Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benindra Nehemia Makes
"Latar belakang : Proses identifikasi selain merupakan hak asasi bagi korban bencana, juga penting untuk identifikasi individu yang masih hidup seperti kasus pemalsuan usia atlet, perebutan hak ahli waris, peradilan, dan perwalian anak, dimana kasus-kasus tersebut sering terjadi pada usia 9 sampai dengan 21 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah prakiraan usia 9 sampai dengan 21 tahun dapat ditentukan dari analisis radiografis ruang pulpa dengan metode TCI dan dapat dikaitkan dengan studi analisis histologis jumlah sel odontoblas dan sel fibroblas pada ruang pulpa daerah koronal.
Metode : Radiograf diambil dari 148 orang laki-laki dan perempuan dengan gigi premolar satu rahang bawah normal pada usia 9 sampai dengan 21 tahun yang datang ke Klinik Radiologi, Klinik Ortodonsia, dan Paviliun Khusus RSGMP FKG-UI. Tinggi mahkota (CH) dan tinggi ruang pulpa pada mahkota (CPCH) dihitung menggunakan analisis Tooth Coronal Indeks (TCI). Kemudian, dilakukan pencabutan gigi untuk selanjutnya dibuat sediaan histologi untuk menghitung jumlah sel odontoblas dan sel fibroblast.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara usia dengan hasil analisis TCI (p<0.05) dengan persamaan prediksi: Usia prediksi = 29,16 + (-0,4)TCI (r2 = 0,6407).
Kesimpulan : Metode TCI dapat diterapkan untuk prakiraan usia 9 - 21 tahun. Sedangkan analisis histologis jumlah sel odontoblas dan sel fibroblas di daerah koronal ruang pulpa dapat dikaitkan dengan usia.

Background : Age estimation for identification is not only limited for the deceased at some cases it can also be used to identify living individuals like a case of falsification age of the athlete, the struggle for the rights of heirs, justice, and child custody, where these cases are common in the age of 9 to 21 years. The study was conducted to determine whether the age estimation of 9 to 21 years can be determined from the analysis of pulp chambers radiographically by the method of TCI and can be associated with the study of histological analysis of odontoblas cell and fibroblasts cell number in the coronal pulp chamber.
Methodology : Dental radiograph sample of normal lower-first premolar was taken from 148 patients which age are 9 to 21 years old who had attended the Radiology clinic, Orthodontia clinic, and Paviliun Khusus of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. Coronal Height (CH) and Coronal Pulp Cavity Height (CPCH) measured by Tooth Coronal Indeks (TCI) analysis. Then, the extraction of teeth for subsequent histological preparations made to count the number of odontoblas cells and fibroblast cells.
Result : There was a significant difference between the age with the TCI analysis result (p<0.05) and obtain the prediction equation: Predicted age = 29,16 + (- 0,4)TCI (r2 = 0,6407).
Conclusion : TCI method can be applied to estimate the age of 9 to 21 years. While the histological analysis of odontoblas cell and fibroblasts cell numbers in the coronal pulp chamber can be associated with age."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30480
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Tarita Nurfitria
"Latar belakang : Dilatarbelakangi risiko pemalsuan usia rentang 16 - 21 tahun seperti pada kasus perdagangan manusia, maka metode identifikasi usia menjadi penting.
Tujuan : Menguji keakuratan rumus metode TCI-Benindra dibandingkan dengan metode lainnya.
Metode penelitian: Prakiraan usia dilakukan menggunakan rumus Tooth Coronal Index (TCI)-Benindra pada gigi P1 rahang bawah, dibandingkan dengan metode Al-Qahtani dan Blenkin-Taylor.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara prakiraan usia menggunakan metode TCI-Benindra dengan metode Al-Qahtani dan metode Blenkin-Taylor.
Kesimpulan : Rumus metode TCI-Benindra, metode Al-Qahtani dan metode Blenkin-Taylor ketiganya mendekati usia sebenarnya pada rentang 16-21 tahun.

Background : Due to the risk for age manipulation in 16-21 years old such as in cases of human trafficking, age estimation method becomes imperative.
Aims : to test the accuracy of TCI-Benindra formula method compared with other methods.
