Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risma Sugihartati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8268
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Sugihartati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8272
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Noviarny
"Skripsi ini menganalisis buruh migran di Cina setelah Reformasi Ekonomi 1978 (1990-2000) melalui pendekatan sejarah. Dalam pemaparannya, dijelaskan identias buruh migran, mobilisasi yang dilakukan dan faktor penyebab utama peningkatan jumlah buruh migran di daerah kota dan industri, khususnya di bagian pesisir atau propinsi timur Cina. Analisis tersebut bertujuan untuk mengungkap seberapa besar peranan buruh migran terhadap pembangunan ekonomi Cina."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prasetyo Warsito
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5959
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Muntaco, 1935-1993
Depok : Suluh Indonesia, 2006
808.3 FIR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jenni Anggita
"

Nama : Jenni Anggita

Departemen : Ilmu Susastra

Program Studi : Cultural Studies

Judul : Memori Kultural Keluarga Cina Benteng terhadap Transformasi Kampung

Pembangunan kota Bumi Serpong Damai (BSD) telah dilakukan lebih dari 30 tahun sejak 1984, dengan jumlah lahan seluas 6000 hektar. Namun, proyek itu belum selesai dan BSD terus membangun dan melakukan perluasan kota. Salah satu proyek besar yang dikerjakan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan PT BSD, pemilik modal lain, dan bank adalah pembangunan infrastruktur jalan Tol Serpong—Balaraja. Salah satu kampung yang terkena dampak atas pembangunan jalan tol itu adalah Kampung Sagalaya, Kb. Tangerang, yang telah menjadi tempat bermukim keluarga besar Cina Benteng dari generasi ke generasi. Dari tiga puluh keluarga yang bermukim di sana, kini hanya tersisa lima keluarga karena keluarga sudah menjual lahan mereka sedikit demi sedikit dan pindah satu per satu. Pembangunan kota BSD City mengakibatkan terjadinya transformasi pada ruang hidup warga Cina Benteng. Mereka yang dulunya erat dengan kehidupan agraris berubah menjadi masyarakat urban. Oleh karena itu, tesis ini mengkaji tentang transformasi kampung dan memori pada keluarga Cina Benteng yang masih bertahan di kampung. Tujuan penelitian ini adalah menarasikan memori-memori warga Cina Benteng tentang kampung, diri sendiri dan keluarga dalam kaitannya dengan identitas ketionghoaan, dan persoalan-persoalan yang dihadapi keluarga karena pembangunan perluasan kota. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Metode penelitian yang digunakan adalah autoethnography yang merupakan gabungan dari karakteristik autobiografi dan etnografi. Metode itu memungkinkan peneliti terlibat dalam penelitian. Narasumber yang terlibat menjadi subjek penelitian adalah keluarga peneliti yang tinggal di kampung. Penelitian ini menunjukkan dampak atas penguasaan lahan yang berpindah tangan dari warga ke korporat sehingga keluarga Cina Benteng kehilangan ruang hidupnya, terpaksa harus pindah dari tanah leluhur mereka, putusnya hubungan antarkeluarga, dan tercerai-berai dengan keluarganya yang lain. Dengan demikian, penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penghapusan narasi kepada keluarga Cina Benteng secara sistematis melalui perampasan lahan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kapital dan kekuasaan lebih, atas nama pembangunan kota. Meskipun demikian, memori kultural yang masih melekat dalam ingatan mereka menyatakan eksistensi mereka sebagai masyarakat Cina Benteng, harapan bagi kampung, dan melanjutkan kehidupan.

