Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baihaki
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S8083
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akio Alfiano Tamala
"Pada bulan Mei 1998, India melakukan uji coba nuklirnya yang kemudian diikuti dengan uji coba yang sama oleh Pakistan pada Juni 1998. Terjadinya uji coba nuklir tersebut, tidak terlepas dan konflik yang berkepanjangan antara India dan Pakistan, sejak pembagian kedua negara tersebut sehingga menjadi dua negara merdeka pada tahun 1947. Uji coba nuklir ini merupakan suatu perwujudan penggentaran dari masing-masing pihak terhadap lawan, dalam upayanya untuk menghindari serangan nuklir lawan.
Dalam pembahasan tesis ini, akan dikemukakan tiga faktor utama yang dianggap mempengaruhi terjadinya uji coba nuklir tersebut. Pertama, adanya konflik primordial yang merupakan latar belakang atau akar konflik antara India dan Pakistan. Kedua, adanya rasa keterancaman Pakistan dari India, karena kepemilikan nuklirnya, yang sebenamya hal tersebut ditujukan untuk menangkal nuklir Cina. Rasa keterancaman tersebut, memotivasi Pakistan untuk mengembangkan nuklirnya juga. Ketiga, adanya persaingan India dan Cina dalam kepemilikan nuklir yang timbul karena adanya rasa keterancaman India dari Cina terutama dalam kemampuan nuklirnya.
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah pertama, bagaimana konflik primordial antara India dan Pakistan memotivasi kedua negara untuk mengembangkan nuklir, hingga terjadinya uji coba nuklir taun 1998?; Kedua, bagaimana konflik yang belum terselesaikan antara India dan Pakistan, mempengaruhi ketegangan baru antara kedua negara yang diwujudkan dalam uji coba nuklir?; Ketiga, bagaimanakah persaingan antara India dan Cina dalam kepemilikan nuklir mengakibatkan terjadinya uji coba nuklir India - Pakistan di tahun 1998?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sampai terjadinya uji coba nuklir India - Pakistan pada tahun 1998, terutama menyangkut faktor-faktor yang menyebabkan uji coba tersebut. Kerangka pemikiran yang digunakan untuk membahas masalah tersebut, adalah pemikiran Thomas Donaldson dan Thomas Schelling mengenai penggentaran nuklir, serta pemikiran dari Clifford Geertz mengenai primordial.Metode penelitian tesis ini bersifat deskriptif analistis dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan.
Pada bagian akhir penulisan diuraikan kesimpulan yang dihasilkan, yang memperlihatkan temuan-temuan yang diperoleh dari analisis-analisis yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adijaya Yusuf
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S25595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S8085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudis Irfandi
"Tulisan ini membahas tentang pengaruh Visi Geopolitik Pemerintah India dalam pengembangan program persenjataan teknologi nuklir India pada tahun 2000-2006. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan penggabungan antara data-data primer dan sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan, jurnal internasional, penelitian yang telah ada sebelumnya, serta buku-buku yang berkaitan dengan Ilmu Politik. Tulisan ini menggunakan konsep geopolitik kritis dan teori visi geopolitik untuk melihat dinamika politik dalam diskursus perdebatan pada Deklarasi Lahore tahun 1999 dengan melihat kondisi historis India untuk mempertahankan teritori Kashmir. Kemudian tulisan ini menganalisis visi geopolitik dari Pemerintah India yang menjadikan perkembangan persenjataan nuklir India sebagai Identitas Nasional di Asia Selatan. Ini dilihat dari empat komponen dari visi geopolitik yang dicanangkan oleh Gertjan Dijkink, yaitu Naturalness, Core Area, Geopoltical Code, National Mission. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa Persenjataan Teknologi nuklir India diawali dengan adanya perebutan teritori dengan Pakistan dan China pada wilayah Kashmir dan Jammu. Hal ini merupakan motivasi Pemerintah dan Perdana Menteri India memutuskan untuk melakukan uji coba nuklir dan tetap mengembangkan persenjataan nuklir hingga 2006. Tulisan ini membahas tentang pengaruh Visi Geopolitik Pemerintah India dalam pengembangan program persenjataan teknologi nuklir India pada tahun 2000-2006. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan penggabungan antara data-data primer dan sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan, jurnal internasional, penelitian yang telah ada sebelumnya, serta buku-buku yang berkaitan dengan Ilmu Politik. Tulisan ini menggunakan konsep geopolitik kritis dan teori visi geopolitik untuk melihat dinamika politik dalam diskursus perdebatan pada Deklarasi Lahore tahun 1999 dengan melihat kondisi historis India untuk mempertahankan teritori Kashmir. Kemudian tulisan ini menganalisis visi geopolitik dari Pemerintah India yang menjadikan perkembangan persenjataan nuklir India sebagai Identitas Nasional di Asia Selatan. Ini dilihat dari empat komponen dari visi geopolitik yang dicanangkan oleh Gertjan Dijkink, yaitu Naturalness, Core Area, Geopoltical Code, National Mission. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa Persenjataan Teknologi nuklir India diawali dengan adanya perebutan teritori dengan Pakistan dan China pada wilayah Kashmir dan Jammu. Hal ini merupakan motivasi Pemerintah dan Perdana Menteri India memutuskan untuk melakukan uji coba nuklir dan tetap mengembangkan persenjataan nuklir hingga 2006.

