condition also occurs in Pancoran Mas Urban Village, Depok City. Improper waste management will have a negative impact on the environment and human health. So research is needed to measure waste generation and composition and evaluate the condition of waste management in Pancoran Mas Urban Village, Depok. Waste generation and composition were obtained by sampling waste in 68 households for eight consecutive days in Pancoran Mas Urban Village. In addition, an evaluation of the existing conditions of waste management was conducted through observation, interviews, and questionnaires. Based on the sampling, it was found that the average waste generation in Pancoran Mas Urban Village was 0,24 kg/person/day and 2,43 l/person/day. The composition of waste consists of 51% food waste, 18% plastic, 12% paper or cardboard, 4% fabric, 3% wood or ranting, 2% glass, 1% metal, 1% rubber or leather, and 8% residue. From the observation, it was found that the evaluation of waste management in the technical aspect of operations in accordance with Permen PU No. 3/PRT/M/2013 includes sorting waste based on its type and waste processing technology that is not up to standard. Therefore, waste management that can be improved in Pancoran Mas Urban Village includes the socialization of waste sorting in households and the provision of adequate waste sorting facilities. In addition, there is a need for community participation in waste bank activities and the application of Takakura composting technology that can be carried out in each household."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ammar Fauzan Fathurrahman
"Unit Pengolahan Sampah (UPS) adalah tempat dilaksanakan kegiatan pengumpulan, pemilahan, pengolahan, penggunaan ulang dan pendauran ulang skala kawasan. Salah satu Unit Pengelolaan Sampah di Depok berada di Balai Kota Kota Depok. Namun, kini kondisinya sudah tidak lagi berjalan optimal, menyisakan pemilahan sampah anorganik layak jual. Padahal Pemerintah Kota Depok melalui dokumen RPJMD menargetkan adanya peningkatan persentase sampah yang tereduksi melalui 3R, yakni dari 18% di tahun 2022 menjadi 19,5% di tahun 2024. Untuk itu, diperlukan penelitian yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai target tersebut, yakni dengan memberikan rekomendasi terhadap hasil evaluasi sistem pengelolaan sampah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 19-3964-1994 dengan pengukuran selama 8 hari, SNI 19-2452-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, dan Petunjuk Teknis TPS 3R Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata timbulan sampah yang berasal dari kantor sebesar 90,355 kg/hari dan 998 L/hari, dari taman dan jalan sebesar 79,975 kg/hari dan 185,094 L/hari , dari gedung parkir 5,9 kg/hari dan 9,03 L/hari. Komposisi sampah yang dihasilkan dari kantor terdiri dari sampah organik (31,21%), sampah kertas 24,24%, sampah plastik (23,97%), residu (19,19%), logam (0,08%), gelas kaca (1,09%) dan B3 (0,2%). Komposisi sampah taman terdiri dari organik (91,9%), plastik (7,42%), kertas (0,43%), dan residu (0,25%). Komposisi sampah gedung parkir terdiri dari organik (6,72%), plastik (14,01%), kertas (49,9%), residu (23,61%), gelas kaca (5,76%). Melalui rekomendasi terhadap aspek teknis operasional, limbah padat yang dihasilkan dapat secara teoritikal dikurangi sebesar 38% sampah kantor, 51% sampah taman dan 40% sampah gedung parkir. Meningkat dari sebelumnya yang hanya 7% sampah kantor, 3% sampah taman dan 21% sampah gedung parkir. Namun begitu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa efektif rekomendasi yang ada di dalam penelitian ini.

The Waste Processing Unit (UPS) is a place where activities such as waste collection, sorting, processing, reuse, and recycling on a regional scale are carried out. One of the Waste Management Units in Depok is located at the Depok City Hall. However, its condition has now deteriorated, leaving only the sorting of recyclable inorganic waste. Meanwhile, the Depok City Government, through the RPJMD document, aims to increase the percentage of waste reduced through the 3R approach (Reduce, Reuse, Recycle) from 18% in 2022 to 19.5% in 2024. Therefore, research is needed to help the government achieve this target by providing recommendations based on an evaluation of the waste management system.The methods used in this study include SNI 19-3964-1994 with measurements taken over 8 days, SNI 19-2452-2002 on Technical Operational Procedures for Urban Waste Management, and the 3R TPS Technical Guidelines from the Ministry of Public Works and Public Housing. The results of the study indicate that the average waste generated from offices is 90.355 kg/day and 998 L/day, from parks and roads is 79.975 kg/day and 185.094 L/day, and from parking buildings is 5.9 kg/day and 9.03 L/day. The composition of waste generated from offices consists of organic waste (31.21%), paper waste (24.24%), plastic waste (23.97%), residual waste (19.19%), metal (0.08%), glass (1.09%), and hazardous waste (0.2%). The composition of waste from parks consists of organic waste (91.9%), plastic (7.42%), paper (0.43%), and residual waste (0.25%). The composition of waste from parking buildings consists of organic waste (6.72%), plastic (14.01%), paper (49.9%), residual waste (23.61%), and glass (5.76%). Through recommendations on technical operational aspects, the solid waste generated can theoretically be reduced by 38% from offices, 51% from parks, and 40% from parking buildings, an increase from the previous 7% for office waste, 3% for park waste, and 21% for parking building waste. However, further research is needed to determine the effectiveness of the recommendations provided in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Jupita
