Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Widayati
"Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata favorit wisatawan mancanegara, khususnya wisatawan Jepang. Skripsi ini membahas dua faktor yang membuat wisatawan Jepang datang ke Bali. Kedua faktor tersebut adalah adanya perasaan nostalgia yang ditimbulkan oleh objek wisata di Bali dan adanya informasi yang cukup lengkap dan menarik mengenai pariwisata Bali bagi wisatawan Jepang. Selain dua faktor yang membuat wisatawan Jepang datang ke Bali, skripsi ini juga membahas karakteristik berwisata dari wisatawan Jepang, baik karakteristik berwisata ke luar negeri secara umum maupun karakteristik saat berwisata ke Bali. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan dengan metode deskriptif analisis.

Bali is one of the favourite tourist destinations for foreign tourists, especially Japanese tourists. This thesis discusses two factors that make Japanese tourists coming to Bali. The factors are a sense of nostalgia for Japanese tourist which generated by the places of interest in Bali and the availability of information about Bali tourism. In addition to the two factors that make Japanese tourists coming to Bali, this paper also discusses the travelling characteristics of Japanese tourists, both characteristics of travelling abroad in general and the characteristics when traveling to Bali. This study is a review of the literature with descriptive-analysis methods."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42034
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Wulan Andadari author
"Sejak tahun 2004 tahun hingga tahun 2006, industri pariwisata di seluruh dunia telah mengalami pertumbuhan rata-rata di alas 4% dan menunjukkan bahwa sektor ini tidak mudah lagi terpengaruh oleh berbagai ancaman eksternal seperti: terorisme, bencana alarm, masalah kesehatan dan kenaikan harga bahan bakar minyak.
Selama beberapa dekade, wisatawan asal Eropa - terutama Eropa Barat, yang merupakan bagian dari kelompok negara-negara industri dengan pendapatan per kapita tinggi - tercatat sebagai pemain utama di tingkat global, dimana penduduknya paling banyak rnelakukan perjalanan wisata ke luar negeri dan mengeluarkan paling banyak biaya untuk wisata outbound.
Melihat adanya kecenderungan industri pariwisata untuk terus tumbuh di masa depan, World Tourism Organization (WTO) telah mengagendakan Tourism 2020 Vision sebagai target pembangunan pariwisata jangka panjang. WTO juga memprediksi bahwa perjalanan wisata kategori long-haul travel di seluruh dunia akan meningkat dengan pertumbuhan sekitar 5,4% hingga tahun 2020, dibandingkan dengan perjalanan wisata kategori inrraregional travel yang hanya mengalami kenaikan sekitar 18%. Selain itu, WTO memperkirakan bahwa wilayah Eropa akan tetap menjadi sumber pasar wisatawan internasional terbesar dari jumlah kunjungan dan pengeluaran untuk perjalanan wisata.
Perkembangan industri pariwisata tidak pernah terlepas dari berbagai perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, politik dan sosial. Demikian pula halnya dengan masyarakat Uni Eropa. Situasi dunia sejak awal abad ke-21 telah mengubah kebiasaan masyarakat Uni Eropa dalam berlibur, tren pariwisata di Eropa dan pilihan destinasi mereka untuk berwisata naik di tingkat regional maupun di luar wilayah Uni Eropa.
Dari pengamatan tentang profit terkini wisatawan Uni Eropa (LIE) dan pilihan destinasi mereka serta tren pariwisata yang berlaku saat ini, diketahui bahwa perjalanan wisata yang dilakukan di tingkat regional masih mendominasi kebiasaan masyarakat UE. Meskipun demikian, minat pada sebagian masyarakat UE - khususnya negara-negara pasar utama wisatawan internasional, seperti: Inggris, Jerman, Belanda dan Perancis - untuk melakukan perjalanan wisata jarak jauh ke luar wilayah Eropa meningkat. Beberapa negara di kawasan Asia, antara lain: Thailand, Jepang dan Cina, menjadi destinasi favorit untuk perjalanan wisata yang akan datang. Namun sejumlah faktor dapat menjadi penghalang bagi para wisatawan untuk mengunjungi wilayah ini, seperti: terorisme, kekacauan politik, travel warnings, faktor keselamatan dan keamanan, flu burung dan biaya yang mahal.