Methodology : Age estimation is performed using TCI-Benindra formula method in mandibular first premolar, was compared with Al-Qahtani and Blenkin-Taylor methods.
Result : There was no significant difference (p>0.05) between age estimation using TCI-Benindra formula method and Al-Qahtani or Blenkin-Taylor methods.
Conclusion : TCI-Benindra formula, Al-Qahtani and Blenkin-Taylor methods are close to real age in range of 16-21 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Amir
"Forensic odontology (FO) has played an important role in the process of identification of unknown victims. This has help doctor, dentist and forensic expert to a great extents. The process of identification of 2 plane crash victims of Garuda DC 10 in 1987 and Garuda Air-Bus in 1995, and 41 murder victims executed by Dukun AS after exhumationed are discussed here. The need of a well trained dentists in the field of FO is imperative as a companion of doctors and forensic experts in the process of examining cases of unknown origin, criminal cases and mass disasters victims. It is expected in the future that the demand of Forensic Odontologist is a must in several health service centers in Indonesia."
Jakarta: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa
"Latar Belakang: Prakiraan usia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia hukum dan forensik terkait permasalahan kasus eksploitasi anak di bawah umur di Indonesia. Prakiraan usia menggunakan gambaran radiologis tulang vertebra servikalis pada sefalometri dengan menilai prakiraan usia skeletal telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu, namun belum pernah dilakukan pada populasi di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis subjek penelitian. Metode: Pengukuran parameter dilakukan pada sampel data sekunder gambaran radiografis sefalometri dan panoramik pada dua kelompok sampel, yaitu sebanyak 100 orang dengan rentang usia 9-18 tahun dan kelompok kedua sebanyak 10 orang dengan rentang usia 9-11 tahun, dimulai dengan rumus prakiraan usia skeletal vertebra servikalis yang dihasilkan melalui regresi linier berganda pada kelompok pertama (n=100 orang). Selanjutnya dilakukan uji perbedaan one-way ANOVA dan uji kesesuaian Bland Altman terhadap prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis serta pengujian selisih prakiraan usia pada kelompok kedua(n=10 orang) Hasil: Uji One-way ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antar semua pengukuran usia (p<0.05), sedangkan hasil uji Bland Altman menunjukkan selisih rerata antara prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia kronologis sebesar 0,0000 ± 1,34 tahun, lebih kecil jika dibandingkan dengan selisih rerata antara prakiraan usia gigi dan usia kronologis sebesar 0,0937 ± 1,37 tahun pada kelompok pertama. Hasil uji t tidak berpasangan pada nilai selisih rata-rata vertebra servikalis sebesar 1,04 tahun dan usia gigi pada 2,52 tahun. Kesimpulan: Prakiraan usia skeletal vertebra servikalis menunjukkan kesesuaian yang lebih baik terhadap usia kronologis dibandingkan usia gigi terhadap usia kronologis.

Background: Age estimation plays important role in law enforcement and forensics related to the under age / children exploitation issue in Indonesia. Age estimation using radiographs of cervical vertebrae in cephalometry by estimating its skeletal age had been carried out in several previous studies, but has never been done in populations in Indonesia. Objective: To study the agreement of cervical vertebrae skeletal age estimation and dental age with the chronological age of the research subject. Methods: Measurement of parameters was performed on secondary data samples of cephalometric and panoramic radiographs consist of two groups. The first group were 100 people with 9-18 year old range and the second group were 10 people with 9-11 year old range. Starting from the skeletal age estimation of cervical vertebrae was generated using multiple linear regression analysis (n=100 people). Furthermore, a one-way ANOVA and Bland Altman's agreement test were conducted to the cervical vertebrae skeletal age estimation, dental age, and chronological age. Independent t test was conducted to test the delta of the second group (n= 10 people) Results: One-way ANOVA test showed no significant differences statistically among all age estimations (p <0.05), while the Bland Altman test showed mean difference of 0.0000 ± 1.34 years between the skeletal age estimation of cervical vertebrae and chronological age, which is lower compared to the mean difference between the dental age estimation and chronological age 0.0937 ± 1.37 years from the first group. Followed with independent t test from the delta of skeletal-chronological was 1,04 years and dental-chronological was 2,52 years. Conclusion: The skeletal age estimation of cervical vertebrae shows better agreement with chronological age compared to dental age with chronological age."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Nurul Azizah
