Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155280 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustinus Yanuar Mahendratama
"Studi Kelayakan Pemanfaatan BBM Sintetik Dari Batubara dan Biomassa Untuk Memenuhi Kebutuhan BBM Dalam Negeri? dilakukan untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar di Indonesia karena potensinya sangat besar sedangkan biomassa dipilih dengan alasan dapat diperbaharui. BBM sintetik ini diperoleh melalui beberapa tahapan proses yaitu: gasifikasi, sintesis Fischer-Tropsch dan upgrading produk. Metode yang digunakan adalah metode tekno ekonomi menurut Leland Blank dan Anthony Tarquin dengan pertimbangan kajian teknis dari Borreighter dan Kreutz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kilang BBM sintetik direkomendasikan untuk didirikan di Sumatera dan Kalimantan dengan kapasitas 1 kilang sebesar 104.415 bbl/day dengan harga produk gasoline dan diesel minimal sebesar Rp. 7.500 sehingga modal dapat kembali dalam waktu 6-7 tahun. Dari telaah ini maka dapat disimpulkan bahwa kilang BBM sintetik ini layak untuk segera dibangun di Indonesia.

The study Feasibility The Use Of Synthetic Fuel From Coal And Biomass In Order To Meet The Need Of Domestic Fuel? was done to overcome the scarcity of fuel in Indonesia because the potential is huge while biomass is selected because it is renewable. Synthetic fuel can be obtained through several stages : gasification, Fischer-Tropsch synthesis and product upgrading. The Method used is Techno Economic method according Leland Blank and Anthony Tarquin using consideration technical review from Borreighter and Kreutz. The result show that synthetic fuel refineries recommended to set up in Sumatera and Kalimantan at capacity 104.415 bbl/day with the gasoline and diesel price at least Rp. 7.500 so that capital can be back at 6-7 years. From this study can be concluded that the synthetic fuel refinery is feasible to be built in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mudhita Putri
"Pada penelitian ini Dry washing dengan metode adsorpsi kontinu digunakan untuk membersihkan kontaminan berupa gliserol menggunakan adsorben berupa silika dan resin anion untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi adsorpsi dari adsorben. Faktor yang mempengaruhi adsorbansi seperti komposisi adsorben telah diuji pada kondisi kontinu dari adsorpsi, suhu dan tekanan ruang, serta rasio antara adsorben dan minyak sebesar 1:3. Hasil pengurangan kadar gliserol terbesar terjadi pada adsorben silika dan rasio 2 : 1 (silika : anion), di mana ke-enam titik sampel berada di bawah batas maksimal kadar gliserol dalam biodiesel, yaitu >0.25%. Selanjutnya adsorben dengan rasio terbaik diregenerasi menggunakan regeneran berupa heksana, KOH-Metanol, dan aseton menghasilkan pengembalian kemampuan dari adsorben sebesar 30%. Kondisi yang mempengaruhi hasil ini adalah perbedaan titik awal dari kadar gliserol dalam biodiesel, kebasaan dari anion, dan juga konfigurasi dari adsorben.