Kata kunci: BSD City, kampung, keluarga Cina Benteng, transformasi ruang, memori kultural


Name: Jenni Anggita

Department: Literature

Study Programme: Cultural Studies

Title: Cultural Memory Benteng Chinese Families towards Kampong Transformation

The development of Bumi Serpong Damai (BSD) City has been done for more than thirty years since 1984, with the total area of 6000 ha. However, the project is not finished yet and BSD still continue to develop and do the city expansion. One of the big projects that is undertaken by the government in cooperation with PT BSD, another investor and bank is the infrastructural construction of Serpong—Balaraja tollway. One of the kampongs that have been affected by this construction is Sagalaya Kampong, Tangerang District which became a place of living for Benteng Chinese big family from generation to generation. From thirty families who lived there, there are only five families left because some families sold their land little by little and move one by one. The development of BSD City affected the living space transformation of Benteng Chinese people. They were lived as an agrarian society and now change into urban society. Therefore, this thesis discusses the kampong transformation and memories of Benteng Chinese family who still live in the kampong. The aim of this research is to narrate the Benteng Chinese people’s memories of kampong, themselves and family in relation with Chinese identity and problems encountered by the family because of the city expansion. This research uses qualitative method with the cultural studies. Autoethnography is used as the research method which combines autobiography and ethnography characters. This method allowed researcher to be involved in the study. Researcher’s family who live in the kampong became informants as the research subject. This research showed the impact of displacement of land ownership from the residents to the corporate thus Benteng Chinese family lost their living space, had to move from their ancestral land, broke up their family relation and scattered with other families. In conclusion, this research proved that there was a narrative elimination to the Benteng Chinese family systematically through land grabbing by parties who have more capital and power, in the name of urban development. Although, the cultural memory that is still inherent in their memories reveals their existence as the Chinese Benteng community, hopes for the village, and continuing life.

Key words: BSD City, kampong, Benteng Chinese families, transformation of space, cultural memory

"
2019
T52104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rifa`ati Hanifah
"Jurnal ini membahas mengenai akulturasi upacara kematian masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Masyarakat Cina Benteng adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang tinggal di wilayah Tangerang, Banten. Nama Cina Benteng berasal dari kata ldquo;Benteng rdquo;, nama lama kota Tangerang. Kata ldquo;Benteng rdquo; dalam istilah Cina Benteng mengacu pada Benteng Makassar, yang terletak disisi timur sungai Cisadane.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap bagaimana ritual upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa dan menjelaskan bagaimana ritual upacara kematian masyarakat Cina Benteng yang telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat setempat di Tangerang, Banten. Selain itu, juga untuk menunjukan bagaimana upacara kematian menjadi salah satu titik temu antara dua budaya yang berbeda dan melihat sejauh mana budaya tradisional masih mempengaruhi budaya yang sudah terakulturasi melalui upacara kematian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upacara kematian masyarakat Cina Benteng telah terakulturasi dengan budaya upacara kematian masyarakat Non- Cina Benteng di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam upacara kematian Cina Benteng terdapat beberapa bagian yang berbeda dari upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa. Upacara kematian masyarakat Cina Benteng lebih sederhana dalam pelaksanaannya. Selain itu, akulturasi kematian masyarakat Cina Benteng terjadi karena adanya pergeseran zaman dan pergeseran budaya.