"Latar Belakang: Kasus bencana yang diakibatkan oleh alam dan manusia di Indonesia menimbulkan banyak korban jiwa. Terdapat usia kritis yang terkait dengan undang-undang yang berkaitan dengan usia. Dibutuhkan metode yang paling baik dalam uji estimasi usia, sehingga perlu dicari metode uji estimasi usia yang akurat untuk di Indonesia. TCI-Khoman baru dikemukakan pada tahun 2015, estimasi usia pada metode ini menggunakan gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar pada radiograf periapikal yang  hasilnya belum pernah dibandingkan dengan metode estimasi usia yang sudah ada. Metode atlas Blenkin-Taylor merupakan metode estimasi usia dengan menggunakan atlas tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi usia prenatal hingga 25 tahun  pada pria dan wanita, populasinya pada Australia Modern dengan menggunakan radiograf panoramik atau sefalometrik yang telah digunakan sebagai acuan tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi di dunia. Sehingga dibutuhkan penelitian untuk membandingkan antara hasil estimasi usia menggunakan metode TCI-Khoman yang baru ditemukan, dengan metode atlas Blenkin-Taylor yang sudah menjadi acuan di dunia. Tujuan: Menganalisis keakuratan metode estimasi usia menggunakan rumus TCI-Khoman dibandingkan dengan metode atlas Blenkin-Taylor pada gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar di Indonesia dalam rentang usia 8-25 tahun. Metode: Pengujian estimasi usia pada 123 sampel dengan menggunakan rumus TCI-Khoman kemudian dibandingkan dengan estimasi usia menggunakan metode atlas Blenkin-Taylor. Hasil: Metode TCI-Khoman dapat menggunakan radiograf periapikal maupun panoramik. Hasil perbandingan antara estimasi usia dengan menggunakan metode TCI-Khoman dan atlas Blenkin-Taylor tidak ditemukan perbedaan bermakna. Hasil perbandingan antara usia kronologis dengan masing-masing metode estimasi usia TCI-Khoman dan atlas Blenkin-Taylor tidak ditemukan perbedaan bermakna. Kesimpulan: Uji estimasi usia menggunakan metode TCI-Khoman dengan metode atlas Blenkin-Taylor pada rentang usia 8-25 tahun sama-sama dapat digunakan di Indonesia dengan menggunakan radiograf panoramik.

Background: Cases of human or natural disasters in Indonesia have caused many victims. There is a critical age associated with laws relating to age. The best method for age estimation is needed, so it is necessary to find an accurate age estimation for Indonesian people. TCI-Khoman discovered in 2015, the age estimation in this method uses incisor, canine, premolar, and molar teeth on periapical radiographs whose results have never been compared with existing age estimation methods. The Blenkin-Taylor Atlas method using atlas order of eruption between prenatal age to 25 years old in men and women with Modern Australian population uses panoramic or cephalometric radiographs that have been used as a reference for tooth development and eruption atlas in the world. So the research is needed to compare the results of age estimation using the newly discovered TCI-Khoman method, with the Blenkin-Taylor atlas method that has become a reference in the world. Objectives: To analyze the accuracy of the age estimation method using the TCI-Khoman formula in incisor, canine, premolar, and molar  teeth compared to the Blenkin-Taylor atlas method in Indonesia in the age range of 8-25 years. Methods: Testing age estimations in 123 samples using the TCI-Khoman formula then compared with age estimation using the Blenkin-Taylor atlas method. Results: The TCI-Khoman method can use in both periapical and panoramic radiographs. The results of the comparison between age estimations using the TCI-Khoman method and Blenkin-Taylor atlas did not show significant difference. The results of the comparison between actual age between each TCI-Khoman age estimation method and Blenkin-Taylor atlas did not show significant differences. Conclusion: Both age estimation methods, TCI-Khoman method and Blenkin-Taylor atlas method, in the age range of 8-25 years can be used in Indonesia using a panoramic radiograph."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khan MDS, imran Mohammed
Saarbrucken : Lambert Academic, 2013
614.19 KHA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mindya Yuniastuti
"Latar Belakang
Penentuan usia seseorang memegang peranan penting dalam kedokteran forensik, tidak hanya untuk identifikasi tubuh, tetapi erat pula kaitannya dengan tindak kejahatan dan kecelakaan (1). Akibat dari tindak kejahatan dan kecelakaan ini, tidak jarang ditemukan kerangka manusia atau korban yang sulit diidentifikasi. Banyak prosedur dapat ditempuh dalam menentukan usia seseorang antara lain dari penutupan sutura tengkorak, penyatuan epifisis, dan diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis serta dari gigi geligi seseorang (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11).
