Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"]Dampak negatif perubahan iklim telah menimbulkan berbagai masalah bagi
Indonesia yang sangat rentan terhadap perubahan global. Alasan utama perubahan
iklim adalah kegiatan manusia sejak era industrialisasi yang meliputi penggunaan
bahan bakar fosil, penebangan hutan dan pertanian. Emisi gas rumah kaca dari
penggunaan bahan bakar fosil merupakan 70% dari total emisi karbondioksida,
metan, dan dinitrooksida. Tulisan ini membahas perubahan iklim di Indonesia, hal
yang perlu dilakukan untuk menanggulanginya, serta peran Indonesia dalam
kebijakan pembahan iklim global. Pembahasannya mencakup kelahanan energi, serta
penanggulangan dampak ekonomi dan lingkungan hidup.
"
Jurnal Kajian Wilayah Eropa Vol. 4 No. 1 2008: 5-20, 2008
JKWE-4-1-2008-5
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin: Konrad Adenauer Stiftung, 2016
551.6 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Primamulia Teguh
"Dalam satu dekade terakhir, Kota Depok mengalami pertumbuhan yang signifikan. Lahan terbangun di perkotaan memiliki peran penting dalam memengaruhi kenaikan suhu global melalui apa yang dikenal sebagai efek pulau panas perkotaan atau Urban Heat Island effect. Efek UHI bukan hanya menjadi masalah kenyamanan lokal, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada kenaikan suhu global. Suhu yang lebih tinggi di perkotaan dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi energi untuk pendinginan, penurunan kualitas udara, dan dampak pada kesehatan manusia. Local Climate Zone (LCZ) adalah konsep yang digunakan untuk mengklasifikasikan karakteristik morfologi permukaan di area urban dan peri-urban. Setiap LCZ memiliki karakteristik unik dalam hal geometri, bahan bangunan, dan vegetasi yang dapat mempengaruhi distribusi suhu dan dinamika iklim lokal. Hasilnya didapati bahwa morfologi Kota Depok didominasi oleh kelas open low rise (LCZ 6) merepresentasikan area pemukiman penduduk. Karakteristik suhu permukaan tanah Kota Depok secara umum berkisar antara 37,5°C – 54°C, pada tahun 2023 dengan suhu kelas bangunan lebih tinggi dibandingkan kelas tutupan lahan alami. Pola spasial fenomena UHI di Kota Depok secara umum lebih banyak terjadi di area pemukiman penduduk dengan karakteristik bangunan rendah (LCZ3).

In the last decade, Depok City has experienced significant growth. Built-up land in cities has an important role in influencing global temperature rise through what is known as the urban heat island effect. The UHI effect is not only a local comfort issue but has a long-term impact on global temperature rise. Higher temperatures in cities can result in increased energy consumption for cooling, reduced air quality, and impacts on human health. Local Climate Zone (LCZ) is a concept that classifies surface morphological characteristics in urban and peri-urban areas. Each LCZ has unique geometry, building materials, and vegetation characteristics that can influence temperature distribution and local climate dynamics. The results found that the morphology of Depok City is dominated by the open low-rise class (LCZ 6) representing residential areas. The characteristics of the land surface temperature of Depok City generally range between 37.5°C – 54°C, in 2023 with the building class temperature being higher than the natural land cover class. The spatial pattern of the UHI phenomenon in Depok City generally occurs more often in residential areas with low-rise building characteristics (LCZ3)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gede Arya Putra
"ABSTRAK
Perubahan iklim telah menyebabkan kerugian jiwa dan ekonomi akibat fenomena iklim ekstrem seperti banjir, kekeringan, perubahan karakteristik hujan dan kenaikan suhu di Indonesia. Informasi tentang proyeksi iklim yaitu curah hujan dan tren suhu sangat penting untuk melakukan adaptasi, mitigasi serta perencanaan operasional untuk berbagai sektor yang terkena dampak. Dalam studi ini, peneliti menggunakan data observasi dan data model iklim global. Data observasi harian berasal dari 70 stasiun meteorologi di Indonesia selama 20 tahun dari 1986 hingga 2005. Selanjutnya 29 data model iklim global GCM (Global Circulation Model) dari CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 5) historical dianalisis berdasarkan kesamaan pola spasial dan pola temporal dengan pola pengamatan stasiun meteorologi di Indonesia menggunakan korelasi. Model proyeksi perubahan iklim masa depan hingga tahun 2100 untuk variabel curah hujan dan suhu udara dikoreksi biasnya untuk skenario RCP 4.5 dan RCP 8.5 dari model terbaik yang didapatkan dari korelasi tertinggi. Proyeksi masa depan dibuat dalam index iklim ekstrem berdasarkan ETCCDI (Expert Team on Climate Change Detection and Indices) menjadi index total curah hujan tahunan (Prcptot), hari kering berturut-turut (CDD), hari hujan berturut-turut (CWD), nilai suhu maksimum bulanan (TXx) dan nilai suhu minimum bulanan (TNn). Index iklim ekstrem berdasarkan ETCCDI proyeksi dibandingkan dengan periode historical (1981-2010) sehingga diperoleh seberapa besar persentase perubahan iklim ekstrim pada periode 2011-2040, 2041-2070 dan 2071-2100. Hasil proyeksi masa depan secara temporal dan spasial indek iklim ekstrim meliputi Prcptot, CWD, TXx dan TNn kecuali indek CDD relatif mengalami kenaikan terhadap periode historicalnya.