This journal talks about the acculturation of the death ceremony of Chinese Benteng community in Tangerang, Banten. Chinese Benteng are people of Chinese descentdant who live in Tangerang, Banten. The name of Chinese Benteng comes from the word ldquo;Benteng rdquo; means ldquo;Fort rdquo; , which is the old name of city of Tangerang. The word Benteng in the term of Chinese Benteng refers to Benteng of Makassar Makassar Fort , which lies on the east side of the Cisadane river.
The purpose of this research is to fully describe the death ceremony ritual of the Chinese Traditional community and the death ceremony ritual of Chinese Benteng people that has been acculturated with the culture of the local community in Tangerang, Banten. In addition, it shows how the death ceremony became the point of intersections between two different cultures and to what extent the traditional cultures still affect the culture that has been acculturated through the death ceremony. The method used in this research is qualitative method.
The result of this research shows that the death ceremony of Chinese Benteng community has been acculturated with the death ceremony of Non-Chinese Benteng community in Tangerang. Therefore, the death ceremony of Chinese Benteng is different in some parts from the death ceremony of traditional Chinese community. The death ceremony of the Chinese Benteng community is more simple in its implementation. In addition, the acculturation of death ceremony of Chinese Benteng community also occurred due to the changing of time and culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntara Wiradinata
"ABSTRAK
Cina Benteng Udik adalah sebutan bagi komunitas keturunan Cina yang lahir dan dibesarkan di kecamatan Teluknaga " tepi pantai Laut Jawa Tangerang. Mereka menyimpan tradisi model Cina kuno yang berakulturasi dengan budaya setempat. Tradisi perkawinan juga menyimpan satu hal yang menarik, yaitu kehadiran Rumah Kawin.
Hingga akhir tahun 2009 desa Kampung Melayu memiliki tiga Rumah Kawin yang memiliki penampilan yang berbeda. Rumah Kawin Song berpenampilan sederhana seperti saat bangunan itu dibuat, Rumah Kawin Teng merupakan bangunan yang dibangun tahun 1964 dan telah direnovasi tahun 2004 dan Gedung serbaguna Lautan yang dibuat tahun 2000 berpenampilan seperti gedung pertemuan di kota Jakarta.
Berdasarkan intensitas pemakaiannya, Rumah Kawin Song merupakan Rumah Kawin yang paling sering digunakan meskipun biaya sewanya lebih tinggi dibanding Rumah Kawin Teng dan penampilannya paling sederhana. Memahami Rumah Kawin Cina Benteng Udik adalah memahami relasi dan makna yang terjadi di dalamnya, interaksi antara individu dalam keluarga dan masyarakat memberi gambaran lebih jauh bagaimana strategi awal dilakukan dalam tindakan-tindakan keseharian mereka dan strategi akhir dilaksanakan pada pesta perkawinan. Peranan kepala keluarga sangat dominan dalam setiap keputusan perkawinan, dia adalah aktor yang bermain dalam sistim "keutangan", dia juga yang menentukan keberhasilan dalam pesta perkawinan. Pertaruhan ini senantiasa mewarnai tindakan-tindakan kepala keluarga dalam masyarakat, bagaimana "kwalitas keutangan" ditabur agar menuai "pembayaran keutangan" yang berkwalitas. Pesta yang besar adalah wujud keteguhan dalam memaknai perkawinan, kepala keluarga yang membentuk ikatan dalam perkawinan dan dia juga yang memberi nilai harmoni melalui kesadaran bahwa perkawinan mengikat kematian, sebuah perjalanan panjang dengan ikatan kekal. Ikatan perkawinan diperkuat restu Makco dan Kongco, wujud kekuasaan nenek moyang bagi pasangan pengantin, faktor waktu menentukan kekuatan kekuasaan terhadap hidup mereka, faktor waktu juga yang digunakan untuk memilih dimana Makco dan Kongco dihadirkan. Rumah Kawin Song yang tua dan sederhana ternyata merupakan kekuatan eksistensinya hingga saat ini.

