Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dessy Ilsanti Sjarif
"Menjadi orangtua bagi anak merupakan tantangan yang sangat besar, yang menciptakan respon emosional dan butuh penyesuaian. Menjadi orangtua dari anak ASD membutuhkan perhatian lebih terhadap sikap sendiri, harapan, rasa takut dan harapan. Ketika orangtua merasa yakin atau percaya diri pada kemampuan mereka menjadi orangtua, mereka cenderung akan mempraktekkan pengasuhan yang lebih efektif, yang akan membantu perkembangan positif bagi anaknya. Metode penelitian merupakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tiga orang ibu yang memiliki anak ASD usia sekolah menjadi partisipan. Kepada mereka diberikan intervensi dengan pendekatan solution-focused secara perorangan, sebanyak 4 sesi dalam kurun waktu 3 minggu. Setiap sesi dilakukan selama kurang lebih 1 hingga 2 jam. Kuesioner Parental Scale of Confidence digunakan sebagai alat pre-test dan post-test. Berdasarkan penilaian dan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi, partisipan menunjukkan keberhasilan mendapatkan solusi dari permasalahan, yang mengakibatkan mengurangnya emosi negatif dan meningkatnya kepercayaan diri dalam mengasuh anak ASD. Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi dengan pendekatan solution-focused dapat secara efektif membantu orangtua dalam mengatasi permasalahan yang terkait dengan pengasuhan anak ASD serta memberikan dampak positif pada diri orangtua.

Being a parent for a child has an enormous challenge, which could intrigue emotional response and thus needs an adjustment for the parent. Being the parent of an ASD child needs extra attention to owns's attitude, hope and fear. Once the parent has the confidence regarding his/her capabilities as parent, he/she tends to do a more effective parenting, which could give positive impact for the child's development. This research is a descriptive research which uses qualitative approach. Intervention with solution-focused approach is given individually to three mothers of ASD shool-age child, consist of 4 session with 1 to 2 hours each, within 3 weeks. Parental Scale of Confidence is used as pre-test and post-test. According to the evaluation and the assesment before and after the intervention, the participants successfully find the solution of their problem, which affect in lowering their negative emotion and increasing parents self-confeidence in parenting ASD child. This research has shown that the intervention with solution-focused approach could effectively help parent to overcome the problem regarding parenting issue, and also has positive effect for parent."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30609
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oktiara Giwizadany
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Partisipan penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autistik, sebanyak 66 orang. Pengukuran coping stress menggunakan alat ukur Brief COPE yang dikembangkan oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi oleh Amanda (2014). Parenting self-efficacy diukur menggunakan subskala efficacy pada PSOC Scale yang dikembangkan oleh Johnston dan Mash (1989) dan telah diadaptasi oleh Puspitarani (2010). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Correlation diperoleh hasil koefisien korelasi antara coping stress dan parenting self-efficacy sebesar -0.054 dengan nilai signifikansi sebesar 0.668 (p>0.01). Hal ini berarti bahwa, tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Penelitian ini menemukan terdapat perbedaan skor kemampuan coping stress antara ayah dan ibu.