This study discussed the influence of the Government of India`s Geopolitical Vision in India`s nuclear weapons technology program development through 2000-2006. A qualitative research was held by combining primary and secondary data obtained through literature studies, international journals, existing research, and books related to Political Science. Using the concept of critical geopolitics and the theory of geopolitical vision, the study examined the political dynamics in the debate of the 1999 Lahore Declaration. The study also overviewed the historical conditions of India to defend Kashmir territory and analyzing the geopolitical vision of the Government of India which made the development of Indian nuclear weapons as a National Identity in Asia in South Asia through four components of the geopolitical vision proclaimed by Gertjan Dijkink (i.e. Naturalness, Core Area, Geopolitical Code, National Mission). This study showed that Indian nuclear technology weapons are preceded by the land seizure between Pakistan and China in the Kashmir and Jammu regions. This is believed to be the motivation of the Government and Prime Minister of India to decide to conduct a nuclear test and continue to develop nuclear weapons until 2006."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Ahmad Z.S.
"Setelah India dan Pakistan memiliki senjata nuklir pada tahun 1998, banyak analis politik yang mulai mempertanyakan kemungkinan perang nuklir keduanya. Hal ini berdasarkan pada pandangan teori penangkalan yang mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi persyaratan penting untuk menciptakan kemungkinan yang lebih kecil untuk terjadinya perang nuklir tersebut.
Faktor-faktor yang dikernukakan oleh pemikiran teori penangkalan tersebut terkait dengan beberapa hal, seperti: kemampuan masing-masing negara-negara dalam mengembangkan Second strike, sistem demokrasi yang berkaitan dengan sistern komando peluncuran senjata nuklir, hotline antara kedua negara yang berkaitan dengan sistem kornunikasi keduanya, dan sejarah hubungan kedua negara tersebut terkait dengan keterlibatan secara langsung kedua negara ini dalam konflik bersenjata. Keseluruhan faktor tersebut menjadi jawaban penting apakah kemungkinan terjadi perang nuklir antara India dan Pakistan itu kecil atau besar.

After India and Pakistan have nuclear weapons in 1998, many political analysts are beginning to question both the possibility of nuclear war. It is based on the view that deterrence theory says that there are several factors that become important requirement for creating a smaller likelihood for the occurrence of nuclear war.
These factors put forward by the theory of deterrence thinking is related to several things, such as: the ability of individual countries in developing a second strike, the democratic system associated with the launch of nuclear weapons command system, a hotline between the two countries relating to the second communication system , and the history of relations between the two countries is directly related to the involvement of these countries in armed conflict. All of these factors become important answer is the possibility of nuclear war between India and Pakistan is small or large.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Mole Mutia
"Kedatangan PM Jepang Junichiro Koizumi ke Korea Utara pada tahun 2002 ialah untuk bertemu dengan presiden. Kim Jong II dan mencoba membuka jalan normalisasi hubungan diplomatik di antara kedua negara. Pertemuan tersebut juga membicarakan mengenai masalah penculikan warga negara Jepang oleh Korea Utara sekitar tahun 1970 dan 1980-an serta khususnya mengenai keberadaan nuklir Korea Utara di kawasan semenanjung Korea. Hal ini pun terjadi karena rasa kecewa Korea Utara terhadap Amerika Serikat yang mengingkari janjinya untuk memberi bantuan bagi Korea Utara dan menyebutnya sebagai bagian dari "poros setan". Jepang sebagai sebuah negara yang berada di sekitar kawasan semenanjung Korea turut merasakan ancaman dari keberadaan nuklir Korea Utara yang menyangkut kepentingan nasional negaranya khususnya mengenai keamanan dan kedaulatan negara Jepang.
Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan mengenai Kebijakan luar negeri yang ditempuh Jepang yang berlangsung sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 ditandai dengan beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam hubungan kedua negara dilakukan dengan cara damai dan berdiplomasi dalam bentuk proses CBM / Confidence Building Measures yakni berupa terbentuknya Deklarasi Pyongyang sebagai usaha bilateral Jepang dengan Korea Utara serta Sunshine Policy sebagai bagian dari usaha pembicaraan multilateral dengan negara-negara lain berdasarkan Konstitusi, kebijakan pertahanan dan tiga prinsip nonnuklir dalam negeri Jepang, beserta keberhasilan dan kegagalannya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini berangkat dari keyakinan kaum Realis bahwa topik-topik yang berhubungan dengan kebijakan luar negeri suatu negara memiliki peran yang sangat penting guna melindungi kepentingan nasional suatu bangsa."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T21656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharis Kurnia
"Penelitian ini bertujuan menganalisis dinamika Confidence Building Measures (CBMs) terhadap proliferasi senjata nuklir antara India dan Pakistan. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik CBMs dalam keterkaitannya dengan proliferasi senjata nuklir. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan faktor aplikasi CBMs dari segi kepatuhan hukum tidak terpenuhi secara maksimal sehingga mekanisme pengendalian senjata dan perlucutan senjata dalam proliferasi senjata nuklir antara India dan Pakistan tidak berjalan dengan baik.

This study aims to analyse the dynamic of Confidence Building Measures (CBMs) against the nuclear arms proliferation between India and Pakistan. The research is made through identification of CBMs characteristic in its relation with the nuclear arms proliferation. This research uses qualitative method with descriptive design. The result of this research finds that there is a factor in the CBMs application from the legal compliance point of view which is not fulfilled in maximum, hence the control mechanism and disarmament in the nuclear arms proliferation between India and Pakistan does not work properly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handayani
"ABSTRAK
Tulisan skripsi ini berbicara tentang salah satu aspek
dari gerakan-gerakan perdamaian yang ada di Eropa Barat yaitu Pengaruh Green Peace di Jerman Barat dalam Bidang
Senjata Nuklir pada kurun waktu 1979 1985. Skripsi ini
berusaha untuk mengidentifikasi apakan gerakan Green Peace. benar-benar dapat mempengaruhi Kebijkakan Luar Negeri Jerman Barat terutama dalam bidang senjata nuklir. Kemudian penulis mencoba mengemukakan usaha-usaha apa saja yang dilakukan Green Peace untuk mencoba mempengaruhi setiap kebijakan yang berhubungan dengan senjata nuklir. Untuk tujuan tersebut, penulis menggunakan kerangka teori atau konsep pengaruh politional dikemukakan oleh K.J. Holsti. Walaupun demikian, kerangka influenceA yang Holsti tersebut masih bersifat agak umum dan kurang lengkap sehinnga penulis akan melakukan pengetatan dan penambahan terhadap variabel-variabel kerangka Holsti dengan menggunakan juga konsep mengenai pengaruh yang dikemukakan oleh Robert Dahi. Pembahasan dimulai penulis dengan melihat pada latar belakang Eropa Barat secara keseluruhan dan Jerman Barat khususnya setelah Perang Dunia II dan gerakan-gerakan di Eropa Barat yang muncul pada masa-masa setelah itu. Kemudian penulis memasuki secara khusus pada lahirnya Green Peace di Jerman Barat serta perkembangannya setelah tahun 1979. Terakhir penulis mencoba menganalisa lebih jauh kedudukan Green Peace di peta politik Jerman Barat dengan menguraikan kebijakan kebijakan Green Peace serta bagaimana tanggapan pemerintah Jerman Barat terhadap kebijakan kebijakan tersebut. Secara garis besar, pembahasan yang menarik dalam skripsi ini adalah nyatanya meskipun pengaruh Green Peace ini sangat kuat bukan hanya di Jerman melainkan juga berpengaruh terhadap negara-negara Eropa lainnya, namun mereka terbentur pada masalah senjata nuklir sebab masyarakat cenderung menanggapi spontan terhadap masalah ini tapi cepat pula terlupakan sebab masyarakat setempat lebih memprioritaskan masalah ekonomi, sosial serta masalah lingkungan hidup secara keseluruhan. Wawasan pemikiran mengenai senjata nuklir dianggap terlalu luas untuk ditanggapi secara serius dan dilain pihak Jerman mempunyai kebanggaan sendiri terhadap kemajuan tehnologi industri militernya diantara anggota-anggota NATO lainnya Meskipun demikian, memang menarik untuk melihat kegiatan kegiatan Green Peace karena selalu mempunyai ciri khas untuk menarik khalayak ramai dengan berbagai atribut seperti penggunaan bunga matahari sebagai lambang mereka, penggunaan hiasan berwarna-warni bila berkampanye. Secara singkat Green Peaoe dapat dikatakan berhasil dengan baik dalam program program lingkungan hidupnya serta program bantuan terhadap Dunia III ketimbang programnya mengenai senjata nuklir."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>