"Ditetapkannya Depok sebagai salah satu Kota terkotor di Indonesia pada tahun 2006 menjadikan pengelolaan sampah menjadi hal yang banyak menjadi sorotan publik. Buruknya pengelolaan sampah di Kota Depok dapat terlihat dari tidak memadainya fasilitas-fasilitas pengelolaan sampah yang ada seperti pengangkutan, Unit Pengelolaan Sampah (UPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ditambah lagi dengan jumlah penduduk Depok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagai akibat dari arus urbanisasi yang tinggi menjadikan beban pelayanan sampah menjadi semakin berat. Dengan menggunakan pendekatan positivis-kualitatif, dan menggunakan analisis SWOT, peneliti mengetahui bahwa posisi pengelolaan sampah di Kota Depok memungkinkan untuk diterapkannya strategi WO yaitu strategi yang dapat diterapkan dengan kondisi mengalami beberapa kendala internal/ kelemahan tetapi juga memiliki peluang yang sangat besar. Strategi yang digunakan diantaranya peningkatan kualitas SDM dan kapasitas pengelola, pengembangan kerjasama dengan swasta, penggunaan teknologi baru, dan membuat Peraturan Daerah yang baru.

To the issuance one of the dirtiest Cities in Indonesia in 2006 has made waste management a lot of things into the public spotlight. Poor waste management in the city of Depok can be seen from the inadequate waste management facilities as transport, waste management Unit (UPS) and Landfills (LANDFILL) coupled with the population There who continue to experience increased from year to year as a result of the high urbanisation make rubbish service burden becoming increasingly heavier. By using qualitative, positivist approach-and use the SWOT analysis, the researchers found that the position of waste management in the city of Depok allows for implementing a strategy that WO strategies can be applied to the conditions experienced some internal constraints/weaknesses but also has huge opportunities. Strategies used include improving the quality of human resources and management capacity, the development of cooperation with the private sector, the use of new technologies, and create new areas of Regulation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"waste management did not depart from the waste servuce management directing to contanius development based on local political agenda 21...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Malik
"Kelurahan kukusan merupakan bagian wilayah Kota Depok memiliki perkembangan penggunaan tanah yang cukup pesat. Permasalahan sampah di perkotaan terjadi karena ketersediaan tempat pembuangan sampah selalu bertautan dengan ketersediaan lahan dan penggunaan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pengelolaan sampah di Kelurahan Kukusan ditinjau dari aspek spasial dengan menggunakan variabel sebaran tempat pembuangan mandiri, tipe pengelolaan sampah, produksi sampah, permukiman, jalur pengangkutan sampah, dan arah pergerakan sampah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang tepat dalam melakukan pengwilayahan. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dari membandingkan klasifikasi persebaran model Waugh, dimensi geografi transportasi dan Possible Movement Urban Patterns dengan kondisi pengelolaan di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kelurahan Kukusan hanya terdapat dua tipe pengelolaan yaitu tipe A dan tipe B. Pengelolaan sampah Tipe A terjadi di pola spasial dimana sebaran sampah berupa sebaran yang acak, dengan arah pergerakan disorganized polycentric. Pengelolaan sampah Tipe B terjadi di pola spasial dimana sebaran sampah berupa pola sebaran acak, tetapi memiliki arah pergerakan organized monocentric. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah, ada dua faktor penentu perbedaan spasial, yaitu ketersediaan tempat pembuangan dimana indikasi ketersediaan tempat pembuangan itu dibedakan jenis tempat pembuangan mandiri. Faktor kebijakan juga berpengaruh terhadap pola spasial karena di bagian timur terdapat pagar Universitas Indonesia yang membuat warga membuat tungku bakar dan sebaran tungkunya membentuk pola spasial yang memanjang.

Kukusan Local Administrative as a part of Depok region, has significant landuse development. Waste problem in the city which is frequently happening due to availability waste disposal site, is kindred with availability of land and landuse. This research is to know, how waste management in Kukusan Local Adminstrative, is looked out over spatial aspects by several variables such as distribution of independent final disposal site, type of waste management, production of waste, settlement, its transportation, and its movement.
This research is using qualitative approach that steadily notices the norm of delineating region. Analysis being used is descriptive, which is obtained by comparing classification of distribution of Waugh model, transport geography dimension, and possible movement urban patterns to the condition in field.