Penentuan usia didasarkan pada gigi geligi seseorang menjadi sangat penting artinya terutama jika bahan lain yang diperlukan untuk identifikasi telah rusak, misalnya pada kasus kebakaran, kecelakaan pesawat terbang, atau telah terjadi proses pembusukan tubuh seseorang (7, 12). Pada keadaan tersebut biasanya gigi geligi merupakan jaringan satu-satunya yang relatif masih utuh (7,8,9), sehingga struktur maupun morfologinya tidak berbeda dengan orang hidup. Hal ini dapat terjadi karena gigi geligi dilapisi oleh email, yang merupakan jaringan tubuh yang paling keras (13,14,15). Oleh karena itu, perkiraan usia dan gigi geligi dapat merupakan sumbangan informasi yang amat berguna dalam hal penentuan usia tersebut, sehingga akan lebih memudahkan para ahli forensik melakukan identifikasi usia secara tepat (16).
Untuk menentukan atau memperkirakan usia didasarkan pada gigi geligi , ternyata gambaran radiografis memegang peranan penting (15,17, 18,19). Dengan foto radiografis dapat diketahui antara lain gambaran pertumbuhan gigi, urutan erupsi dan kalsifikasi gigi, yang semuanya berguna selain di bidang kedokteran gigi forensik, juga antropologi dan arkeologi, dalam kaitannya dengan identifikasi usia. Di bidang arkeologi ini biasanya gambaran radiografis digunakan untuk perkiraan usia pada penemuan sejumlah besar rangka, meskipun hal ini umumnya jarang digunakan untuk dasar pemeriksaan rutin (16). Selain itu, dengan foto radiografis identifikasi dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tepat (18,19). Dan berbagai jenis foto radiografis, yang banyak digunakan adalah foto panoramik, karena dengan foto tersebut akan diperoleh seluruh gambaran gigi sulung maupun gigi tetap pada rahang atas dan bawah dengan jelas.
Beberapa penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan gambaran radiografis pertumbuhan gigi telah dilakukan, namun penelitian gigi molar 3 rahang bawah masih langka. Beberapa kemungkinan langkanya penelitian ini disebabkan karena waktu erupsi gigi molar 3 sangat bervariasi dibandingkan dengan gigi lainnya (20,21). Penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan pertumbuhan gigi molar 3 rahang bawah saja, akan mendapatkan kisaran usia yang pendek yaitu antara 14 - 20 tahun, sehingga hubungannya dengan identifikasi usia sangat terbatas.
Pembentukan akar gigi molar 2 rahang bawah sudah dimulai pada usia antara 7-8 tahun (22,23). Oleh karena itu gabungan penelitian tentang pembentukan akar gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah akan mempunyai kisaran usia yang lebih lebar, sehingga penggunaannya untuk identifikasi usia seseorang lebih luas.
Pada saat ini di Indonesia belum banyak acuan untuk memperkirakan usia dari gambaran radiografis gigi geligi. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mendapatkan data dasar untuk pedoman memperkirakan usia berdasarkan gambaran radiografis gigi geligi. Sehubungan dengan hal itu, dilakukan penelitian perkiraan usia dari gambaran panoramik radiografis dengan metode pengukuran panjang dan stadium pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah. Dengan mengukur panjang gigi dan mengetahui stadium pertumbuhan gigi tersebut di atas, dapat diketahui perkiraan usia seseorang. Penelitian ini dilakukan bertitik tolak dari landasan pemikiran bahwa :
Gambaran radiografis merupakan cara yang tepat untuk mengetahui pertumbuhan gigi (1,16,17,21,24). Dengan membuat foto panoramik radiografis bisa diperoleh gambaran gigi geligi pada seluruh rahang. Selain itu prosedur pembuatannya cepat dan murah.