The objective of this research was to find the correlation between coping stress and parenting self-efficacy. The participants of this research were 66 parents of children with autistic spectrum disorder. Coping stress was measured with Brief COPE, constructed by Carver (1997) and had been adapted by Amanda (2014). Parenting self-efficacy was measured by measurement tools efficacy subscale of PSOC Scale, constructed by Johnston and Mash (1989) and had been adapted by Puspitarani (2010). The coefficient of Pearson correlation between coping stress and parenting self-efficacy was -0.054 with significance value 0.668 (p>0.01). It indicated that there were negative and no significant correlation between coping stress and parenting self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Oetomo
"Adiksi narkoba selalu menimbulkan heban atau masalah pada sistem keluarga dan mengganggu anggota keluarga lainnya (Barnard, 2005). Perilakn-perilaku bermasalah yang muncul, seperti: kekerasan, mencuri, alan pertcngkaran dalam kcluarga, menimbullcan kcsulitan-kesulitan untuk hidup bersama anggota keluarga adiksi narkoba. (Vellemau et aI.,I993). Hubungan keluarga yang penuh dengan ketegangan memberikan dampak negatif yang signifilcan psda anggota-anggota keluarga (Boss & Mulligan, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan solurion focused yang dikembangkan oleh Steve de Shazer, dan Insoo Kim Berg (1992) untuk menolong kcluarga dengau anak adiksiipengguna narkoba, yaitu dengan membangun sistem- sistem keyakinan baru dan positif dalam memandang masalah mereka, sehingga dengan demikian menjadikannya lebih mudah untuk ditanggulangi. Perubahan pada sistem-sistem keyakinan keluarga terhadap masalah adalah merupalcan suatu dasar perubahan untuk mendapatkan resolusi yang efektif terhadap masalah. Terapi ini berfokus pada solusi dari masalah yang ada pads saat ini dengan menggunakan sumber kekuatan yang ada pada keluarga yang bisa mercka gunakan dalam membuat perubahan. Fungsi terapis adalah mengajukan gambaran pembahan dalam langkah-langkah kecil, spesifik, positii§ dan dalam istilah-istilah interaksional (Macdonald, 2007). Tcknik pengumpulan data dilakukan melalui wawaneara semi srruktur dan observasi terhadap dua keluarga yang menjadi subjek intervensi ini. Hasil intervensi terhadap kedua keluarga tersebut mcnunjukkan perubahan pada sistem-sistem keyakinan keluarga kearah yang lebih posilif berupa ide-ide dan resolusi barn untuk melakukan perubahan.

Drug addiction always becomes a burden or causes a problem to the family system and disrupts other family members (Barnard 2005). Problematic behaviours that arise like : violence, stealing or family feuds, cause problems in living with family members addicted to dnlgs. (Velleman et al.,l993) Tense family relationships has significant negative effects on family members. (Boss & Mulligan, 2003). This research uses the solution focus approach developed by Steve de Shazer and Insoo Kim Berg (1992) to help families with drug addicted child, by developing new belief systems and positiveness in dealing with their probiems, so that it becomes more easy to resolve the problem. Changing the family belief system is the basis of change which will result in an effective resolution towards a problem.This therapy focuses on a solution to a probiem which has occurred by using the family strength make a change. The role of the therapist is to formulate changes in small steps, specific, positive dan using iutcractional terms (Macdonald, 2007). Data gathering tecbnics is done through semi structured interviews and observation of two families which are the objects of this therapy. The resulting therapy towards those families shows that the change in their belief systems becomes more positive By creating new ideas and new resoltions to make a change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34160
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Sahidah Fitriana
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pendekatan solution focused dalam meningkatkan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda dari keluarga dengan orangtua bercerai. Melalui desain penelitian single subject experimental, intervensi diberikan kepada dua orang partisipan dalam empat kali pertemuan dengan durasi 90-120 menit. Efektivitas intervensi dievaluasi secara kualitatif yaitu melalui pengamatan dan wawancara peneliti terhadap perkataan dan insight partisipan selama menjalani sesi intervensi. Efektivitas juga dievaluasi secara kuantitatif melalui pemberikan kuesioner Marital Attitude Scale dan optimism about relationship pada saat sebelum dan segera setelah intervensi selesai dilakukan. Kedua kuesioner ini dinyatakan berkorelasi secara signifikan dengan kualitas hubungan romantis. Hasil antara kuesioner sebelum dan sesudah intervensi kemudian diperbandingkan.
Berdasarkan hasil intervensi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa intervensi dengan pendekatan solution focused efektif dalam meningkatkan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda dari keluarga dengan orangtua bercerai. Partisipan memiliki sikap yang lebih positif terhadap pernikahan dan optimisme yang lebih besar terhadap kesuksesan hubungan romantis di masa depan. Partisipan juga mendapatkan manfaat intervensi berupa mengurangi pikiran-pikiran negatif, mempertahankan perilaku yang bermanfaat dalam hubungan romantis dan meningkatkan kualitas hubungan romantis terutama dalam hal komunikasi dengan pasangan.

The aim of this study is to find out the effectiveness of solution focused approach in enhancing quality of romantic relationship from adult children of divorce. With single subject experimental design, the solution focused approach was given to two participants in four sessions (90 - 120 minutes). Intervention effectiveness were being evaluated qualitatively by observing insight of the participants during intervention sessions. The effectiveness of intervention were also measured quantitavely by giving Marital Attitude Scale and Optimism about relationship scale before and after intervention. And then the results were being compared.