ABSTRACT
Climate change has caused life and economic losses due to extreme climate phenomena such as floods, droughts, changes in the characteristics of rain and rising temperatures in Indonesia. Information about climate projections, namely rainfall and temperature trends is very important for adaptation, mitigation and operational planning for the various sectors affected. In this study, researcher used observational data and global climate model data. Daily observational data obtained from 70 meteorological stations in Indonesia for 20 years from 1986 to 2005. Furthermore, 29 global model GCM (Global Circulation Model) from CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project Phase 5) historical were analyzed based on similarity of spatial patterns and temporal patterns with pattern of observation of meteorological stations in Indonesia using correlation. The projection model of future climate change until 2100 for rainfall variables and air temperature bias corrected for RCP 4.5 and RCP 8.5 scenarios of the best models obtained from the highest correlation. Future projections are made in the extreme climate index based on ETCCDI (Expert Team on Climate Change Detection and Indices) to be an index of total annual rainfall (Prcptot), consecutive dry days (CDD), consecutive wet days (CWD), maximum monthly temperature values (TXx) ​​and minimum monthly temperature values (TNn). Extreme climate index based on projection ETCCDI compared to historical period (1981-2010) so that the percentage of extreme climate change is obtained in the period 2011-2040, 2041-2070 and 2071-2100. The results of temporal and spatial predictions of extreme climate indices include Prcptot, CWD, TXx and TNN except that the CDD index has relatively increased over the historical period."
2019
T53467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Zahra
"Iklim dapat mempengaruhi siklus hidup, siklus perkembangbiakkan nyamuk, dan dapat berpengaruh terhadap jumlah jentik atau angka bebas jentik, jentik kemudian berkembang menjadi nyamuk dan menularkan virus Dengue kepada manusia. Kepadatan penduduk berhubungan dengan jarak terbang nyamuk yang hanya berkisar 50 meter, maka daerah dengan penduduk padat dapat mempercepat penularan virus Dengue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan), faktor ke padatan vektor (angka ABJ), dan kepadatan penduduk dengan angka incidence rate DBD di Kecamatan Cilandak Tahun 2010-2019. Penelitian ini menggunakan studi ekologi. Jenis data yang diambil adalah data sekunder. Data incidence rate DBD, dan angka ABJ didapatkan dari laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Cilandak. Data mengenai kepadatan penduduk didapatkan dari Badan Pusat Statistik. Data terkait iklim didapat dari BMKG. Hubungan akan dianalisis menggunakan uji pearson product moment. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hanya kepadatan penduduk yang memiliki hubungan yang signifikan dengan IR DBD (p=0,003, r=0,783). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa suhu memiliki hubungan signifikan terhadap IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2011 (p=0,048, r=-0,580) dan 2015 (p=0,020, r=-0,66). Kelembaban memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2015 (p=0,013, r=0,426) dan 2019 (p=0,046, r=0,584). Curah hujan memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2019 (p=0,021, r=0,654). Kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD pada tahun 2010 (p=0,003, r=-0,783), 2012 (p=0,010, r=-0,706), 2014 (p=0,10, r=-0,706), 2015 (p=0,001, r=-0,844), 2016, 2017, dan 2019. Secara keseluruhan tahun 2010-2019, curah hujan dan kelembaban memiliki hubungan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak (p=0,029, r=0,685). Untuk mengurangi IR DBD disarankan untuk tetap melakukan kegiatan PSN, meningkatkan jumlah jumantik mandiri, dan meningkatkan penggunaan lavitrap.