Gambaran radiografis gigi molar rahang bawah biasanya lebih jelas dibandingkan dengan gigi molar rahang alas . Hal ini disebabkan tidak adanya struktur lain di rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas. Karena itu dengan memilih pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah untuk perkiraan usia, diharapkan akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga perkiraan usia diharapkan bisa lebih akurat."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0583
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Haru Setyo Anggani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ukuran Dento Kranio-Fasial Jurusan Vertikal pada populasi mahasiswa FKG-UI yang memiliki wajah selaras; proporsional, tidak ada disharmoni fasial, belum pernah dirawat ortodonsi serta mempunyai hubungan gigi geligi yang baik. Selain itu juga untuk mengetahui, apakah ada perbedaan ukuran tersebut di antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya diharapkan dapat dikembangkan pada populasi yang lebih luas sehingga akhirnya diperoleh norma-norma ukuran sefalometri komponen Dento Kranio-Fasial Jurusan vertikal yang sesuai dengan morfologi kranio-fasial berbagai populasi di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sefalometri. Pada gambar hasil penjiplakan pada sefalogram, diukur 12 komponen Dento Kranio-Fasial Jurusan vertikal yang kemudian dihitung nilai-nilai Mean, Range dan Standard Deviasinya. Kedua belas komponen Dento Kranio-Fasial tersebut adalah: Tinggi wajah total anterior, Tinggi wajah anterior atas, Tinggi wajah anterior bawah, Tinggi ramus naandibula, Tinggi wajah total posterior, Tinggi wajah posterior atas, Tinggi wajah posterior bawah, Tinggi dentoalveolar anterior atas, Tinggi dentoalveolar anterior bawah, Tinggi dentoalveolar posterior atas, Tinggx, dentoalveolar posterior bawah dan sudut antara bidang Mandibula dan garis SN.
Di antara laki-laki dan perempuan, ternyata terdapat perbedaan bermakna pada ukuranukuran Tinggi wajah total anterior, Tinggi wajah anterior atas dan Tinggi wajah total posterior. Diduga hal ini karena adanya dimorfisme seksual dalam ukuran. Sedangkan perbedaan bermakna ukuran Tinggi wajah posterior atas. dan Tinggi dentoalveolar posterior bawah kemungkinan lebih merupakan akibat tidak langsung adanya dimorfisme seksual dalam hal pola bentuk kranio-fasial. Secara garis besar, bila dibandingkan dengan norma-norma ras Kaukasoid, terlihat bahwa sampel penelitian ini lebih retruded. Hal tersebut terlihat pada isyarat-isyarat kecenderungan pola pertumbuhan yang lebih ke arah vertikal, tinggi dentoalveolar anterior atas dan bawah yang sedikit lebih panjang dan besarnya sudut SN-Hp."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinati Adrin
"ABSTRAK
The aim of this study was to determine the difference of oral hygiene and teeth caries in children with asthma bronchiale, age 3-6 years with several levels of frequency of asthma attack. Fifty children with asthma bronchiale were chosen from Pulmonology Clinic University of Indonesia RSCM. This study used Green and Vermillion to asses the oral hygiene and def-t index for measured caries. The frequency of asthma attack was the amount of attack of children using drugs per year. The sample was divided into 3 groups. The first group consists of children with asthma 2-6 attacks per year. Second group with 7-12 attacks per year and the third group more than 12 times per year. One way ANOVA test showed that the oral hygiene and def-t had significant differences between the three groups (p<0.001). Tukey test showed that oral hygiene had significant differences between the group I-II and I-III (p<0.001). In Tukey test for def-t showed there was a significant difference between the group I-II, I-III, II-III respectively (p<0.001). There was a strong correlation between oral hygiene and frequency of asthma attack (r=0.68), def-t and frequency of asthma attacks (r=0.75), and oral hygiene and caries (r=0.85)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>