Based on the intervention result, it can be concluded that solution focused approach is effective in enhancing the quality of romantic relationship among adult children of divorce. Participant's attitude and optimism toward romantic relationship and marriage has increased significantly. Participants also gain some benefits from the intervention. The participants utter that their negative thought has decreased. They also can maintain behaviors that support quality of romantic relationship and increasing it through better communication skill toward their spouse.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30575
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marlita Dewi
"Pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak memiliki hubungan dengan pengalaman keterlibatan orangtua di masa lalu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan orangtua (ayah dan ibu) yaitu instrumental, ekspresif, dan mentoring/advising terhadap parenting self-efficacy pada orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya. Persepsi keterlibatan orangtua merupakan sejauh mana orangtua menunjukkan perilaku yang menandakan bahwa mereka ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan anak. Parenting self-efficacy merupakan persepsi dalam memandang kemampuannya yang dapat memengaruhi perilaku dan perkembangan anak secara positif. Pada penelitian ini, pengukuran persepsi keterlibatan orangtua menggunakan alat ukur Reported Father Involvement Scales (Finley & Schwartz, 2004) dan Reported Mother Involvement Scales (Finley, Mira, & Schwartz, 2008), sedangkan pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000). Partisipan dalam penelitian ini adalah 302 orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya dan berada di rentang usia 25-45 tahun yang diperoleh dengan teknik convenience sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ayah yang signifikan secara bersama-sama terhadap parenting self-efficacy F(3,298)= 3,959, p<0,01. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ibu yang signifikan secara bersama-sama terhadap parenting self-efficacy F(3,298)= 2,858, p<0,05. Implikasi dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan orangtua meningkatkan keterlibatannya dalam berbagai aspek kehidupan anak dan memberikan pengasuhan yang positif bagi anak-anak mereka.

Parenting correlates with how ones parent involve in childhood experience. This research was conducted to determine the influence of the three dimensions of perceived parental involvement (father and mother) that is instrumental, expressive, and mentoring/advising on parenting self-efficacy among parents with middle childhood children. Perceived parental involvement refers to the extent to which parents participate in various aspects of their children?s lives. Parenting self-efficacy is parents perceptions of their ability to positively influence the behavior and development of their children. Perceived parental involvement was measured by Reported Father Involvement Scales (Finley & Schwartz, 2004) and Reported Mother Involvement Scales (Finley, Mira, & Schwartz, 2008), parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000). Participants in this study were 302 parents aged 25-45 years with middle childhood children are obtained through convenience sampling technique. This research used quantitive method. The results showed that there was a significant influence of three dimensions of perceived father involvement on parenting self-efficacy F(3,298)= 3,959, p<0,01, also there was a significant influences of three dimensions of perceived mother involvement on parenting self-efficacy F(3,298)= 2,858, p<0,05. The implication of this research is parent are expected to increase their involvement in various aspects of their children's lives and provide positive parenting to their children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Affiani
"Pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak memiliki hubungan dengan pengalaman keterlibatan orangtua di masa lalu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan orangtua (ayah dan ibu) yaitu instrumental, ekspresif, dan mentoring/advising terhadap parenting self-efficacy pada orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya. Persepsi keterlibatan orangtua merupakan sejauh mana orangtua menunjukkan perilaku yang menandakan bahwa mereka ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan anak. Parenting self-efficacy merupakan persepsi dalam memandang kemampuannya yang dapat memengaruhi perilaku dan perkembangan anak secara positif. Pada penelitian ini, pengukuran persepsi keterlibatan orangtua menggunakan alat ukur Reported Father Involvement Scales (Finley & Schwartz, 2004) dan Reported Mother Involvement Scales (Finley, Mira, & Schwartz, 2008), sedangkan pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000). Partisipan dalam penelitian ini adalah 302 orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya dan berada di rentang usia 25-45 tahun yang diperoleh dengan teknik convenience sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ayah yang signifikan secara bersama-sama terhadap parenting self-efficacy F(3,298)= 3,959, p<0,01. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ibu yang signifikan secara bersama-sama terhadap parenting self-efficacy F(3,298)= 2,858, p<0,05. Implikasi dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan orangtua meningkatkan keterlibatannya dalam berbagai aspek kehidupan anak dan memberikan pengasuhan yang positif bagi anak-anak mereka.