In this study, dry washing with the continuous adsorption method was used to clean the contaminants-glycerol using adsorbents in silica and anion resins to increase the effectiveness and efficiency of the adsorption of the adsorbents. Factors affecting adsorption, such as the composition of the adsorbent, have been tested under continuous adsorption method, room temperature, and pressure, as well as the ratio between adsorbent and oil of 1:3. The most significant reduction in glycerol content occurred in the silica adsorbent with a ratio of 2: 1 (silica: anion), where the six sample points were below the maximum limit for glycerol content in biodiesel, namely > 0.25%. Furthermore, the adsorbent with the best ratio was regenerated using regenerants in the form of hexane, KOH-Methanol, and acetone resulting in a 30% return on the ability of the adsorbent. The conditions that affect these results are the difference in the starting point of the biodiesel’s glycerol content, the anions’ basicity, and the adsorbent’s configuration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azhari
"Transesterifikasi adalah reaksi kimia yang mengubah minyak hewani menjadi biodiesel yang berguna melalui proses kimia transesterifikasi. Pada penelitian ini, biodiesel diproduksi dengan cara mentransesterifikasi lemak sapi dalam reaktor dengan katalis CaO berbahan dasar cangkang telur puyuh. Enam sampel menjalani transesterifikasi pada suhu 55 OC dengan perbedaan jumlah katalis yang digunakan (1,5 wt%, 6,5 wt%, dan 10 wt%). Variasi jenis katalis, yang terdiri dari katalis komersial dan berbasis limbah, juga dipakai dalam penelitian ini. Katalis CaO berbasis limbah disintesis dari cangkang telur puyuh melalui proses kalsinasi pada suhu 900 OC dengan durasi 2 jam. Katalis berhasil disiapkan dengan persentase hasil 92,4% kalsium oksida. Hasil pengujian sampel terbaik ditunjukkan oleh biodiesel dengan penggunaan katalis berbasis limbah 6,5% dan katalis komersial 6,5%. Untuk biodiesel dengan katalis berbasis limbah 6,5%, diperoleh yield 91,747%, densitas 856 kg/m3, viskositas 5,2915 mm2/cst, angka keasaman 0,94 mg-KOH/g, dan angka iodin 33,96 g-I2/100g. Untuk biodiesel dengan katalis komersial 6,5% diperoleh yield 90,236%, densitas 861,1 kg/m3, viskositas 5,414 mm2/cst, angka keasaman 4,13 mg-KOH/g, dan angka iodin 29,37 g-I2/100g. Angka keasaman standar dengan maksimum 0,5 mg-KOH/g tidak dipenuhi oleh kedua sampel.

Transesterification is a chemical reaction that transforms animal oils into useful biodiesel by the chemical process of transesterification. In this study, the biodiesel is produced by transesterifying beef tallow in a reactor with a CaO catalyst made from quail eggshell. Six samples are subjected to transesterification at a temperature of of 55 OC with different amounts of catalyst being used (1.5 wt%, 6.5 wt%, and 10 wt%). A variation of catalyst type, that consists of the commercial and waste-based catalyst, is also integrated to this study. Waste-based CaO catalyst is synthesized from quail eggshells through a calcination process at 900 OC with the duration of 2 hours. The catalyst was successfully prepared with the yield percentage of 92.4% calcium oxide. The best sample test results were exhibited by the biodiesel with the usage of 6.5% waste-based catalyst and 6.5% commercial catalyst. For biodiesel with 6.5% waste-based catalyst, 91.747% yield, 856 kg/m3 density, 5.2915 mm2/cst viscosity, 0.94 mg-KOH/g acidity number, and 33.96 g-I2/100g iodine number were obtained. For biodiesel with 6,5% commercial catalyst, 90.236% yield, 861.1 kg/m3 density, 5.414 mm2/cst viscosity, 4.13 mg-KOH/g acidity number, and 29.37 g-I2/100g iodine number were obtained. The standard acidity number with the maximum of 0.5 mg-KOH/g is not satisfied by both samples.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrah alatas
"Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang cukup menjanjikan untuk menggantikan bahan bakar berbasis minyak bumi karena biodegradabilitas dan tingkat yang kurang beracun. Biodiesel adalah disintesis melalui reaksi interesterifikasi yang mengubah tanaman atau minyak hewani menjadi metil ester asam lemak (FAME). Reaksi yang digunakan adalah dikatalisis baik dengan katalis asam/basa atau biokatalis, yang paling umum, lipase enzim. Menggunakan enzim lipase untuk mengkatalisis produksi biodiesel dapat memberikan dampak untuk menghasilkan lebih sedikit kontaminasi selama reaksi. Untuk menghasilkan
biodiesel, rute alkohol adalah yang paling umum digunakan. Namun, itu bisa memberi beberapa keterbatasan, seperti denaturasi biokatalis karena adanya alkohol. Kemudian, rute non-alkohol dapat dipilih, menggunakan metil asetat untuk menggantikan alkohol. Dalam penelitian ini, lipase dari Bacillus subtilis diproduksi dan disiapkan dalam bentuk mentah, kering dan amobil. Lipase yang diperoleh digunakan sebagai biokatalis untuk menghasilkan biodiesel. Hasil sintesis biodiesel dari Bacillus subtilis akan dibandingkan dengan lipase komersial Candida rugosa. Untuk mendapatkan kondisi optimum untuk memproduksi biodiesel, maka beberapa variabelnya adalah: diselidiki. Pertama, bentuk enzim lipase, kedua, variasi rasio molar, dan ketiga konsentrasi enzim. Menurut hasil percobaan, lipase amobil dengan 1:12 minyak menjadi metil asetat, dan konsentrasi enzim
2% memberikan yield biodiesel tertinggi di antara yang lainnya, yaitu 53,99%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan lipase Candida rugosa. Sebagai kesimpulan, yang tidak bisa bergerak lipase dari Bacillus subtilis merupakan biokatalis yang menjanjikan untuk menghasilkan biodiesel.