Climate can affect the life cycle, the breeding cycle of mosquitoes, and can affect the number of larvae or larvae-free numbers, larvae then develop into mosquitoes and transmit the dengue virus to humans. Population density is related to mosquito flying distances that are only around 50 meters, so areas with dense population can accelerate the transmission of the dengue virus. This study aims to analyze the relationship between climate factors (air temperature, humidity, and rainfall), vector density factors (ABJ figures), and population density with DHF incidence rate in Cilandak District in 2010-2019. This research uses ecological studies. The type of data taken is secondary data. DHF incidence rate data, and ABJ figures were obtained from the annual report of the Cilandak District Health Center. Data on population density was obtained from the Central Statistics Agency. Climate related data obtained from BMKG. Relationships will be analyzed using the Pearson product moment test. The results of the bivariate analysis showed that in 2010 only population density had a significant relationship with IR DHF (p = 0.003, r = 0.783). The results of the bivariate analysis showed that temperature had a significant relationship with DHF IR in Cilandak District in 2011 (p = 0.048, r = -0.580) and 2015 (p = 0.020, r = -0.66). Humidity has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2015 (p = 0.013, r = 0.426) and 2019 (p = 0.046, r = 0.584). Rainfall has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2019 (p = 0.021, r = 0.654). Population density has a significant relationship with IR DHF in 2010 (p = 0.003, r = -0.783), 2012 (p = 0.010, r = -0.706), 2014 (p = 0.10, r = -0.706), 2015 ( p = 0.001, r = -0.844), 2016, 2017 and 2019. Overall in 2010-2019, rainfall and humidity have a relationship with IR DHF in Cilandak District (p = 0.029, r = 0.685). To reduce the DHF IR it is advisable to keep doing PSN activities, increase the number of independent jumantik, and increase the use of lavitrap."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Setia Palupi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana iklim organisasi yang
diproduksi dan direproduksi pada masa ketidakpastian dalam perspektif
strukturasi. Studi kasus dilakukan di Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif. Teori strukturasi Poole dan McPhee digunakan untuk menemukan
iklim sebagai suatu hierarki dari tiga strata yang setiap lapisannya terhubung
secara linier. Hasil penelitian menemukan dua kernel climate diproduksi dan
direproduksi pada masa ketidakpastian, keduanya adalah ?unsettling? dan
?lobbying?. Dua tema iklim ini diterjemahkan dan dialami oleh sub-sub
kelompok dalam organisasi menjadi tema-tema particular climate yang lebih
kongkrit dan berbeda-beda, yang pada gilirannya menghasilkan reaksi behavioral
yang berbeda-beda pula. Kemampuan anggota organisasi dalam berefleksi dan
merasionalisasi tindakannya menjadi dasar terjadinya produksi dan reproduksi
iklim organisasi ini

ABSTRACT
This study aims to find out how the organizational climate produced and
reproduced in a period of uncertainty in the structurational perspective. The case
study was conducted at the Ministry of Research, Technology, and Higher
Education using descriptive qualitative approach. Poole and McPhee?s
structuration theory is used to find a climate as a hierarchy of three strata in
which each layer is related in a linear way. The study found two kernels climate
that produced and reproduced in the period of uncertainty, both are "unsettling"
and "lobbying". Both climate themes were translated and experienced by subgroups
within the organization into more concreat and different particular
climate themes, which in turn produce different behavioral reactions. Members'
ability to reflect and rationalize their actions became the basis of the production
and reproduction of this organizational climate"
2016
T45959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inada, Shinji
"Climate change is increasingly recognized as a multiplier with serious for peace and security. Leading media of the world intend to call current situation as the 'climate crisis'."
