Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anton Apriyantono
"The emminent economic crisis in the put decade - in particular in Asia has signified a momentum for initiate financial reform as imposed by industrialized countries, with aims to promote resilience in international financial system, to install a pre-warning signal, and to enable to seek effective measures to resolve the financial turmoil in the future. The preventive measures among others is to encourage government policy makers to implement international standards of governance in its financial sector by method or regulation and best practices. Aside of that, globalization of international financial system inevitably brings the practice of trade and transactions across countries within its outreach, which eventually leads to domestic countries to absorb the international standards, either way."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
JHII-4-3-Apr2007-453
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Delima Hasri Azahari
"It is a paradox that Indonesian agriculture would prefer a market oriented condition to enhance its economic performance but al the same time it requires at significant degree cf Government intervention to maintain its economic and non economic goals to face with economic globalization. The existence of marker imperfection as an argument of government intervention on agriculture has been an economic characteristic of agriculture of developing countries and' it is being worsened by biased trade policy applied by developed countries. By realizing its unfaded importance, Indonesia should see the paradox and consider it when making position for negotiations on market liberalization of agriculture."
2007
JHII-4-3-Apr2007-481
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2021
382 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Michael IJ
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25194
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Bambang Susatiawadi
"ABSTRAK
Menjelang tahun 2000, Indonesia akan memerlukan baja dengan jumlah yang makin besar. Kebutuhan tersebut selain dapat diisi oleh hasil produksi dalam negeri, juga dapat diisi oleh produk impor yang merupakan unsur perdagangan internasional. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikaji terlebih dahulu alternative yang tersedia, yaitu mengembangkan industry baja secara keseluruhan atau berusaha untuk mengisi sebagian besar kebutuhan yang ada dengan produk impor.
Dengan menggunakan metode domestic resource cost dapat diketahui besarnya keunggulan relative yang dimiliki industry baja Indonesia.
Hasil analisa domestic resource cost dalam table di bawah ini menunjukkan bahwa baja lembaran canai panas produksi Indonesia memiliki keunggulan relative yang main lama makin kuat.
Sesuai dengan kenyataannya, pada tahun 1989 baja lembaran canai panas produksi Indonesia masih harus bersaing dengan hasil produksi korea selatan dipasaran internasional, namun dari hasl analisa diatas, untuk masa yang akan dating baja lembaran canai panas produksi Indonesia akan mampu menyaingi produksi korea selatan, amerika serikat dan jepang di pasaran internasional.
Dengan potensi pemasaran yang dimilikinya industry baja lembaran canai panas juga mempunyai peluang untuk dikembangkan.
Jika bagian hulu dari industry tersebut dapat ditingkatkan daya saingnya dengan memanfaatkan sejauh mungkin keunggulan relative yang dimiliki secara nasional, maka hal tersebut dapat lebih meningkatkan lagi daya saing industry baja lembaran secara keseluruhan.
Salah satu keunggulan relative yang dimiliki Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk industry baja adalah tersedianya batubara dalam jumlah yang melimpha.
Barubara Indonesia saat ini masih belum dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan baja karena nilai kalornya rendah.
Dengan telah ditemukannya teknologi baru di bidang pembuatan besi yang disebut dengan coal based reduction process, maka dengan memanfaatkan teknologi tersebut industry baja Indonesia akan memiliki keunggulan relative yang lebih besar lagi.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrianto
"ABSTRAK
industri kelapa sawit Indonesia pada saat ini perkembanganya cukup pesat. Hal ini
ditandai dengan adanya perusahaan?perusahaan yang melakukan pengembangaii dari
perluasan lahan perkebunan kelapa sawit maupun perusahaan-perusahuaan yang melakukan
investasi baru dalam industri minyak kelapa sawit di Indonesia.
Produk minyak kelapa sawit Indonesia sebagian dipasarkan di dalam negeri untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri minyak nabati seperti industri minyak goreng,
industri makanan dan industri kosmetik. Sebagian Iainnya dipasarkan/diekspor ke luar negeri
baik langsung ke negara konsumen/pembelj maupun pemasaran melalui pasar lelang di
Amsterdam. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu primadona
penghasil devisa komoditi ekspor non migas. Peran dan kontribusi ekspor minyak kelapa
sawit Indonesia sebagai salah satu penghasil devisa dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pemasaran minyak kelapa sawit Indonesia ke luar negeri selama ini masih mengandalkan
jalur pemasaran secara tradisional yang memang sudah sejak lama memiliki hubungan historis
perdagangan produk-produk industri perkebunan dengan Indonesia, misalnya dengan negara
negara Timur Tengah, Belanda maupun Pakistan. Terobosan terhadap pasar-pasar baru
minyak kelapa sawit yang cukup potensial misalnya negara-negara Amerika (Kanada.