Biodiesel is a promising alternative energy to replace petroleum-based fuels because of its biodegradability and less toxic levels. Biodiesel is synthesized through interesterification reactions that convert plants or
animal oils into fatty acid methyl esters (FAME). The reactions used are catalyzed either with acid/base catalysts or biocatalysts, most commonly, enzyme lipases. Using lipase enzymes to catalyze biodiesel production can result in less contamination during the reaction. To produce biodiesel, the alcohol route is the most commonly used. However, it can present some limitations, such as denaturation of the biocatalyst due to the presence of
alcohol. Then, a non-alcoholic route can be chosen, using methyl acetate to replace alcohol. In this study, lipase from Bacillus subtilis was produced and prepared in crude, dry and immobilized form. The lipase obtained was used as a biocatalyst to produce biodiesel. The biodiesel synthesized from Bacillus subtilis will be compared with commercial Candida rugosa lipase. To get the optimum conditions for producing biodiesel, some of the variables are: investigated. First, the form of the lipase enzyme, second, the variation of the molar ratio, and the third enzyme concentration. According to the experimental results, the lipase immobilized with 1:12 oil became methyl acetate, and the enzyme concentration 2% gives the highest biodiesel yield among others, which is 53.99%. This result was higher than that of Candida rugosa lipase. In conclusion, the immobilized lipase of Bacillus subtilis is a promising biocatalyst to produce biodiesel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Daging sintetik merupakan salah satu alternatif pilihan makanan yang dapat
menggantikan daging hewani dengan tingkat protein yang tidak kalah tinggi.
Kandungan protein yang tinggi dapat diperoleh dari berbagai bahan organik
seperti gluten dari tepung terigu, jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), dan
tepung kacang merah. Pembuatan daging sintetik dilakukan dengan variasi bahan
baku, yaitu tepung jamur dan jamur yang dicincang; serta variasi konsentrasi.
Penentuan jenis daging sintetik terbaik dilakukan dengan analisis proksimat, asam
amino, dan organoleptik. Daging sintetik terbaik diperoleh dari kombinasi 70%
gluten, 15% tepung kacang merah, dan 15% tepung jamur tiram putih dengan
kadar protein sebesar 29,7%; kadar air 48,05%; kadar abu 1,680%; kadar lemak
2,480%; dan kadar karbohidrat 18,05%. Terdapat 15 jenis asam amino yang
terkandung dalam daging sintetik, diantaranya adalah aspartat, glutamat, serin,
glisin, histidin, arginin, threonin, alanin, prolin, valin, tirosin, isoleusin, leusin,
phenylalanin, lisin. Sedangkan hasil pengujian organoleptik menunjukkan bahwa
responden menilai kemiripan daging sintetik dengan daging hewani mengenai
rasa sebesar 67,5%; kekenyalan 66,0%; aroma 73,5%; dan wujud 90,5%., Synthetic meat is one of the alternative food choices that can replace animal meat
with the same amount of protein content. High protein content can be obtained
from a variety of organic materials such as gluten from wheat flour, white oyster
mushroom (Pleurotus ostreatus), and red bean flour. In this research,
manufacturing process of synthetic meat is divided into two types, the first type
use mushroom flour and the second type use chopped mushroom as its raw
material. Every type of synthetic meat manufactured in different variety of
concentration. The best synthetic meat is determined by using proximate analysis,
amino acid analysis, and organoleptic analysis. The best synthetic meat derived
from a combination of 70% gluten, 15% red bean flour and 15% of white oyster
mushroom flour with a protein content of 29.7%; moisture content of 48.05%; ash
content of 1.680%; fat content of 2.480%; and carbohydrate content of 18.05%.