Hingga sekarang, Indonesia bukan daerah tujuan wisata (DTW) pilihan utama para wisatawan UE karena dianggap masih belum terbebas dari faktor-faktor penghalang tersebut. Padahal minat wisatawan UE untuk berkunjung ke Indonesia sebenarnya masih ada, dimana hal ini terlihat dari data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI yang menunjukkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan UE sejak tahun 2003 hingga 2006 relatif stabil. Indonesia perlu mengupayakan kebijakan yang mendorong pertumbuhan industri pariwisata nasional dan mengakomodasi tren yang berlaku di dunia pariwisata internasional untuk menangkap potensi wisatawan UE agar di masa depan mereka memilih Indonesia sebagai DTW favorit.

During the period of 2004 until 2006, tourism industry worldwide had been experiencing the average growth above 4% and proved that this sector has become barely affected by the external threats, such as: terrorism, natural disaster, health issues and the raise of oil prices.
European tourists - particularly those coming from industrial countries in West Europe with the high ranking income per capita in the world - have been recorded as Key players globally since they took the highest number of outbound trips and generated the highest spending abroad for decades.
Taking into account that the tourism industry will continue to develop in the future, World Tourism Organization (WTO) has set up the agenda of Tourism 2020 Vision as its target for the tourism development in the long term. WTO has also predicted that the long-haul travel worldwide will increase nearly 5.4% until the year 2020, compared to the slow growth of the intraregional travel at 18%. Furthermore, WTO forecasts Europe will remain the biggest market source of international tourists based on the number of trips and the spending abroad.
Some factors i.e. economic issues, political situation and social life, play significance role for changes in the development of tourism industry. Since the beginning of the new millennium, the situation at global level has influenced the behavior of the people of European Union in the way they took their holidays, the tourism trend in Europe and their preference concerning tourist destinations either regionally within the European Union or outside the European Union.
Having observed the latest profile of European Union tourists, their choice of destination as well as the trend of tourism in Europe, the intraregional travel has still been predominant. Nevertheless, some European Union tourists - especially from the main source market of international tourists i.e. United Kingdom, Germany, Netherlands and France - have showed growing interest to make long-haul travel outside the European continent. The following are their preferred destinations in Asian region for the next holidays: Thailand, Japan, and China. However, some factors might hold back the European Union tourists from visiting this region, such as: terrorism, political turmoil, travel warnings, safety and security, bird flu and high prices.
Until today, Indonesia is not the main tourist destination for European Union tourists since it is still perceived as an area surrounded by some negative factors mentioned above. Yet, the data from the Department of Culture and Tourism of the Republic of Indonesia revealed that European Union tourists are interested in visiting Indonesia which has been indicated by a relatively stable growth from year 2003 - 2006. Indonesia needs to implement an encouraging policy towards its tourism industry and accommodate the latest trend in the international tourism industry aiming to attract the European Union tourists so that in the future they would choose Indonesia as their preferred destination.
"
2007
T20653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samantha Hana Levani
"Makalah Ilmiah Akhir ini membahas latar belakang pariwisata di Bali dan kenaikan pariwisata selama pandemi yang didukung salah satunya oleh influencer Instagram. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis dokumen serta refleksi pengalaman penulis sebagai influencer yang terlibat pada bidang media sosial, khususnya dalam aksi membangun imajinari pariwisata. Hasil kajian menunjukkan bahwa influencer Instagram telah berkontribusi dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali ketika pandemi. Influencer Instagram dilihat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat terkait destinasi wisata Bali melalui konten yang dibagikan di akun Instagram secara kreatif dan informatif. Namun, peningkatan pariwisata di Bali tidak hanya disebabkan oleh influencer Instagram, tetapi juga faktor-faktor lain seperti kebijakan pemerintah, dan faktor lainnya. Pada akhirnya, kajian ini menunjukkan bahwa perspektif antropologi terkait imajinari pariwasata mampu mengapresiasi diversitas kolaborasi media sosial dengan industri pariwisata. Salah satunya adalah keanekaragaman citra atau imajinari suatu tempat wisata Bali yang berhasil dibentuk oleh influencer Instagram serta menghasilkan engagement baik dengan masyarakat di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini menjadi salah satu faktor dalam pola pencarian informasi wisata atau pemilihan suatu destinasi wisata oleh wisatawan yang hendak berkunjung ke Bali.