Amerika Serikat), negara Amerika Latin maupun negara-negara Asia Iainnya seperti Cina
perlu dilakukan. Namun usaha terobosan pasar Iuar negeri ini perlu memperhatikan adanya
pesaing utama negara-negara eksportìr minyak kelapa sawit yang cukup kuat misainya
Malaysia yang selama ini merupakan negara pengekspor minyak kelapa sawit utama di pasar
dunia. Selain itu tumbuhnya negara negara produsen baru yang merupakan saingan potensial
sebagai negara produsen dan eksportir minyak kelapa sawit Indonesia misalnya negara Papua New Guinia maupun Ivory Coast perlu diperhatikan dan diperhitungkan.
Produsen minyak kelapa sawit Indonesia terdiri atas perusahaan badan usaha milik
negara (PT. Perkebunan Nusantara) dan beberapa perusahaan swasta di antaranuya PT. Astra
Agro Lestari tbk., PT. Perkebunun Nusantara dalam memasarkan minyak kelapa sawitnya ke
luar negeri maupun dalam negeri dilakukan rnelalui kantor pemasaran bersarna (KPB). PT.
Astra Agro Lestari dalam memasarkan produk minyak kelapa sawitnya dipasarkan langsung
di dalam negeri serta diekspor ke beberapa negara di luar negeri.
PT. Astra Agro Lestari sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit Indonesia
telah melakukan Iangkah antisipasi dalam rnenghadapi persaingan pasar global industri
minyak kelapa sawit yang semakin kuat. Langkah-langkah antisipasi yang dilakukan oleh PT.
Astra Agro Lestari bertujuan untuk menciptakan keunggulan daya saing produk minyak
kelapa sawit di pasar internasional. Beberapa langkah yang telah dilakukan PT. Astra Agro
Lestari untuk menciptakan keunggulan daya saing minyak kelapa sawitnya di antaranya
dengan mengakomodir issu-issu persaingan pasar komoditi primer di pasar internasional
misalnya produk minyak kelapa sawit yang ramah terhadap Lingkungan ISO 14001 serta
produk minyak kelapa sawit yang memiliki kualitas prima yaitu memiliki kadar lemak jenuh
(fatic acit) yang rendah sehingga aman terhadap kesehatan konsumen. Hal ini tidak hanya
dilakukan dalam rangka menghadapi persaingan terhadap produsen minyak kelapa sawit yang
ada di pasar dunia, namun juga dalam rangka menghadapi persaingan terhadap produk
subsitusi minyak nabati Iainnya seperti minyak kacang kedele dan negara Amerika Serikat
maupun minyak bunga matahari dari negara-negara Eropa.
Selain itu PT. Astra Agro Lestari juga melakukan peningkatan kemampuan kualitas
manajemen operasi perusahaan dalam industri minyak kelapa sawit maupun meningkatkan
sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas produk minyak kelapa sawit yang
dihasilkannya di antaranya dengan dukungan pusat sistim informasi untuk melakukan
monitoring operasi produksi pengolahan maupun pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang
tersebar di lokasi-tokasi perkebunan. Di samping itu PT. Astra Agro Lestari perlu
meningkatkan kemampuan dan Core Competence yang dimiliki oleh perusahaan dalam
industri minyak kelapa sawit terutama dengan melakukan diversifikasi produk turunan
minyak kelapa sawit dengan memanfaatkan kemajuan teknologi produksi yang terbaru.
Produsen minyak kelapa sawit Indonesia di dalam melakukan persaingan pemasaran
minyak kelapa sawit di pasar dunia perlu melakukan strategi-strategi dalam rangka
menghadapi produsen pesaing minyak kelapa sawit di pasar internasional baik yang telah ada
selama ini maupun produsen pesaing baru. Strategi-strategi dalam melakukan persaingan
pemasaran minyak kelapa sawit Indonesia di pasar internasional dilakukan dengan tujuan
meningkatkan keunggulan daya saing (Competitive Advantage) komoditi minyak kelapa
sawit Indonesia di pasar dunia balk dalam menghadapi produsen minyak kelapa sawit pesaing
maupun dalam menghadapì produk subsitusi minyak kelapa sawit di pasar dunia. Strategi
strategi yang dipilih tergantung karakteristik produk minyak kelapa sawit yang dipasarkan
maupun lerhadap selera konsumen minyak kelapa sawit di pasar dunia.