There are 15 types of amino acids contained in the synthetic meat, such as
aspartate, glutamate, serine, glycine, histidine, arginine, threonine, alanine,
proline, valine, tyrosine, isoleucine, leucine, phenylalanin, lysine. While the
organoleptic test results showed that the respondents assess similarity synthetic
meat with animal flesh about the taste of 67.5%; elasticity of 66.0%; scent of
73.5%; and form of 90.5%. ash content]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembentukan gas sintesis (COPH2) dad metana melalui “refon'nasi CO2” dapat dilakukan dengan dan tanpa katalis. Reaksi tampa katalis rnembutuhkan wal-:tu reaksi 200 [cali lebih Iama dibandingkan reaksi dengan katalis.
Makalah ini membahas hasil penelitian reaksi refomlasi CO;/CI-L dengan menggunakan katalis Ni/SiO2_ Ni/or-Al;O3, Ni/ZSM-5 dan NifMordenite. Pengujian aktivitas katalis dilakukan pada temperatur 800°C, rasio CH../CO2 = 1, tekanan l atm.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa katalis Ni/ZSM-5 menunjukkan lconversi C02 dan CH.. yang lebih tinggi dari katalis Ni/SIO2, Ni./A1203 dan Ni/Mordenite _ Hal ini disebabkan karena katalis Ni/ZSM-5 bersifat lebih asam. Pada uji stabilitas katalis Ni/ZSM-5 mampu bertahan lebih lama dad katalis Ni/Si02, Ni/A1203 dan Ni/Mordenite. Penumnan aktivitas pada katalis Ni/SiO1, Ni/on-A1203 dan Ni/Mordenite karena adanya pembentukan karbon."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ebel, Siegfried
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992
615.31 EBE st (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gerard Marthin
"Dalam satu dekade terakhir, Indonesia menghadapi peningkatan tantangan pertahanan, keamanan, dan ketertiban negara dengan berbagai macam intensitas kewaspadaannya. Untuk mengatasi hal tersebut, industri Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan negara perlu berbenah dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Negara membutuhkan teknologi bahan inovatif untuk membuat alat komponen pertahanan dan keamanan seperti helm anti peluru yang kuat, ringan, praktis, nyaman digunakan, serta menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Perkembangan dunia saat ini banyak menggunakan serat sintetis, yang walaupun memiliki kekuatan tinggi, biayanya cukup tinggi dan memiliki implikasi buruk bagi lingkungan sebelum dan sesudah proses sintesisnya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk memberikan solusi bahan pembuatan helm anti peluru dengan konsep komposit berpenguat dari serat alam, yaitu serat kenaf (Hibiscus Cannabicus) yang memiliki potensi kekuatan mekanis yang baik, lebih murah dalam proses manufakturnya, ramah lingkungan, dan yang paling penting banyak ditemukan di Indonesia. Metode pembuatan dilakukan dengan teknik open molding, yaitu hand lay-up. Serat kenaf yang digunakan sebagai penguat memiliki struktur rajutan (woven) yang dikombinasikan dengan matriks resin epoksi. Lembaran penguat serat kenaf rajutan divariasikan jumlahnya berdasarkan pendekatan massa ideal standar acuan pasukan angkatan darat. Setelah itu dilakukan uji balistik level I dengan peluru jenis caliber 22 sesuai standar National Institute of Justice 0108.01. Kemudian juga, untuk setiap sampel dilakukan uji kekerasan dan uji flexural strength untuk mengamati sifat mekanis lain yang mendukung performa balistik. Uji balistik dilakukan terhadap 3 variasi sampel, yaitu serat kenaf rajutan dengan 3 lembaran, 6 lembaran, serta 9 lembaran. Hasil pengujian balistik menunjukkan bahwa peluru caliber 22 berhasil menembus ketiga sampel, namun dengan respon yang cukup signifikan perbedaannya pada masing-masing sampel. Hasil perforasi kemudian diamati morfologi patahannya pada tampak depan dan belakang sampel secara makro dengan pengujian macrostructure fractography serta secara mikro dengan pengujian SEM. Sampel komposit dengan jumlah lembaran tertinggi (9 lembaran) mengalami perforasi sebagian, sedangkan kedua sampel lain mengalami perforasi penuh. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah lembaran serat kenaf rajutan meningkatkan secara signifikan energi absorpsi, dan potensial untuk dikembangkan selanjutnya sebagai material tahan balistik untuk helm anti peluru.