ABSTRACT
Chinese Benteng Udik is mentioned for the descendant of Chinese community who is born and grow in the district of Teluknaga - Java seashore, Tangerang. They keep the tradition of ancient Chinese that acculturating with local culture. Tradition of marriage also includes one interesting heritage that is the presence of Rumah Kawin.
Until the end of 2009 Kampung Melayu village has three different appearance of Rumah Kawin. Rumah Kawin Song has had the same appearance since it was built, Rumah Kawin Teng was built in 1964 and has been renovated in 2004, and multi-purpose building Lautan was made in 2000 having appearance as multipurpose building which is applicable to various activities. Based on its usage intensity, Rumah Kawin Song is used the most though its rent is higher compared to Rumah Kawin Teng. Comprehending the Rumah Kawin of Chinese Benteng Udik comprehends the relation and meaning that is happened in it. Interaction between individuals in family and society giving further description about how the early strategy is put in their daily activities and the final strategy is executed at the wedding ceremony.
The role of family head is very dominant in every marriage decision. He is the actor who plays in the debt system. He also determines the success of wedding ceremony. The ante is always colored the family head actions among society, how "quality of debt" is sowed to harvest qualified "payment of debt" in return. Carrying out big party manifests tenaciousness in giving meaning to marriage. Family head forms bonding in marriage and also gives harmony value through awareness that marriage ties till death; a long journey with everlasting bonding. The matrimony is strengthened by the blessing of Makco and Kongco, the manifestation of ancestors power over groom and bride. The time factor determines the strength of power to their life. The time factor also applied to choose where Makco and Kongco is presented. Apparently the existence of Rumah Kawin Song until now is put in its role as the oldest Rumah Kawin and simplicity."
2009
T26650
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Christiani Romaito
"Disertasi ini bertujuan menggambarkan eksklusi sosial yang dialami komunitas Cina Benteng di desa Belimbing, Tangerang. Eksklusi sosial dianalisis dengan menggunakan teori strukturasi Giddens untuk melihat proses eksklusi social, siapa saja aktor yang berperan dan bagaimana peran mereka dalam eksklusi sosial dan implikasi sosial, ekonomi, dan politis dari eksklusi sosial yang dialami oleh komunitas Cina Benteng di desa Belimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas Cina Benteng di desa Belimbing pernah mengalami eksklusi sosial pada masa eksklusi social sampai dengan awal masa reformasi terkait dengan kepemilikan dokumen kependudukan dan keikutsertaan dalam pembangunan. Eksklusi sosial yang mereka alami secara tidak langsung berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan dan kemiskinan yang dialami pada masa sekarang, lebih lanjut berdampak pada terbatasnya akses mereka pada kesempatan bekerja formal dan pendapatan baik. Selain eksklusi sosial, dalam komunitas Cina Benteng juga terjadi inklusi social dengan warga non Cina Benteng. Fenomena tersebut dinamakan "dualitas eksklusi-inklusi".

This dissertation aims at describing the social exclusion experienced by the Benteng Chinese community in the village of Belimbing, Tangerang. Social exclusion is analyzed using the theory of Structuration Giddens to see the process of social exclusion, the actor who plays and their role in social exclusion as well as the implications of social exclusion in social, economic, and political aspect. The results showed that the Chinese community has experienced social exclusion during the period of Suharto governance to the early period of reform era, related to the ownership of the civic documents and the participation in development. Social exclusion indirectly result in low levels of education and poverty being experienced at present, further impacting on their limited access to the opportunity of formal work and good income. In addition to social exclusion, there has been social inclusion amongs the Benteng Chinese community and indigenous people in Belimbing village.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1983
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Meirisye Lusiana
"Skripsi ini membahas tentang penyebaran agama katolik pada masyarakat Cina Benteng sejak gereja Tangerang resmi menjadi suatu paroki di tahun 1952 hingga tahun 1985. Skripsi ini meneliti tentang strategi inkulturasi dan pendidikan yang dilakukan oleh gereja Santa Maria kepada masyarakat Cina Benteng, yang sebelumnya telah memeluk agama tradisional yang berhubungan erat dengan adat istiadat mereka, hingga akhirnya banyak dari mereka mau mengenal dan menerima Katolik. Penulis juga meneliti perubahan, yang berhubungan dengan adat istiadat Cina Benteng, yang telah memeluk agama Katolik.

This thesis is about spreaded the Catholic religion in Cina Benteng society since the church in Tangerang officially became a parish in 1952 until 1985. The purpose of this thesis is to explain the inculturation and education strategies that Saint Mary church did to Cina Benteng society who previously had traditional religion that closely related to their custom, until some of them willing to know about Catholic religion and accept Catholicism in their lives. This thesis also explain the changes, which relate to Cina Benteng society customs, who has embraced Catholicism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>