Dalam menerapkan strategi persaingan pemasaran produk minyak kelapa sawit
Indonesia di pasar dunia. produsen minyak kelapa sawit Indonesia perlu melakukan analisis
analisis eksternal maupun internal perusahaan baik meliputi analisis industri minyak kelapa
sawit itu sendiri, analisis persaingan pemasaran minyak kelapa sawit maupun analisis
terhadap kemampuan yang dimiliki perusahaan produsen minyak kelapa sawit Indonesia.
Beberapa cara analisa yang dapat dipakai di antaranya analisa industri dengan Five Forces
Analisis maupun analisa persaingan dengan SWOT analisis.
Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh produsen minyak kelapa sawit
Indonesia dalam melakukan persaingan pemasaran minyak kelapa sawit di pasar dunia di
antaranya strategi aliansi, strategi cost leadership, strategi fokus, maupun strategi pasar global
dan multicountry di pasar internasional.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handoko P. Gondokusumo
"ABSTRAK
Untuk dapat mengimbangi kenaikan jumlah penduduk serta
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya, setiap negara
perlu meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dilain pihak, upaya
peningkatan pertumbuhan ekonami selalu akan menimbuikan
peningkatan permintaan devisa. Peníngkatan kebutuhan devisa
diperlukan untuk membiayai pembelian barang dan jasa, baik
untuk investasi maupun untuk konsumsi. SaIah satu cara untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut adaiah dengan
meningkatkan ekspor. Dengan demikian bagi negara berkembarig
yang sedang membangun seperti Indonesia ekspor mutlak
diperlukan.
Sampai dengan tahun 1984/1985 ekspor Indonesia masih
didominasi oleh ekspor migas, yaitu mencapai 68% dari total
ekspor. Namun dengan semakin turunnya harga migas dipasaran
dunia, pemerintah berusaha meningkatkan ekspor nonmigas dengan
berbagai cara. Pada tahun 1990 ekspor nonmigas Indonesia telah
meningkat menjadí 56% dari total ekspor. Sementara peranan
pendapatan migas turun dari 54% menjadi 37% dan total
anggaran pendapatan pada tahun 1990/1991.
Salah satu komoditi yang menjadi penunjang utama sektor
nonmigas adalah dari produk?produk hasil kayu. Ekspor hasil
kayu pada tahun 1990 mencapai 23% dari total ekspor non migas
Indonesia dan menduduki peringkat pertama. Namun keberhasilan
ekspor hasil kayu tersebut masih didominasi oleh produk?produk
primer yang rendah nilai tambahnya dan rnempercepat laju
kerusakan hutan. Oleh karena itu pemerintah berusaha untuk
meningkatkan ekspor dan produk?produk sekunder dengan nilai
tamban yang lebih tinggi, antara lain dengan menghentikan
ekspor kayu gelondongan dan pembatasan ekspor kayu gergajian.
Salah satu dan produk sekunder yang tampaknya cukup
prospektif adaìah wooden furniture.
Pasar wooden furniture Indonesia yang terutama adalah
kenegara?negara maju, dengan jumiah terbesar ke Jepang,
Amerika Senikat, Eropa Barat dan negara-negara NIE seperti
Taiwan, Hongkong dan Singapura. Negara importir yang banyak
mengimpor dari negara berkembang adalah Jepang dan Amerika
Serikat. Sedangkan di Eropa Barat mayoritas masih dikuasai
oleh intra industry trade. Permintaan akan wooden furniture
dari negara?negara tersebut terus meningkat setiap tahun,
sementara produksi didalam negerinya tidak dapat mengimbangi
kenaikan permintaan tersebut. Sehingga peluang pasar yang ada
cukup potensial.
Kesulitan yang dialami oleh produsen dinegara?negara maju
adalah semakin sulitnya memperoleh bahan baku dan upah tenaga
kerja yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut banyak
perusahaan yang menerapkan teeknoIogi dan peralatan produksi
yang canggih, agar dapat. meningkatkan efisiensinya. Untuk
perusahaan berskala menengah kebawah langkah yang diambil
adalah spesialisasi, terutama produsen di Eropa Barat.