Parenting correlates with how ones parent involve in childhood experience. This research was conducted to determine the influence of the three dimensions of perceived parental involvement (father and mother) that is instrumental, expressive, and mentoring/advising on parenting self-efficacy among parents with middle childhood children. Perceived parental involvement refers to the extent to which parents participate in various aspects of their children?s lives. Parenting self-efficacy is parents perceptions of their ability to positively influence the behavior and development of their children. Perceived parental involvement was measured by Reported Father Involvement Scales (Finley & Schwartz, 2004) and Reported Mother Involvement Scales (Finley, Mira, & Schwartz, 2008), parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000). Participants in this study were 302 parents aged 25-45 years with middle childhood children are obtained through convenience sampling technique. This research used quantitive method. The results showed that there was a significant influence of three dimensions of perceived father involvement on parenting self-efficacy F(3,298)= 3,959, p<0,01, also there was a significant influences of three dimensions of perceived mother involvement on parenting self-efficacy F(3,298)= 2,858, p<0,05. The implication of this research is parent are expected to increase their involvement in various aspects of their children's lives and provide positive parenting to their children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Anakomi
"Menderita kanker di usia muda merupakan salah satu peristiwa mengejutkan yang berkelanjutan bagi para penderitanya. Tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh diagnosis hingga menjalani pemulihan merupakan proses panjang yang membebani kondisi psikologis penderita. Pada tahapan tersebut, penderita mengalami berbagai perubahan dan kehilangan dalam dirinya. Salah satunya adalah kerontokan rambut akibat kemoterapi - atau yang disebut Chemotherapy-Induced Alopecia (CIA). CIA terbukti menjadi efek samping yang dihayati wanita penderita kanker sebagai kehilangan yang mendalam sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan self-esteem dalam diri mereka (Ferrell, Grant, Funk, Otis-Green & Garcia, 1997).
Pada penelitian ini dilakukan analisa secara mendalam tentang penghayatan tiga orang wanita dewasa muda penderita kanker sehubungan dengan kerontokan rambut yang mereka alami. Selanjutnya, kepada mereka diberikan intervensi dengan pendekatan Solution-Focused Brief Therapy secara perorangan, sebanyak 7 sesi (2 pertemuan pra sesi, 4 sesi intervensi, dan 1 sesi follow-up). Setiap sesinya dilakuka n dengan durasi sekitar 90-120 menit. Kuesioner Revised Janis and Field Scale digunakan sebagai alat ukur self-esteeem pada pre-test dan post-test.
Hasil penilaian kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan yang positif pada cara pandang ketiga partisipan terhadap diri mereka maupun kerontokan rambut yang dialami. Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi dengan pendekatan Solution-Focused Brief Therapy dapat meningkatkan self-esteem pada wanita dewasa muda penderita kanker yang mengalami CIA.

Having cancer at young age is one of continually shocking events for the patients. The stages that must be passed from obtaining diagnosis until doing the treatment is a long process that burdens their psychological conditions. By that stage, the patient is experiencing various change s and losses. One of them is hair los s due to chemotherapy - or called Chemotherapy-Induced Alopecia (CIA). CIA has proven to be internalized profound loss treatment's effect for woman that can decrease their self-esteem (Ferrell, Grant, Funk, Otis-Green & Garcia, 1997).
This research implements in-depth analysis of three young adult women with cancer, abo ut how they are carrying out the ha ir loss. Next, Solution-Focused Brief Therapy Approach Intervention is given individually, consisted of 7 sessions (2 presessions, 4 intervention sessions, and a follow-up session). Each session was conducted around 90-120 minutes. Revised Janis and Field Scale questionnaire used as the self-esteem measurement on pre-test and post-test.