This Final Scientific Paper discusses the background of tourism in Bali and the increase in tourism during the pandemic which is supported by one of the Instagram influencers. The research method used is document analysis method as well as a reflection on the author’s experience as an influencer involved in the field of social media, especially in the act of building an imaginary Bali tourism on Instagram social media. The results of the study show that Instagram influencers have contributed to increasing the number of tourist visits to Bali during the pandemic. Instagram influencers are seen as having the ability to influence people's mindset regarding Bali tourist destinations through content shared on Instagram accounts in a creative and informative way. However, the increase in tourism in Bali is not only due to Instagram influencers, but also other factors such as government policies and other factors. In the end, this study shows that an anthropological perspective related to imaginary tourism is able to appreciate the diversity of collaboration between social media and the tourism industry. One of them is the diversity of images or imaginations of a tourist spot in Bali that was successfully formed by Instagram influencers and resulted in engagement with both domestic and foreign communities. This becomes one of the factors in the pattern of searching for tourist information or the selection of a tourist destination by tourists who want to visit Bali."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Arthi Saputri
"Persaingan global pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tak terhindarkan dalam dunia industri, yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat di bidang komunikasi, informasi, dan teknologi. Dalam era komunikasi, informasi, dan teknologi ini, baik kegiatan manufaktur maupun jasa sangat membutuhkan kemampuan baru agar perusahaan dapat berhasil secara kompetitif (Kaplan and Norton, 1996). Respons terhadap perubahan akan menentukan kemampuan perusahaan memenangkan persaingan global.
Perusahaan ditantang untuk meningkatkan kualitas, memperbaiki desain produk, dan mempersingkat waktu daur pengembangan produk mereka. Kemajuan-kemajuan penting telah dicapai di berbagai bidang tapi salah satu sasaran yang paling penting dalam pasar sekarang ini adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan secara total. Saat ini kegiatan pemasaran merupakan proses yang terintegrasi, yaitu berfokus pada pelanggan. Jadi kegiatan pemasaran yang dilakukan selalu berdasarkan kebutuhan pelanggan.
Dasar pemikiran pemasaran telah bergeser dari mencoba untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dari setiap transaksinya ke arah maksimalisasi keuntungan dari setiap hubungan dengan pelanggan.
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, konsep pemasaran sudah berkembang sangat cepat. Sejak mass marketing (pemasaran massal) muncul pada tahun 1950an dengan strategi produksi massal untuk menekan biaya produksi seminimal mungkin, kemudian target market (pasar sasaran) pada tahun I 980an, dan customize marketing (pemasaran yang dapat diubah-ubah/dipersonalisasi) pada tahun 1990an sampai era globalisasi tahun 2000an ini, konsep pemasaran telah berkembang menjadi one to one marketing (1:1 marketing yaitu strategi pemasaran yang berlandaskan hubungan dengan pelanggan dengan menekankan interaksi personalisasi dengan pelanggan) dengan salah satu strategi yang paling populer: customer relationship marketing (pemasaran berlandaskan hubungan dengan pelanggan).
Sebagian orang mengidentifikasikan pemasaran secara keliru dengan penjualan dan promosi. Bagian yang paling penting dalam pemasaran bukanlah penjualan. Penjualan hanyalah salah satu bagian penting dari berbagai fungsi pemasaran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Afifi
"Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang m"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dewi Ambarastuti
"ABSTRAK
Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang amat mencintai alamnya, meskipun di Jepang sering terjadi bencana alam. Bukti kecintaannya ini dituangkan dalam tulisan. Salah satunya surat. Dalam penulisan surat bangsa Jepang mempunyai keistimewaan yaitu menuliskan salam pembuka yang mengandung kata-kata yang bernuansa alam dan fenomenanya. Dalam penelitian ini, kata-kata yang bemuansa alam tersebut dianalisis dengan konsep ikeru shizen yang dikemukakan oleh Watsuji Tetsuro dalam bukunya Fuudo. Analisis ini berkaitan dengan pemikiran-pemikiran Watsuji mengenai alam Jepang. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa dari data yang ada, terdapat kata-kata yang bemuansa alam, yang menggambarkan Iingkungan alam dan fenomenanya atau juga Iingkungan alam beserta isinya. Di balik kata-kata yang bermuatan alam tersebut, terdapat pemikiran-pemikiran orang Jepang terhadap alam dan fenomenanya yang terjadi. Dalam hal ini terlihat bahwa orang Jepang beradaptasi dengan bail( terhadap alam dan segala fenomenanya. Orang Jepang sama sekali tidak berniat menguasai Iingkungan alamnya, dan juga tidak berniat melawan bahkan mencegah sekali pun fenomena alam yang terjadi. Karena menurut konsep ikeru shizen ini, bahwa kedudukan antara manusia dengan alamnya adalah sama. Alam Jepang dan semua fenomenanya memberikan andil yang positif bagi keberlangsungan hidup orang Jepang."