Kelompok produk yang diekspor Indonesia rneliputi : chair
and other seats of wood or wicker-work (SITC 821 11 10), parts
of chairs and seats of wood and wicker-work (SITC 821 19 10),
office furniture of wood (SITC 821 92 40), other- furniture of
wood (SITC 821 92 90), parts of wooden drawing table (SITC 821
99 21). Jumlah ekspor terbesar adalah untuk SITC 821 11 10.
Pertumbuhan ekspor nya mencapai 88% per tahun, pangsa
pasar relatif meningkat terus, dan konsentrasi pasar semakin
menurun. Hal tersebut, menunjukkan bahwa produk wooden
furniture Indonesia cukup mempunyal daya saing dalam menembus
pasar internasjonal, terutama untuk segmen kelas menengah
kebawah. Namun secara absolut, pangsa pasar Indonesia dipasar
dunia masih cukup kecil yaitu hanya 0,71%.
Produk yang diekspor adaìah untuk segmen pasar kelas
menengah, yaitu dengan local wood content sekitar 40%. Seymen
tersebut memang merupakan segmen terbesar didalam negeri
sendiri. Disain, dan jenis produk yang diekspor sebagian, besar
berdasarkan permintaan pembeli. Sebagian besar produk yang
diekspor tidak diberi merk oleh produsen, tetapi oleh pembeli
diluar negeri.
Pasar wooden furniture didunia adalan pasar persaingan
sempurna (perfect competition). Oleh karena itu produsen
bertindak sebagai price taker. Masing?masing produk sudah ada
bracket harganya. Jalur pemasaran masih melaiui agen diluar
negeri atau melalui buying groups, sedangkan proses- didalam
negeri ada yang melaiui trading company atau dilakukan
sendiri. Promosi dilakukan melaiui media masa (ikian) atau
dengan ikut serta dalam pameran internasional.
Peralatan dan teknologi produksi yang digunakan sebagian
besar masih konvensional dan menggunakan sistim manual yang
tidak fleksibel. Dengan pesanan dan pembeli yang beragam maka
ke tidak fleksibelan tersebut sangat menurunkan efisiensi dan
produktivitas.
Usaha-usaha peningkatan ekspor dapat dilakukan dengan
meningkatkan volume ekspor atau meningkatkan nilai produk yang
diekspor. Tantangan terhadap usaha?usaha tersebut antara lain
adaiah persaingan dari negara?negara eksportir utama seperti
Taiwan, Korea, Hongkong, Singapura dan dan negara?negara yang
sedang mengembangkan industri furniture nya seperti Malaysia,
Filipina, Thailand dan RRC. Selain itu semakin efisiennya
industri wooden furniture dinegara?negara importir sendiri
dapat menjadi hambatan bagi ekspor Indonesia. Selain itu
peningkatan volume ekspor dan peningkatan nilai tambah masih
mengalami hambatan dari biaya dana serta biaya?biaya lain yang
tinggi. Meskipun pemerintah terus mendepresiasikan nilai mata
uang rupiah, namun inflasi dan suku bunga yang tinggi
cenderung meningkatkan biaya?biaya.
Dengan harga jual produk yang kompetitif serta biaya yang
cenderung meningkat maka produsen tidak rnempunyai insentif
yang cukup menarik untuk melakukan ekspansi karena laba yang
diperoleh semakin menurun. Insentif yang ada bagi produsen
dalam melakukan ekspor selama ini antara lain untuk mencari
pasar yang ìebih luas karena persaingan yang ketat didalam
negeri, perputaran dana yang lebih cepat, jenis produk yang
lebin sederhana dan memanfaatkan kelebihan kapasitas produksi.
Daiam kondisi demikian produsen tidak rnempunyai komitmen dalam
penciptaan faktor?faktor produksi (factor creation) sehíngga
dikhawatirkan daya saing produk Indonesia tidak dapat
mengikuti perubahan?perubahan tuntutan pasar.
Untuk mengatasi hal tersebut kerja sama antara pengusaha
dan pemerintah mutlak diperlukan. Pemerintah diharapkan dapat
memberi tambahan insentif dengan membantu penciptaan faktor
faktor pendukung produksi. Misalnya dengan mendirikan
fasilitas pendidikan dan latihan serta fasilitas penelitian
dan pengembangan yang memadai. Dari píhak pengusaha diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan
nelakukan spesialisasi untuk beberapa produk saja dan kerja
sama antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar dalam
bentuk subkontraktor. Untuk itu diharapkan ada peranan
asosiasi yang Iebih besar dalam menggalang kerja sama ini.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1984
S25722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>