The result of this research shows that is only two types of waste management in Kukusan, A and B. Type A is happening in uncontrolled and has movement as disorganized polycentric. Type B is also happening in uncontrolled but has movement as organized monocentric. Considering many factors might influence Kukusan waste management, there are two factors determine spatial difference, they are availability of land and, being distinguished by independent final disposal site. Factor of policy affects toward spatial patterns because it has University of Indonesia?s fence that enables villagers to build incinerators, that creates linear spatial patterns.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S1045
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fikarwin
"Disertasi ini membahas relasi-relasi kekuasaan di antara pelaku-pelaku di dalam kancah sosial pengelolaan sampah. Kancah sosial pengelolaan sampah dalam penelitian ini dijadikan jendala untuk melihat kekuasaan bekerja dan memberi dampak pada kehidupan sehari-hari, khususnya di bidang kebersihan. Pertanyaannya adalah: bagaimana pelaku-pelaku di kancah sosial pengelolaan sampah melaksanakan dan mengalami kekuasaan sehingga hal itu berdampak pada jalannya penanganan sampah? Disertasi ini dibangun dari penelitian di Kota Depok, mulai dari sumbersumber penghasil sampah di hulu hingga ke tempat-tempat pembuangan sampah di hilir. Keragaman dan variasi jalur pembuangan sampah, serta pelaku pelaku yang menggerakkan system yang beragam itu, menjadi pusat perhatian utama penelitian ini karena hal itulah yang mencerminkan bekerjanya kekuasaan dalam relasi-relasi antar pelaku, di bidang persampahan. Kekuasaan dalam kajian ini difahami sebagai sesuatu yang beredar, cair dan dapat dimanfaatkan oleh semua pelaku dalam relasi-relasinya dengan pelaku yang lain. Oleh sebab itu sangat sulit membayangkan adanya hubungan kekuasaan yang langgeng dan terpola mantap di antara pelaku-pelaku mengingat semua pelaku pada dasarnya tidak pernah diam. Berbagai sumber dapat diakses dan dimanfaatkan oleh setiap pelaku untuk merubah konstruksi hubungan-hubungan yang dirasa kurang seimbang. Namun demikian, perlu digarisbawahi, bahwa kemampuan masing-masing pelaku dengan konteks sosialnya masing-masing, adalah tidak sama sehingga ditemukanlah ada pelakupelaku yang tersingkir, kalah, walaupun mungkin kekalahannya itu hanya sementara. Bukti-bukti dari kancah social pengelolaan sampah menunjukkan bahwa berkuasanya pelaku atas pelaku yang lain tidaklah mencakup keseluruhan hal, melainkan hanya parsial dan temporal. Sifat sementara dari relasi-relasi kekuasan ini tampak semakin nyata karena diperkuat oleh proses globalisasi yang membawa bersamanya diskursus-disrkursus tentang demokrasi, Hak Azasi Manusia, multikulturalisme, otonomi dan lain-lain. Relasi-relasi kekuasaan yang tumbuh dalam lingkungan yang kian terbuka itu, pada akhirnya membawa dampak pada penanganan/pembuangan sampah yang sebagian dapat mengotori wajah perkotaan. Berbagai kepentingan yang diusung oleh para pelaku, menyebabkan penanganan sampah disubordinasikan di bawah kepentingannya yang utama, misalnya ekonomi, harga diri, dan politik. Tetapi boleh jadi juga, kontestasi dan persaingan, yang menyelimuti banyak sekali hubungan di antara pelaku-pelaku, membuat penanganan sampah terwujud dalam performa terbaiknya. Namun harus digarisbawahi, performa ini pun tidak langgeng; bisa bertambah baik tetapi bisa juga bertambah buruk. Relasi-relasi kekuasaan yang cair inilah yang menyebabkan kesementaraan itu terjadi.

This disertation discusses power relations among agencies in the social field/arena of waste management. In this case, the waste management is held as a window to see the power works and affects the cleanliness of daily social life. So, the question is: how those agencies do and exercise power that affects process of handling the waste? This writing is constructed from the research which was done in Depok City, from places that produce rubbish to ones in which the waste finally embark. Various ways of throwing away the waste and different agencies who manage its system are the main focus of the research, because their relations, I think, reflect the work of power. Power here is understood as something that is pervasive, fluid and is able to be used by all agencies in relation to each other. Therefore, it is hardly to imagine that power relations among them are forever and stably patterned due to in principle agencies are always moving.Many sources can be gained and differently used by each agencies that construction of their relations are always changing. In addition, it should be underscored that because of different abilities of these agencies and their social contexts that it is understandable if some are found to have been discarded or defeated, but their lost may only be for a while. From investigation of waste management in Depok it has been found the facts that power relations among agencies do not include all aspects of social lives but only occur in certain aspect and time. These partial and temporal relations of power become more and more actual due to and is encouraged by globalisation brought with it discourses of democracy, Human Rights, multiculturalism, otonomy, and so on. Power relations that occur and develop within more open society have lead ultimately to affect treatment of rubbish that cause dirty in certain parts of the city. Various interests held by each agencies make the rubbish treatment subordinated to their self-interests such as economic benefits, self-respect, and politic agenda.It could be stated that contestation and competition among agencies may make the rubbish treatment work properly and at the best. Nevertheless, it should be underscored that this performance is not permanent: it will be getting better or worse. The fluidity of these power relations that causes temporality of this situation to occur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
D835
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>