Result of qualitative and quantitative assessment indicates a positive change on perspective of themselves and their experiences of hair loss from three participants. This research has shown that the intervention with Solution-Focused Brief Therapy approach could increase self-esteem on young adult women with cancer who experienced CIA.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T42874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah Agustin
""Quarterlife crisis adalah sebuah fenomena yang umum terjadi pada" "u di rentang usia 18-29 tahun. Kelompok usia ini dikenal dengan istilah "individu" emerging adulthood dan pertama kali dicetuskan oleh Arnett (2001). Pada tahap perkembangan tersebut, individu mulai memperoleh banyak perubahan-perubahan dan tuntutan dari lingkungannya sebagai tanda masa transisi dari remaja menuju dewasa. Adanya kebutuhan untuk mengeksplorasi diri juga membuat tahap ini penuh dengan ketidakstabilan. Bila individu tidak mampu mengatasinya - ditandai dengan munculnya reaksi emosi seperti rasa cemas, frustrasi, dan perasaan tidak berdaya karena tidak mampu keluar dari zona nyaman kehidupannya, maka individu tersebut dapat dikatakan mengalami quarterlife crisis (Robbins & Wilner, 2001). Area permasalahannya meliputi pekerjaan, pendidikan hingga yang paling sering dialami oleh perempuan yakni masalah relasi interpersonal yang erat kaitannya dengan keinginan atau tuntutan untuk menikah.
Faktor norma sosial budaya, keluarga dan pertemanan mempengaruhi pandangan individu terhadap permasalahannya. Semakin memperoleh tekanan, individu akan mulai membangun emosi-emosi dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Padahal di sisi lain, banyak aspek positif yang sebenarnya ia miliki namun tidak disadari, akibatnya produktivitas dan fungsi sosialnya menjadi terganggu. Hal inilah yang menjadi sasaran intervensi berupa sebuah terapi dengan pendekatan solution-focused. Asumsi-asumsi dasar dari solution-focused menitikberatkan pada potensi positif individu dan orientasi pada masa depan dianggap sesuai untuk mengatasi quarterlife crisis. Terdapat 4 (empat) sesi individual dengan tujuan untuk membantu individu membangun solusi dari masalahnya sendiri. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan yang positif dari ketiga individu dalam upaya mengatasi quarterlife crisis yang dialaminya. Partisipan yang belum memiliki pasangan lebih mudah keluar dari krisis bila dibandingkan dengan partisipan yang sudah memiliki pasangan. Teknik-teknik yang terbukti efektif antara lain mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan, miracle question, serta survei mengenai potensi positif diri.

Quarterlife crisis is a common phenomena founded in individuals age 18-rs old. This group of age is known as emerging adulthood, and Arnett 30 yea "(2001) is the first person who introduce it as the new stage of development. At this stage, individuals start to have many changes and demands from others in their society as the sign of the transition from adolescence to adulthood. People at this stage are also like to have self-exploration, that?s why their life is full of instability. If the individuals can?t handle it, which marked by having lots of negative emotions such as anxiety, frustration and helpless because they can?t move from their own comfort zone, then we can says that those individuals are having quarterlife crisis (Robbins & Wilner, 2001). The area of problems contains career problem, academic and even romance or interpersonal relationship which mostly women?s concerned because it?s related to the demands of getting married.
Socio-cultural, peers and family factor have been influence people?s perspective about their problems. The more they?re getting demand from others, the more they build some negative emotions and perspective about themselves. While on the other side, there are a lot of positive things which they?re actually have but they didn?t realize it. By the result of that, they can?t perform productively and easily got troubles in social functioning. That?s the reason behind the decision to build an intervention with solution-focused approach. The basic assumptions from this approach is to believe that all individuals are having positive potensial inside them and the future-orientation might help them to build some solutions from their problem. The therapy itself contains 4 (four) individual sessions, and all of it focusing on how their work to build some goals and solution to achieve it. Some of the reluts are : there are significant changes in positive way founded in all 3 (three) participants in terms of handling quarterlife crisis related to interpersonal problem. Specifically, participant who doesn?t have a partner yet is handling the crisis easily and she successfully move on from quarterlife crisis compare to participant who already have a partner. Some of the techniqes that proven to be effective are the miracle questions, worksheet about positive personality survey and how to identify problems and setting the goals.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30360
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afia Fitriani
"Komunikasi pada Anak yang Mengalami Autistic Disorder Anak yang mengalami Autistic Disorder memiliki hambatan dalam tiga ranah utama yaitu, interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan pola tingkah Iaku repelitif (Ginanjar, 200_8). Tanpa kemampuan berkomunikasi yang baik anak autis al-can mudah Bustrasi dan menunjukkan gangguan perilaku karena kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi (Mangunsong, 2009). Picture Exchange Communication .Slystam (PECS) rnerupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan cara berkomunikasi yang praktis kepada individu gang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan menggunakan kartu-ka11u bergambar (Bondy & Frost, 2001).