In the past decade, Indonesia has confronted increasing challenges towards the nations defense, security, and order with its various intensities of alertness. To overcome this, the nations Defense and Security Equipment industry must adapt itself to the development of technology. The nation needs innovative material technology to make components of the defense and security equipment tools such as strong, light, comfortable, practical bullet-proof helmets, made from environmentally safe materials. Many current developments use synthetic fibers, which although has high strength, is relatively expensive and has bad implications towards the environment, before and after the synthesis process. Thus, this research tries to give a solution for the alternative material used to make bullet-proof helmets with the concept of reinforced composite from a natural fiber, the kenaf fiber (Hibiscus Cannabicus), which has good mechanical strength potential, cheaper manufacturing process, environmentally friendly, and most importantly, found in abundance in Indonesia. The manufacturing method is done with the open molding technique, namely the hand lay-up. The kenaf fiber used as reinforcement has a woven structure that is combined with epoxy resin matrix. The woven kenaf fiber reinforcement plies vary in number, based on the standard ideal mass reference to ground-force troops. After that, a level I ballistic test is conducted with a caliber 22 bullet, according to the standard from National Institute of Justice 0108.01. Furthermore, each sample goes through a hardness and flexural strength test to observe other mechanical properties that support the ballistic performance. The ballistic testing is done to 3 varieties of samples, which are woven kenaf fiber with 3, 6, and 9 plies. The results show that the caliber 22 bullet penetrated all 3 samples but with significantly different responses from each sample. Perforation results were then observed in the fracture morphology from the front and back view of the samples in macro with macrostructure fractography, and in micro with SEM. The composite sample with the highest number of plies (9 plies) experienced partial perforation, while the other 2 samples experienced full perforation. This research shows that with the increasing number of kenaf fiber plies, the ability to absorb energy is significantly increased, thus has potential to be further developed as anti-ballistic material used for bullet-proof helmets. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shefa Myria Khairunnisa
"Realita bekerja dari rumah dan physical distancing akibat pandemi COVID-19 telah menyebabkan pergeseran preferensi konsumen dari kosmetik ke produk personal care. Namun, sebagian besar produk personal care khususnya bath bomb masih menggunakan pewarna sintetis yang dapat menimbulkan berbagai efek samping bagi kulit. Sebagai respons terhadap permasalahan tersebut, penelitian ini akan memformulasi bath bomb dengan menggunakan pewarna alami yang diekstrak dari tanaman saffron (Crocus sativus) melalui metode maserasi, serta dengan penambahan gliserin dan air mawar sebagai bahan baru. Percobaan ini akan mempelajari dan mengevaluasi pengaruh pewarna alami dan sintetis, air mawar, substitusi air dengan minyak, serta perbedaan jumlah gliserin dalam formulasi yang divariasikan pada 0,5% (v/w), 1% (v/w), dan 2% (v/w). Hasil akhir menunjukkan bahwa adanya air dalam formulasi menyebabkan reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat yang didorong oleh panas yang dapat menyebabkan bath bomb kehilangan bentuknya pada suhu kamar. Sampel bath bomb juga terbukti memiliki beragam senyawa terpenoid yang mudah menguap, mampu menghambat aktivitas Escherichia coli, tidak kehilangan berat yang signifikan selama penyimpanan, dan memiliki pH yang berkisar antara 5,40 hingga 6,80.

The realities of working from home and physical distancing due to the COVID-19 pandemic have caused a shift in consumer preference from cosmetics to personal care products. However, the majority of personal care products, specifically bath bombs, are produced using synthetic colorants which can have various adverse effects. This research aims to formulate a bath bomb, using a natural dye extracted from saffron (Crocus sativus) through maceration, with glycerin and rose water as a novelty ingredient, as well as to evaluate the effects of natural and synthetic colorant, rose water, the substitution of water with oil, as well as variations in the glycerin content of 0.5% (v/w), 1% (v/w), and 2% (v/w). Based on the results, the presence of water in the formulation causes a reaction between citric acid and sodium bicarbonate that is facilitated by heat, causing the bath bomb to lose shape at room temperature. Also, the bath bomb samples have pH values ranging from 5.40 to 6.80, lost no significant weight during storage, and retain an abundance of volatile terpenoids which inhibit the activity of Escherichia coli."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>