2007
T 17916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafiki
"ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya persaingan dalam sektor industri pariwisata,
destinasi-destinasi pariwisata pun semakin ditantang untuk menciptakan sebuah
branding destinasi yang kuat. Penelitian tugas akhir ini berfokus image merek
Jepang yang terdapat dalam tiga value Jepang yang dipromosikan oleh Visit Japan
Campaign (VJC) yang membentuk positioning Jepang dalam pasar pariwisata
global, yang relevan dengan peningkatan wisatawan mancanegara Jepang pada
periode tiga tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
untuk mendeskripsikan image merek Jepang dari 12 video PR bertemakan tiga
value Jepang dalam website www.visitjapan.jp. Image yang telah didiskripsikan,
kemudian akan dihubungkan dengan tren pasar pariwisata global untuk
menganalisis positioning yang diciptakannya dalam pasar, yang memberikan
dampak pada peningkatan wisatawan mancanegara ke Jepang secara signifikan
dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.

ABSTRACT
As the tourism industry becomes more and more competitive sector in the
marketplace, the tourism destinations also become more challenged to create a
powerful destination branding. This final assignment focused on the brand image
of Japan in the Japan?s three values promoted by Visit Japan Campaign (VJC) that
create Japan?s positioning in the tourism global market, which relevance in the
increasing overseas tourists to Japan. This research use descriptive analysis
method to describe brand image of Japan in the 12 themed ?Japan?s three values?
PR videos in the www.visitjapan.jp website. The described images, then will be
linked to the global tourism market trends to analyze the positioning it created in
the market, which bring impact to the significant increased of overseas tourists to
Japan in 2013 to 2015 periode;;"
2016
S65237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Irawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permintaan pariwisata Indonesia dari 8 negara utama asal wisatawan di luar kawasan Asean yakni Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Inggris, Jerman, Perancis, Australia dan Amerika Serikat dalam upaya mendukung perencanaan pariwisata dan peningkatan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Metode analisis ekonometrika ndash; Seemingly Unrelated Regression SUR digunakan untuk melihat dampak yang berbeda faktor ekonomi dan non ekonomi terhadap permintaan pariwisata di masing ndash; masing negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GDP, Harga relatif, harga relatif destinasi lain, harga tiket, kondisi krisis ekonomi dan kondisi keamanan memiliki dampak yang beragam terhadap permintaan pariwisata di masing masing negara. Kata kunci: permintaan pariwisata, data panel,Seemingly Unrelated Regression.

This research aim to analyze tourism demand for Indonesia from 8 main generating countries outside South East Asia region namely China, Japan, South Korea, United Kingdom UK , Germany, France, Australia dan United States of America USA based on panel data econometric analysis with Seemingly Unrelated Regression SUR to support tourism planning and increasing international visitor arrivals. This study investigates the effect of economic and non economics factors on tourism demand from each generating country. The result indicates various significant effect of GDP, relative price, relative price in other destination, transportation cost, economic crisis and political condition regarding terrorism on tourism demand from each generating countries. Keyword tourism demand, panel data, Seemingly Unrelated Regression.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kusuma
"Dalam sebuah persaingan bisnis intemasional diperlukan adanya strategi khusus dalam menghadapi para kompetitor. Terutama bila sebuah perusahaan masih berperan sebagai perusahaan pengikut yang harus terus mengejar pemlmpin pasar untuk peningkatan usaha. Salah satu ciri dari perusahaan pengikut adalah rendahnya finasial yang dlmiliki, serta kecilnya pangsa pasar mereka.
Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan Jepang yang pernah mengalami kehancuran tepatnya setelah Perang Dunla II melakukan strategi bersaing untuk merebut pangsa pasar, dan salah satunya adalah strategi yokonarabi.
Strategi ini adalah strategi meniru produk dan teknologi milik pemimpin pasar, yaitu perusahaan-perusahaan dari negara Barat, untuk kemudian produk dan teknologl tersebut terus dikembangkan secara bertahap menjadi produk yang lebih unggul dari produk yang ditiru.
Strategi ini sesuai dengan karakter perusahaan Jepang, ditinjau dari kebudayaan, sejarah, dan agama bangsa, serta sistem ekonomi dan industri Jepang dimulai sejak Restorasi Meiji. Pada akhirnya strategi ini merupakan salah satu strategi yang mampu meningkatkan pertumbuhan perindustrran dan perekonomian Jepang dengan sangat pesat, khususnya pada tahun 1970an.

In today global business competition, every company should has their best strategy to deal with competitors, especially when they perform as follower in the market share, that they must have strong competitive advantage compare to their market leader.
One characteristic of a follower is lack of finance and market share. Therefore when many Japanese companies suffered after the loss in World War II, they applied many competition strategies to achieve more market share in the international business, one of these strategies called yokonarabi strategy.
Yokonarabi strategy is an action to copy or imitate competitor's products and technologies, especially competitors from West countries. Then, the Japanese develop continuously their tmltation product into new high technology products, which much more advance than products that they copied.
This strategy is actually has an equal character with Japanese company's characteristic, related to the nation's culture, history, and religion, along with their modern economic and industrial system, which has began since Meiji Restoration. As the result, this strategy has helped Japan to increase their industrial and economic growth, especrany in 1970's.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angkouw, Greis
"Penelitian ini berfokus pada sumber daya manusia yang ada di Jepang serta manajemen sumber daya manusia pada perusahaan Jepang, khususnya mengenai manajemen pekerja non-reguler. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah pekerja non-reguler serta bagaimana manajemen pekerja non-reguler yang dilakukan oleh perusahaan di Jepang.
Data yang diperoleh merupakan data sekunder dari hasil penelitian kepustakaan serta pengumpulan data dari sumber-sumber publikasi lainnya seperti: artikel di internet maupun dari jurnal. Model analisis yang digunakan bersifat deskriptif eksploratif karena penelitian ini menggambarkan keadaan atau suatu fenomena.
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) sumber daya manusia di Jepang mengalami diversifikasi, yaitu dengan semakin banyaknya bentuk-bentuk pekerja non-reguler yang berkembang di Jepang akhir-akhir ini; 2) meningkatnya jumlah tenaga kerja non-reguler di Jepang disebabkan oleh dua faktor yaitu perusahaan dan tenaga kerja itu sendiri; 3) meningkatnya jumlah tenaga kerja non-reguler juga dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor jasa; 4) pada kenyataannya masih terdapat kekurangan dalam manajemen untuk para tenaga kerja non-reguler; 5) pekerja non-reguler akan tetap bekerja dengan baik jika mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan atau untuk dipromosikan sebagai tenaga kerja reguler.

The focus of this research is the human resources in Japan and also the human resource management in Japanese companies especially concerning management for non-regular workers. The matter concerned studied in this research is the factors that influence the increasing number of non-regular worker and how the management for nonregular worker.
The collected data was secondary data from the result of library work and also data collecting from other publication sources such as: articles on the internet or journals. The analysis model that used was descriptive explorative research because this research depicted a situation or a phenomenon.
Based on research and analysis that have been done, found that: 1) human resources in Japan has diversified, this can be seen with so many forms of nonregular worker that recently growth in Japan; 2) the increasing numbers of nonregular workers in Japan was caused by two factors, by the company and by the worker itself; 3) the increasing number of non-regular workers was also influenced by growth of service sector; 4) in fact there is a lack in the management for non-regular workers; 5) non-regular workers will working better if getting the opportunity to self-development or to be promote as regular workers."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24964
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>