Program intervensi dalam tugns akhir ini diberikan pada D, anak laki-Iaki dcngan Autistic Disorder yang berusia 7 tahun. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi D me-lalui modilikasi perilaku dengan metode Pictu:-e lnlwlzange Cotmuunication System (PECS) sampai fase kedua dari enam fase PECS. I-lasil menunjukkan bahwa berdasarkan perbandingan data dasar dan evaluasi, kemampuan komunikasi D dengan menggunakan PECS menunjukkan peningkatan kcberhasilan sebesar 30%. Hasil ini didukung oleh prosedur intervensi yang terstruktur, jelas, dilaksanakan secara intensifl serta pembexian prompt yang membantu pemahaman instruksi. Kcndala pelaksanaan program antara lain, pilihan benda yang digunakan dalam intervensi, keadaan ruangan, kondisi D yang belum pcrnah mendapatkan intervensi, serta usia D. Sccara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa program intervensi ini cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi D.

Children with Autistic Disorder have deficits in three major domains, which are social interaction reciprocity, communication, and repetitive and stereotyped patterns of behavior (Ginanjar, 2008). Without fine communication skills, autistic children may easily frustrated and then show disturbing behavior because their needs are not understood (Mangunsong, 2009). Picture Exchange Communication System (PECS) is an alternative method using picture cards to teach a practical way to communicate for individuals with speech and language limitations (Bondy & Frost, 2001).
Intervention program in this final project is given to D, a 7 years old child with Autistic Disorder. The purpose is to improve D’s communication skills by behavior mcdilication using Picture Exchange Communication System (PECS) method up to the second phase from total six phase. Results shows that based on the comparision between baseline and evaluation data, D’s communication skills using PECS indicates 30% increase of success. Supportive factors of this result were clear and structured intervention procedure, carried out intensively, and additional prompt to aid instruction understandings Unfortunately, choices of items used in the intervention, room settings, D’s age and not ever received any intervention before became the hindrance factors. Overall, this intervention program is quite effective to improve D’s communication skills.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khaula Sahida
"Hadirnya anak dengan Autism Spectrum Disorders (ASD) di tengah keluarga memiliki dampak pada kehidupan orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat penolakan orangtua terhadap kondisi anak penyandang ASD dengan tingkat kelelahan yang dialami orangtua. Desain penelitian yang digunakan analitik numerik cross-sectional, dengan 61 orangtua yang didapatkan melalui cluster random sampling pada 15 sekolah luar biasa di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan Parent Acceptance-Rejection Questionnaire (PARQ) dan kuesioner kelelahan.
Hasil analisis menggunakan uji Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat penolakan orangtua dengan tingkat kelelahan yang dialami orangtua (p=0,001; r=0,407; α=0,05). Hal ini menggambarkan bahwa pentingnya memberi asuhan sejak awal kepada orangtua untuk mendorong orangtua agar menerima kondisi anak, sehingga risiko terjadinya kelelahan berkurang.

The presence of children with Autism Spectrum Disorders (ASD) in the family has an impact on parent?s life. This study aims to determine the relationship between parental rejection levels of the ASD children conditions with levels of fatigue experienced by parents. The design of this study was cross-sectional analytic numerical, with 61 parents recruited by cluster random sampling in 15 special schools in South Jakarta. This study used a Parent Acceptance-Rejection Questionnaire (PARQ) and fatigue questionnaire.
The results of Pearson test showed that there is a significant correlation between the level of parental rejection and the levels of fatigue experienced by parents (p=0,001; r=0,407; α=0,05). It represents the importance of giving care from the beginning to the parents and encourage parents to accept the children?s condition, so that can reduce the risk for experiencing fatigue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>