Tokyo: Center for Asian and Pacific Studies, Seikei University, 2022
915 RAPS 47 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fathurohmah
"ABSTRAK
Penyimpangan iklim merupakan bagian dari gejala atmosfer yang memberikan pengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan terutama sektor pangan dan pertanian. Melalui perhitungan statistik dan analisis temporal, penelitian ini mengungkapkan bahwa terjadi penyimpangan iklim di Kabupaten Kebumen selama periode 1983-2012. Berdasarkan pemetaan data spasial, wilayah terdampak penyimpangan iklim yang paling luas terjadi pada tahun 1997 dan tahun 2010. Sebaran wilayah penyimpangan iklim tersebut terkonsentrasi di wilayah dataran rendah bagian tenggara, wilayah perbukitan barat laut dan wilayah pegunungan utara Kabupaten Kebumen. Penyimpangan iklim berpengaruh terhadap rendahnya ketahanan pangan terutama di wilayah pegunungan utara Kabupaten Kebumen.

ABSTRACT
Climate deviation is a part of the atmospheric indication that gives effect to the various sectors particularly to food and agriculture. Through statistical calculation and temporal analysis, this research reveals that occurred climate deviation in Kebumen Regency during the period 1983-2012. Based on mapping of spatial data, most extensive impacted area by climate deviation occurred in 1997 and 2010. The area distribution of that climate deviation are concentrated in the lowland area of southeast, hills area of northwest, and mountain area of north Kebumen Regency. Climate deviation affect to food security particularly in mountain area of north Kebumen Regency."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arwin Soelaksono
"Studi ini dimaksudkan untuk memformulasi strategi yang dapat menjadi sumbangsih bagi usaha-usaha mitigasi perubahan iklim. Pada akhir 2012 Kyoto Protocol tahap satu telah berakhir dan hasil dari COP 18 membuat keberadaan CDM menjadi penuh tantangan. Sehingga pelaksanaan CDM pasca 2012 atau mekanisme yang sejenis harus diperkuat. Sasaran dari riset ini adalah memformulasikan kombinasi dari kebijakan pemerintah Indonesia dan perjanjian perdagangan internasional untuk meperkuat pelaksanaan CDM di masa mendatang atau mekanisme baru berdasarkan pasar.
Riset ini dilakukan melalui tinjauan literatur dan pengumpulan respons survey yang respondennya telah dipilih dengan cermat supaya dapat mewakili seluruh pemangku kepentingan. Para responden yang dicari berasal dari para ahli nasional maupun asing yang memiliki pengalaman dibidang ini. Untuk menjamin bahwa mereka memberikan respons yang sahih, para responden juga dipilih berdasarkan pencapaian pendidikan dan pengalaman kerja yang relevan. Data yang terkumpul pada tahap pertama diolah dengan analisa SWOT yang kemudian difinalisasi menggunakan AHP.
Namun riset yang berdasarkan perspektif CDM ini memberikan hasil yang berbeda. Strategi yang terbaik adalah dengan mengkaitkan mekanisme ini dengan perjanjian pedagangan internasional. Sehingga kesadaran akan perubahan iklim perlu dibangun secara regional ataupun dengan mitra perdagangan lainnya. Hasil dari usaha ini adalah pembagian tanggung jawab dalam mitigasi perubahan iklim. Lebih lanjut seyogyanya usaha ini tidak berhenti pada tingkatan antar pemerintah semata, namun harus dapat diimplementasikan antar lembaga-lembaga usaha swasta. Dengan demikian mekanisme bisnis ke bisnis yang cocok dengan CDM ataupun mekanisme yang sejenis dapat berfungsi efektif.

This study is intended to formulate strategy that can contribute the climate change mitigation measures. By the end of 2012 first phase Kyoto Protocol has ended and the result of COP 18 brought CDM existence in considerable challenge. Therefore CDM post 2012 or similar mechanism implementation has to be strengthened. The research goal is to formulate combination of Government of Indonesia policies and international trade agreement to reinforce future CDM or new market based mechanism.
This research conducted through literature review and collecting survey responses which the respondents were carefully selected to cover all stakeholders. The respondents were sought from national and foreign expert or people who have experiences in this field. The respondents also selected based on education attainment and relevant working experience to ensure they will give valid responses. The first stage data collected was processed using SWOT analysis and then finalized using AHP.
However this research based on CDM perspective, gave different result. The best strategy is to work through linking the mechanism to the international trade agreement. Therefore climate change awareness should be built regionally or with other trading partners. The outcome of this measures is sharing responsibility on climate change mitigation. Moreover it should not stop only at governments? level, but it should be implemented among the private sectors. Then business to business mechanism which is suitable to CDM or its similar mechanism will be functioned effectively.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T41592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
O`Neill, Brian C.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2001
577.22 ONE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>